cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Naditira Widya
ISSN : 14100932     EISSN : 25484125     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 545 Documents
PEMUKIMAN MASYARAKAT NGAJU DI HULU DAERAH ALIRAN SUNGAI KAHAYAN DARI ABAD KE-4 HINGGA KE-19 MASEHI (SETTLEMENTS OF THE NGAJU IN THE KAHAYAN BASIN OF CENTRAL KALIMANTAN, FROM THE 4 th TO 19 th CENTURIES) Sunarningsih, M.A., Sunarningsih
Naditira Widya Vol 12, No 1 (2018): NADITIRA WIDYA VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v12i1.296

Abstract

Keberadaan sungai bagi masyarakat yang tinggal di pedalaman  sama pentingnya dengan keberadaan pantai bagi masyarakat pesisir. Salah satu masyarakat yang kehidupannya berkaitan dengan sungai adalah Ngaju, yang bertempat tinggal di Sungai Barito, Sungai Kapuas, dan Sungai Kahayan. Penelitian ini akan membahas kehidupan masyarakat Ngaju yang tinggal di tepian Sungai Kahayan dan anak sungainya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran perubahan kehidupan mereka di bagian hulu Sungai Kahayan, dari abad ke-4 Masehi hingga abad ke-19 Masehi. Tulisan ini bersifat deskriptif dengan penalaran induktif, dan menggunakan teori revolusi urban. Data arkeologi dan etnografi mencerminkan perkembang luasan dan lokasi pemukiman yang berada pada tataran kedua revolusi urban. The presence of rivers for people living in the interior is as important as the presence of beaches for coastal communities. The Ngaju live along the Barito, Kapuas, and Kahayan rivers. This study discusses the life of Ngaju people on the banks of the Kahayan River and its tributaries, with the objective to understand the development of living from the 4th to 19 th centuries AD. This investigation uses descriptive-inductive approach which based on a theory of urban revolution.This data are from archaeology and ethnography, and reflect developments in settlement size and location which correspond to the second stage of an urban revolution.
PASAR PADA MASA BALI KUNO ABAD IX-XI MASEHI (KAJIAN EPIGRAFI) Marzuki, Irfanuddin Wahid
Naditira Widya Vol 4, No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v4i2.38

Abstract

Abstrak. Pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual melakukan interaksi mereka dan telah ada sejakzaman kuna Bali. Ada prasasti yang menunjukkan beberapa istilah teknis yang mengacu pada aktivitas penjualandan pembelian di pasar. Tulisan ini membahas hasil studi pustaka terhadap 16 prasasti Bali yang diterbitkan antara882 Masehi sampai dengan 1023 Masehi. Kajian prasasti ini menghasilkan pemahaman bahwa masyarakat Balitidak hanya berinteraksi di antara mereka sendiri, tetapi juga dengan penjual dari tempat lain. Mereka menjualkebutuhan sehari-hari seperti produk pertanian dan perkebunan, serta kerajinan dan ternak. Pemasaran produkdilakukan dengan ataupun tanpa sarana transportasi, yang diawasi oleh pejabat-pejabat perdagangan.
APPENDIX NADITIRA WIDYA VOL. 10 NO. 1 APRIL 2016 Widya, Naditira
Naditira Widya Vol 10, No 1 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 1 Tahun 2016
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v10i1.258

Abstract

LINGKUNGAN PENGENDAPAN DI SITUS NEGERI BARU, KALIMANTAN BARAT Cahyaningtyas, Yuka Nurtanti
Naditira Widya Vol 7, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v7i1.172

Abstract

Situs Negeri Baru terletak di tepi aliran Sungai Pawan yang bermuara di Selat Karimata. Satuan batuandi Situs Negeri Baru adalah aluvium dan endapan rawa, yang terdiri atas lingkungan pengendapan aluvium resen,aluvium tua, dan endapan rawa dataran pantai. Tulisan ini membahas lebih jauh karakteristik lingkungan pengendapandi kawasan Situs Negeri Baru. Studi ini dilakukan dengan analisis sedimentologi dan stratigrafi berdasarkan datadari delapan belas kotak ekskavasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa korelasi perubahan lingkungan pengendapansecara lateral dan vertikal pada rangkaian endapan kuarter di Situs Negeri Baru diindikasikan merupakan perubahandari lingkungan permukaan pantai atas (upper shoreface) menjadi sol. Lingkungan pengendapan ini terletak padaestuari dan permukaan pantai (shoreface) dan sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
POLA PEMANFAATAN GUA-GUA HUNIAN PRASEJARAH DI KALIMANTAN SELATAN DAN TIMUR Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 3, No 2 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.2
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v3i2.144

