Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

POLA PEMANFAATAN GUA-GUA HUNIAN PRASEJARAH DI KALIMANTAN SELATAN DAN TIMUR Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 3, No 2 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.2
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v3i2.144

Abstract

The physiography of Kalimantan comprise a vast range of karst potential for prospective scientific research and development, particularly, archaaeological and cultural studies; karst offers an invaluable data in regard to human benefiting from ones enviroment including setting up a dwelling place in a cave or rockshelter thousands of years ago. Evidences of cave dwellers have been found in the southeastern and eastern part of Kalimantan. This article discusses patterns employed by human in choosing and benefiting from caves as either temporary or permanent dwelling place in the past.
POTENSI SITUS GUA HUNIAN PRASEJARAH DI KAWASAN KARST PEGUNUNGAN MERATUS, KALIMANTAN SELATAN Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 7, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v7i1.90

Abstract

Abstrak. Situs gua prasejarah yang telah memberikan informasi yang komprehensif mengenai pemukiman adalahGua Babi dan Gua Tengkorak yang ditemukan di zona utara lingkungan karst Pegunungan Meratus. Kawasankarst ini ditemukan memanjang dari zona utara sampai dengan selatan. Setiap zona menunjukkan kronologi okupasiyang berbeda-beda dari masa Mesolitik sampai Neolitik. Tulisan ini membahas faktor-faktor yang menjadi dasarpertimbangan manusia prasejarah dalam mengokupasi kawasan karst Pegunungan Meratus. Studi ini dilakukandengan menggunakan metode deskriptif dan penalaran induktif. Hasil studi menunjukkan bahwa okupasi kawasanPegunungan Meratus telah terjadi sekitar 6.000 tahun lalu oleh kelompok manusia yang memiliki mata pencaharianberburu dan mengumpulkan makanan. Kegiatan okupasi di kawasan karst tersebut dilandasi oleh pertimbanganpotensi air bersih dan sumber daya alimentasi yang potensial yang mendukung eksistensi keseharian manusia.
INTENSIFIKASI SOSIALISASI DAN KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA ARKEOLOGI: STUDI KASUS DI KALIMANTAN Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 5, No 2 (2011): Oktober 2011
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v5i2.77

Abstract

Abstrak. Penelitian arkeologi di wilayah operasional Pulau Kalimantan memang menjadi tugas dan wewenang dariBalai Arkeologi Banjarmasin. Selain melaksanakan penelitian arkeologi, Balai Arkeologi Banjarmasin juga mempunyaitanggung jawab bersama-sama Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Samarinda untuk melaksanakan secarakontinu sosialisasi pentingnya sumber daya arkeologi dan pengelolaan cagar budaya yang ada di masing-masingdaerah dan pengelolaan cagar budaya. Sementara itu, dengan efektifnya pelaksanaan Undang-Undang nomor32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, operasional kewenangan kebudayaan dalam tata laksanapemerintahan daerah mengalami perubahan. Perubahan tersebut berkenaan dengan kebijakan pengelolaanbidang kebudayaan, baik material maupun non-material. Namun sayangnya, dalam pengimplementasian kebijakantersebut terdapat kendala yaitu, instansi daerah belum memiliki sumber daya manusia yang kompeten untukmelaksanakan penelitian arkeologi dan konservasi cagar budaya. Tampaknya kebudayaan masih dipandangsama dengan kesenian, jadi banyak instansi daerah yang mempunyai kepala seksi kesenian atau pariwisatadaripada kepala seksi kebudayaan. Tulisan ini membahas gejala perbedaan visi pengelolaan sumber daya arkeologiantara pemerintah pusat dan daerah, serta strategi koordinasi menyamakan visi tersebut dalam upaya peningkatankesejahteraan hidup masyarakat berbasis pelestarian cagar budaya sesuai Undang- Undang Republik Indonesianomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
ROCK-ARTKALIMANTAN TIMUR: JENIS GAMBAR DAN WAKTU PEMBUATANNYA Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 10, No 1 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 1 Tahun 2016
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v10i1.173

