cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. grobogan,
Jawa tengah
INDONESIA
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani
ISSN : 26147203     EISSN : 25799932     DOI : -
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan pelayanan Kristiani, dengan nomor ISSN: 2579-9932 (online), ISSN: 2614-7203 (print), diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta.
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1: Mei 2021" : 12 Documents clear
Evolusi, Kepegarian, dan Spiritualitas: Memahami Realitas Pandemi dan Pasca-Pandemi Berdasarkan Pemikiran Ilia Delio Stepanus Ammai Bungaran
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.224

Abstract

This article assesses the pandemic and post-pandemic situation from a theological lens. The Covid-19 pandemic abruptly halted the order of life. Covid-19 imposes a new lifestyle that seems to persist even after the pandemic is considered to have passed. In this regard, it is no longer possible to see the pandemic as "abnormal."  The best option for understanding the pandemic is to accept it as a new reality and respond to it accordingly, including spiritually. The word "spiritual" in this article refers to realizing the significance of Christ's presence during the pandemic and even after the pandemic. In a very dynamic and utterly uncertain world, it takes an effort to live in Christ, which is also very dynamic and emerges in and through uncertainty. This idea is constructed based on emergentism and evolution, in particular Ilia Delio's idea about The Emergent Christ, and Gordon Kaufman's ideas about serendipitous creativity. The goal is to understand Christ as a certainty as well as uncertainty and as a spiritual way of living in the pandemic and post-pandemic. By living the uncertain Christ, Christian spirituality is being invited to live a love that is embracing, unifying, and always new. This spirituality is what is needed to support pandemic and post-pandemic life.AbstrakTulisan ini merupakan sebuah upaya memahami pandemi dan pasca-pandemi dari lensa teologi. Pandemi Covid -19 tiba-tiba saja mengubah tatanan kehidupan. Covid-19 memaksakan laku hidup baru yang tampaknya akan menjadi kesehari-harian bahkan setelah pandemi ini dianggap berlalu. Dalam konteks ini, pandemi tidak mungkin lagi dilihat sebagai kondisi “abnormal.” Pilihan terbaik memahami pandemi adalah menerimanya sebagai realitas baru dan meresponnya secara wajar, termasuk secara spiritual. Kata “spiritual” dalam tulisan mengarah sebuah upaya melihat signi-fikansi kehadiran Kristus dalam pendemi bahkan pasca-pandemi. Dalam dunia yang sangat dinamis dan serba tidak pasti, dibutuhkan sebuah upaya menghidupi Kristus yang juga sangat dinamis dan muncul di dalam dan melalui ketidakpastian. Tulisan ini merupakan undangan memahami Kristus sebagai kepastian sekaligus ketidakpastian sebagai jalan spiritual menghidupi pandemi dan pasca-pandemi. Gagasan ini dikon-struksi dari perspektif kepegarian, evolusi, gagasan Delio tentang The Emergent Christ, dan gagasan Kaufman tentang Serendipitous Creativity. Dengan menghidupi Kristus yang tidak pasti, spiritualitas Kristen sesungguhnya sedang diundang meng-hidupi cinta yang merengkuh, menyatukan, dan selalu baru. Spiritualitas inilah yang dibutuhkan menghidupi pandemi dan pasca pandemi. 
Teologi Kerukunan Umat Beragama: Studi pada Masyarakat Desa Boneana, Kupang Barat Marla Marisa Djami
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.231

Abstract

This study intends to describe the religious harmony in Boneana village. Communi-cation between religious communities is still tenuous. The harmony between religious communities in Bonenana can be used as an example in national life. The system for regulating religious communities is not yet optimal. This research approach is qualitative, data obtained through interviews with the Boneana community. The results of the analysis show that religious differences are not a barrier to mutual help. The trauma caused by the conflict after evacuating from Timor Leste made the people of Boneana want to live in peace. Harmony in the Boneana community is built on mutual respect for one another. The dialogue carried out by the Bonenana community is informal, where dialogue is in everyday life. The difference is a platform used by the people in Bonenana to build a sense of belonging. The people in Boneana have carried out harmony according to the principle of harmony theology.AbstrakPenelitian ini bermaksud memaparkan kerukunan beragama di desa Boneana. Komunikasi antar umat beragama masih renggang. Kerukunan antar umat beragama di Bonenana dapat dijadikan contoh dalam kehidupan berbangsa. Sistem  pengaturan umat beragama belum masksimal. Pendekatan penelitan ini adalah kualitatif. Data didapatkan melalui wawancara terhadap masyarakat Boneana. Hasil analisis memperli-hatkan bahwa perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk saling membantu. Trauma akibat konflik pasca mengungsi dari Timor Leste membuat masyarakat Boneana ingin hidup damai. Kerukunan di masyarakat Boneana dibangun dalam sikap saling menghargai satu sama lain. Dialog yang dilakukan masyarakat Bonenana bersifat informal, di mana dialog dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan merupakan wadah yang dipakai masyarakat di Bonenana untuk membangun rasa saling memiliki. Masyarakat di Boneana telah menjalankan kerukunan sesuai pokok teologi kerukunan.
Aplikasi Ibrani 12:5-13 sebagai Model Pendidikan Karakter Disiplin Anak Generasi Z dalam Keluarga Kristen di Era New Normal Pandemi Covid-19 Kezia Yemima
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.203

