cover
Contact Name
Myrna Indah Kemala
Contact Email
ramza.harry@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
admin@kemalapublisher.com
Editorial Address
-
Location
,
INDONESIA
Fikiran Masyarakat
Published by Kemala Indonesia
ISSN : 2338512X     EISSN : 2477619X     DOI : -
Core Subject : Education,
Visi Jurnal Fikiran Masyarakat sarana informasi ilmu pengetahuan dan pemikiran. Tujuan : 1. Memberikan informasi hasil pemikiran dan penelitian yang dilakukan oleh masyarakat peneliti dan akademik. 2. Memberikan informasi yang berguna untuk membangun masyarakat yang lebih baik. 3. Memberikan pelajaran hidup yang bermanfaat untuk membangun peradaban manusia.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2015)" : 6 Documents clear
Konsep Pendidikan Ketamadunan Pengakap (The Scouting Civilization Education) Harry Ramza; Afri Yordan; Sofiyahna Kubro; Kaharudin Mokmin; Rusmiati Harun; Aslinda Aslinda
Fikiran Masyarakat Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Penerbit Kemala Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.086 KB)

Abstract

The Educational Scouting Civilization is an educational process based on scout education which aims to improve the living conditions of civilization or society outwardly and spiritually. In Arabic, the meaning of civilization as same as "mudun", "madain" and "madani or civil society" that means a high polish, the opening of the city - the new city. The concept of education is based Al - Quran and the Sunnah of the Prophet Muhammad to the success of this world and the hereafter. Education process carried out with many handicaps such as; personal scouting ambition as a moslem scouting noble, active and fresh as the human body is beneficial to the country, the leadership soul of the moslem as high standing peoples, the life adventure as human responsibility to God and tobe Khalifa over the world. Standard competences of subject to be owned in the education concept are religion and morality, nationality and personality, science and technology, aesthetic, sport and health. Standard competence must be applied at the level of primary and secondary schools to achieve of successful outcomes of human resources.
Jihad ISIS Dalam Perspektif Ulama Islam Ahmad Nuryani; Rasyidin Abdul Latif; Anwar Fakhri Omar
Fikiran Masyarakat Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Penerbit Kemala Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.737 KB)

Abstract

Islam merupakan Agama yang menyeru kepada kebaikan, dengan jihad Islam menegakkan keadilan dan memerangi kezaliman, namun dalam berjihad Islam memberi peraturan-peraturan yang mesti dipatuhi sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Namun Jihad yang dilakukan kelompok ISIS telah terkeluar dari aturan ajaran Agama Islam, dimana jihad yang digunakan oleh ISIS ini memberi dampak yang sangat buruk bagi umat Islam itu sendiri. ISIS muncul sebagai fitnah Agama Islam. Sehingga menjadikan orang-orang Islam terkadang keliru dalam menyikapi jihad yang diterapkan oleh kelompok ini. ISIS merupakan kelompok Khawarij yang muncul dizaman kontemporer. Pemikiran-pemikiran yang mereka lakukan bertentangan dengan ajaran agama Islam, mereka mudah mengkafirkan kelompok-kelompok diluar kelompok mereka, dan membunuh kelompok-kelompok yang tidak mematuhi perintahnya.
Perspektif Usia Pewasiat Menurut Perundang-Undangan Indonesia Afriyanto Emri; Noor Lizza Mohamed Said
Fikiran Masyarakat Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Penerbit Kemala Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.694 KB)

