cover
Contact Name
Darnoto
Contact Email
darnoto@unisnu.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
tarbawi@unisnu.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. jepara,
Jawa tengah
INDONESIA
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam
ISSN : 20883102     EISSN : 2548415X     DOI : -
Core Subject : Education,
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam p-ISSN: 2088-3102; e-ISSN: 2548-415X is an journal published by the Faculty of Tarbiyah and Education Science Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara. The journal focuses its scope on the issues of Islamic education. We invite scientists, scholars, researchers, as well as profesionnals in the field of Islamic education to publish their researches in our Journal.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 2 (2017)" : 7 Documents clear
KURIKULUM 2013 UNTUK TOTAL QUALITY EDUCATION DI INDONESIA Hilmi Fauzi
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v14i2.624

Abstract

The issue of improving the quality of education has always been the focusof the various stakeholders in education. One of the objectives is to prepare learning outcomes (LO) that have competitiveness with their competitors. In addition, also to prepare the LO has the power sanding so that it can be in harmony with the era that has entered this disruptive era. The paper is intended to see how the policy relevance of the government to address the problem. The author uses a management approach in reviewing existing data. This paper uses literature review and is reinforced with data from the field. The results of this paper are several facts - including the following alternative facts: the government through the Ministry of Education with the policy of Curriculum 2013 and Kemenristek Dikti through the Presidential Decree on the Indonesian National Qualification Framework (KKNI) began to make efforts to improve education. There is a paradigm shift, previously focused only on cognitive development, or already towards the affective and psychomotor spheres but still very minimal, and unstructured evaluation, is now more systematic to achieve not only the cognitive, but affective, psychomotor sphere by considering multiple intelligence. Based on these facts it can be concluded that there is a match between education and community needs, so that the crisis of moral decadence, the competence of hope can be overcome. On the same side, the 2013 curriculum is nothing but a government instrument to control the quality of education that is oriented towards quality assurance. Finally, the government -designed education is expected to encourage LOs capable of competence, competitiveness and sanding power that is in harmony with the times. Isu perbaikan mutu pendidikan selalu menjadi fokus dari pelbagaipemangku kepentingan dalam pendidikan. Salah satu tujuannya adalahuntuk penyiapan learning outcomes (LO) yang mempunyai daya saingdengan kompetitornya. Selain itu, juga untuk menyiapkan LO mempunyaidaya sanding sehingga dapat selaras dengan zaman yang sudahmemasuki era disruptif ini. Tulisan ditujukan untuk melihat bagaimanarelevansi kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengatasipermasalahan tersebut. Penulis menggunakan pendekatan manajemendalam mengulas data yang ada. Tulisan ini menggunakan kajian pustakadan dikuatkan dengan data dari lapangan. Hasil dari tulisan ini adalahbeberapa fakta –termasuk di dalamnya fakta alternatif sebagai berikut:pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dengan kebijakan Kurikulum2013 dan Kemenristek Dikti melalui Kepres tentang Kerangka KualifikasiNasional Indonesia (KKNI) mulai melakukan usaha perbaikan pendidikan.Ada pergeseran paradigma, yang sebelumnya hanya terfokus padapengembangan kognitif, atau sudah menuju ranah afektif dan  psikomotor namun masih sangat minim, dan evaluasi yang tidak terstruktur, saat ini lebih sistematis untuk mencapai tidak hanya ranah kognitif, namun afektif, psikomotor dengan mempertimbangkan multiple intelegence. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwasannya sudah ada kesesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga krisis dekadensi moral, kompetensi harapannya dapat diatasi. Pada sisi yang sama ;kurikulum 2013 tidak lain sebagai instrumen pemerintah untuk mengkontrol mutu pendidikan yang beorientasi pada jaminan mutu. Terakhir, pendidikan yang didesain pemerintah diharapkan mampu mendorong LO yang mampu mempunyai kompetensi, daya saing dan daya sanding yang selaras dengan zamannya.
PENDIDIKAN ANTI RADIKALISME: IKHTIAR MEMANGKAS GERAKAN RADIKAL Alhairi Alhairi
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v14i2.617

