cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 3 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2015)" : 3 Documents clear
KARAKTERISTIK ORIENTASI RUMAH TRADISIONAL BUGIS (BOLA UGI) DI DUSUN KAJUARA KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN Hamka, ,; Antariksa, ,; Wulandari, Lisa Dwi
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.84 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i2.13832

Abstract

Permukiman tradisional identik dengan tradisi dan budaya masyarakat setempat di masing-masing daerah. Permukiman tradisional umumnya memiliki aturan terhadap pola dan tatanan rumah pada permukimannya sesuai dengan tradisi dan budaya setempat, salah satunya dalam hal orientasi rumah. Pola dan tatanan orientasi rumah tersebut juga terdapat pada permukiman di Dusun Kajuara, namun orientasi bola ugi yang ada di dusun ini memiliki karakteristik yang beragam. Dusun Kajuara merupakan permukiman yang berada di wilayah topografi perbukitan, namun sebagian dari wilayah permukimannya berada pada kondisi tanah datar. Pola permukiman di dusun ini umumnya berpola linier membentuk kelompok-kelompok permukiman yang mengikuti sirkulasi jalan desa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan karakakteristik orientasi bola ugi di Dusun Kajuara yang memiliki arah orientasi rumah yang beragam, berdasarkan pendekatan aturan adat dan tradisi masyarakat setempat. Metodelogi penelitian menggunakan metode kualitatif analisis deskriptif dengan teknik analisis komparatif terhadap beberapa kelompok permukiman. Hasil penelitian terhadap kelompok permukiman tersebut menunjukkan bahwa dasar munculnya orientasi bola ugi yang beragam adalah terkait dengan konsep orientasi rumah dapat menghadap ke arah empat penjuru mata angin. Arah orientasi rumah yang baik adalah menghadap timur dan barat dengan mempertimbangkan kondisi topografi letak rumah. Rumah yang berada pada topografi perbukitan umumnya akan berorientasi kearah tanah yang lebih tinggi, sedangkan yang berada pada kondisi tanah datar umumnya akan berorientasi ke jalan Traditional settlements are identical with tradition and cultural of local communities in each region. Traditional settlements generally have the rules in the pattern and order of houses in accordance with the traditions and culture. One of the considerations is the orientation of the houses. The orientation pattern and order of the houses can be found on settlements of Kajuara Village, however, the orientation of bola ugi in this village has diverse characteristics. Kajuara Village is a settlement in the area of hilly topography, but most of the territory of the settlement are on the flat ground conditions. The pattern of settlement in this village generally has linear patterned which formed groups of settlements followed the circulation path. The purpose of this study was to determine and explain the characteristics of orientation bola ugi in Kajuara Village which has a diverse of houses orientation. The condition based on customs rules and traditions of the local community. The research methodology used qualitative descriptive analysis with comparative technique. The results showed that the diversity of bola ugi orientation is associated with the houses orientation concept, which can be facing four directions of cardinal directions. The best direction of houses is by facing east and west and by considering the condition topography. Houses that located on hilly topography generally oriented towards higher ground, while those in the flat ground conditions generally will be oriented to the street.REFERENCESHasan, & Prabowo. (2002). Perubahan Bentuk dan Fungsi Arsitektur Tradisional Bugis di Kawasan Pesisir Kamal Muara, Jakarta Utara. International Symposium ‘Building Research and the Sustainability of the Built Environment in the Tropics’ Universitas Tarumanegara.Idawarni. (2011). Penentuan Arah dan Letak Permukiman dan Rumah Tinggal Kaitannya dengan Kosmologi, Studi Kasus: Kampung Kanarea, Kecamatan Bajeng Gowa Sulawesi Selatan. Local Wisdom-Jurnal Ilmiah Online, ISSN: 20863764. Volume: III, Nomor: 1, Hal: 09-18.Mithen & Onesimus. (2003). Arsitektur Tradisional Toraja Merupakan Ekspresi dari Aluk Todolo. Jurnal Penelitian Enjiniring Vol.9 No.3 September-Desember 2003 Hal. 300-308Morrel, Elizabeth. (2005). Simbolisme, Ruang, dan Tatanan Sosial dalam Tapak-Tapak Waktu Kebudayaan, Sejarah, dan Kehidupan Sosial di Sulawesi Selatan. Inninnawa: Makassar.Nurjannah & Anisa. (2010). Pola Permukiman Bugis di Kendari. NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010:139-146Sumalyo. (2001). Kosmologi Dalam Arsitektur Toraja. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 29, No. 1, Juli 2001: 64 – 74Wikantiri, Veronika & Marwah. (2011). Faktor Penentu Orientasi Rumah Di Permukiman Nelayan Dusun Salarang Kabupaten Maros. Prosiding Hasil Penelitian Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar
FLEXURAL TESTING OF WOOD-CONCRETE COMPOSITE BEAM MADE FROM KAMPER AND BANGKIRAI WOOD Yoresta, Fengky Satria
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.563 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i2.13833

