cover
Contact Name
Yaqzhan
Contact Email
yaqzhanjurnal@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
yaqzhanjurnal@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan
ISSN : 24077208     EISSN : 25285890     DOI : -
Jurnal Yaqzhan adalah jurnal ilmiah yang fokus dalam publikasi hasil penelitian dalam kajian filsafat, agama dan kemanusiaan. Jurnal ini terbit secara berkala dua kali dalam setahun pada bulan januari dan juli. Jurnal Yaqzhan terbuka umum bagi peneliti, praktisi, dan pemerhati kajian filsafat, agama dan kemanusiaan. Jurnal ini dikelola oleh Jurusan Akidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Adab Dakwah IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Jurnal ini pertama kali terbit pada tahun 2015.
Arjuna Subject : -
Articles 138 Documents
Rekonstruksi Metodologi Penelitian Filsafat Yohanes Orong
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v9i1.13221

Abstract

This article aims to describe the re-construction of procedures and schemes of philosophy research methodology. The study is motivated by the problem of research methodology in philosophy colleges and faculties. The methodological problem is caused by the assumption that in matters of research or writing scientific papers, the rules of research in philosophy are different from research in other fields of science. Because philosophy is different from other sciences, a philosophy researcher ignores the methodological demands that researchers of other sciences adhere to. Against this assumption, the most appropriate question is what exactly is the scheme of philosophical research and the provisions that make philosophical research methods different from other fields of science? The article seeks to prove the above assumption. Using descriptive qualitative research methods, in addition to bringing to the fore the veil of philosophical research methodology issues in philosophy schools, the article in the final section re-explains with some important emphasis the essence of philosophical research methodology. In this section, four main elements are outlined, namely the nature of philosophical research methodology, the cross-disputes of scientific methods and philosophical methods, the reaffirmation of the nature of philosophical research as pluralistic and qualitative, the methodological dialog of philosophy and other sciences, and philosophical research schemes.
Corak Paradigma Etika Lingkungan: Antroposentrisme, Biosentrisme dan Ekosentrisme M. Ied Al Munir
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v9i1.10000

Abstract

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk memahami apa yang dimaksud dengan etika lingkungan dan menjelaskan berbagai paradigma yang berkembang dalam etika lingkungan. Paradigma-paradigma dimaksud adalah antroposentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme. Paradigma antroposentrisme dipandang menjadi sebab munculnya berbagai persoalan lingkungan dan  dianggap tidak memadai untuk menyelesaikan persoalan-persoalan lingkungan dimaksud karena paradigma ini hanya berpusat pada kepentingan manusia dan menegasikan kepentingan intrinsik makhluk lain, sehingga diperlukan perubahan paradigma etika lebih lanjut berupa biosentrisme dan ekosentrisme yang memperluas cakupan nilai moral tidak hanya pada manusia, tapi juga makhluk biotis dan non-biotis. Penelitian ini berbentuk kepustakaan kualitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah berbagai referensi yang terkait dengan persoalan etika lingkungan seperti buku, jurnal, dan lain sebagainya. Data yang ada dianalisis dengan metode-metode verstehen, interpretasi, hermeneutika, abstraksi, induktif dan heuristika. Penelitan ini menghasilkan temuan sebagai berikut. Pertama, etika lingkungan adalah salah satu sub-disiplin dalam filsafat yang mengkaji hubungan antara manusia dan makhluk lain, sekaligus juga nilai moralnya. Kedua, paradigma antroposentrisme menjadikan manusia sebagai titik sentral dan menegasikan kepentingan intrinsik makhluk lain. Paradigma biosentrisme adalah kritik sekaligus pengembangan  paradigma antroposentrisme. Paradigma ini memperluas cakupan nilai moral tidak hanya ada pada manusia, tapi juga makhluk biotis lain. Paradigma ekosentrisme merupakan perkembangan lebih lanjut paradigma biosentrisme yang memperluas cakupan nilai moral pada makhluk non-biotis. Setelah penelitian ini, diperlukan pengembangan beragam paradigma etika lingkungan lain, seperti  agama, feminisme, postmodernisme, dan lain sebagainya. Satu hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah melakukan segala upaya untuk pengarusutamaan etika lingkungan ke tengah-tengah masyarakat.Kata Kunci: Etika, Etika lingkungan, Antroposentrisme, Biosentrisme, Ekosentrisme. ABSTRACT: This research aims to understand what is meant by environmental ethics and explain the various paradigms that have developed in environmental ethics. The paradigms referred to are anthropocentrism, biocentrism, and eco-centrism. The anthropocentric paradigm is seen as the cause of the emergence of various environmental problems and is considered inadequate to solve the environmental problems in question because this paradigm is only centered on human interests and negates the intrinsic interests of other creatures, so that further ethical paradigm shift is need in the form of biocentrism and eco-centrism which broaden the scope of moral values not only to humans, but also to biotic and non-biotic creatures. This research is in the form of descriptive qualitative literature. The data sources used are various references related to environmental ethical issues such as books, journals, and so on. The existing data were analyzed using verstehen, interpretation, hermeneutics, inductive and heuristic methods. This research produces the following findings. First, environmental ethics is sub-discipline in philosophy that examines the relationship between humans and other creatures, as well as their moral values. Second, anthropocentrism paradigm makes humans as the central point and negates the intrinsic interests of other creatures. The biocentrism paradigm is a critique as well as the development of anthropocentrism paradigm. This paradigm expands the scope of moral values not only in human, but also in other  biotic creatures. The eco-centrism paradigm is a further development of the biocentrism paradigm which broadens the scope of moral values for non-biotic beings. After this research, it is necessary to develop various other paradigms of environmental ethics, such as religion, feminism, postmodernism, and so on. One thing that is equally important is to make every effort to mainstream environmental ethics into the community.Keywords: Ethics, Environmental Ethics, Anthropocentrism, Biocentrism, Eco-centrism.
DIALEKTIKA KETUHANAN DALAM WACANA TEOLOGIS (Perspektif Ibnu Arabi Tentang Teori Penegasian Versus Simbolik Panteistik) Bisri Bisri
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v9i1.13685

