cover
Contact Name
Argyo Demartoto
Contact Email
jas@mail.uns.ac.id
Phone
+62271637277
Journal Mail Official
jas@mail.uns.ac.id
Editorial Address
https://jurnal.uns.ac.id/jas/about/editorialTeam
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Analisa Sosiologi
ISSN : 23387572     EISSN : 26150778     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Analisa Sosiologi (JAS) diterbitkan per semester pada bulan April dan Oktober oleh Program Studi Magister Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan ISSN : 2338 - 7572 (Print) dan ISSN: 2615-0778 (Online). JAS berdasarkan kutipan dan keputusan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor: 21/E/KPT/2018, tanggal 9 Juli 2018 tentang hasil akreditasi jurnal ilmiah periode 1 tahun 2018, telah terakreditasi Peringkat 4 yang berlaku 5 Tahun, yaitu Volume 5 Nomor 1 tahun 2016 sampai Volume 9 Nomor 2 Tahun 2020. JAS memfokuskan diri pada hasil penelitian terkait isu-isu sosial-kontemporer di Indonesia, khususnya yang berkenaan dengan perkembangan masyarakat dari berbagai aspek. Selain itu, JAS juga menerima artikel yang bersumber pada telaah pustaka terkait dengan upaya pengembangan teori-teori sosiologi. Informasi mengenai JAS juga bisa diperoleh melalui media sosial.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 2 (2022)" : 7 Documents clear
KEBUDAYAAN PASCA-DIGITAL DAN PASIFIKASI MAL DALAM FAKULTAS EKSISTENSIALNYA Faudyan Eka Satria; Triyan Rahayu Priyastowo
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i2.57558

Abstract

Due to the Covid-19 pandemic, the mobility restrictions policy has a cultural change in several sectors, such as shopping. We can see how people use digital devices in their shopping activities: communicating, constructing trust, and even entertainment. At that point, spending in urban areas like malls underwent its existential transformation. Previously, the mall was positioned as a place to shop-beside and show the 'existence' of several people. On the other corner, there are concerns that the mall is actually 'threatened' because of people's ease of transacting through digital platforms; Why waste energy on the street, struggling to face queues in parking lots or payment counters while digital platforms can sum it all up?. This article is a conceptual study, adapting the Heideggerian distinctive existential-phenomenological method, which helps dissect how malls adapt to digitization. It can represent the mall as the immaterial of the post-digital culture. To support the study, we used data on several phenomena related to the existence of malls in Indonesia throughout 2020 to 2021, which, based on our brief search previously, became a milestone of the 'feud' of the essence of shopping through malls versus online platforms. From this, we were finally able to emphasize that in post-digital cultural conditions— a condition in which analogous activity in digital-mall life can find new functions. Instead of being a separate object-let alone marginalized because of the popularity of online-mall stores, it can become an essential new feature for online stores to present a body experience so that people have the opportunity to achieve optimal consumption satisfaction. Keywords: Post-Digital Culture, Cities, Malls, Online Stores AbstrakDengan kebijakan pembatasan mobilitas akibat pandemi Covid-19, ada perubahan tatanan kultural manusia dalam banyak sektor, misalnya berbelanja. Wujud perubahan tersebut bisa kita lihat bagaimana kemarakan orang untuk menggunakan perangkat digital dalam rangkaian kegiatan belanja mereka: berkomunikasi, mengkonstruksi kepercayaan, bahkan mendapat hiburan. Pada titik tersebut, tempat pembelanjaan di wilayah kota seperti mal mengalami transformasi eksistensialnya. Sebelumnya, mal diposisikan sebagai tempat berbelanja-disamping juga untuk tempat menunjukkan ‘eksistensi’ sejumlah orang. Di lain sudut, ada kekhawatiran bahwa mal justru ‘terancam’ keberadaannya karena kemudahan orang untuk bertransaksi lewat platform digital; apa fungsi membuang energi ke jalan, bersusah payah menghadapi antrian di tempat parkir ataupun loket pembayaran sedangkan platform digital bisa meringkas itu semua. Artikel ini adalah riset kualitatif yang menggunakan pendekatan studi pustaka. Di dalam hal tersebut, riset ini mengadaptasi metode fenemonologi eksistensial khas Heideggerian yang bermanfaat untuk membedah bagaimana adaptasi mal terhadap digitalisasi. Hal itu mampu merepresentasikan mal sebagai ihwal imaterial dari budaya pasca-digital. Untuk mendukung kajian tersebut, kami mendayagunakan data perihal sejumlah fenomena terkait keberadaan mal di Indonesia sepanjang tahun 2020 hingga 2021, yang berdasarkan telusuran singkat kami sebelumnya menjadi tonggak ‘perseteruan’ esensi berbelanja lewat mal versus platform online. Hasil riset ini lantas menunjukkan bahwa dalam kondisi budaya pasca-digital-suatu kondisi dimana terjadi pasifikasi aktivitas yang bersifat analog dalam kehidupan serba digital-mal dapat menemukan fungsi barunya. Alih-alih menjadi objek yang terpisah-apalagi terpinggirkan lantaran popularitas toko online-mal justru mampu menjadi fitur baru yang esensial bagi toko online untuk menghadirkan pengalaman ketubuhan sehingga orang berpeluang mencapai kepuasan konsumsi yang optimal. Kata Kunci: Budaya Pasca-Digital, Kota, Mal, Toko Online
THE IMPACT OF FRAMING EFFECT: HOW FRAMING EFFECT AFFECTS STUDENTS IN CHOOSING UNIVERSITY’S MAJOR Suroyo Suroyo; Bima Maulana Putra
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i2.60238