Abstract

Covid-19 has an impact on the lives of generation Z children 7-14 years old. Besides the health issue, the discipline character of generation Z children 7-14 years old also became the problem in the New Normal Pandemic Covid-19 Era. This problem can be solved by applying discipline character training for children in a Christian family. This research aims to create a discipline character training model in a Christian family for generation Z children 7-14 years old in the era of New Normal Pandemic Covid-19 Era. This research is applied research that uses a qualitative approach, using descriptive and interpretive analysis methods. By using this method, the principle education context in Hebrew 12:5-13 dan context of generation Z children can be obtained. The principle and context will be synthesized to produce the new model of education characteristics. This research produces a discipline character education model in Christian families for children of generation Z, aged 7-14 years at New Normal Pandemic Covid-19 Era.AbstrakCovid-19 berdampak pada kehidupan anak-anak generasi Z usia 7-14 tahun. Selain isu kesehatan, disiplin anak generasi Z usia 7-14 tahun dalam melaku-kan kegiatan sehari-hari juga menjadi permasalahan di era New Normal Pan-demi Covid-19 ini. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menerapkan pen-didikan karakter disiplin bagi anak dalam keluarga Kristen. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model pendidikan karakter disiplin dalam keluarga Kristen bagi anak-anak generasi Z di era New Normal Pandemi Covid-19. Penelitian ini adalah penelitian terapan yang menggunakan pen-dekatan kualitatif, dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan interpretatif. Dengan metode ini, prinsip pendidikan kitab Ibrani 12:5-13 dan konteks anak generasi Z dapat diperoleh. Prinsip dan konteks tersebut akan disintesiskan untuk menghasilkan model pendidikan karakter yang baru. Penelitian ini menghasilkan model pendidikan karakter disiplin dalam keluar-ga Kristen era new normal Pandemi Covid-19
Semangat Reformasi Persembahan Umat Pasca Pembuangan Menurut Maleakhi 3:6-12 Rudolf Panggabean
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.243

Abstract

The tithe offering to God shows the repentance of the people to Him. Obedience in giving a true tithe offering is a practice of covenant between God and His people, but n its implementation, people break their covenants against God's decree.  people still practice the wrong practices of worshipping God, especially regarding things. The real tithe is not of how much the people give to God, but rather a form of obedience to Him. This condition was conveyed by Malachi to the people of Israel. This study aims to analyze the text of Malachi 3:6-12 to gain an understanding of the spirit of reform of post-exile offerings. The method used in this study is qualitative by applying descriptive methods through the analysis of the social history of the text. In terms of the spirit of reform of the people after the exile according to the text of Malachi 4:6-12, it is obtained an understanding of the spirit of reform of the offering of the people as obedience through thanksgiving to God and to the common welfare.AbstrakPersembahan persepuluhan kepada Allah menunjukkan pertobatan umat kepada-Nya. Ketaatan dalam memberikan persembahan persepuluhan yang benar merupakan salah satu praktik perjanjian antara Allah dan umat-Nya, namun pada pelaksanaannya, umat melanggar perjanjian mereka terhadap ketetapan Allah itu. umat masih saja melakukan praktik peribadatan yang salah kepada Allah, khususnya mengenai persembahan perse-puluhan. Kondisi ini disampaikan Nabi Maleakhi kepada umat Israel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa teks Maleakhi 3:6-12 untuk mendapatkan pemahaman semangat reformasi persembahan umat pasca pembuangan. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan menerapkan metode deskriptif melalui analisis sejarah sosial teks. Dalam hal semangat reformasi persmbahan umat pasca pembuangan  menurut teks Maleakhi 4:6-12, maka didapatkan pemahaman mengenai semangat reformasi persembahan umat sebagai ketaatan melalui ucapan syukur kepada Allah dan untuk kesejahteraan bersama
Strategi Misi Orang Percaya dalam Mengaktualisasi Amanat Agung di Era New Normal Joko Sembodo; Sari Saptorini
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.240

