cover
Contact Name
Novita Kamaruddin
Contact Email
novita.trivita@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jkp.fkep@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keperawatan Padjadjaran
ISSN : 23385324     EISSN : 24427276     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Keperawatan Padjadjaran (JKP) or The Padjadjaran Nursing Journal is a peer review journal providing an open access facility for scientific articles published by the principles of allowing free research available for public to support global scientific exchange. Padjadjaran Nursing Journal (JKP) is published three times a year, specifically in April, August, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran" : 8 Documents clear
Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker Aan Nuraeni; Ikeu Nurhidayah; Nuroktavia Hidayati; Citra Windani Mambang Sari; Ristina Mirwanti
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (731.306 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.101

Abstract

Spiritual care merupakan hal yang penting bagi pasien kanker. Namun pelayan keperawatan masih terfokus pada aspek fisik, sehingga data mengenai kebutuhan spiritual pasien kanker di Indonesia belum komprehensif. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kebutuhan spiritual pada pasien kanker serta tingkat kebutuhannya. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 76 pasien kanker yang sedang menjalani perawatan di salah satu RS di Bandung yang diambil dengan accidental sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen Spiritual Needs Questionaire 2.1 (SPNQ 2.1) yang meliputi aspek religi, kedamaian dan eksistensi diri. Analisa data kebutuhan spiritualitas menggunakan distribusi frekuensi dan persentase, sedangkan nilai rerata digunakan untuk mengidentifikasi seberapa kuat kebutuhan spiritual tersebut bagi responden dengan kategori 1 – 1,9  agak dibutuhkan; 2 – 2,9 dibutuhkan; 3 sangat dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek religi, berdoa dengan orang lain dan seseorang berdoa untuk responden memiliki persentase paling tinggi (96,05%). Pada aspek kedamaian, tinggal di tempat yang tenang dan damai serta menemukan kedamaian batin memiliki persentase paling tinggi (89,47%). Pada aspek eksistensi diri, menemukan makna dalam sakit dan penderitaan memiliki persentase paling tinggi (94,74%). Adapun pada kebutuhan untuk memberi, beralih menjadi orang yang penuh cinta kasih memiliki persentase paling tinggi (89,47%). Kebutuhan tersebut masuk ke dalam kategori dibutuhkan dengan nilai rerata sebagai berikut : kebutuhan religi (2,28±0,47); kedamaian (2,19±0,47); eksistensi diri (2,11±0,76); dan kebutuhan untuk memberi (2,08±0,55). Penelitian ini menunjukkan bahwa semua dimensi kebutuhan spiritual sangat dibutuhkan oleh responden, dan kebutuhan religi merupakan kebutuhan yang paling banyak dipilih dan dirasakan paling dibutuhkan. Kata kunci: Kanker, kebutuhan spiritual, pasien.Spiritual Needs of Patients with CancerAbstractCancer affects a patient’s various life aspects, physical, psychological, as well as spiritual. However, more often than not, nursing care focuses only on the physical aspect, and neglects the spiritual side. This study aimed to identify the types and levels of spiritual needs affecting cancer patients. This quantitative descriptive study involved 76 cancer patients, selected using accidental sampling method, who were undergoing treatment in a hospital in Bandung, West Java. Data were collected using Spiritual Needs Questionnaire 2.1 (SPNQ 2.1) consisting of Religious, Inner Peace, Existential, and Actively Giving aspects. To analyse data of spiritual needs, the study used distribution of frequency and percentage. Mean value was used to identify how important those spiritual needs were to respondents (1-1.9: somewhat needed, 2-2.9: fairly needed, 3: strongly needed). The results showed that on Religious aspect, “praying with others” and “having someone pray for me” have the highest percentage (96.05%). On Inner Peace, “living in a calm and peaceful place” and “finding inner peace” have the highest precentage (89.47%). On Existential aspect, “finding meaning in pain and suffering” has the highest percentage (94.74%). On Actively Giving, “becoming a loving person” has the highest percentage (89.47%). Those needs were identified as “fairly needed”, with the following mean values: Religious (2.28±0.47), Inner Peace (2.19±0.47), Existential (2.11±0,76), and Actively Giving (2.08±0,55). This study indicated all dimensions of spiritual aspects were needed by respondents and religious aspects were most needed. Key words: Cancer, patient, spiritual needs.
Supervisi Perawat Primer Perawat Associate dalam Melakukan Tindakan Keperawatan Lilis Rohayani; Nestri Banuwati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.74 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.106