Abstract

Many students in choosing higher education majors are not in accordance with their abilities and interests. This will have an impact on students in making decisions on the choice of majors.  This research is qualitative survey study with all students of the University of Riau as the population in this study, with 556 samples covering eight departments and three faculties using representative sampling technique with criteria for early students (semester 1 and semester 3). The results of the study prove that in terms of practicality and knowledge possessed by students to choose majors, such as motivation, excelling, enjoyable, easeness, preference will affect decision making (thinking process, and ambiguity). The decision to choose a major that is not in accordance with the major can have a negative effect on the student. This is something that students should pay attention to. Keywords: Decision-Making, Framing Effect, Major, Students AbstrakBanyak mahasiswa dalam memilih jurusan pendidikan tinggi tidak sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Hal ini akan berdampak pada mahasiswa dalam mengambil keputusan pada pemilihan jurusan. Penelitian ini merupakan study qualitative berjenis survey dengan mahasiswa Universitas Riau sebagai populasi dalam penelitian ini, dengan 556 sampel yang meliputi delapan jurusan dan tiga fakultas dengan menggunakan teknik representative sampling dengan kriteria mahasiswa awal (semester 1 dan semester 3). Hasil penelitian membuktikan bahwa dalam hal praktis dan pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa untuk memilih jurusan, seperti motivasi, exelling, enjoyable, easiness, preference akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan (proses berpikir, dan ambiguitas). Keputusan dalam memilih jurusan yang tidak sesuai dengan jurusan dapat memberikan efek negatif pada mahasiswa tersebut. hal ini yang harus menjadi perhatian oleh mahasiswa.   Kata kunci: Framing Effect, Mahasiswa, Jurusan, Pengambilan Keputusan
TINDAKAN STRUKTURAL MITIGASI BENCANA PEMERINTAH DI INDONESIA Adiba Fariza; Baiq Lily Handayani
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i2.57282

Abstract

The purpose of this research is to find out how the actions of the Indonesian government in dealing with disasters that often occur in Indonesia. Indonesia's geographical location which is between two oceans and three tectonic plates makes Indonesia a country that is very vulnerable to a disaster. With the great potential for the occurrence of a natural disaster, a real action from the government is needed to be able to overcome the disaster. Structural regulations and mitigation from the government are very much needed in tackling a disaster that occurs in Indonesia. The method of this research is a qualitative method with a literature study approach. The theory used in this research is the functional structural theory to see how the government works in overcoming disaster in Indonesia. The results of this research indicate that the government has regulated various things about disaster mitigation from pre-, post-disaster, even to regional and city planning in order to avoid serious damage and losses. However, even though the government has well-designed disaster mitigation in regulations or government actions, we still cannot see concrete actions taken by the government. Therefore, the government must continue to improve the laws that have been made and have more control over the policies and implementations that are carried out to reduce disaster risk in Indonesia.Keywords: Disaster, Mitigation, Government, IndonesiaAbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tindakan dari pemerintah Indonesia dalam hal menanggulangi bencana yang sering terjadi di Indonesia. Letak geografis Indonesia yang berada pada antara dua samudra dan tiga lempeng tektonik menjadikan Indonesia sebagai negara yang sangat rentan terjadinya suatu bencana. Dengan adanya potensi yang besar terhadap terjadinya suatu bencana alam diperlukan suatu tindakan nyata dari pemerintahan untuk dapat mengatasi dan menanggulangi adanya bencana tersebut. Peraturan dan mitigasi struktural dari pemerintahan sangat dibutuhkan dalam menanggulangi suatu bencana yang terjadi Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Teori yang digunakan ialah teori struktural fungsional karena dengan ini kita bisa melihat bagaimana pemerintah bekerja dalam mengatasi bencana di Indonesia. Hasil dari penelitian yang dilakukan ini adalah kita dapat mengetahui bahwa pemerintah sudah mengatur berbagai hal tentang mitigasi bencana dari pra, pasca bencana, bahkan sampai pada perencanaan wilayah dan kota agar dapat menghindari dari adanya kerusakan dan kerugian yang parah. Akan tetapi meskipun pemerintah sudah merancang dengan baik tentang mitigasi bencana pada peraturan ataupun tindakan pemerintah masih belum dapat kita lihat dengan nyata tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu pemerintah harus terus memperbaiki undang-undang yang sudah dibuat dan lebih mengontrol akan kebijakan dan pelaksanaan yang dilakukan untuk dapat mengurangi risiko bencana di Indonesia.Kata Kunci: Bencana, Mitigasi, Pemerintah, Indonesia 
SISTEM SOSIAL KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF KEPERCAYAAN HALAIKA DI DESA BOTI KECAMATAN KIE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Semuel D.H.M Benu
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i2.60124