Abstract

Church leaders and believers often focus too much on their respective churches and pay less attention to the unity of the body of Christ in winning souls. There is an understanding of the basic concept of evangelism that is not properly understood in its application as a witness of Christ. Becomes an obstacle in actualizing the mandate of the Great Commission. Through descriptive qualitative methods, it can be concluded that the essence of the Great Commission and its Challenges will lead believers to maintain the spirituality of believers because with a mature and spiritually mature spirituality they can become examples and role models so that they can actualize the Mission appropriately and in line with God's will. Furthermore, the believer has the knowledge that mission is a testimony of the believer's faith. hence this missiological concept carries the same spirit when Jesus wanted believers to be light and bring the news of salvation.AbstrakPemimpin gereja dan orang percaya tidak jarang terlalu lebih fokus pada gerejanya masing-masing dan kurang memberi perhatian pada kesatuan tubuh Kristus dalam memenangkan jiwa-jiwa. Adanya pengertian konsep dasar penginjilan yang tidak dimengerti secara benar dalam penerapannya sebagai saksi Kristus. Menjadi kendala dalam mengaktualisasi mandat Amanat Agung. Melalui metode kualitatif deskritif  dapat disimpulkan bahwa hakikat Amanat Agung  dan tantangannya akan membawa orang percaya  untuk menjaga  Spritualitas orang percaya sebab dengan kerohanian yang matang dan dewasa rohani dapat menjadi contoh dan teladan sehingga dapat mengaktualisasi Misi dengan tepat dan sejalan dengan kehendak Tuhan. Selanjutnya orang percaya memiliki pengetahuan bahwa misi sebagai kesaksian Iman orang percaya. maka konsep misiologi ini membawa semangat yang sama ketika Yesus menginginkan orang percaya menjadi terang dan membawa kabar keselamatan.
Menggagas Penggunaan Benih dalam Perayaan Paskah: Analisis Biblikal Yohanes 12:20-26 Alon Mandimpu Nainggolan; Yuni Feni Labobar
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.239

Abstract

Easter is one of the most important Christian and Catholic holidays and dates back to the church in the first century until today. The Passover holiday reminds Christians how Jesus died and was resurrected for the sake of human salvation. There are many ways Christians celebrate Easter, but the most popular of which is Easter is identified with eggs. This study aims to increase understanding of church traditions, especially easter eggs which are believed to have no biblical basis because the Lord Jesus in his ministry never used them as illustrations to explain His death and resurrection. The research method chosen is descriptive qualitative with literature study and exposition approach on the text on John 12:20-26. Celebrating Easter according to Bible standards is very significant today and in the future. That is why taking up Jesus' parable of the wheat is an offer for the church today to gain a relevant understanding of the Passover. Easter celebrations using plant seeds become a symbol of survival for oneself, family, church, environment, and government.AbstrakPaskah adalah salah satu hari raya Kristen dan Katolik yang sangat penting, dan telah dimulai sejak gereja abad pertama hingga saat ini. Hari raya Paskah mengingatkan orang Kristen bagai-mana Yesus mati dan dibangkitkan demi keselamatan manusia. Beragam cara orang Kristen da-lam merayakan hari raya paskah, namun yang paling populer paskah diidentikkan dengan telur. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai tradisi gereja, khususnya telur paskah yang diyakini tidak memiliki dasar Alkitab, karena Tuhan Yesus dalam pelayanannya tidak pernah menggunakannya sebagai ilustrasi untuk menjelaskan kematian dan kebangkitan-Nya. Metode penelitian yang dipilih adalah kualitatif deskriptif dengan studi kepustakaan dan pendekatan eksposisi pada teks Yohanes 12:20-26. Merayakan paskah sesuai stan-dar Alkitab adalah sangat signifikan di masa kini dan di masa mendatang. Itu sebab-nya, mengangkat perumpamaan Yesus tentang biji gandum menjadi tawaran bagi ge-reja saat ini untuk memperoleh pemahaman yang relevan tentang paskah. Perayaan paskah dengan menggunakan benih tumbuh-tumbuhan menjadi simbol keberlang-sungan hidup bagi diri sendiri, keluarga, gereja, lingkungan hidup dan pemerintah.
Iman Kristen dan Ranah Publik: Sketsa Pemikiran Abraham Kuyper David Kristanto; Tony Salurante
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.246