Abstract

Sejauh ini kajian ilmu kalam klasik dalam Islam dengan berbagai macam alirannya tersebut mempunyai sudut pandang yang sama. Perdebatan mereka tentang Tuhan sebenarnya adalah tentang Tuhan yang mereka konsepsikan. Tuhan dipandang sebagai sesuatu atau sebagai  yang maujud. Antitesa dari cara pandang terhadap Tuhan secara konseptual adalah teologi apofatik. Dalam pandangan teologi apofatik ini bahwa Allah tidak dapat sepenuhnya dipahami atau dikatakan dengan kata-kata atau konsep manusia. Tujuan utama teologi apofatik adalah untuk menyatakan ketidakmampuan bahasa manusia dalam merangkum atau memahami kebesaran dan kemuliaan Allah yang jauh melampaui pemahaman manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah library research dengan analisis komparatif Teologi apofatik dan teori ketuhanan Ibnu Arabi yang dikenal panteistik simbolik. Hasil dari penelitian ini bahwa Tuhan dalam apofatik adalah Tuhan yang tidak bisa dibicarakan, difikirkan, bahkan dibayangkan. Tuhan dalam apofatik adalah tuhan yang tak terhingga. Bagi Ibnu Arabi Tuhan memiliki dua sisi; yaitu Tanzih dan Tasybih. Sebagai tanzih Tuhan adalah Yang tak terhingga, sehingga tidak dapat terbayangkan, tidak tersentuh dan dikonsepsikan. Tuhan sebagai tasybih adalah Tuhan yang menyerupa, Tuhan rindu untuk dikenal oleh mahlukNya.  Tuhan dari sisi tasybih inilah yang memungkinkan dikenal dan dipahami manusia. Namun antara tanzih dan tasybih  menurut Ibnu Arabi bukanlah pertentangan. Justru kesempurnaan orang yang ‘arif adalah memahami Tuhan dengan keduanya. 
Beragama Berdasarkan Teori Sosial dan Inspirasi Qur'ani: Kajian Lintas-Tokoh dalam Pusaran Dekonstruksi dan Ekstensifikasi Aldi Hidayat
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v9i1.10464