Abstract

Diversity in Indonesia is the basic capital in supporting national development, if these differences are managed properly, harmony will be created in society which will support national development. In a pluralistic society, it is inevitable that there will be diversity in terms of ethnicity, class and religion, which must live in mutual respect and respect to meet the needs of daily life, and must coexist peacefully, if the community concerned wants to exist. The problem in this study is to find out how the social system of religious harmony in the perspective of the Halaika belief in Boti Village, KiE District, TTS Regency, NTT Province. The method used in this study is a qualitative research method with a phenomenological approach, which is a study to understand how the characteristics of the Halaika believer community, about social construction regarding objectivity, externalization and internalization in religious harmony, to reveal the meaning of social reality. The results of this study shows the existence of mutual respect and mutual respect to meet the needs of daily life, must coexist peacefully, if the community concerned wants to continue to exist.Keywords: Social System, Harmony, Religious People, Halaika BeliefAbstrak Keanekaragaman di Indonesia merupakan modal dasar dalam mendukung pembangunan nasional, apabila perbedaan itu dikelola dengan baik, maka terciptalah kerukunan hidup dalam masyarakat yang akan mendukung pembangunan nasional. Dalam masyarakat yang majemuk tidak dapat dihindari adanya kepelbagaian dalam hal suku, golongan dan agama yang harus hidup saling menghargai dan saling menghormati untuk memenuhi kebutuhan hidup sehah-hari, harus hidup berdampingan secara damai, jika masyarakat yang bersangkutan ingin tetap eksis. Masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem sosial kerukunan hidup beragama dalam perspektif kepercayaan Halaika di Desa Boti Kecamatan KiE Kabupaten TTS Propinsi NTT, Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjalinnya kerukunan hidup beragama penganut kepercayaan Halaika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yaitu suatu kajian untuk  memahami bagaimana keraktristik masyarakat penganut kepercayaan Halaika, tentang konstruksi sosial mengenai objektivitas, eksternalisasi dan internalisasi dalam kerukunan hidup beragama, untuk mengungkapkan makna dari realitas sosial, Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hidup  saling menghargai dan saling menghormati untuk memenuhi kebutuhan hidup sehah-hari, harus hidup berdampingan secara damai, jika masyarakat yang bersangkutan ingin tetap eksis.Kata kunci: Sistem Sosial, Kerukunan, Umat Beragama, Kepercayaan Halaika
KONSTRUKSI SOSIAL MAHASISWA URBAN DI KOTA SURABAYA Noval Perdana Astiyan Putra; Sugeng Harianto
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i2.57277