Abstract

The physiography of Kalimantan comprise a vast range of karst potential for prospective scientific research and development, particularly, archaaeological and cultural studies; karst offers an invaluable data in regard to human benefiting from ones enviroment including setting up a dwelling place in a cave or rockshelter thousands of years ago. Evidences of cave dwellers have been found in the southeastern and eastern part of Kalimantan. This article discusses patterns employed by human in choosing and benefiting from caves as either temporary or permanent dwelling place in the past.
KEHADIRAN BELANDA DAN TATA KOTA BALIKPAPAN Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 5, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v5i1.99

Abstract

Pada abad ke-19 Masehi, tepian Teluk Balikpapan yang awalnya dipandang tidak penting, menjadidaerah yang fenomenal dan strategis. Kawasan Balikpapan menjadi terkenal sebagai daeraheksplorasi tambang minyak pertama di Kalimantan oleh Belanda, yang akhirnya menjadi sumberdaya perekonomian utama dalam industri pengolahan perminyakan dan gas bumi. Peran industriperminyakan dan pengolahannya menjadikan Balikpapan daerah yang kaya dan sering dipandanglebih penting, bahkan menggeser keberadaan Tenggarong sebagai pusat kesultanan danSamarinda sebagai pusat kota adminitrasi. Tulisan ini membahas alasan pemilihan Balikpapansebagai tambang minyak pertama Belanda di Kalimantan dan perkembangannya menjadi daerahpenting di Nusantara. Dengan demikian, kita dapat mengetahui tingkat kemampuan manusiadalam memanipulasi alam dan menjadikannya sebuah lingkungan yang layak huni.
PERANAN SUNGAI BARITO DALAM PERSEBARAN SUKU DAYAK DI KALIMANTAN BAGIAN TENGGARA Hartatik, Hartatik
Naditira Widya Vol 11, No 2 (2017): Naditira Widya Volome 11 Nomor 2 Oktober 2017
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v11i2.211

