cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan
ISSN : 19799187     EISSN : 25282751     DOI : -
Core Subject : Economy,
First published in 2007, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan (BILP) is a scientific journal published by the Trade Analysis dan Development Agency (Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan - BPPP), Ministry of Trade, Republic of Indonesia. This bulletin is expected to be a media of dissemination and analysis of research results to be used as references for academics, practitioners, policy-makers, and the general public. In collaboration with professional associations, The Indonesian Society of Agricultural Economics (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia - PERHEPI), BILP publishes research reports and analysis of trade sector and/or sector-related trade which have not been published in any other journals/scholarly publications, either in Bahasa Indonesia or English. Publishing twice a year in July and December, this Bulletin is directly disseminated to stakeholders both in print and online.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 13 No 1 (2019)" : 7 Documents clear
Dampak Penghapusan Subsidi Ekspor Produk Pertanian Terhadap Harga dan Perdagangan Produk Pangan Indonesia Steven Raja Ingot; Rahayu Ningsih
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 13 No 1 (2019)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30908/bilp.v13i1.312

Abstract

Abstrak Salah satu komitmen terpenting hasil pertemuan Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organisation (WTO) di Nairobi tahun 2015 adalah diberlakukannya penghapusan subsidi ekspor produk pertanian negara anggota WTO, baik oleh negara maju (pada 2015) maupun negara berkembang (pada 2018). Studi ini bertujuan untuk melihat dampak penghapusan subsidi ekspor produk pertanian oleh negara asal terhadap harga dan perdagangan produk pangan Indonesia. Dengan menggunakan model Global Trade Analysis Project (GTAP) disimpulkan bahwa penghapusan subsidi ekspor produk pertanian akan mengakibatkan kenaikan harga beberapa produk pangan impor Indonesia terutama susu. Selain itu, penghapusan subsidi ekspor juga akan berdampak pada menurunnya impor Indonesia untuk produk hortikultura, susu, dan makanan olahan sedangkan ekspor Indonesia untuk daging sapi, gula, susu dan makanan olahan akan naik. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi untuk swasembada produk pangan sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. Dengan demikian komitmen penghapusan subsidi ekspor oleh negara mitra dagang akan berdampak positif bagi Indonesia jika didukung dengan peningkatan produktivitas produk pangan. Kata Kunci: Subsidi Ekspor, Produk Pertanian, Produk Pangan, GTAP, WTO Abstract One of the most important commitments of the meeting of the World Trade Organization (WTO) Ministerial Conference in Nairobi 2015 is the abolition of export subsidies for agricultural products of WTO member countries, both developed countries (in 2015) and developing countries (in 2018). This study aims to examine the impact of the elimination of export subsidy on agricultural products by trading partners toward the price and trade pattern of Indonesian food products. Using the Global Trade Analysis Project (GTAP) model, the analysis shows that the elimination of export subsidies for agricultural products would lead to higher prices of Indonesian imported food products particularly for milk products. In addition, the abolition of export subsidy would reduce Indonesian imports of horticultural commodities, milk, and processed food while exports of beef, sugar, milk and processed foods would rise. This shows that Indonesia has the potential for self-sufficiency in some food products, thereby reducing dependence on imports, therefore the abolition of export subsidy will given a more positive impact on Indonesia if supported by increasing productivity of food products. Keywords: Export Subsidy, Agricultural Products, Food Products, GTAP, WTO JEL Classification: D58, F13, Q17, Q18
ASEAN-Kanada Free Trade Agreement (FTA): Peluang Bagi Indonesia Steven Raja Ingot; Dian Dwi Laksani
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 13 No 1 (2019)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1481.923 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v13i1.316

