cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan
ISSN : 19799187     EISSN : 25282751     DOI : -
Core Subject : Economy,
First published in 2007, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan (BILP) is a scientific journal published by the Trade Analysis dan Development Agency (Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan - BPPP), Ministry of Trade, Republic of Indonesia. This bulletin is expected to be a media of dissemination and analysis of research results to be used as references for academics, practitioners, policy-makers, and the general public. In collaboration with professional associations, The Indonesian Society of Agricultural Economics (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia - PERHEPI), BILP publishes research reports and analysis of trade sector and/or sector-related trade which have not been published in any other journals/scholarly publications, either in Bahasa Indonesia or English. Publishing twice a year in July and December, this Bulletin is directly disseminated to stakeholders both in print and online.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 7 No 1 (2013)" : 7 Documents clear
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUSEN MIE INSTAN DALAM PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA Bagas Haryotejo
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 7 No 1 (2013)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.955 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v7i1.103

Abstract

Saat ini terdapat beberapa produk pangan konsumsi yang beredar di pasaran yang belum diwajibkan menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI), diantaranya produk mie instan. Studi ini mengkaji berbagai pertimbangan pelaku usaha makanan mie instan dalam penerapan SNI sukarela dan persepsi pelaku usaha terhadap penerapan SNI yang dimaksud. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan model Decision Matrix Analysis (DMA) dan analisis cost and benefit. Berdasarkan hasil kajian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan menerapkan SNI secara sukarela adalah pemahaman pelaku usaha terhadap materi SNI dan kemampuan lembaga penunjangnya, yaitu lembaga sertifikasi produk, supervisi dan pengawas mutu. Analisis cost and benefit atas persepsi perusahaan menunjukkan bahwa “image” menjadi pertimbangan yang dianggap sebagai benefit bagi perusahaan dalam menerapkan SNI. Sedangkan pertimbangan yang dianggap sebagai cost dalam penerapan SNI secara sukarela adalah biaya pembuatan dan peralatan instalasi laboratorium penguji mutu yang tersertifikasi. Dalam rangka mendukung penerapan SNI diperlukan sosialisasi dan pendampingan terhadap pelaku usaha, insentif pengadaan sarana dan prasarana laboratorium, serta pemangkasan waktu proses pengurusan SNI. Currently a number of consumer food products in the market, such as instant noodles, are not required to meet Indonesian National Standards (SNI). This study analyses what drives instant noodle manufacturers to voluntarily apply SNI and the perceptions of instant noodle manufacturers in implementing the SNI using Decision Matrix Analysis (DMA) and Cost and Benefit Analysis. This study finds that key factors in a manufacturer’s decision to voluntarily implement the SNI are whether it understands the SNI documentation and the capability of the supporting organizations such as product certification and supervision and oversight bodies. Using cost and benefit analysis this study finds that companies believe that they benefit from an improved “image” if they implement SNI. The biggest cost in voluntarily implementing the SNI is in establishing a certified testing laboratory. In order to support the implementation of the SNI, socialization and assistance to manufacturers should be conducted, incentives should be provided for the establishment of laboratory infrastructure, and the process to obtain an SNI certificate should be streamlined.
IMPLIKASI PERJANJIAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA PERDAGANGAN PRODUK TEKNOLOGI INFORMASI INDONESIA Rahayu Ningsih
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 7 No 1 (2013)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.275 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v7i1.98

Abstract

Information Technology Agreement (ITA) merupakan perjanjian liberalisasi atas produk Information Technology (IT) yang telah ditandatangani oleh 29 ekonomi pada tahun 1996 yang bertujuan untuk mendorong keberlanjutan pengembangan teknologi dan industri informasi teknologi di berbagai negara. Dalam perkembangannya, Amerika Serikat dan Uni Eropa mengusulkan adanya perluasan liberalisasi produk IT (ITA Tahap 2). Studi ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja produk IT Indonesia dan hasilnya menunjukkan bahwa neraca perdagangan produk IT Indonesia terus mengalami defisit. Oleh karena itu, usulan perluasan cakupan produk IT yang akan diliberalisasikan perlu dipertimbangkan kembali mengingat kinerja industri IT yang tercakup dalam ITA Tahap 1 belum menunjukkan kinerja sebagaimana yang diharapkan. Signed by 29 economies in 1996, the Information Technology Agreement (ITA) liberalizes trade in Information Technology (IT) products promoting sustainable development of the technology and the information technology industries in various countries. The United States and the European Union now propose to extend the agreement to cover more IT products (ITA stage 2). The objective of this study is to analyze and evaluate the performance of Indonesia’s IT sector. We show that Indonesia’s IT product trade balance continues to be in deficit. Therefore, Indonesia should reconsider joining ITA stage 2 as the performance of the Indonesian IT industry covered by the ITA stage 1 has not been as strong as hoped.
DAYA SAING, KINERJA PERDAGANGAN, DAN DAMPAK LIBERALISASI PRODUK KEHUTANAN Adrian Lubis
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 7 No 1 (2013)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.755 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v7i1.99