Abstract

Abraham Kuyper was arguably a Christian who had brought the implications of the Christian faith to the public sphere in a remarkable way. For Kuyper, the Christian faith had equally emphasized the importance of transformation of the heart and transformation of the society. Using a historical theology approach, this article attempts to present a sketch of Kuyper’s thought on the public implications of the Christian faith, which includes his concept of sphere sovereignty, visible organic church, and common grace. By elaborating on those three Kuyperian concepts, this article seeks to provide an introduction to Kuyper studies and to increase the reception of Kuyper’s theology in Indonesia.AbstrakAbraham Kuyper merupakan seorang Kristen yang dapat dikatakan cukup sukses dalam membawa implikasi iman Kristen ke ranah publik. Di mata Kuyper, iman Kristen yang memiliki penekanan kepada bagaimana hati seseorang diubah atau dilahirbarukan, harus juga menekankan, bagaimana iman tersebut diaplikasikan ter-hadap perubahan masyarakat, di mana seseorang tersebut tinggal, ke arah yang lebih baik. Melalui pendekatan teologi historika, artikel ini berupaya memberikan sebuah sketsa atas konsep-konsep pemikiran Kuyper seputar implikasi iman Kristen terhadap ranah publik, meliputi: ranah kedaulatan (sphere sovereignty), Gereja organik yang kelihatan (visible organic church), dan anugerah umum (common grace). Melalui ela-borasi atas ketiga konsep pemikiran tersebut, artikel ini diharapkan dapat menjadi pengantar kepada studi Kuyper sekaligus meningkatkan minat dan penerimaan atas teologi Kuyper di Indonesia.
Aktualisasi Kasih Allah bagi Sesama: Implementasi Pemikiran dan Praktik Pendidikan Kristiani Johann Heinrich Pestalozzi dalam Konteks Pendidikan Karakter dan Nilai Sherly Adipati; Maria Evvy Yanti
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.242

Abstract

Education is sometimes understood as an attempt to share knowledge only. Students are only prepared to achieve the future in material aspects without realizing the importance of sharing life with others through good behavior. Knowledge and skills as well as knowing and feeling God's presence in life together in the family, school, church, and community need to be paid attention to and practiced. One of the participations is related to this view by rewriting the thoughts of a Christian education expert regarding the concepts and methods of learning in the implementation of education. This article discusses the participation of Johann Heinrich Pestalozzi in Christian education learning, with the aim of preparing and developing basic theological and psychological concepts so that the nature and objectives of learning are implemented in their context. The research method is qualitative with research procedures that make use of descriptive data. After going through a critical study, the results of this article are used as a rationale in practicing Christian education learning for the lives of the people.AbstrakPendidikan terkadang dipahami sebagai usaha untuk membagikan pengetahuan saja. Peserta didik hanya dipersiapkan untuk mencapai masa depan dalam aspek materi saja tanpa kesadaran pentingnya hidup berbagi dengan sesama melalui perilaku yang baik. Pengetahuan dan keterampilan serta mengenal dan merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan bersama baik di keluarga, sekolah, gereja dan masyarakat perlu diperha-tikan dan dipraktikkan. Salah satu partisipasi yang dilakukan berhubungan dengan pandangan ini dengan menuliskan kembali pemikiran seorang ahli pendidikan Kristia-ni mengenai konsep dan metode pembelajaran dalam pelaksanaan pendidikan. Artikel ini untuk membahas partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam pembelajaran pen-didikan Kristiani, dengan tujuan mempersiapkan dan membangun konsep dasar teo-logis dan psikologis, sehingga hakikat dan tujuan pembelajaran terimplementasi dalam konteksnya. Metode penelitian adalah kualitatif dengan prosedur riset yang meman-faatkan data deskriptif. Setelah melalui kajian kritis, hasil dari artikel ini digunakan sebagai dasar pemikiran dalam mempraktikkan pembelajaran pendidikan Kristiani bagi kehidupan umat.
Sakralitas Burung Enggang dalam Teologi Lokal Masyarakat Dayak Kanayatn Claudya Ingrid Sahertian
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.202