Abstract

Abstrak Senior Economic Officials Meetings (SEOM) ke-8 di Laos menghasilkan komitmen bersama ASEAN dan Kanada untuk melakukan feasibility study dalam kerangka kerja sama ASEAN-Kanada FTA. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dampak perjanjian perdagangan barang Indonesia pada ASEAN-Kanada FTA dengan model analisis Computable General Equilibrium (CGE) - Global Trade Analysis Project (GTAP) dengan Data Base versi 9. Penelitian ini menggunakan tiga simulasi yaitu (1) Indonesia bergabung ASEAN-Kanada FTA dengan penurunan tarif untuk semua komoditi sebesar 90% mengadopsi proposal modalitas ASEAN dalam Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), (2) penurunan tarif sebesar 90% tanpa Indonesia bergabung dalam ASEAN-Kanada FTA, (3) serta peningkatan fasilitasi perdagangan dan penurunan hambatan non tarif sebesar 20%. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dari sisi Makroekonomi Indonesia akan mendapat dampak positif peningkatan GDP sebesar 0,03% jika bergabung dalam ASEAN-Kanada FTA dibandingkan jika tidak bergabung. Indonesia akan mendapat dampak positif lebih besar jika terdapat peningkatan fasilitasi perdagangan dan penurunan NTM sebesar 3,35% serta peningkatan investasi sebesar 8,53%. Berdasarkan hasil simulasi, penurunan output dan peningkatan impor didominasi oleh impor bahan baku dan barang modal yang digunakan untuk input industri, sehingga keberadaan impor bahan baku tetap diperlukan. Kajian ini merekomendasikan penurunan tarif, peningkatan fasilitasi perdagangan dan penurunan NTM merupakan kebijakan yang sangat diperlukan. Kata Kunci: ASEAN-Kanada FTA, Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan, Investasi Abstract At the 8th ASEAN Economic Senior Review Official Meetings (SEOM) in Laos, ASEAN and Canada committed to conduct a feasibility study within the framework of ASEAN-Canada FTA. This study aims to measures the impact of ASEAN-Canada FTA implementation to Indonesia using Computable General Equilibrium (CGE) model – the 9th version of Global Trade Analysis Project (GTAP). The study run three different simulations (1) Indonesia joining the ASEAN-Canada with a 90% tariff reduction applied to all goods adopting ASEAN modality in Regional Comprehensice Economic Partnership (RCEP); (2) 90% Tariff reduction without Indonesia joining the ASEAN-Canada FTA, (3) improving trade facilitation and decreasing 20% non-tariff measures. Simulation result shown that from Macroeconomic perspective, Indonesia will get positive impact of increasing 0.03% GDP by joining the FTA instead of not joining. Indonesia will get higher impact by increasing trade facilitation and 8.53% investment and reducing 3.35% of NTM. Based on the results, the declining output and increasing import is dominated by import of raw materials and capital goods, therefore import of raw material remain important. This study recommended reducing tariff and NTM as well as improving trade facilitation are necessary for Indonesia. Keywords: ASEAN-Canada FTA, Economic Growth, Trade, Investment JEL Classification: F12, F13, F15
Isu Standar Pada Perdagangan Indonesia-Australia Dalam Kerja Sama IACEPA Danar Agus Susanto
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 13 No 1 (2019)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1059.624 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v13i1.334

Abstract

Abstrak Salah satu isu penting terkait kerja sama perdagangan Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA) adalah ‘standar’. Isu standar berhubungan dengan kepentingan konsumen, kesehatan dan keamanan, perlindungan lingkungan dan manajemen, sehingga berkaitan dengan hubungan perdagangan dan internasionalisasi produk. Isu standar pada IACEPA perlu diperhatikan dan dianalisis karena dapat menjadi kendala atau hambatan dalam hubungan perdagangan Indonesia dan Australia. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pola perdagangan Indonesia-Australia termasuk membahas isu standar yang mungkin akan menjadi hambatan dan kendala dalam IACEPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Australia merupakan rekan perdagangan yang penting bagi Indonesia dan begitu juga sebaliknya. Antara kedua negara, proses perdagangan bersifat saling melengkapi atau komplementer. Keterlibatan dan partisipasi Australia dalam forum pengembangan standar internasional lebih besar daripada Indonesia. Australia juga memiliki posisi tawar dan pengaturan yang lebih kompleks, baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam perdagangan bilateral pada sektor electrotechnology, energy, manufacturing, processing, building dan construction. Semua sektor ini memiliki 64% dari 1743 standar di Australia yang dapat berpotensi menjadi hambatan perdagangan bagi Indonesia. Penelitian ini merekomendasikan bahwa Indonesia dan Australia perlu melakukan kesepakatan terkait penerapan standar terhadap suatu produk dan perjanjian saling pengakuan dan saling keberterimaan atas hasil sertifikasi. Kata Kunci: IACEPA, Standar, Regulasi Teknis, Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Abstract One of the important issues on the Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA) is a standard. Standard relates to consumer interests, health and safety, environmental protection and management, therefore its relates to trade and product internationalization. The standard issue is important to be considered and analysed as it can be an obstacle in trade relations between Indonesia and Australia. The purpose of the study was to analyze Indonesia-Australia trade patterns and to discuss the standardization issue that might become constraints in IACEPA. The results showed that Australia is an important trading partner for Indonesia and vice versa. Between the two countries, the trade process is complementary. Australia's involvement and participation in the forum for developing international standards is greater than that of Indonesia. Australia also has a more complex bargaining position and arrangements, both in terms of quantity and quality in bilateral trade in the sector of electrotechnology, energy, manufacturing, processing, building and construction. All of these sectors have 64% of the 1743 standards-based technical regulations in Australia that could potentially be a trade barrier for Indonesia. The study recommended Indonesia and Australia need to agree the implementations of standards on particular products and mutual recognition arrangements on certifications. Keywords: IACEPA, Standard, Technical Regulation, Standardization and Conformity Assessment JEL Classification: F12, F13, F63, G18, L15
Dampak Penurunan Tarif Impor, Investasi dan Relokasi Industri Ban Terhadap Perdagangan Karet Alam dan Ban Indonesia di Pasar Dunia Zainuddin .; Bonar Marulitua Sinaga; Sri Hartoyo; Erwidodo
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 13 No 1 (2019)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1330.882 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v13i1.341