Abstract

Surabaya is the second largest metropolitan city after Jakarta, as well as the capital of East Java Province. This makes Surabaya a destination city for urbanization. Not only urbanization from villages to cities. But also urbanization from small cities to big cities like Surabaya. But the purpose of urbanization to Surabaya is not only driven by economic factors. For students, urbanization is carried out to gain knowledge in higher education. The purpose of the author in this article is to identify the reasons students from outside the city of Surabaya choose to continue studying in Surabaya and to identify the reasons for students who have graduated and choose to stay in Surabaya. This study uses a descriptive qualitative research approach, which in this study will attempt to explain and describe the form of social construction built by students when deciding to urbanize to the city of Surabaya. The nature of urbanization itself also affects the location where urban communities will experience changes. For example, students or alumni who work in big cities such as Surabaya bring jobs or influence where they live. It even provides a way to open vacancies related to the things they do. There is a form of identification of the work he did in Surabaya and then applied to the place of origin under certain circumstances. Keywords: Social Construction, Urban Student, Surabaya City AbstrakSurabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua seesudah Jakarta, sekaligus ibukota Provinsi Jawa Timur. Hal ini menjadikan Surabaya sebagai kota tujuan urbanisasi. Bukan hanya urbanisasi dari desa ke kota. Namun juga urbanisasi dari kota kecil ke kota besar seperti Surabaya. Tetapi tujuan urbanisasi ke Surabaya tidak hanya sekadar didorong faktor ekonomi. Bagi para pelajar urbanisasi dilakukan untuk menimba ilmu di perguruan tinggi. Tujuan dari penulis dalam artikelnya ini untuk mengidentifikasi alasan mahasiswa dari luar kota Surabaya yang memilih melanjutkan kuliah di Surabaya dan Mengidentifikasi alasan mahasiswa yang sudah lulus dan memilih untuk menetap di Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat deksriptif, dimana didalam penelitian ini akan berusaha untuk menjelaskan serta menggambarkan mengenai bentuk konstruksi sosial yang dibangun oleh mahasiwa saat memutuskan melakukan urbanisasi ke kota Surabaya. sifat urbanisasi itu sendiri juga berpengaruh pada lokasi di mana masyarakat perkotaan akan mengalami perubahan. Misalnya, mahasiswa atau alumni yang bekerja di kota besar seperti Surabaya membawa pekerjaan atau mempengaruhi tempat tinggalnya. Bahkan memberikan cara untuk membuka lowongan terkait dengan hal-hal yang mereka lakukan. Ada bentuk identifikasi karya yang dilakukannya di Surabaya kemudian diaplikasikan ke tempat asalnya dalam keadaan tertentu. Kata Kunci: Konstruksi Sosial, Mahasiswa Urban, Kota Surabaya
STRUKTURAL FUNGSIONAL SISTEM PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI COVID-19 Qurrota A'yun
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i2.58113

Abstract

The Covid-19 pandemic has brought about changes in various aspects of people's lives, one of which is education. Previously, the learning system carried out face-to-face at schools or campuses had to be changed to virtual meetings at home since the Covid-19 pandemic. This is done so that the learning process continues. Based on this phenomenon, this study aims to examine the learning system during the Covid-19 pandemic according to Talcott Parsons' structural-functional perspective. The research uses qualitative research with a literature study approach. The results of the study show that changes in the learning system during the pandemic are reviewed with Talcott Parsons' functional structural theory through the AGIL function, namely: (1) Adaptation, the learning system that was originally carried out face-to-face is transferred at home via online or virtual meetings. (2) Goal Attainment, an online learning system is implemented so that teaching and learning activities can be carried out so that students and students still get their right to obtain education and develop their potential even during the Covid-19 pandemic. (3) Integration, the government, namely the Ministry of Education and Culture, and the school or campus must cooperate by making a policy that can help students and students in online learning. One of the policies made is internet quota assistance for students throughout Indonesia. (4) Latency, students and students must maintain the values of discipline even though the learning process is not carried out in schools or campuses.Keywords: Education, Covid-19 pandemic, change, learning system AbstrakPandemi Covid-19 membawa dampak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat salah satunya aspek pendidikan. Sebelumnya, sistem pembelajaran dilakukan secara tatap muka di sekolah atau kampus harus diubah menjadi virtual meeting di rumah semenjak adanya pandemi Covid-19. Hal ini dilakukan agar proses pembelajaran tetap terlaksana. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem pembelajaran di masa pandemi Covid-19 menurut perspektif struktural fungsional Talcott Parsons. Penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian menujukkan bahwa perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi ditinjau dengan teori struktural fungsional Talcott Parsons melalui fungsi AGIL yaitu: (1) Adaptation, sistem pembelajaran yang semula dilakukan secara bertatap muka dialihkan di rumah secara daring atau virtual meeting. (2) Goal Attainment, sitem pembelajaran daring diterapkan agar aktivitas belajar-mengajar dapat terlaksana sehingga siswa-siswi dan mahasiswa tetap mendapatkan hak nya untuk memperoleh pendidikan dan mengembangkan potensi mereka meskipun di masa pandemi Covid-19. (3) Integration, pemerintah yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan pihak sekolah atau kampus harus bekerjasama dengan membuat suatu kebijakan yang dapat membantu siswa-siswi dan mahasiswa dalam pembelajaran daring. Salah satu kebijakan yang dibuat adalah bantuan kuota internet untuk mahasiswa di seluruh Indonesia. (4) Latency, para siswa dan mahasiswa harus mempertahankan nilai-nilai kedisiplinan meskipun proses pembelajaran tidak dilaksanakan di sekolah atau kampus.Kata Kunci: Pendidikan, pandemi Covid-19, perubahan, sistem pembelajaran
PROSES POLITIK BERLAPIS DALAM GERAKAN RESTORASI SUNGAI Siti Zunariyah; Suharko Suharko; Suharman Suharman
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v11i2.60645