Abstract

Produk kehutanan Indonesia telah diliberalisasi sejak tahun 2007, namun kinerja perdagangannya belum membaik. Hal ini terlihat dari 127 pos tarif produk yang dibina Kementerian Kehutanan, hanya 34 pos tarif yang mengalami surplus perdagangan, 62 pos tarif mengalami defisit. Sebanyak 13 pos tarif dari 62 pos tarif yang defisit merupakan bahan baku yang banyak digunakan oleh industri kehutanan nasional. Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Intra-Industry Trade dan Indeks Spesialisasi Perdagangan, serta hasil simulasi yang menggunakan GTAP GMig2, produk kehutanan yang memiliki daya saing tinggi adalah Pulp of Wood, jauh diatas daya saing produk Paper and Paper Board serta Woods and Article of Wood. Keterbatasan bahan baku menjadi penyebab utama gagalnya Indonesia untuk memanfaatkan liberalisasi perdagangan. Sebanyak 34 pos tarif yang surplus semenjak liberalisasi sebaiknya tetap diliberalisasi dan dijadikan produk ekspor utama. Adapun 13 pos tarif yang menjadi bahan baku utama industri nasional, meskipun mengalami defisit, sebaiknya tetap diliberalisasi. Sebanyak 49 pos tarif yang defisit dan tidak menjadi bahan baku utama sebaiknya diberlakukan trade remedies dan dijadikan produk sensitif. Since 2007 the forestry product has been liberalized, but its trading performance has not improved yet. From 127 product tariff lines fostered by the Ministry of Forestry, there are only 34 lines which gained trade surplus and 62 lines which experienced trade deficit. Out of 62 products tariff lines which experienced trade deficit, 13 products are raw materials which are widely used by forest industry. Based on the Intra-Industry Trade and Trade Specialization Indexes, as well as simulation results using the GTAP GMig 2, forestry product with high competitiveness is Pulp of Wood, far above the competitiveness of Paper and Paper Board and Woods and Articles of Wood. The limited availability of raw materials is the main cause of Indonesia’s failure to take advantage of trade liberalization. The 34 product tariff lines which experienced surpluses should remain liberalized and become the main export products. Although experiencing deficits, the 13 product tariff lines which are the main raw materials for the industrial sector should be continually liberalized, while the remaining 49 product tariff lines which are not key raw materials should be provided with trade remedies and they should be considered as sensitive products.
DAYA SAING DAN SALURAN PEMASARAN RUMPUT LAUT: KASUS KABUPATEN JENEPONTO, SULAWESI SELATAN Erizal Mahatama; Miftah Farid
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 7 No 1 (2013)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.814 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v7i1.100

Abstract

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal, pemerintah menetapkan pengembangan komoditas rumput laut sebagai salah satu pintu masuk pembangunan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis daya saing dan efisiensi pemasaran produk budidaya rumput laut Kabupaten Jeneponto. Daya saing budidaya rumput laut diukur dengan menggunakan metode Policy Analysis Matrix (PAM) dan efisiensi pemasaran rumput laut diukur dengan menggunakan indeks efisiensi teknis dan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya rumput laut memiliki daya saing, namun kebijakan pemerintah saat ini masih bersifat disinsentif terhadap pengembangannya. Petani umumnya tidak memperoleh subsidi input dan fasilitas proteksi dari pemerintah. Bahkan petani harus mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar dari yang seharusnya. Saluran pemasaran yang paling efisien baik secara teknis maupun ekonomis adalah dari petani ke pedagang pengumpul ke eksportir. The government is promoting seaweed cultivation as a means to improve the welfare of poorer regions. This study examines (a) the competitiveness of seaweed cultivation and (b) the technical and economic efficiency of seaweed marketing in Jeneponto Regency as representative of development backward region. The competitiveness of seaweed cultivation was estimated using a Policy Analysis Matrix (PAM). The efficiency of seaweed marketing was estimated using a technical and economic efficiency index. This study shows that seaweed cultivation is competitive but is undermined by government policy. Farmers generally do not receive input subsidies or protection from government facilities and actually pay more than necessary for some inputs. The most efficient marketing channels both technically and economically is from farmers to merchant collectors to exporters.
DAYA SAING TEMBAKAU VIRGINIA LOKAL DI PASAR DALAM NEGERI Yudha Hadian Nur; Devi Apriana
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 7 No 1 (2013)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.617 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v7i1.101