Abstract

Now a days, radicalism has been spread out in Indonesia. It has to beprohibited by anti-radicalism education. Anti-radicalism education can bepreventive and anticipative effort for terorism and radicalism expansion. Itwill done by put anti-radicalism volues for student through learning andteaching process, it his one of solution for radicalism expansion problem inIndonesia. Anti-radicalism volues in Islam based on Al-qur’an and Al-hadits.It could being integrated on subject lesson. In Islam concept, there isinterdiction for killing and vandalism. On the contrary, Islam learns us forloving peaple/each other. It has realized on subject lesson. Anti -racalismeducation prosecutes youth generation to respect differentiation, to loveeach other, to hate vandalism and dissension. Thus, it can discantinueradicalism and terorism in Indonesia. Gerakan radikalisme yang sudah mengakar di negara yang  besar ini harus dicegah. Pendidikan anti radikalisme dapat dijadikan upaya preventif dan antisipatif  berkembangnya jaringan terorisme dan radikalisme di Indonesia. Pendidikan anti radikalisme dilakukan dengan memasukkan nilai -nilai anti radikalisme dalam diri siswa melalui proses pendidikan dan pengajaran. Pendidikan anti radikalisme ini digagas sebagai solusi masalah radikalisme yang berkembang di Indonesia.Nilai-nilai anti radikalisme dalam Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam diintegrasikan dalam mata pelajaran.Konsep Islam yang anti radikal seperti melarang membunuh, berbuat kerusakan, serta perintah untuk berbuat kasih sayang sesama upmat manusia dimuat dalam mata pelajaran agama Islam dan pelajaran lainnya.Pendidikan anti radikalisme menuntut para generasi muda untuk menghargai perbedaan, manusia yang mencintai kasih sayang, dan manusia yang benci berbuat kerusakan. Dengan demikian, secara berangsur-angsur akan dapat memutus gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia.
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PERSPEKTIF MANAJEMEN MUTU TERPADU STUDI KASUS DI SDUT BUMI KARTINI JEPARA Nur Rohman
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v14i2.625

Abstract

This study aims to describe the role of principals in improving the quality ofeducation perspective of total quality management concepts. This type ofresearch is the use of qualitative research. Jepara SDUT Bumi Kartini headof research subjects using interviews, observation, and documentation. The results showed that the head of SDUT Bumi Kartini Jepara has run aspectsof  Integrated Quality  Management  Concept among which are the First,the role as head of SDUT Bumi Kartini Jepara quality planning coordinationto the entire staff of   employees   and   also   the board  of  teachers  inconducting activities, involving all components, explains objectives to beachieved, forming  committees, monitoring and held meetings every want to do activities. Second, the role as head of quality control SDUT Bumi Kartini Jepara in  this  case are Ernawati, M.Pd undertaken an evaluation ofperformance, comparing actual performance with targets, holding monthlymeetings, specially in setting standards of performance, reward andpanishment, provides  guidance  to employees, asking for a report afteractivity and always provide motivation to Setaf council  employees  andteachers. Third, the role of quality   improvement   in this case the head ofSDUT Bumi Kartini Jepara conduct continuous improvement, conductsupervision per each semester, providing training and education to teachers and employees, held on the hour tutoring students outside of school  and work closely  with parents. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peran kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan perspektif konsep manajemen mutu terpadu. Jenis penelitian yang dipakai menggunakan penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah kepala SDUT Bumi Kartini Jepara dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian didapatkan  bahwa  kepala SDUT Bumi Kartini Jepara  sudah menjalankan aspek-aspek Konsep Manajemen Mutu Terpadu  diantaranya  yaitu Pertama, peran  sebagai perencanaan  mutu  kepala SDUT Bumi Kartini Jepara melakukan koordinasi kepada seluruh staf karyawan dan juga dewan guru dalam melakukan kegiatan, melibatkan seluruh komponen, menjelaskan tujuan yang akan dicapai, membentuk panitia-panitia, mengadakan monitoring dan mengadakan melakukan kegiatan. Kedua, peran sebagai pengendalian mutu kepala SDUT Bumi Kartini Jepara dilakukan dengan mengadakan evaluasi kinerja,  membandingkan kinerja aktual dengan target, mengadakan rapat bulanan, menetapkan standar khusus dalam kinerja, memberikan reward dan punishment, memberikan arahan kepada pegawai, meminta laporan setelah kegiatan  dan  selalu memberikan motivasi kepada staf karyawan maupun dewan guru. Ketiga, peran sebagai perbaikan mutu dalam  hal ini kepala SDUT Bumi Kartini Jepara mengadakan perbaikan terus menerus, mengadakan supervisi setiap persemester, memberikan pelatihan dan pendidikan kepada guru dan pegawai, mengadakan bimbingan belajar siswa pada jam luar sekolah dan bekerja sama dengan orang tua murid.
KONSEP GURU DAN ANAK DIDIK DALAM PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT IBNU MASKAWAIH Ayu Lestari
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v14i2.618