Abstract

Certain wood has a tensile strength that almost equal with steel rebar in reinforced concrete beams. This research aims to understand the capacity and flexural behavior of concrete beams reinforced by wood (wood-concrete composite beam). Two different types of beams based on placement positions of wood layers are proposed in this study. Two kinds of wood used are consisted of Bangkirai (Shorea laevifolia) and Kamper (Cinnamomum camphora), meanwhile the concrete mix ratio for all beams is 1 cement : 2 fine aggregates : 3 coarse aggregates. Bending test is conducted by using one-point loading method. The results show that composite beam using Bangkirai wood is stronger than beams using Kamper wood. More thicker wood layer in tensile area will increase the flexural strength of beams. Crack patterns identified could be classified into flexural cracks, shear cracks, and split on wood layer Beberapa jenis kayu tertentu memiliki kekuatan tarik yang hampir sama dengan tulangan baja pada balok beton bertulang. Penelitian ini bertujuan memahami kapasitas dan perilaku lentur balok beton bertulang yang diperkuat menggunakan kayu (balok komposit beton-kayu). Dua tipe balok yang berbeda berdasarkan posisi penempatan kayu digunakan dalam penelitian ini. Dua jenis kayu yang digunakan adalah kayu Bangkirai (Shorea laevifolia) and Kamper (Cinnamomum camphora), sementara itu rasio campuran beton untuk semua balok menggunakan perbandingan 1 semen : 2 agregat halus : 3 agregat kasar. Pengujian lentur dilakukan menggunakan metode one-point loading. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balok komposit dengan kayu Bangkirai lebih kuat dibandingkan balok dengan kayu Kamper. Semakin tebal lapisan kayu yang berada di daerah tarik akan meningkatkan kekuatan lentur balok. Pola kerusakan yang teridentifikasi dapat diklasifikasikan menjadi retak lentur, retak geser, dan pecah pada kayuREFERENCESBoen T. (2010). Retrofitting Simple Buildings Damaged by Earthquakes. World Seismic Safety Initiative. Indonesia.Chauf KA. (2005). Karakteristik Mekanik Kayu Kamper sebagai Bahan Konstruksi. Majalah Ilmiah MEKTEK 7: 41-47.Gangarao HVS, Narendra T & Vijay PV. (2007). Reinforced Concrete Design with FRP Composites. CRC Press, Boca Raton.PKKI (Indonesian Timber Construction Code). (1961). PKKI NI – 5 1961. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.Pranata YA, Bambang S & Johannes AT. (2012). Rasio Modulus Penampang Elastik Balok Kayu Laminasi-Baut. Jurnal Teknik Sipil 19: 223-236.Thelandersson S. (2003). Introduction: Wood as a construction material. Pp 15-22 in Sven T & Hans JL (Eds) Timber Engineering. John Wiley & Sons Ltd, West Sussex.
PENGARUH PRESEDEN ARSITEKTUR DUNIA TERHADAP KARAKTERISTIK BENTUK FASADE BANGUNAN DI KOTA MAKASSAR Pujantara, Ruly
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (999.87 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v2i2.13834