Abstract

Pelaksanaan supervisi kepada perawat associate pada umumnya masih bersifat pengawasan, belum terjadwal dengan optimal, belum terstruktur dan belum terdokumentasikan dengan baik. Hasil evaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan pada perawat associate belum sepenuhnya sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh perawat primer. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan supervisi perawat primer dalam meningkatkan tindakan keperawatan perawat associate di RSUD Sumedang. Rancangan penelitian yang digunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional, dengan sampel sebanyak 83 perawat associate di ruang MPKP Dewasa RSUD Sumedang. Hasil penelitian diketahui bahwa supervisi perawat primer hampir setengah responden baik sebanyak 48,2%. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan perawat associate sebagian besar responden baik sebanyak 63,9%. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi perawat primer meningkatkan tindakan keperawatan perawat associate di Ruang MPKP Dewasa RSUD Sumedang. P-value =0,223. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan fungsi supervisi perawat primer untuk mengoptimalkan pelaksanaan MPKP.Kata kunci: Perawat associate, perawat primer, supervisi, tindakan keperawatan.Primary Nurses Supervision on Nursing Inervention by Associate NursesAbstractThe Implementation of supervision to nurse associate is mostly monitoring, has not been optimally scheduled, was not structured and give good feedback yet. The evaluation result of the implementation of nursing action on  associate nurse, not fully in accordance with the plans that have been made by the primary nurse. . The Researchers interested to know whether there is a relationship of primary nurse supervision in improving the actions of nursing associate nurses in hospitals Sumedang. The research design used a descriptive correctional with cross-sectional approach. As a sample, 83 nurses associate at adult MPKP room has been chosen. The research shows that almost a half  of associate nurse (48,2%) have a good perception about implementation of primary nurse supervision. Mostly of associate nurse (63,9%) have a good nursing implementation. The research showed that there is no significant relation between perception of associate nurse about primary nurse supervision with implementation of nursing intervention at adult MPKP room of RSUD Sumedang (p-value=0,223). It is suggested could improve supervision of primary nurse in order to optimize the implementation of MPKP.Key words: Associate nurse, nursing implementation, primary nurse, supervision.
Pengalaman Pasien Mengalami Serangan Jantung Pertama Kali yang dirawat di Ruang CICU Didi Kurniawan; Kusman Ibrahim; Ayu Prawesti
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.605 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.102