Abstract

Abstrak. Sungai Barito merupakan sungai besar yang berhulu di Pegunungan Schwaner Muller di bagian utara Kalimantan Tengah dan bermuara di Banjarmasin menuju Laut Jawa. Sebagai sungai terpanjang di Kalimantan, sungai ini terkenal sejak ratusan tahun silam hingga kini. Berbagai mitos dan legenda tercipta di sekitar aliran sungai ini. Situs-situ kuno bertebaran dari hilir hingga hulu sungai, seperti situs Kerajaan Banjar di Banjarmasin, situs Patih Muhur di Batola, dan permukiman suku Dayak di bagian tengah hingga hulu Sungai Barito. Artikel ini akan membahas tentang keberadaan Sungai Barito (dan anak sungainya) kaitannya dengan persebaran suku Dayak di Kalimantan bagian tenggara. Tujuan dari tulisan ini adalah mengetahui persebaran suku Dayak berdasar persebaran data arkeologi, sejarah dan tradisi di sepanjang Sungai Barito dan anak-anak sungainya di bagian tenggara Kalimantan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptip dengan penalaran induktif. Data diperoleh dari berbagai sumber terutama hasil penelitian Balai Arleologi Kalimantan Selatan dan studi pustaka. Keberadaan sungai berpengaruh pada konsep religi dan bentuk pola hunian. Dalam konsep religi, Sungai Barito sering disebut dalam mantra balian sebagai tempat tinggal pidara. Dari hasil analisis pemanfaatan ruang dan persebaran hunian diketahui pola hunian yang cenderung mengelompok tidak jauh dari sungai, meskipun ada juga yang memanjang di tepi sungai. Persebaran suku Dayak di Kalimantan bagian tenggara dimungkinkan melalui sungai Barito dan anak-anak sungainya, seperti Sungai Negara dan Martapura.Kata Kunci : Sungai Barito, persebaran, suku Dayak, situs, balianAbstract. Barito River is a large river headwaters in Schwaner Muller Mountains in the northern part of Central Kalimantan and empties in Banjarmasin to the Java Sea. As the longest river in Kalimantan, the river is famous since hundreds of years ago to the present. Various myths and legends created around this river. Site-fashioned situ scattered from downstream to upstream, such as the site of Banjar Kingdom in Banjarmasin, Patih Muhur sites in Batola, and settlement Dayak tribe in the middle to upper Barito River. This article will discuss about the existence of the Barito River (and its tributaries) relation with the spread of the Dayak tribe in southeast Kalimantan. The purpose of this paper is to determine the distribution of the Dayak tribe-based distribution of archaeological data, historical and tradition along the Barito River and its tributaries in the southeastern region of Kalimantan. The method used is descriptive with inductive reasoning. Data obtained from various sources specially the results of Balai Arkeologi Kalimantan Selatan research, and supported by the literature. The existence of rivers affects the religion concept occupancy patterns and shapes. In the religion concept, the Barito River often called in the balian spell as a residence of pidara. The results of spatial analysis and settlement spread known that patterns of occupancy is cluster near the river, although there is elongated riverside. The spread of the Dayak tribe in the southeastern part of Kalimantan possible through of the Barito River and its tributaries, such as the Negara River and Martapura River.Key Words : Barito River, spread, Dayak tribes, sites, balian
SENI KRIYA DAYAK DALAM KANCAH INDUSTRI Wasita, Wasita
Naditira Widya Vol 2, No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v2i1.163

Abstract

Proverb:life goes on constant change is inevitable; therefore, it is necessary to transfer distinguish values of the continuously-fading-Dayak-legacy by revitalizing and presenting the Dayak craftsmanship into the life of the present day Dayak. The Dayak craft will be founded on industrial-cultural-based consept to uplift the Dayak distinguish value to reinforce their cultural identity and honor, and be able to open up entrepreneurship possibilities. Similar transfer may be also applied delivering education, unity, and bestowing finance. This article discusses strategic possibility to transfer distinguish values and simultaneously reinforce the Dayaks cultural identity and honor in forms of souvenirs production.
BATU kENDAN DAN MANUSIA PRASEJARAH DI TEPIAN DANAU BANDUNG PURBA Yondri, Lutfi
Naditira Widya Vol 4, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v4i1.129

Abstract

Based on archaeological data discovered on the bank of Danau Bandung purba, it can be inferred that human occupation had occurred during the Palaeolithic until Palaeometalic stage. Apparently until today, this area has become primadona for dwelling site. In regard to the idealistic attribute for setting on the bank of Danau Bandung Purba was stone tools made of batu kendan or obsidian which is assumed originated from the site. This Article discusses the relationship between human occupation on the Danau Bandung Purba and the available stone tool resources.
POTENSI SITUS GUA HUNIAN PRASEJARAH DI KAWASAN KARST PEGUNUNGAN MERATUS, KALIMANTAN SELATAN Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 7, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v7i1.90

Abstract

Abstrak. Situs gua prasejarah yang telah memberikan informasi yang komprehensif mengenai pemukiman adalahGua Babi dan Gua Tengkorak yang ditemukan di zona utara lingkungan karst Pegunungan Meratus. Kawasankarst ini ditemukan memanjang dari zona utara sampai dengan selatan. Setiap zona menunjukkan kronologi okupasiyang berbeda-beda dari masa Mesolitik sampai Neolitik. Tulisan ini membahas faktor-faktor yang menjadi dasarpertimbangan manusia prasejarah dalam mengokupasi kawasan karst Pegunungan Meratus. Studi ini dilakukandengan menggunakan metode deskriptif dan penalaran induktif. Hasil studi menunjukkan bahwa okupasi kawasanPegunungan Meratus telah terjadi sekitar 6.000 tahun lalu oleh kelompok manusia yang memiliki mata pencaharianberburu dan mengumpulkan makanan. Kegiatan okupasi di kawasan karst tersebut dilandasi oleh pertimbanganpotensi air bersih dan sumber daya alimentasi yang potensial yang mendukung eksistensi keseharian manusia.