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak penurunan tarif impor karet alam dan ban, peningkatan investasi dan relokasi industri ban dari USA, Jepang, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ke Indonesia terhadap perdagangan karet alam dan ban Indonesia. Kajian ini menggunakan model sistem persamaan simultan. Deregulasi perdagangan melalui penurunan tarif impor ban telah meningkatkan ekspor karet alam Indonesia ke pasar Jepang dan RRT yang mendorong peningkatan produksi dan ekspor ban Indonesia. Kebijakan tersebut telah memberikan dampak tidak menguntungkan bagi ekspor karet alam Thailand dan Malaysia. Kombinasi antara penurunan tarif impor ban dengan tarif impor karet alam RRT memberikan dampak tidak menguntungkan terhadap produksi dan ekspor karet alam Indonesia ke pasar RRT dan tidak berdampak signifikan terhadap harga karet alam tingkat petani domestik. Selanjutnya peningkatan investasi dan relokasi industri ban dari USA, Jepang, RRT ke domestik memberikan dampak terhadap peningkatan produksi dan ekspor ban Indonesia, konsumsi karet alam domestik, peningkatan produksi dan harga karet alam di tingkat petani domestik. Perubahan positif neraca perdagangan juga terjadi ketika semakin besarnya peningkatan investasi dan relokasi industri ban ke domestik. Penelitian ini merekomendasikan agar pemerintah dan asosiasi industri melakukan industrial lobbying ke negara-negara besar pelaku industri ban dunia khususnya Asia Timur dan USA dalam kerangka kerja sama PTA atau FTA. Kata Kunci: Karet Alam, Ban, Perdagangan, Sistem Persamaan Simultan Abstract This study aims to analyze the impact of the reduction in import tariff on natural rubber and tires, increase investment and relocate of tire industry from the USA, Japan, China to Indonesia to trade in natural rubber and Indonesian tires. The analysis of the Indonesian natural rubber and tires trade used simultaneous equation system models. Trade deregulation through a reduction in tire import tariff had increased Indonesia's natural rubber exports to Japanese and Chinese markets, which has encouraged to increase Indonesian tire production. However, this policy had unfavorable impact on Thailand and Malaysia's natural rubber exports. The combination of the reduction in tire import tariff and the tariff for importing Chinese natural rubber had an unfavorable impact on the production and export of Indonesian natural rubber to the Chinese market and had a weak impact on the natural rubber prices of domestic farmers.Furthermore, increased investment and relocation of the tire industry from the USA, Japan, China to Indonesia had increased Indonesian tire production and exports, domestic consumption of natural rubber, production and prices of natural rubber at the level of domestic farmers. A positive change in the trade balance also occurred when the increasing investment and relocation of the tire industry to the domestic market grew. This study recommended the government and industrial association to conduct industrial lobbying to big tire-industry players particularly in East Asia and USA under PTA and FTA Framework. Keywords: Natural Rubber, Tire, Trade and Simultaneous Equations System JEL Classification: F13, F17, Q17
Dampak Penerapan Harga Acuan Pembelian (HAP) Gula di Tingkat Eceran Terhadap Harga Gula Petani dan Stabilitas Harga Gula Yati nuryati; Bagus wicaksena; Dwi Wahyuniarti Prabowo
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 13 No 1 (2019)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2086.673 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v13i1.354