Abstract

Sebagai bahan baku utama industri rokok Indonesia terutama untuk pembuatan rokok sigaret putih, tembakau Virginia lokal belum mampu memenuhi kebutuhan industri rokok dalam negeri. Studi ini mengkaji kemampuan daya saing tembakau Virginia lokal di pasar domestik dibandingkan dengan tembakau Virginia impor dengan menggunakan Competitive Position Analysis (CPA) yang menitikberatkan kepada cost based dan quality based competitiveness. Data yang dianalisa didasarkan kepada data tembakau Virginia yang diproduksi di Bojonegoro (Jawa Timur) dan Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat). Daya saing tembakau ditentukan oleh harga yang kompetitif, kualitas, rasa, dan pasokan yang stabil dan berkesinambungan. Ternyata harga jual tembakau Virginia lokal kurang kompetitif. Dari sisi kualitas, tembakau lokal mempunyai kualitas yang relatif rendah karena diferensiasi, varietas, dan rasa yang lebih terbatas. Secara umum, posisi daya saing tembakau Virginia lokal di pasar dalam negeri masih kalah dengan produk sejenis dari impor. Budidaya yang efektif dan efisien dengan bimbingan teknis dan tersedianya varietas unggul yang beragam harus diupayakan untuk meningkatkan daya saingnya di pasar domestik. Local Virginia tobacco is the main material for the production of white cigarretes in Indonesia, but local supply is unable to meet increasing domestic demand. This paper studies the competitiveness of local Virginia tobacco in the domestic market compared to imported products by applying Competitive Position Analysis (CPA). CPA analyzes both quality and cost based competitiveness. The data used in this study are from field research in Bojonegoro (Jawa Timur) and Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat). This study finds that the factors affecting the competitiveness of local tobacco are price, quality, taste, and stable and continue supply. The price of local Virginia tobacco is less competitive and the quality is low due to limited products and variety and poor taste. Therefore, the competitive position of local Virginia tobacco is low. To improve the competitivenes of Indonesian tobacco, the government should provide farmers with extension services on effective and efficient farming techniques and promote the availability of better varieties of tobacco seeds.
PENGARUH NILAI TUKAR TERHADAP EKSPOR INDONESIA Ari Mulianta Ginting
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 7 No 1 (2013)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.538 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v7i1.96

Abstract

Studi ini menganalisis pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap kinerja ekspor Indonesia menggunakan data tahun 2005 kuartal I sampai tahun 2012 kuartal III dengan menggunakan Error Correction Model (ECM). Dalam kurun waktu 2005-2012 ekspor Indonesia secara umum menunjukkan perkembangan yang positif walaupun terjadi penurunan pada periode 2008-2009 dan tahun 2012 terutama ke negara-negara tujuan Eropa dan Amerika. Ini menunjukkan bahwa ekspor Indonesia perlu ditujukan ke negara negara yang menjadi target atau sasaran baru. Studi ini menemukan bahwa nilai tukar dalam jangka panjang dan jangka pendek memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ekspor Indonesia. Ini menunjukkan pentingnya kebijakan nilai tukar untuk memicu peningkatan ekspor Indonesia. This paper examines the influence of Indonesia’s exchange rate on the performance of Indonesia’s exports using the data from the first quarter of 2005 until the third quarter of 2012 using an Error Correction Model (ECM). During 2005-2012 Indonesia’s exports increased, except in 2008-2009 and 2012 when they declined especially to Europe and America. This suggests that Indonesia’s exports should now be directed at newly targeted countries. This study finds that the appreciation of the exchange rate, in both the long run and the short run, has a significant negative impact on exports. It shows theimportance of exchange rate policy in improving Indonesia’s export performance.
PENERAPAN STANDAR EKSPOR GURITA DAN IKAN TERI PERUSAHAAN PERIKANAN DI KENDARI1 Nurlia Listiani
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 7 No 1 (2013)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.977 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v7i1.102

Abstract

Tulisan ini bertujuan mengkaji penerapan standar yang dilakukan oleh para pelaku usaha perikanan baik pemerintah ataupun pengusaha khususnya gurita dan ikan teri di kota Kendari. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan model Performance, Vision, dan Strategy (PVS) dan Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT). Data berasal dari observasi langsung dan wawancara mendalam menggunakan kuesioner yang disesuaikan dengan CODEX Alimentarius. Hasil studi menunjukkan bahwa, pertama secara teknis perusahaan wajib menerapkan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) untuk menjamin keamanan produk dan memenuhi standar lain yang diminta oleh importir. Kedua, koordinasi antara pemerintah pusat, daerah dan swasta terjalin cukup baik. Ketiga, pihak perusahaan pengolahan ikan relatif sudah cukup dapat memenuhi standar yang diminta oleh pasar tujuan ekspor, meskipun dari sisi kemudahan untuk melakukan ekspor langsung dari Kendari masih terbatas. Keempat, dari sisi SDM di beberapa sampel perusahaan pengolahan ikan di Kendari sudah cukup baik karena adanya pelatihan terkait dengan standar yang dimiliki perusahaan, tapi dari sisi SDM laboratorium penguji milik Pemda masih relatif kurang. This paper analyzes the implementation of fisheries standards for octopus and anchovy in Kendari, Southeast Sulawesi by the government and the private sector. It uses qualitative and quantitative analysis based on Performance, Vision, and Strategy (PVS) and Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT) analyses. The study uses data from observations and in-depth interviews using questionnaires based on CODEX Alimentarius to evaluate applied standards and their implementation. This study finds that companies are capable of implementing Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) to ensure the safety of the product as well as other standards required by importers. Fisheries companies in Kendari generally have capable human resources for implementing standards because they have employee training and development programs. On the other hand, despite good coordination among the central and regional governments and the private sector, the only regional laboratory with the competence to test food has problems. Nevertheless, fisheries companies’ are generally able to meet the standards required by the export market.

Page 1 of 1 | Total Record : 7