Abstract

AbstrakIslam bukan sekadar ajaran, tetapi juga kenyataan. Sebagai kenyataan, Islam tidak sebatas praktek yang selama ini berlangsung, melainkan potensi yang selama ini terpendam. Selama ini, praktek berislam cenderung teosentris, sehingga mengabaikan dimensi antroposentris dan biosentris. Antroposentris dan biosentris justru berkembang di belahan bumi yang notabene sekular, di mana spirit Islam nyaris tidak dipertimbangkan. Belahan bumi itu adalah Barat. Ironinya, adopsi terhadap gagasan Barat masih terbilang cukup tabu bagi rata-rata muslim. Akibatnya, terjadi reduksi terhadap Islam pada tatatan praksisidual. Artikel ini akan mengungkap dimensi antroposentris dan biosentris dengan mengungkap relasinya dengan beberapa teori sosial. Relasi ini akan penulis dasarkan pada beberapa ayat al-Qur'an, selaku sumber paling otoritatif dalam Islam. Pendasaran pada al-Qur'an guna mendapatkan pilar teologis bahwa adopsi ini bukanlah kesesatan, melainkan kebenaran yang selama ini terlupakan. Artikel ini tidak akan mengungkap secara detail persoalan antroposentris dan biosentris, melainkan membangun paradigma teologis-akademis yang berorientasi dua tujuan di muka. Lebih tepatnya, artikel ini adalah langkah perdana bagi paradigma teo-antropo-biosentrisme. Guna menyingkap relasi itu, penulis akan mengadopsi dekonstruksi dan ekstensifikasi sebagai perangkat metodologis. Dari praksis dua pisau analisis ini, artikel ini berujung pada dua kesimpulan. Pertama, teosentrisme Islam mendapat pijakan akademis dari gagasan Mircea Eliade. Kedua, teosentrisme Islam mesti berfungsi bagi antroposentrisme dan biosentrisme dengan mengakomodasi gagasan Marx, Durkheim, Weber, Geertz dan Bourdieu.Kata Kunci: Al-Qur'an, Teori Sosial, Dekonstruksi, EkstensifikasiAbstractIslam is not just a teaching, but also a reality. As a matter of fact, Islam is not limited to a practice that has been going on so far, but a hidden potential. So far, the practice of Islam tends to be theocentric, thus ignoring the anthropocentric and biocentric dimensions. Anthropocentric and biocentric actually thrive in the secular hemisphere, where the spirit of Islam is barely considered. The hemisphere is the West. Ironically, the adoption of Western ideas is still quite taboo for the average Muslim. As a result, there is a reduction in Islam at the practical level. This article will reveal the anthropocentric and biocentric dimensions by revealing their relationship with several social theories. I will base this relation on several verses of the Qur'an, as the most authoritative source in Islam. Based on the Qur'an in order to obtain the theological pillars that this adoption is not a misguidance, but a truth that has been forgotten. This article will not reveal in detail the anthropocentric and biocentric issues, but rather develop a theological-academic paradigm that is oriented towards two goals in advance. More precisely, this article is the first step for the theo-anthropo-biocentrism paradigm. In order to reveal this relation, the writer will adopt deconstruction and extensification as methodological tools. From the praxis of this two-blade analysis, this article leads to two conclusions. First, Islamic theocentrism got its academic footing from the ideas of Mircea Eliade. Second, Islamic theocentrism must function for anthropocentrism and biocentrism by accommodating the ideas of Marx, Durkheim, Weber, Geertz and Bourdieu.
FASE PERADABAN MANUSIA DALAM TINJAUAN ILMU DAN TEOLOGI Ahmad Ali Umayudin; Ilzamudin Ma'mur; Agus Gunawan; Ahmad Bazari Syam
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v9i1.12926

Abstract

: Perkembangan peradaban manusia sejak terciptanya dunia menjadi semakin menarik dikaitkan seiring kebutuhannya terhadap ilmu pengetahuan dan teologi. Pendekatan keilmuan dijadikan fase manusia sebagai alat mencapai tujuan memenuhi kebutuhan dan masa depannya. Sedangkan pendekatan teologi diperlukan mengingat manusia hakikatnya sebagai makhluk hidup yang memiliki banyak keterbatasan dan kelemahan. Fase peradaban manusia semakin membutuhkan berbagai pendekatan untuk mencapai hakikat kehidupannya ini, termasuk sejarah dan pemikiran yang tercipta. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fase peradaban manusia yang dikaji melalui ilmu dan teologi. Penelitian bersifat kualitatif dengan pendekatan studi pustaka, yang diperoleh melalui data sekunder berasal dari buku, jurnal, laporan lembaga resmi dan website. Dilakukan analisis ekspalanatif untuk menjawab tujuan penelitian. Hasil penelitin menjelaskan bahwa pengaruh sosial dan politik terhadap perkembangan peradaban manusia menjadikan objektivitas terhadap ilmu pengetahuan difahami secara periodik dan menjadikan lebih spesifik. Eksistensi ilmu tidak dapat dijadikan satu-satunya sudut pandang mencapai kebenaran ilmu sehingga diperlukan dalam peradaban manusia itu sendiri. Filsafat ilmu dan teologi menjadi perbedaan dalam memahami disiplin ilmu untuk mencapai eksistensi manusia. Perbedaan fase peradaban manusia terhadap ilmu dan teologi yang melahirkan perbedaan struktur sosial dengan Tuhan sehingga dapat menghindari pertentangan peradaban. Implikasi penelitian semakin berkembangan fase peradaban manusia tidak dapat terlepas dari fungsi ilmu dan teologi. 
KONSEP I’TIMANIYA DALAM PANDANGAN TAHA ABDURRAHMAN Muhammad Iqbal
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v9i1.12891