Abstract

Serangan jantung merupakan peristiwa terhambatnya aliran darah pada arteri koroner yang menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen sehingga terjadi kerusakan irreversibel miokard, reaksi tidak percaya, penolakan, marah, dan takut akan kematian. Serangan jantung pada pasien dapat berdampak pada aspek fisik dan psikologis pasien tersbut dan keluarganya. Staf pelayanan kesehatan termasuk perawat perlu lebih memahami perubahan yang terjadi sepanjang perjalanan hidup pasien yang mengalami serangan jantung pertama kali agar tercapai asuhan keperawatan holistik.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologis terhadap empat laki-laki dan tiga perempuan yang berusia antara 42–68 tahun melalui wawancara mendalam. Analisis hasil wawancara menggunakan metode Colaizzi. Pengalaman hidup pasien yang mengalami serangan jantung pertama kali dikelompokkan ke dalam tiga tahapan. Tahap pertama yaitu sebelum serangan; situasi yang mencetuskan dan menyebabkan serangan jantung. Tahap kedua yaitu saat terjadi serangan jantung; nyeri dada seperti dihimpit beton, takut meninggal dunia, tidak percaya mengalami serangan jantung, pentingnya kehadiran keluarga saat serangan, dan putus asa mencari pelayanan kesehatan. Tahap ketiga yaitu selama perawatan; merasa sudah sembuh karena tidak nyeri dada lagi, pasrah dan berdoa serta menganggap sakit sebagai cobaan dari Tuhan, keinginan tetap beribadah meskipun sakit, kebahagiaan memeroleh kehidupan ke dua dari Tuhan, gangguan tidur selama perawatan, dan kesulitan pembayaran biaya rumah sakit.Penelitian menemukan wawasan baru yaitu putus asa mencari pelayanan kesehatan, merasa sudah sembuh karena tidak nyeri dada lagi, dan kebahagiaan memeroleh kesempatan hidup kedua dari Tuhan. Berdasarkan hasil temuan maka perlu membuat sistem pertolongan yang cepat pada korban serangan jantung,  meningkatkan pemahaman pasien melalui pendidikan kesehatan mengenai serangan jantung yang dialami sehingga tercapai pelayanan yang paripurna.Kata kunci: Koroner, pengalaman, serangan jantung pertama.Life Experiences of First-Time Heart Attack Patients who are Hospitalised in CICUAbstractA heart attack is an inhibition of blood flow in the coronary arteries that causes oxygen deficiency to the heart muscles, causing irreversible myocardial damage as well as disbelief, denial, anger, and fear of death in patients. A heart attack affects the physical and psyhological aspects of the patient and their family. This situation requires doctors and nurses to better understand the changes in the lives of patients who have their first heart attack in order to reach holistic nursing care. This study uses qualitative method with phenomenological approach. Data was collected by in-depth interviews with 4 men and 3 women between the age of 42 to 68. Data were analyzed with Colaizzi method. Life experiences of patients who have their first heart attack are categorised into 3 phases. The first phase is before heart attack occurs, i.e. circumstances that triggered heart attack. The second phase is when heart attack occurs, e.g. chest pain as if being squeezed by a piece of concrete, fear of death, disbelief, the importance of family during the attack, and desperately seeking medical services. The third phase is during treatment, e.g. feeling better because chest pain has subsided, resignation, praying, considering pain as a test from God, the intention to keep practicing religion in spite of being sick, feeling relieved and happy to receive a second chance from God, sleep disorder during treatment, and difficulty to pay hospital costs.This study discovered new forms of life experiences, including desperately seeking medical care, feeling better because chest pain has subsided, and feeling happy to receive a second chance from God. The findings of this study suggest the need for timely medical response for people having a heart attack, increased involvement of family during the treatment of early heart attack, visits from clergy and improved understanding of patients through health education, in order to develop an excellent medical service.Key words: Heart attack, life experience, phenomenology.
Menurunkan Dismenoreaa Primer melalui Hipnoterapi pada Siswi Sekolah Menengah Pertama Oyoh O; Jenita Sidabutar
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.832 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.107

Abstract

Kejadian dismenorea primer di Indonesia sekitar 54,89%, sisanya 45,11% dismenorea sekunder. Dismenorea primer  pada siswi SMP X dari 35 siswi 25 siswi mengalami disminor bila haid. Salah satu pengobatan dismenorea secara non-farmakologis yaitu hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan salah satu cara yang mudah, cepat, efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap dismenorea pada siswi SMP. Metode penelitian yang digunakan adalah Pre Eksperimental dengan rancangan penelitian one group pre-test-post-test. Jumlah populasi yang didapat 117 orang dan jumlah sampel yang diambil 20 orang, dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan alat ukur Verbal Descriptor Scale (VDS). Analisis data melalui dua tahapan, yaitu univariat dan bivariat dengan menggunakan uji t-dependen. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata skala dismenorea sebelum diberikan intervensi adalah 6,50 dan nilai rata-rata sesudah diberikan intervensi adalah 1,35, terdapat pengaruh hipnoterapi terhadap dismenorea (t=17,596, p-value= 0,001). Hipnoterapi dapat disarankan untuk diterapkan sebagai tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi dismenorea.Kata kunci: Dismenorea primer, hipnoterapi, SMP.Effect of Hypnotherapy on Alleviating Primary Dysmenorrhea in Junior High School StudentsAbstractThe incidence of primary dysmenorrhea in Indonesia amounts to approximately 54.89%, while another 45.11% is secondary dysmenorrhea. 25 out of 35 female students at SMP Patriot Bangsa (Patriot Bangsa Junior High School) experience primary dysmenorrhea when menstruating. One of nonpharmacological treatments for dysmenorrhea is hypnotherapy. Hypnotherapy is an easy, fast, effective, and efficient way to treat dysmenorrhea by reaching the subconcious. This research aimed to identify the effect of hypnotherapy on dysmenorrhea in junior high school students. This research used a pre-experimental method with one group pretest- posttest design. The population of this research was 117 students and 20 students were chosen as sample with purposive sampling technique. Data were collected from respondents using Verbal Descriptor Scale (VDS) instrument. Data were analyzed in two steps, univariate and bivariate with t-dependent test. The results showed that the average value of dysmenorrhea before intervention is 6.5 and after intervention is 1.35. Hypnotherapy was found to have an effect on dysmenorrhea (t=17,596, p-value 0,001). It was suggested to the school that they should conduct nonpharmacological interventions such as hypnotherapy as treatment of dysmennorhea.Key words: Dysmenorrhea primer, hypnotherapy, SMP.
ingkat Kecemasan Pasien Post Operasi yang Mengalami Fraktur Ekstremitas Seviya Gani Maisyaroh; Urip Rahayu; Siti Yuyun Rahayu
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.866 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.103