Abstract

This article aims to explore the culture of the Dayak Kanayatn people regarding the rituals and sacredness of hornbills. Retrieval of data using qualitative research with the ethnography method, through interview techniques, observation, documentary studies, and literature studies. The community makes hornbills a sacred symbol. This attitude can be seen when the community carries out Karana traditional rituals as an implementation of local theology and narrates them in dances, carvings, carvings, and traditional clothing attributes. Through rituals, the community believes that the hornbill is a link between heaven (subayatn) and the world that brings people to death (pidara) into eternity. Hornbills have a significant influence on the Kanayatn Dayak indigenous people because they contain noble values. Everything related to hornbills, including their lifestyle, natural seed dispersers, forest guards, physical beauty, has become sacred to the Kanayatn Dayak community. This study concludes that the hornbill is a sacred symbol in local theology and capital of social integration for the Kanayatn Dayak community.AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi budaya masyarakat Dayak Kanayatn tentang ritual dan sakralitas burung Enggang. Pengambilan data menggunakan penelitian kualitatif dengan metode ethnografi dan nethnografi, melalui teknik wawancara, observasi, studi dokumenter dan studi pustaka. Masyarakat menjadikan burung Enggang sebagai simbol sakral. Sikap tersebut terlihat ketika masyarakat melaksanakan ritual adat Karana sebagai implementasi teologi lokal, serta menarasikannya dalam tarian, ukiran, pahatan dan atribut pakaian adat. Melalui ritual  masyarakat meyakini bahwa burung Enggang sebagai penghubung  surga (subayatn) dan dunia. Burung Enggang yang membawa orang meninggal (pidara) masuk kekekalan. Burung Enggang memberi pengaruh yang signifikan bagi masyarakat adat Dayak Kanayatn karena mengandung nilai-nilai yang luhur. Segala sesuatu yang berhubungan dengan burung Enggang baik pola hidup,  pemencar biji alami, penjaga hutan, keindahan fisik, menjadi sakral bagi masyarkat Dayak Kanayatn. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Burung Enggang adalah simbol sakral dalam teologi lokal  dan modal integrasi sosial bagi masyarakat Dayak Kanayatn.
Pendidikan Kristiani Sebagai Sarana Pembentukan Karakter Anak-anak Suku Moi, Distrik Klamono, Sorong, Papua Barat Tia Metanfanuan; Charliany Hetharia
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.199

Abstract

Education is currently still believed to have strategic and urgent value in shaping the character of a nation, especially in relation to its main task of building the character of students. The morality crisis is a very pressing problem in modern times. The values of life eroded slowly as the saman grew. The deterioration of character is a very serious problem in education, especially in Indonesia. The low character education makes students do things that are not reasonable. The field of study of Christian Religious Education is one of the fields of study that is relied on to build and shape the personality and faith growth of students. In this case, building character does not necessarily work. Therefore, Christian Religious Education Teachers are expected to carry out their duties seriously in accordance with the goals of education and learning, namely to form and create a generation that has noble morals, is responsible, and has the character of Christ under the guidance of the Holy Spirit as a powerful person in human life.AbstrakPendidikan saat ini masih diyakini memiliki nilai strategis dan urgen dalam pembentukan karakter suatu bangsa, terutama  berkaitan dengan tugas utamanya yakni pembentukan karakter peserta didik. Krisis moralitas merupakan masalah yang sangat mendesak pada zaman modern ini. Nilai-nilai kehidupan terkikis secara perlahan seiring perkembangan saman. Kemerosotan karakter menjadi salah satu masalah yang sangat serius dalam pendidikan khususnya di Indonesia. Rendahnya pendidikan karakter membuat siswa melakukan hal-hal yang tidak wajar.  Bidang studi Pendidikan Agama Kristen merupakan salah satu bidang studi yang diandalkan untuk membangun dan membentuk pribadi, serta pertumbuhan iman peserta didik. Dalam hal inilah, membentuk karakter tentu tidak serta merta berhasil. Oleh karena itu, Guru Pendidikan Agama Kristen diharapkan agar melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran yakni membentuk dan menciptakan generasi yang beraklak mulia, bertanggung jawab dan memiliki karakter Kristus dibawah bimbingan Roh Kudus sebagai Pribadi yang berkuasa dalam hidup manusia.

Page 1 of 2 | Total Record : 12