Abstract

Abstrak Pemerintah berupaya menjaga stabilitas harga bahan pangan pokok melalui berbagai kebijakan penetapan harga. Salah satunya adalah kebijakan penetapan Harga Acuan Pembelian (HAP) pada komoditas gula. Dalam implementasinya, penerapan HAP Gula di tingkat eceran dinilai berdampak pada penurunan harga gula di tingkat petani/produsen. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan HAP Gula terhadap harga lelang gula petani dan stabilitas harga gula, dan merumuskan rekomendasi kebijakan HAP Gula yang efektif. Dengan menggunakan pendekatan analisis ekonometrik melalui Error Correction Model (ECM), hasil analisis menunjukkan bahwa kebijakan HET berpengaruh terhadap harga lelang gula petani dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, harga lelang gula petani lebih ditentukan oleh harga gula impor, stok gula nasional, dan harga lelang gula pada periode sebelumnya. Kebijakan yang berpengaruh signifikan terhadap harga lelang gula yaitu penerapan PPN Gula. Kajian ini merekomendasikan bahwa penetapan kebijakan HAP pada komoditi gula dapat terus dilakukan dalam rangka stabilisasi harga dengan melakukan evaluasi secara berkala. Pemerintah dapat mempertahankan HAP gula sebesar Rp 12.500/kg yang didukung oleh beberapa hal yaitu: menangguhkan penerapan PPN gula petani; mengawasi keberadaan satgas pangan; menerapkan pengawasan pasar gula yang memberikan kepastian pada petani, pabrik gula, dan konsumen. Kata Kunci: Kebijakan HAP, Error Correction Model (ECM), Stabilisasi Harga Gula Abstract The Government strives to keep price stability of staple food through price policy, the so-called “Harga Acuan Pembelian (HAP) for sugar”. During its implementation, the policy has given negative impact on farm gate price. This study aims to analyze the effect of HAP for sugar to farm gate price which is reflected in auction price as well as its impact to price stabilization, and formulate effective policy recommendations on HAP for sugar. Using Error Correction Model (ECM), the study shown that HAP for sugar significantly impacted the auction price yet in the short term. While for the long term, the auction price of sugar was more affected by import sugar price, national sugar stock, and sugar auction price in previous period. Moreover, the implementation of value added tax (VAT) on sugar affected significantly to the auction price. The study recommended the HAP for sugar can be consistently implemented with periodic evaluation. Accordingly, the Government can maintain the prevailing HAP at Rp 12.500/kg which has to be supported by forgoing the VAT policy on sugar; monitoring the role of task force; and strongly supervising the domestic sugar market that is favourable to farmers, sugar millers, and consumers. Keywords: Price Policy, Error Correction Model (ECM), Sugar Price Stabilization JEL Classification: E31, Q13,Q18
The Impact of Information and Communication Technology (ICT) on the Indonesian Apparel Export Siskarossa Ika Oktora; Nora Muhtasib
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 13 No 1 (2019)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1029.744 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v13i1.363