Abstract

Kecemasan merupakan salah satu masalah psikologis yang dialami oleh pasien fraktur ekstremitas setelah dilakukannya pembedahan. Kecemasan yang tidak teratasi akan berdampak pada lamanya proses penyembuhan, akan tetapi data kecemasan pasien post operasi masih belum jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien post operasi fraktur ekstremitas berdasarkan karakteristik pasien. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan jumlah sampel 46 orang yang diambil dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner STAI (State-Trait Anxiety Inventory). Tingkat kecemasan dikategorikan menjadi ringan, sedang, dan berat. didapatkan bahwa state anxiety paling banyak berada pada tingkat sedang 54,3% dan trait anxiety paling banyak berada pada tingkat ringan 60,9%. Terdapat 46,4% responden yang memiliki state anxiety sedang berasal dari trait anxiety ringan. Berdasarkan karakteristik baik pada state anxiety ataupun trait anxiety, kecemasan berat dialami oleh pasien usia dewasa awal, perempuan, berpendidikan terakhir SMP dan SMA, bekerja sebagai pegawai swasta, belum pernah menjalani operasi sebelumnya, lokasi fraktur pada bagian ekstremitas bawah, dan merasakan nyeri sedang. Kondisi post operasi fraktur ekstremitas menjadi faktor yang dapat memengaruhi kecemasan. Terlihat dari pasien yang memiliki state anxiety yang sedang, memiliki trait anxiety yang ringan. Maka disarankan bagi perawat untuk melakukan pengkajian dan penanganan kecemasan terhadap state anxiety dan trait anxiety.Kata kunci: Fraktur ekstremitas, post operasi, state anxiety, trait anxiety.Anxiety Levels of Patients with Extremity Fractures after SurgeryAbstractAnxiety is one of the psychological problems experienced by patients with extremity fractures after undergoing surgery. Anxiety that is not managed well will have an impact on the recovery process. However, anxiety in patients with extremity fractures is not well understood. The aim of this study was to determine the anxiety level of patients with extremity fractures after surgery based on the patients’ characteristics. This study used descriptive quantitative method. Fourty six patients were recruited in this study by consecutive sampling technique. The data was collected by STAI (State-Trait Anxiety Inventory) quetionnaires. Anxiety levels were categorized into mild, moderate, and severe. The results showed that 54.3% of patients experienced state anxiety at a moderate level, and 60.9% had trait anxiety at a mild level. There were 46.4% of the patients whose moderate state anxiety originated from mild trait anxiety. Based on the characteristics of both state and trait anxiety, severe anxiety was experienced by young adults, women, patients with secondary school-level educational background, private employees, patients who have never had surgery before, patients with lower extremity fractures and patients in moderate pain. The postoperative state of extremity fractures is a factor that affects anxiety. Patients who had moderate state anxiety were found to also have mild trait anxiety.  Thus, assessment and intervention of anxiety should be conducted on both state and trait anxiety.  Key words: Extremity fracture, post-operative, state anxiety, trait anxiety.
Intensi Perawat Melakukan Pencegahan Luka Tekan di Ruang Intensif berdasarkan Theory Planned of Behaviour Ristina Mirwanti; M. Z. Arifin; Hana Rizmadewi Agustina
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (767.677 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.108