Abstract

This article aims to examine the ethical concept of I'timaniya according to Taha Abdurrahman. Through his capacity and position as a modern Muslim scientist, Taha tries to open up new ideas using an ethical activity approach (al-akhlâq al-`amaliy) to criticize western modernism. This is the main point of his criticism of the hegemony of western modernist thoughts which are indifferent and deny ethical activities. Due to this anxiety, Taha Abdurrahman tries to bring it back to the core and discusses these two main elements in one full concept, namely forming a new concept  based on Islamic ethics.
PERSPEKTIF FILSAFAT IDEALISME TERHADAP PEMEROLEHAN KEBENARAN DALAM WACANA OPINI PADA HARIAN KOMPAS ONLINE Anjas Rusdiyanto Soleh; Miftakhul Huda; Yunus Sulistyono
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v9i1.12011

Abstract

Ide sebagai sebuah konstruksi yang dipandang oleh aliran idealisme yang menyatakan bahwa kebenaran seseorang terletak pada ranah ide yang dihasilkan mengenai sesuatu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemerolehan kebenaran yang terdapat dalam wacana opini pada harian Kompas online. Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif. Penyediaan data pada penelitian ini menggunakan teknik pustaka, teknik catat, dan teknik dokumentasi. Teknik pustaka digunakan dalam penelitian ini untuk menemukan teks yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu berupa wacana opini. Data dalam penelitian ini berupa pernyataan yang terdapat wacana opini yang diterbitkan pada bulan Oktober 2022 pada harian Kompas online yang merupakan pendapat dari penulis opini, sedangkan sumber data pada penelitian ini berupa laman www.kompas.id yang didalamnya terdapat salah satu rubrik berupa wacana opini. Data-data yang telah ditemukan pada wacana opini yang terdapat pada harian Kompas online tersebut kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis wacana kritis (AWK) model Teun A. Van Dijk. Simpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini bahwa opini yang disampaikan oleh seseorang pada rubrik Kompas online dilihat dari perspektif filsafat idealisme, dunia ide atau gagasan sebagai dunia tertinggi dalam pemerolehan kebenaran. Hal tersebut sebagaimana gagasan maupun ide yang disampaikan oleh penulis opini dalam wacana opini yang ditulisnya pada harian Kompas online yang didasarkan dari proses penginderaan terhadap konteks situasi yang dilihat oleh penulis.
KONTROVERSI DAGING SINTETIK: ANTARA KEMAJUAN TEKNOLOGI DAN ISU KEHALALAN Indah Langitasari
JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan Vol 9, No 1 (2023)
Publisher : IAIN SYEKH NUR JATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/jy.v9i1.12157

Abstract

Daging sintetik atau daging budidaya yang ditanam secara in-vitro dari sel hewan hidup telah dilakukan sebagai jawaban akan kebutuhan daging bagi manusia di masa mendatang, untuk mengatasi permasalahan isu lingkungan akibat industri peternakan dan isu kesehatan lainnya. Akan tetapi, adanya daging sintetik ini juga menimbulkan kontroversi di masyarakat terkait dampak negatifnya dan bagaimana status kehalalan produk daging sintetik ini. Kajian ini bertujuanuntukmengulas tentang bagaimana kajian sains dan filsafat (dari aspek asksiologi) produk daging sintetik serta isu kehalalannya. Metode Kajian dilakukan melalui literature review. Data hasil studi literatur selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis naratif. Hasil kajian menunjukkan bahwa daging sitentik merupakan salah satu produk dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian tentang daging sintetik ini semakin banyak dilakukan. Namun, keberadaan daging sintetik menjadi bahasan yang sensitif berkaitan dengan isu moral dan etika di masyarakat khususnya tetang isu kehalalan.