Abstract

Abstrak Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berdampak pada perdagangan dalam era digital. Produk pakaian jadi merupakan komoditas utama dalam perdagangan yang ditunjukkan oleh tingginya permintaan untuk komoditas pakaian jadi. Hal tersebut menjadi peluang bagi pertumbuhan industri pakaian jadi dalam negeri, tidak hanya untuk memenuhi konsumsi domestik tetapi juga untuk memperluas pasar luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh TIK seperti penggunaan telepon seluler dan terbukanya akses internet, serta variabel lainnya seperti PDB, kurs, populasi, dan jarak terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia ke sepuluh mitra dagang utama selama periode 2010-2016 dengan menggunakan model gravitasi pada data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TIK negara-negara tujuan ekspor berpengaruh signifikan terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia, sedangkan TIK Indonesia memberikan hasil yang tidak signifikan. Sementara untuk variabel lainnya, hanya PDB yang berpengaruh signifikan, sedangkan kurs, populasi dan jarak tidak signifikan. Salah satu penyebab mengapa TIK Indonesia tidak signifikan adalah adanya kesenjangan yang lebar pada persentase pengguna internet antar wilayah, yang salah satunya disebabkan oleh tidak meratanya ketersediaan jaringan internet. Perluasan jaringan internet dengan kualitas baik akan dapat menghubungkan para desainer, industri hilir dan pedagang pakaian dalam rantai pemasaran yang lebih luas, selain keterlibatan Indonesia dalam Global Value Chain (GVC). Kata kunci: Perdagangan Internasional, TIK, Industri Pakaian, Model Panel Gravity Abstract The Information and Communication Technology (ICT) development has impacted on trade sector in the digital era. Apparel is the main trading commodity which is indicated by a high demand for apparel commodities. There is an opportunity for domestic apparel industry, not only to satisfy domestic consumption but also to expand overseas market. This research aims to analyze the impact of ICT such as the use of cellular telephone and the open access to internet, as well as other variables such as GDP, REER, Population, and Distance on Indonesian apparel export to ten main importers during 2010-2016, by using panel gravity model. This study found that ICT of the export destination countries significantly affected Indonesian apparel export, while Indonesia’s ICT gave insignificant result. Other variables that have significant impact was GDP. While REER, Population, and Distance gave insignificant impact. The reasons for this situation due to a wide gap of internet users percentage between regions because of the unevenly distributed internet sevices. This study suggested, in addition to Indonesia’s better participation in the Global Value Chain (GVC), the expansion of good quality internet networks would enable designers, downstream industries and apparel traders to connect in a broader marketing chain. Keywords: International Trade, ICT, Apparel Industry, Panel Gravity Model JEL Classification: P45, O33, L67, C33
Dampak Tarif Impor Output dan Input Terhadap Probabilitas Perusahaan Keluar dari Pasar Windi Agustin Maulina; Arie Damayanti
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 13 No 1 (2019)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1410.889 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v13i1.367

Abstract

Abstrak Secara teori, dampak tarif impor input dan output terhadap kinerja perusahaan berbeda. Namun, hal tersebut belum terbukti secara empiris di Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak tarif impor output dan input terhadap probabilitas perusahaan untuk keluar dari pasar. Kajian ini menggunakan model probit yang merupakan salah satu model dari Cummulative Distribution Function (CDF), dengan menggunakan data Survei Industri Besar dan Sedang (IBS) tahun 2003-2014. Kajian ini menemukan bahwa efek kompetisi yang dihasilkan akibat penurunan tarif impor output akan meningkatkan probabilitas perusahaan untuk keluar dari pasar. Namun penurunan tarif impor input akan menurunkan probabilitas perusahaan untuk keluar dari pasar. Setelah mendisagregasi perusahaan berdasarkan beberapa karakteristik yang dapat diobservasi diperoleh bahwa perusahaan yang memproduksi barang konsumsi, perusahaan dalam industri yang padat karya, perusahaan kecil, dan perusahaan yang terdapat pada industri yang lebih kompetitif memiliki peluang utuk keluar dari pasar lebih tinggi. Kajian ini merekomendasikan penetapan kebijakan tarif impor perlu dikaji baik dari sisi jenis komoditi maupun dari sisi karakteristik perusahaan. Kata Kunci: Liberalisasi Tarif Impor, Seleksi Pasar, Probabilitas Perusahaan Keluar Abstract Theoretically, the impact of output and input import tarif on firm’s performance is different, however this have never been shown empirically in Indonesia. This study aims at examining the effect of input and output tarifs on the possibility of firms to exit. Study utilized probit model which is considered as one of the Cummulative Distribution Function (CDF) Model by Indonesian Manufacturing Firms Data from 2003-2014 it was found that competition effects resulting from lower output tarifs exerts greater impact on the likelihood of exit but decreasing input tarifs will actually reduce the probability of exit firms. After classifying our sample into a different group based on observed characteristics of industry and firm, we found firms that produce consumer good, labor intensive firm, small firms, firms in competitive industry have a higher probability to exit. The study suggested that import tariff policy needs to be assessed both in terms of commodity types and in terms of firm characteristics. Keywords: Import Tarif Liberalization, Market Selection, Firm Exit JEL Classification: F13, L25, O24

Page 1 of 1 | Total Record : 7