Abstract

Pada era modern sekarang ini, fasade dan bentuk bangunan yang berkembang dan di bangun di kota-kota besar Indonesia adalah kebanyakan fasade dan bentuk bangunan modern dan futuristik. Desainnya mempunyai karakteristik tertentu sesuai gaya Arsitektur Eropa, Amerika dan Jepang. Originalitas fasade bangunan dan bentuk bangunan modern di Indonesia juga mengalami adaptasi mengikuti preseden Arsitektur dunia. Preseden Arsitektur ini menjadi sedikit masalah ketika unsur keamanan, kenyamanan menjadi hilang dan menjadi gangguan dalam struktur perencanaan dan perancangan bangunan di Indonesia. Bagaimana adaptasi karakter fasade pada lingkungan, bentuk preseden arsitektur dan akibatnya kepada keseluruhan desain pasca huni , akan menjadi inti bahasan dalam tulisan ini di dasarkan pada tinjauan filosofi, ilmu pengetahuan, rekayasa teknik dan seni. Membaca dan mengidentifikasi karakteristik dari preseden yang menjadi tema dalam sebuah desain dilakukan dengan membandingkan langsung fasade, bentuk, pola geometri, skala, bidang vertikal dan horizontal yang mempengaruhi pola desain dari arsitek bersangkutan. Hasilnya adalah beberapa bangunan komersial di kota Makassar sangat dipengaruhi oleh preseden arsitektural dari luar, langgam kelokalan hilang, sedangkan bangunan pemerintahan walaupun sedikit dipengaruhi preseden arsitektur dari luar namun masih tetap memasukkan langgam arsitektur lokal dan kultur daerah setempat sebagai identitas kedaerahan In this modern era, futuristic buildings form and facade, nowdays, can be seen at big towns in Indonesia. The design has certain characteristic in accordance to eropean, american and japanese architecture style. The originality of it’s facades were changed, adopting  the global  architectural precedents, and sometimes its turn into problems when adopting process ignoring comfortness, safety, and structure. How is the facade characeristic, the form of precedent, and its impact are the essences of this paper. Discussion constructed based on review of philosophy, science, engineering and art. To read and identify the characteristics of precedent were done by comparing directly the facade, shape, geometry pattern, scale, vertical and horizontal plane that affect the pattern of design. From the result: for some commercial buildings in the Makassar city were strongly influenced by the architectural precedent from the outside, the style of its localities was disappearing. For the government buildings, although is slightly influenced  by the architectural precedents from the outside, but its still keeping the local architectural style and culture of the local area as a regional identity.REFERENCESAlan Johnson, Paul. (1994). The Theory of Architecture: Concept, Themes & Practices, New York, Van Nostrand ReinholdAntoniades, A.C. (1991). Poetic Of Architecture, New York ,Van Nostrand ReinholdAtmoko, Adi Utomo (2003), Teori Arsitektur III, Buku Ajar, Yogyakarta, Universitas Gadjah MadaChing, Francis D.K. (1993). Architectural Concept,US,American Institut of Architec.Cooke, Catherine. (1984). Fantasy and Architecture, United Kingdom, Academy Group Ltd.Frazer, Jhon. (1995). An Evolusionary Architecture, London, Architectural AssociationGrand Architecture. (1997). Bernard Tscumi Document Extra vol.10, Tokyo, Japan, A.D.A  EDITA Tokyo Co.LtdGrand Architecture. (1997). Morphosis Document Extra vol.9, Tokyo, Japan, A.D.A  EDITA Tokyo Co.LtdGrand Architecture. (1997). Richard Meyer Document Extra vol.8, Tokyo, Japan, A.D.A  EDITA Tokyo Co.LtdGrand Architecture. (1997). Tadao Ando Document Extra vol.1, Tokyo, Japan, A.D.A  EDITA Tokyo Co.Ltd.H.B. Sutopo. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret University Press.Heryanto, Bambang. (2003). Sejarah Arsitektur, Makassar, Hasanuddin University Press.I. Makainas, (2011), Eksplorasi terhadap Arsitektur Dekonstruksi, Jurnal Media Matrasain Vol.8-No.2,Manado, Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Sam RatulangiJeramain, Philipus. (2010). Teori Arsitektur III, Buku Ajar, Kupang, Universitas Katolik Widya MandiraLync, Kevin. (1977). Site Planning, American Institute of ArchitectPoernomo, S. (1992), Paradoks Arsitektur Dekonstruksi, Jakarta, Majalah Konstruksi Edisi AprilSiregar, Fritz O.P. (2011). Penilaian Terhadap Arsitektur, Jurnal Media Matrasain Vol.8-No.1, Manado, Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Sam Ratulangi.Steiner, Frederik. (2007). Planning and Urban design Standarts, American Planning Association.Sutanto, Agustinus. (2001). Gagasan Koneksi Ruang, Kamasutra, Seminar Nasional Arsitektur, Depok, Universitas Indonesia.Tjahyono, G. (1998). Indonesian Heritage: Architecture, Singapore Archipelago PressWhite, Edward.T. (1973). Ordering System: an introduction to architectural design, Tucson Arizona, University of Arizona.http//www.Arcspace.comhttp//www.Architecture Digest.comhttp//www.Enric Miralles.comhttp//www.Eric Owen Moss.comhttp//www.Frank Gehry.comhttp//www.Geocities.com/sta5_ar530/tugas_kelompok/kelompok6/BABV.htmlhttp//www.Morphosis.comhttp//www.Tom Mayne.comhttp//www.Thomas Meyer Archive.dehttp//www.Zaha Hadid Architec.com

Page 1 of 1 | Total Record : 3