Abstract

This article discusses river restoration movement through analytical frame of multilayered political process of river restoration movement. River restoration movement is very important to study, not only because of limited social science literature on this theme, but also because of the uniqueness of movement dynamic from one region to another. Method selected was an explanatory case study to explain the multilayered political process occurring in river restoration movement conducted by Forsidas Gajah Wong Yogyakarta. The first layer is base or grassroots of movement becoming an important keyword to be tipping point of the movement by building common consciousness of the urgency to recover degraded river. The process of consolidation and of building shared point of view is an unforgettable part despite spatial-scale implementation. The second layer consists of policy maker elites and central actors serving as the activator of the support raising process at either executive or legislative level. In addition, building social network between river communities reinforce the processes at base and elite levels. The procedure of movement is as follows: (1) preparing the people socially by means of building common consciousness and equating the perspectives among the people living in the river bank; (2) building consolidation between the people living in the river bank connected spatially to each other through Forsidas Gajah Wong institution; (3) raising support, lobby, and advocacy from policy makers including executives and legislatives to contribute to the process of organizing settlement along the river and rubbish and waste processing facility to reduce river degradation rate; (4) joint action constitutes mutual cooperation (gotong royong) and selfhelp in the attempt of restoring river ecosystem; and (5) reflection and movement evaluation processes. The important contribution of current research is related to the importance of multilayered political process in the procedure and the dynamic of river restoration movement. Keywords: River Restoration Movements, Multilayered Political Process and Social Networks AbstrakArtikel ini adalah tentang gerakan restorasi sungai melalui kerangka analisis proses politik berlapis gerakan restorasi sungai. Gerakan restorasi sungai sangat penting untuk dikaji, tidak hanya karena minimnya literatur ilmu sosial dalam tema ini, namun juga karena keunikan dinamika gerakan dari satu wilayah dengan wilayah lainnya. Metode yang dipilih adalah studi kasus yang bersifat eksplanatoris untuk menjelaskan proses politik berlapis yang terjadi pada gerakan restorasi sungai yang dilakukan oleh Forsidas Gajah Wong Yogyakarta. Lapis pertama adalah lapis basis atau grassroot gerakan menjadi kata kunci penting untuk menjadi titik ungkit gerakan dengan membangun kesadaran bersama tentang urgensi memulihkan kembali sungai yang terdegradasi. Proses konsolidasi dan membangun kesamaan cara pandang menjadi bagian yang tidak terlupa meskipun dilakukan dalam skala spasial. Lapis kedua adalah lapis elit pengambil kebijakan dan peran aktor sentral yang menjadi motor penggerak dalam proses menggalang dukungan baik pada jalur eksekutif maupun legislative. Selain itu, membangun jejaring sosial antar komunitas sungai menjadi penguat proses-proses pada level basis dan level elit. Tahapan gerakan ini yaitu; (1) melakukan persiapan sosial masyarakat dengan cara  membangun kesadaran bersama dan menyamakan cara pandang antar warga bantaran sungai; (2) melakukan konsolidasi antar warga bantaran sungai yang terhubung secara spasial antar wilayah sungai dalam wadah Forsidas Gajah Wong; (3) menggalang dukungan, lobby dan advokasi dari para pengambil kebijakan dari unsur eksekutif dan legislative untuk berkontribusi dalam proses penataan pemukiman sepanjang sungai dan sarana pengolahan sampah dan limbah agar mengurangi laju degradasi sungai; (4) aksi bersama berupa gotong royong dan swadaya dalam rangka restorasi ekosistem sungai; dan (5) proses refleksi dan evaluasi gerakan.  Kontribusi penting penelitian ini adalah pentingnya proses politik yang berlapis dalam tahapan dan dinamika gerakan restorasi sungai. Kata Kunci: Gerakan Restorasi Sungai, Proses Politik Berlapis dan Jejaring Sosial

Page 1 of 1 | Total Record : 7