Abstract

Keberadaan lukisan dinding gua di Kalimantan Timur yang mulai ditemukan sekitar tahun 1990an, merupakanpenemuan baru dan merubah wawasan pengetahuan arkeologi di Indonesia. Beraneka jenis gambar ada di dinding guagua di kawasan karst Sangkulirang Mangkalihat. Telapak tangan merupakan jenis gambar yang paling dominan dikawasan situs ini, dengan berbagai bentuk dan variasinya. Penelitian ini akan membahas hubungan antara jenis gambaryang ada dan waktu pembuatannya secara relatif. Metode yang digunakan bersifat deskriptif. Penentuan kronologi didasarkanpada perbedaan jenis gambar dan kebiasaan yang dilakukan dalam budaya rock-artpada umumnya. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa proses pembuatan lukisan dinding pada masa lalu dilakukan secara berurutan.
TRADISI PENGUBURAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SEMBAKUNG, KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN UTARA Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 8, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v8i1.105

Abstract

Sungai Sembakung mengalir di wilayah Kabupaten Nunukan, melintasi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Lumbis Ogong di hulu,Kecamatan Lumbis Induk, dan Kecamatan Sembakung. Di bagian hulu Sungai Sembakung merupakan pemukiman kelompok etnisDayak Agabag (Tengalan) dan Dayak Tahol. Kedua subetnis ini mempunyai tradisi penguburan yang unik, yang menarik untukdiungkapkan. Permasalaha`n dalam tulisan ini adalah bagaimana bentuk tradisi penguburan yang ada di DAS Sembakung? Tulisan inibertujuan untuk mengetahui tradisi penguburan yang ada di masyarakat Dayak Agabag (Tengalan) dan Tahol, terkait sejarah, konsep,dan lokasi DAS Sembakung. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di situs-situs kubur dan wawancaradengan tokoh terpilih yang mengetahui tradisi penguburan yang dimaksud. Hasil yang diharapkan adalah informasi yang jelas tentangbentuk tradisi penguburan di DAS Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
KAJIAN AWAL TENTANG LUKISAN DINDING GUA DI LIANG BANGKAI, KALIMANTAN SELATAN Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 8, No 2 (2014): Oktober 2014
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v8i2.106

Abstract

Sejak ditemukannya lukisan dinding gua untuk pertama kali pada tahun 1988 di Liang Kaung,Kalimantan Barat, yang kemudiandiikuti dengan penemuan lukisan dinding lain di wilayah Kalimantan Timur, tampaknya temuan lukisan-lukisan di dinding gua di Kalimantanmulai bermunculan. Fenomena ini mungkin terjadi akibat dari semakin terbukanya kawasan hutan di sekitar pegunungan atau perbukitankarst yang ada. Terbukanya akses ini memudahkan kita untuk mengunjungi gua-gua yang banyak terdapat di pegunungan karsttersebut, dan akhirnya menemukan lukisan kuna pada dinding gua. Lukisan dinding dari bahan arang yang ditemukan di Bukit Bangkai,Kalimantan Selatan, merupakan salah satu temuan yang terbaru. Artikel ini akan membahas jenis lukisan dinding yang ada di gua danceruk di Bukit Bangkai. Pembahasan ini didasarkan pada pengamatan langsung terhadap motif gambar yang ada pada dinding gua,yang dilanjutkan studi pustaka, memperbandingkan dengan temuan yang sama di situs lainnya di Kalimantan. Kajian lukisan dinding guaini menunjukkan bahwa jenis lukisan dinding gua di Bukit Bangkai hanya berwarna hitam dan dalam kondisi kabur.
PENGELOLAAN KAWASAN KARST DI KALIMANTAN SELATAN Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 2, No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v2i1.166