Abstract

Wasiat adalah suatu ibadah seorang hamba kepada Rabbnya, dan untuk Indonesia, ketentuan wasiat ini diatur dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam), dan KHI juga mengatur tentang batasan usia pewasiat, dengan batasan usia 21 tahun, sementara mayoriti ulama berpendapat bahawa yang boleh berwasiat yang sudah baligh dan berakal. Pengkaji menganalisa pasal 194 KHI menegaskan bahawa orang berwasiat ialah orang yang telah dewasa secara undang-undang, dan berbeza dalam fiqh bahawa seorang lelaki pernah ihtilam atau mimpi basah (bersetubuh) dan perempuan menstruasi, selain baliqh KHI juga menetapkan syarat lain yaitu Rasyid (cerdas) dan sebahagian ulama fiqh sebagai syarat pewasiat dan rasyid pada umur antara 18 -23 tahun KHI juga memahami kaedah ushul “Ahliyatu alwuhub” dan ahliyatu al-ada’a iaitu kelayakan seseorang untuk mempunyai hak dan kewajiban (mukallaf) untuk perkiraan syara’ ucapan dan perbuatannya, dan dikatakan bahawa orang yang disebut sebagai ahliyatu al-ada’a adalah orang yang baligh dan berakal, dengan menetapkan usia pewasiat 21 tahun sebagai batasan usia, KHI tidak menyalahi aturan ini bahkan berhati-hati, karena pada usia 21 tahun tentunya seseorang telah baliqh dan berakal “Rasyid” KHI berusaha menjaga agar orang yang berwasiat adalah orang yang paham &mengerti apa itu wasiat dan menyadari akibat hukum dari wasiat yang dilakukannya terhadap yang diwasiatkan. kondisi sosial anak anak Indonesia pada umumnya, dimana pada usia dibawah 21 tahun mereka dipandang belum atau tidak mempunyai hak kepemilikan karena masih menjadi tanggungan orang tua.
Pengaruh keputusan kasus Machica Mochtar terhadap status nasab anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak didaftarkan di Indonesia G Gushairi
Fikiran Masyarakat Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Penerbit Kemala Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.367 KB)

Abstract

Keberadaan anak dalam keluarga merupakan sesuatu yang sangat berarti. Anak memiliki investasi masa depan, dan anak merupakan harapan untuk menjadi sandaran di kala usia lanjut. Ia dianggap sebagai modal untuk meningkatkan peringkat hidup sehingga dapat mengontrol status social orang tua. Selari dengan itu, Islam menggariskan perkawinan yang sah yang diantaranya bertujuan untuk mendapat zuriat yang sah tarafnya. Perkembangan masyarakat dan generasi telah membawa kepada beberapa perubahan prosedur, di mana pada zaman sekarang, telah di kanunkan, sesuatu perkawinan haruslah didaftarkan bagi tujuan mengawal dan mengenal pasti hubungan-hubungan yang selaras dengan hukum Islam. Walaubagaimanapun, masih terdapat perkawinan-perkawinan yang dilangsungkan secara rahasia dan tidak didaftarkan. Di Indonesia, baru-baru ini dikejutkan dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam kes Machica Muchtar. Sebelum adanya putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010, anak-anak yang dilahirkan dari hasil nikah siri status hukumnya sama dengan anak luar kawin hasil zina yakni hanya punya hubungan hukum dengan ibunya (lihat Pasal 43 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan). Hal ini membawa konsekuensi, anak yang lahir dari kawin siri dan juga zina, secara hukum negara tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya dan tidak mendapat warisan dari ayah biologisnya. Akan tetapi, kemudian Mahkamah Konstitusi (MK) melalui putusan ini, UU Perkawinan menyatakan anak yang lahir di luar kawin mempunyai hubungan hukum dengan ayah biologis, tak lagi hanya kepada ibu dan keluarga ibu.
Perbezaan Makna Kata Bingung, Ceroboh dan Pantas dalam Bahasa Melayu Malaysia dan Bahasa Indonesia Nyi Mas Siti Purwaningsih; Rusdi Abdullah
Fikiran Masyarakat Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Penerbit Kemala Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.823 KB)