Abstract

Luka tekan merupakan salah satu dampak hospitalisasi pada pasien kritis. Perawat memiliki peran yang penting dalam pencegahan luka tekan tetapi banyak perawat yang belum melakukan upaya pencegahan luka tekan secara maksimal sehingga perlu kajian untuk mengetahui faktor –-faktor yang memengaruhinya. Intensi merupakan antiseden terdekat dengan perilaku seseorang. Berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB), intensi seseorang untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh sikap, norma subyektif, dan pengendalian perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi intensi perawat melakukan pencegahan luka tekan. Penelitian kuantitatif ini menggunakan deskriptif analinitik observasional dengan pendekatan korelasional dilakukan secara cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah perawat yang melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien di ruang perawatan intensif. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling, yaitu 70 perawat di ruang perawatan intensif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara sikap dengan intensi (r = 0,632, p < 0,05), norma subyektif dengan intensi (r = 0,625, p < 0,05), dan pengendalian perilaku dengan intensi (r = 0,633, p < 0,05). Semakin favorable sikap perawat maka akan semakin tinggi intensi perawat melakukan pencegahan luka tekan. Semakin tinggi tekanan normatif dari sekitar perawat maka akan semakin tinggi pula intensi perawat, dan semakin tinggi pengendalian perilaku yang dirasakan perawat maka akan semakin tinggi pula intens perawat.Kata kunci: Intensi, pencegahan luka tekan, perawat, ruang intensif.Nurses’ Intention to Prevent Pressure Ulcers in ICU based on Theory of Planned BehaviourAbstractPressure ulcer is one of the effects of hospitalization in critically-ill patients. Nurses have an important role in preventing pressure ulcer but many nurses do not implement preventive measures well. Factors influencing it need to be studied. Intention is the closest antecedent to behaviour. Based on the Theory of Planned Behavior (TPB), intention to do something is influenced by attitude, subjective norms, and perceived behavior control (PBC). The purpose of this study was to examine the relationship among antecedents: attitude, subjective norm, perceived behavior control and the intention of nurses to prevent pressure ulcer. This research was a correlational study using observational analytic description design with cross sectional approach. Population of this study was nurses who worked in the intensive care unit. Total sampling technique was used to select 70 nurses. Results of this study showed  there was relationship between attitude and intention (r = 0.632, P <0.05), subjective norms and intention (r = 0.625, P <0.05), and PBC and intention (r = 0.633, p <0.05). The more favorable the attitude, the higher the intention to prevent pressure ulcer. The higher the normative pressure from surrounding nurses, the higher the intention. The higher the perceived behavioral control, the higher the intention to prevent pressure ulcer.Key words: Intense, intensive care unit, nurse, pressure ulcer prevention.
Penurunan Nyeri Dismenorea Primer melalui Kompres Hangat pada Remaja Murtiningsih M; Lina Karlina
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.908 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.104

Abstract

Angka kejadian dismenorea primer pada remaja wanita usia 14–19 tahun di Indonesia  sekitar 54, 89 %. Di SMA Negeri I Cimahi pada tahun 2014, jumlah siswi kelas XI 167 orang, sebanyak 161 orang (96,4%) siswi mengalami dismenorea. Dampak dismenorea berat menyebabkan (27,7%) siswi tidak dapat  mengikuti proses pembelajaran, tidak masuk sekolah, dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Beratnya dismenorea dibutuhkan penanganan non farmakologi yang cukup terjangkau, hemat dan efisien, salah satunya menggunakan kompres hangat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap dismenorea primer pada remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan pendekatan one group pretest-posttest design. Populasi penelitian  remaja kelas XI SMA Negeri 1 Cimahi tahun 2014 yang mengalami dismenorea sebanyak 83 orang. Sebanyak 18 responden diambil sebagai sampel melalui teknik simple random sampling. Untuk mengukur skala nyeri digunakan Verbal Descriptor Scale (VDS), tingkat nyeri diukur sebelum dan setelah kompres hangat dengan suhu air 46°C selama 20 menit. Data analisis dengan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat nyeri dismenorea sebelum kompres 6.5 dengan standar deviasi 1.654 dan setelah kompres hangat 4.22 dengan standar deviasi 1.665. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan pada tingkat sebelum dan sesudah kompres hangat pada remaja. Disarankan bagi pihak puskesmas dan sekolah untuk meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang penanganan nyeri dismenorea pada remaja dengan metode non farmakologi yang murah, mudah, efektif dan efisien menggunakan kompres hangat dan agar sekolah memfasilitasi peralatan untuk kompres hangat. Kata kunci: Dismenorea, kompres, nyeri, remaja, skala.Effect of Warm Compress on Decreasing Primary Dysmenorrhea Pain in AdolescentsAbstractIn Indonesia, primary dysmenorrhea occurs in 54.89% of adolescent girls age 14-19 years old.  At SMA Negeri 1 Cimahi (Cimahi 1 High School) in 2014, 161 in 167 (96.4%) second-grade female students had dysmenorrhea. Severe dysmenorrhea interrupted daily activities of 27.7% of students and caused them to be distracted in class and miss school. Severe dysmenorrhea requires affordable, cheaper and efficient nonpharmacological treatment, such as warm compress. The research aimed to identify the effect of warm compress in adolescents with primary dysmenorrhea. The study used Quasy experiment method with one group pretest-posttest design. Out of 83 second-grade female students at SMA Negeri I Cimahi Year 2014, 18 respondents were selected using simple random technique sampling. Pain score was measured using Verbal Descriptor Scale (VDS) before and after students were given warm compress for 20 minutes with water temperature of 46°C. The statistical analysis used Wilcoxon formula. The results showed that the pain level before given warm compress was 6.5 with deviation standard of 1.654, and after given warm compress was 4.22 with deviation standard of 1.665.  The statistical analysis showed that warm compress affected dysmenorrhea with a p-value of 0.000 (<α=0.05 ). It was concluded that warm compress is able to influence dysmenorrhea pain level in adolescents. It was suggested to the community health center and to the school that they should conduct more health educations sessions about management of dysmenorrhea in adolescents, particularly about nonpharmacological technique of warm compress which is cheap, easy, effective and efficient. The school health clinic was also suggested to start providing warm compress.Key words: Adolescent, compress, dysmenorrhea, pain, scale.
Upaya Pencegahan Penularan TB dari Dewasa terhadap Anak Eni Noviyani; Sari Fatimah; Ikeu Nurhidayah; Fanny Adistie
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.679 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i2.105