Abstract

Moral education is an important thing to discuss and formulate, especiallyin the current era of globalization.Die morele krisis wat vandag gebeur, isso kommerwekkend, wat wissel van kinders, adolessente en volwassenes.Therefore the formulation of the concept of moral education needs to benoticed.The concept of moral education so much talked about by many, not least by the thinkers of Islam. The concept of moral education according to Ibn Maskawaih one of which will be analyzed in this paper. The concept of moral education in this paper focuses on the concept of teacher and student interaction. The interaction between teachers and students is an educcessive interaction that is aware of the ultimate goal of forming good morality for students. In the process of moral formation according to Ibn Maskawaih there must be relationship of love between educators andstudents. This is as expressed by Ibn Maskawaih that teachers are educators after parents who have an important role in shaping the moralsof students. Pendidikan akhlak merupakan hal penting untuk dibahas dan dirumuskan,khususnya pada era globalisasi saat ini. Krisis moral yang terjadi saat inibegitu memprihatinkan, mulai dari kalangan anak-anak,  remaja dandewasa. Oleh karena itu, memahami konsep pendidikan akhlak yanglengkap perlu untuk dikembangkan dan diaplikasikan. Konsep pendidikanakhlak begitu banyak dibicarakan oleh banyak kalangan, tidak terkecualioleh para pemikir Islam. Konsep pendidikan akhlak menurut Ibn Maskawaih salah satu yang akan di analisis dalam tulisan ini. Konsep pendidikan akhlak dalam tulisan ini difokuskan pada konsep interaksi guru dan anak didik. Interaksi yang dibangun antara anak guru dan siswa adalah interaksi eduktif yang sadar akan tujuan akhir yaitu pembentukan akhlak terpuji bagi siswa.Dalam proses interaksi guru dan anak didik harus berjalan hubungan cintakasih. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Maskawih bahwaguru adalah pendidik setelah orang tua yang memilki peran penting dalam membentuk akhlak siswa.
KELUARGA SEBAGAI SUMBER PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK Dicky Setiardi; Husni Mubarok
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v14i2.619

Abstract

Character education can be defined as a process of giving guidance tolearners to develop attitudes and behavior optimally. The first step inbuilding Character education must be start from the family environmentbecause the family is the primary and first source for the child to acquireand build character. Good or bad character of a child is very much neededby the family environment. The process of character education of childrenin the family can be done by parents by using several ways such asexemplary, habituation, advice and tips and motivation for children. Theattainment of the character education process within the family environment depends on the harmony between parent, child, the means used and the supportive environment. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai proses pemberian tuntunankepada peserta didik untuk mengembangkan sikap dan perilaku secaraoptimal. Pendidikan karakter pertama kali harus dilaksanakan di dalamlingkungan keluarga karena keluarga merupakan sumber utama danpertama bagi anak untuk memperoleh dan membentuk sertamengembangkan karakter. Baik atau buruknya karakter anak sangatdipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Proses pendidikan karakter anakdalam keluarga dapat dilakukan oleh orang tua dengan menggunakanbeberapa cara antara lain keteladanan, pembiasaan, nasehat dan hukuman serta motivasi terhadap anak. Tercapainya proses pendidikan karakter di dalam lingkungan kelurga bergantung pada keserasian antara orang tua, anak, cara yang digunakan serta lingkungan yang mendukung terjadinya proses pendidikan.
PEMASARAN DAN UPAYA DALAM MEMPENGARUHI HARAPAN STAKEHOLDER DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM Muhammad Mukhtar
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v14i2.621