Page 1 of 55 | Total Record : 545


Filter by Year

2006 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 17 No 1 (2023): Naditira Widya Volume 17 Nomor 1 Tahun 2023 Vol 16 No 2 (2022): Naditira Widya Volume 16 Nomor 2 Tahun 2022 Vol 16 No 1 (2022): Naditira Widya Volume 16 Nomor 1 Tahun 2022 Vol 15 No 2 (2021): NADITIRA WIDYA VOLUME 15 NOMOR 2 OKTOBER 2021 Vol 15 No 1 (2021): NADITIRA WIDYA VOLUME 15 NOMOR 1 APRIL 2021 Vol 14 No 2 (2020): NADITIRA WIDYA VOLUME 14 NOMOR 2 OKTOBER 2020 Vol 14 No 1 (2020): NADITIRA WIDYA VOLUME 14 NOMOR 1 APRIL 2020 Vol 13 No 2 (2019): NADITIRA WIDYA Vol 13, No 1 (2019): NADITIRA WIDYA Vol 13 No 1 (2019): NADITIRA WIDYA Vol 12, No 2 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 2 Oktober Tahun 2018 Vol 12 No 2 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 2 Oktober Tahun 2018 Vol 12, No 1 (2018): NADITIRA WIDYA VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018 Vol 12 No 1 (2018): NADITIRA WIDYA VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018 Vol 11 No 2 (2017): Naditira Widya Volome 11 Nomor 2 Oktober 2017 Vol 11, No 2 (2017): Naditira Widya Volome 11 Nomor 2 Oktober 2017 Vol 11 No 1 (2017): Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017 Vol 11, No 1 (2017): Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017 Vol 10 No 2 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016 Vol 10, No 2 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016 Vol 10, No 1 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 1 Tahun 2016 Vol 10 No 1 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 1 Tahun 2016 Vol 9, No 2 (2015): OKtober 2015 Vol 9 No 2 (2015): OKtober 2015 Vol 9 No 1 (2015): April 2015 Vol 9, No 1 (2015): April 2015 Vol 8, No 2 (2014): Oktober 2014 Vol 8 No 2 (2014): Oktober 2014 Vol 8, No 1 (2014): April 2014 Vol 8 No 1 (2014): April 2014 Vol 7 No 2 (2013): Oktober 2013 Vol 7, No 2 (2013): Oktober 2013 Vol 7, No 1 (2013): April 2013 Vol 7 No 1 (2013): April 2013 Vol 6 No 2 (2012): Oktober 2012 Vol 6, No 2 (2012): Oktober 2012 Vol 6, No 1 (2012): April 2012 Vol 6 No 1 (2012): April 2012 Vol 5, No 2 (2011): Oktober 2011 Vol 5 No 2 (2011): Oktober 2011 Vol 5 No 1 (2011): April 2011 Vol 5, No 1 (2011): April 2011 Vol 4, No 2 (2010): Oktober 2010 Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010 Vol 4 No 1 (2010): April 2010 Vol 4, No 1 (2010): April 2010 Vol 3 No 2 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.2 Vol 3, No 2 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.2 Vol 3 No 1 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.1 Vol 3, No 1 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.1 Vol 2, No 2 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.2 Vol 2 No 2 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.2 Vol 2, No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1 Vol 2 No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1 Vol 1, No 2 (2007): Naditira Widya Volume 1 Nomor 2 Tahun 2007 Vol 1 No 2 (2007): Naditira Widya Vol. 1 No.2 Vol 1, No 1 (2007): Naditira Widya Vol. 1 No.1 Vol 1 No 1 (2007): Naditira Widya Vol. 1 No.1 No 16 (2006): Naditira Widya Nomor 16 Oktober 2006 No 16 (2006): Naditira Widya Nomor 16 Oktober 2006 More Issue