Abstract

TB (TB) pada anak mencerminkan transmisi TB yang terus berlangsung di populasi. Laju penularan TB pada anak tidak terlepas dari penderita TB dewasa Basil Tahan Asam(BTA) positif yang tinggal disekitarnya sebagai sumber penularan utama. Perilaku penderita TB dewasa sangat berpengaruh besar terhadap jumlah penderita TB anak yang semakin meningkat, karena TB merupakan penyakit yang mudah ditularkan melalui udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pencegahan penularan TB dari dewasa terhadap anak di wilayah puskesmas DTP Rancaekek. Penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan responden 54 orang dan menggunakan teknik total sampling. Teknik pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner yang dikembangkan dari teori J. Gordon mengenai pencegahan penularan TB yang meliputi lingkungan, kepatuhan pengobatan, memutus transmisi serta status nutrisi dengan menggunakan skala guttman. Analisis data yang digunakan adalah dengan analisis deskriptif kuantitatif melalui distribusi frekuensi. Penelitian dilakukan di Puskesmas DTP Rancaekek. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa pencegahan penularan TB dari dewasa terhadap anak di wilayah Puskesmas DTP Rancaekek seluruh responden 54 orang (100%) tidak mendukung pencegahan penularan TB. Sebelumnya telah ada penyuluhan yang dilakukan oleh puskesmas DTP Rancaekek. Saran peneliti adalah mengevaluasi penyuluhan yang telah dilakukan agar memperoleh metode penyuluhan yang tepat dan menjalankan strategi DOTS.Kata kunci: Pencegahan, penularan, TB, TB anak.Prevention of Tuberculosis Transmission from Adults to Children AbstractTuberculosis (TB) in children reflects the continuing TB transmission in the population. The transmission rate of TB in children cannot be separated from adult TB patients who live near the children and are a major source of transmission. The behavior of adult patients has a big influence on the increasing number of pediatric TB patients because TB is a disease that is easily transmitted through air. The purpose of this study was to describe the prevention of TB transmission from adults to children in the area around Puskesmas (Primay Health Clinic) DTP Rancaekek.  This research used quantitative descriptive method with 54 respondents collected using total sampling technique. Data were collected by distributing questionnaires developed from J. Gordon theory which contained matters concerning the environment, treatment compliance, preventing transmission, and nutritional status using Guttman scale. Data were analysed with descriptive quantitative method using the frequency distribution. The study was conducted at the region of Puskesmas DTP Rancaekek.  The results of the study showed that all 54 respondents (100%) did not support the prevention of tuberculosis transmission from adults to children around the region of Puskesmas DTP Rancaekek. Previously there have been health education sessions carried out by the Puskesmas DTP Rancaekek. However, researchers suggest evaluating the methods of health education in order to find the right TB prevention techniques and effectively implement DOTS strategy.Key words: Transmission prevention, tuberculosis, tuberculosis children.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 3 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 2 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 1 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 3 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 2 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 1 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 3 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 2 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 1 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 3 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 1 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 3 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 3 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 3 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 2 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran More Issue