Abstract

Marketing is an activity or approach that always oriented on consumers whoaim to make management decisions. Marketing should be done with careful planning and clear goals and oriented to customer satisfaction. Marketing in educational institutions is to establish a good image (image) of the institution and attract a number of prospective students. Marketing should be oriented to "customers" who in the context of a school or madrasah are called students/learners. This is where the need for a school or madrasah to find out how prospective students see the school or madrasah to choose. In addition, in order to know the needs and attract customers (students) then the strategic steps that can be done, namely market identification, market segmentation and positioning, product differentiation, marketing communications, and school services. The tool that can be used as a step in marketing is the 7P marketing mix that is composed of traditional 4P used in the marketing of goods and 3P as an expansion of the marketing mix. The 4P element is product; services such as what is offered, price; pricing strategy; place (location); where services are provided, promotion; how promotion is given. The 3P elements are people (people / human resources); quality, qualifications, and competencies held by persons engaged in the execution of services, physical evidence; facilities and infrastructure, such as what is owned, and process; management of the given learning. Pemasaran merupakan kegiatan atau pendekatan yang selalu berorentasipada konsumen dengan tujuan untuk membuat keputusan manajemen.Pemasaran hendaklah dilakukan dengan perencanaan matang, tujuanjelas, serta berorentasi pada kepuasan pelanggan. Pemasaran di lembagapendidikan adalah untuk membentuk citra (image) yang baik terhadaplembaga dan menarik minat sejumlah calon siswa. Pemasaran harusberorentasi kepada “pelanggan” yang dalam konteks sekolah ataumadrasah disebut dengan siswa/peserta didik. Disinilah perlunya sekolahatau madrasah untuk mengetahui bagaimana calon siswa melihat sekolahatau madrasah yang akan dipilihnya. Selain itu, dalam rangka mengetahuikebutuhan dan menarik pelanggan (siswa) maka langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan, yaitu identifikasi pasar, segmentasi pasar dan positioning, diferensiasi produk, komunikasi pemasaran, dan pelayanan sekolah. Alat yang dapat dijadikan sebagai langkah dalam pemasaran adalah bauran pemasaran 7P yaitu terdiri dari 4P tradisional yang digunakan dalam pemasaran barang dan 3P sebagai perluasan bauran pemasaran. Unsur 4P yaitu product (produk); jasa seperti apa yang ditawarkan, price (harga); strategi penentuan harganya; place (tempat/lokasi); di mana tempat jasa diberikan, promotion (promosi); bagaimana promosi diberikan. Adapun unsur 3P yaitu people (orang/SDM); kualitas, kualifikasi, dan kompotensi yang dimiliki oleh orang yang terlibat dalam pelaksanaan jasa, physical evidence (bukti fisik); sarana dan prasarana, seperti apa yang dimiliki, dan process (proses); manajemen pembelajaran yang diberikan.
IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SD DI KABUPATEN KUDUS Noor Arifin
Tarbawi : Jurnal Pendidikan Islam Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34001/tarbawi.v14i2.622

Abstract

This study aims to determine: 1) Implementation Supervision Non-Directive Supervisor to improve Pedagodik Competence of Islamic Religious Education Teacher Elementary School in Kudus District. 2) Contribution of Supervision of Non-Directive Supervisor in improving Teacher Competence. This type of  research is Qualitative, by using phenomenological approach data obtained through interview, observation, and documentation. Analysis using interactive model according to analysis Miles and Hubermen (1984) that is reduction, display, and withdrawal of conclusion. Data validity is done by extending research time, data triangulation. The results of this study are: 1) the implementation of non directive supervision of supervisor carried out individually by Visitation to the school to listen directly to the problems conveyed by the Teachers and in groups by distributing problem cards to teachers at the Teachers' Working Group on Islamic Religious Education. 2) The supervisor's non-directive contribution made by the supervisor makes teacher of Islamic study in Elementary school have been able to make the teaching administration, able to utilize the media, facilities and technology, able to choose  methods and  learning strategies right. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Implementasi Supervisi NonDirektif Pengawas untuk meningkatkan Kompetensi pedagodik GuruPendidikan Agama Islam Sekolah dasar di Kabupaten Kudus. 2) Bagaimana Kontribusi Supervisi Non Direktif Pengawas dalam meningkatkan Kompetensi Guru. Jenis penelitian ini adalah Kualitatif, dengan menggunakan pendekatan fenomenologis, data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis menggunakan model interaktif menurut analisa Miles and Hubermen (1984) yaitu reduksi, display, dan  penarikan kesimpulan.Keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian, dan triangulasi data. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) pelaksanaan Supervisi non direktif pengawas dilaksanakan secara individual yaitu dengan visitasi ke sekolah  untuk mendengarkan secara langsung permasalahan yang disampaikan oleh Guru dan secara kelompok dengan membagikan kartu masalah kepada guru di forum Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam. 2) Kontribusi supervisi nondirektif yang dilakukan pengawas menjadikan guru PAI SD dapat membuat administrasi pembelajaran, mampu memanfaatkan media, sarana dan teknologi,  mampu  memilih metode dan strategi  pembelajaran yang tepat.

Page 1 of 1 | Total Record : 7