Abstract

The karst environment is a unique natural phenomenon, which provides abundant resources for human survival, such as minerals, birds nest, guano, and forest products. Beside natural resources, the karst environment also store cultural resources essensial to archaeological i.e. caves or rock shelters, which once occupied by prehistoric human. Therefore, it is important to be able to preserve the karst environment, either natural or cultural, for the benefit to the next generation. In order to carry out an appropriate karst environment management, especially in South Kalimantan, coordination and collaboration should be established between the Centre for Archaeology, Banjarmasin, the Local office for Culture and Tourism, the Conservation Centre for Natural Resources, the Lambung Mangkurat University, the non government organization on culture and the South Kalimantan community and produce a policy as a legal instruction to protect and preserve the South Kalimantan natural resources. This article discusses the strategy pf preservation-based karst environment management in South Kalimantan.
MENGUNJUNGI MUSEUM SENI PURBA DI KALIMANTAN Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 4, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v4i1.137

Abstract

Kalimantan is wellknown for its karst environment, which bear rock shelters and caves. Apparently, the karst environment in East Kalimantan provides important information on prehistoric human occupation, especially humans appreciation toward narure in the form of art. The art in Marang is illustrated on cave walls as rock paintings of hand imprints and other images. Such presentation may be comparable to a museum display, however, it present in situ data with more invaluable cultural and historical information. This article discusses the uniquensess of materializing humans sense of art on cave wall and their role as museum for the benefit of future generation.
POTENSI ARKEOLOGI PRASEJARAH KABUPATEN TANAH BUMBU DAN ANCAMAN YANG DIHADAPINYA Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 9, No 1 (2015): April 2015
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v9i1.117

Abstract

Kabupaten Tanah Bumbu merupakan daerah pemekaran baru dari Kabupaten Kotabaru. Kabupaten TanahBumbu mempunyai sumber daya kawasan karst yang besar, terutama di wilayah Kecamatan Mantewe. Penelitian arkeologidi Kabupaten Tanah Bumbu dilakukan Balai Arkeologi Banjarmasin sejak tahun 2008. Permasalahan penelitian adalahmengetahui potensi situs arkeologi prasejarah di Kabupaten Tanah Bumbu dan ancamannya. Metode penelitian yangdigunakan adalah survei dan ekskavasi arkeologi terhadap gua-gua di kawasan karst Mantewe. Hasil penelitian menunjukkanadanya informasi baru tentang situs gua hunian prasejarah di kawasan tersebut, yaitu adanya lukisan dinding gua dantemuan rangka manusia. Ditemukan juga adanya tiga kegiatan yang mengancam keberadaan situs, yaitu kegiatanpenambangan batubara, penambangan batu gamping, dan penambangan guano. Oleh karena itu penelitian lanjutan yangintensif harus segera dilakukan, kawasan karst harus dilindungi dan dikelola dengan baik.
TRADISI DAYAK LEBO DAN BUDAYA ROCK-ART DI KALIMANTAN TIMUR Sugiyanto, Bambang
Naditira Widya Vol 6, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v6i1.80

Abstract

Abstrak. Di kawasan karst Sangkulirang telah ditemukan sejumlah gua yang menyimpan gambar cadas. Penemuantersebut menunjukkan bahwa budaya gambar cadas tidak hanya berkembang di kawasan Indonesia bagian timur.Saat ini, di sekitar kawasan karst Sangkulirang berdiam masyarakat Lebo yang memiliki budaya penguburan didalam gua. Berdasarkan data lingkungan, tradisi, dan etnohistori masyarakat Lebo, tulisan ini membahas identitasmasyarakat Lebo dan hubungan tradisinya dengan budaya gambar cadas di kawasan karst Sangkulirang. Hasilkajian menunjukkan bahwa lokas hunian dan tradisi masyarakat Lebo yang masih memiliki anasir prasejarahmengarahkan dugaan adanya pewarisan budaya dan proses budaya yang berlanjut di kawasan Sangkulirang.