Abstract

Pada masa ini, bahasa Melayu telah tumbuh dan berkembang antara negara Asia Tenggara dengan khas dan berbeza mengikuti sejarah dahulu, cara hidup, budaya dan penduduk yang berbeza di tiap negara. Bahasa Indonesia banyak menyerap perkataan daripada Jawa, Melayu dan Belanda, sedangkan bahasa Melayu Malaysia banyak mendapat pengaruh daripada bahasa Inggeris. Penulisan ini akan mengkaji kata ceroboh, bingung dan pantas dari segi takrifan, contoh penggunaan dalam ayat dan perbezaan makna kata yang lazim serta penggunaan rasmi dalam bahasa Melayu Malaysia dan bahasa Indonesia. Penulisan ini pun akan mengkaji punca wujudnya perbezaan, pengalaman bahasa, masalah ataupun kesalahfahaman yang ditimbulkan dan cadangan untuk menyelesaikan kesalahfahaman yang terjadi. Matlamat penulisan ini adalah untuk mengurangi terjadinya kesalahfahaman dalam penggunaan kata ceroboh, bingung, dan pantas dalam bahasa Melayu Malaysia dan bahasa Indonesia. Penutur bahasa sepatutnya berhati-hati dalam membuat ayat sebab kata yang sama boleh mempunyai makna yang berbeza dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Cara mengatasi kesalahfahaman pada makna kata bingung dalam bahasa Melayu ini ialah sebaiknya orang Indonesia yang akan bercakap Melayu menggunakan kata tidak faham, tidak mengerti, tidak yakin ataupun kata tidak pasti apabila ingin menggunakan kata bingung dalam ayat bahasa Melayu. Penukaran kata bingung menjadi kata tidak faham, tidak mengerti, tidak yakin ataupun tidak pasti dalam ayat bahasa Melayu diyakini dapat mengelakkan kesalahfahaman. Cadangan-cadangan telah diberikan dalan penulisan ini sama ada dengan menukar kata ataupun memberi imbuhan untuk mengelakkan terjadinya kesalahfahaman terhadap kata ceroboh, bingung dan sabar pada kemudian hari. Kita juga sebaiknya tidak mencampurkan dua bahasa dalam percakapan sehari-hari. Apabila kita sedang berada di Malaysia, kita sepatutnya menjunjung tinggi penggunaan bahasa Melayu Malaysia yang baik dan betul, sebagaimana kita menjunjung bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika kita berada di Indonesia.
Penggunaan Insulin dan Vaksin Meningitis Kepada Jemaah Haji Menurut Perspektif Islam Ahmad Nuryani; Nur Pratiwi; Abdul Basir Mohammad
Fikiran Masyarakat Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Penerbit Kemala Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.808 KB)

Abstract

Perkembangan sains dan teknologi telah memberi impak positif terhadap kehidupan manusia termasuk dalam penghasilan produk makanan dan perobatan. Dewasa ini telah timbul pelbagai isu halal haram sama ada berkaitan dengan bahan yang digunakan, cara pemprosesan dan penyediaan barangan akhir kepada para pengguna. Khususnya berkaitan dengan bahan yang digunakan, isu yang seringkali timbul adalah sumber berasaskan khinzir dan derivatifnya, darah, bangkai, alkohol dan arak. Sejajar dengan itu, dalam menangani isu berkenaan para fuqaha telah mengemukakan pendekatan bervariasi sebagai jalan penyelesaian terhadap persoalan yang timbul sama ada berasaskan sumber primer dan sekunder hukum Islam. Sumber hukum ini dimobilasikan melalui ijtihad sama ada berbentuk jama’i ataupun fardi. Dalam menjana aktiviti ijtihad, beberapa nilai baru boleh diambil kira bagi memantapkan hukum yang akan diputuskan. Antaranya nilai budaya dan nilai saintifik. Justeru, kertas kerja ini akan menjelaskan tentang proses istihalah dalam perspektif ulama islam dahulu dan ulama islam masa kini hubungan timbal baliknya dengan hukum Islam. Beberapa isu tentang penggunaan obat-obatan berunsurkan benda haram bagi Jemaah haji akan dibincangkan bagi merealisasikan pengambilkiraan nilai saintifik dalam penetapan hukum Islam.

Page 1 of 1 | Total Record : 6