cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 23375124     EISSN : 2089970X     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Anestesiologi Indonesia (JAI) diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) dan dikelola oleh Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP) bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) cabang Jawa Tengah.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia" : 6 Documents clear
Covid-19 with Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus: Based on Two Cases in Diponegoro National Hospital Dwi Retnoningrum; Setyo Gundi Pramudo; Taufik Eko Nugroho; Qonita Nur Qolby
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.47963

Abstract

Background: Coronavirus disease 19 (COVID-19) has become pandemic in the world with a board spectrum of clinical presentation. Secondary infection of methicillin-resistant staphylococcus aureus (MRSA) affects morbidity and mortality in patients with COVID-19.Case: We reported two COVID-19 patients with MRSA hospitalized in intensive care unit (ICU) of Diponegoro National Hospital. The first patient was 61-year-old woman that was referred from another hospital with confirmed COVID-19 infection and acute respiratory distress syndrome and had been intubated. Diabetes mellitus and hypertension were known as comorbid. On day 4 of treatment in ICU, blood culture results showed MRSA infection and antibiotic therapy was replaced with Vancomycin. The patient had clinical improvement and was discharge from the hospital on the 36th day of treatment. The second one was 51-year-old woman admitted with probable COVID-19, type II Diabetes Mellitus and hypertension. On day 9th the patient was transferred to ICU because of respiratory failure, blood culture on day 15th show a result of MRSA and antibiotic therapy was replaced with vancomycin. She declined intubation procedures and died on day 20.Discussion: Antibiotic resistance has become one of the important things in infection management in the world. Multidrug-resistant bacteria (MDR) cause treatment failure which increases the risk of death and cost. MRSA has become one of the most important MDR bacteria during the last decade causing severe infections in health facilities. Complications of bacterial infection in COVID-19, especially bacteremia increases the severity and mortality of severe patients.Conclusion: Coinfection of MRSA in COVID-19 patients can affect the clinical outcome. One of important risk factor is history or prolonged hospitalized. Other factors are comorbidity of the patient and appropriate therapy is needed to reduce mortality in Intensive Care Unit.
Tatalaksana ICU pada Pasien Pasca Laminektomi Servikal dengan Kesulitan Weaning dan Ekstubasi Pradana Bayu Rakhmatjati; Calcarina Fitriani R. W; Johan Arifin
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.54458

Abstract

Latar Belakang: Salah satu penyebab kesulitan weaning adalah gangguan neuromuskuler seperti polineuropati, miopati, dan spinal cord injury (SCI) segmen servikal di atas C5. Angka kegagalan ekstubasi berkisar pada 10-20% dari keseluruhan kasus intensive care unit (ICU) dengan angka kematian 25-50%. Ventilasi mekanik jangka panjang seringkali diperlukan pada pasien dengan cedera medula spinalis segmen di atas C5.Kasus: Kami laporkan 2 pasien; seorang laki-laki 22 tahun dengan diagnosis tetraparese spastik dengan lesi transversal total medula spinalis C5 et causa spinal cord injury, dan pada pasien kedua seorang laki-laki 34 tahun dengan diagnosis tetraplegia akut et causa canal stenosis servikal setinggi C1-3 et causa massa ekstradura et causa squamous cell carcinoma. Kedua pasien juga didiagnosis mengalami kejadian ventilator associated pneumonia (VAP), pasca prosedur pembedahan laminektomi. Penatalaksanaan berupa terapi antibiotik empiris dan de-eskalasi. Pembahasan: Sebagian besar gangguan neuromuskular yang mempersulit weaning diperoleh selama perawatan pasien di ICU. Fungsi sistem pernapasan pada pasien dengan cedera medula spinalis servikal memerlukan perhatian khusus, khususnya segmen level tinggi oleh karena keterlibatan saraf frenikus. Trakeostomi direkomendasikan dilakukan lebih awal setelah intubasi untuk menyederhanakan weaning. Komplikasi pascaoperasi harus diatasi agar tidak memperburuk luaran pasien. Kesimpulan: Kriteria weaning dan ekstubasi pada gangguan neuromuskuler dapat berbeda antar referensi, namun secara umum melibatkan vital capacity (VC), respiratory rate (RR), minute ventilation, PaO2, FiO2, PaCO2, rapid shallow breathing index, positive end-expiratory pressure (PEEP), dan kondisi klinis pasien. Selama weaning, bantuan ventilasi dilepas untuk sementara dan diselingi dengan periode istirahat.
ERAS pada Bedah Jantung Koreksi Katup Mitral: Laporan Kasus Antonius Budi Santoso; Yudi Hadinata
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.49417

Abstract

Latar Belakang: Enhanced recovery after cardiac surgery (ERAS-CS) merupakan manajemen perioperatif pada bedah jantung dengan pendekatan multidisiplin dan multifaktorial yang bertujuan mempercepat pemulihan dan mobilisasi, meminimalkan efek samping ventilator mekanik, mual muntah dan nyeri pascabedah, serta mengurangi lama rawat intensif dan biaya perawatan rumah sakit. Anestesi fast track merupakan bagian tidak terpisahkan dari ERAS-CS.Kasus: Wanita, 16 tahun, dengan regurgitasi katup mitral berat dan katup trikuspid sedang, dilakukan bedah jantung mitral dengan annuloplasty. Informed consent, puasa enam jam, dan pemberian air putih manis dua jam sebelum pembedahan dilakukan sebagai persiapan anestesia. Induksi, intubasi, pemasangan akses vena sentral dan monitor hemodinamik invasif, serta blok interkostal parasternal dilakukan sebelum insisi kulit. Pembedahan berlangsung selama 180 menit dengan waktu cardiopulmonary bypass (CPB) 61 menit dan waktu klem silang aorta 35 menit. Hemodinamik stabil dengan analgetik fentanyl 2 mcg/kgBB saat induksi dan morfin 20 mcg/kgBB/jam selama pembedahan. Pemeriksaan transesophageal echocardiography (TEE) menunjukkan kontraktilitas baik tanpa disertai residual pascakoreksi. Ekstubasi dilakukan setelah penutupan luka operasi. Kesadaran penuh dan mobilisasi bebas dengan visual analogue scale (VAS) 0-1 didapatkan dalam dua jam pertama perawatan intensif.Pembahasan: Tatalaksana ERAS-CS terdiri dari manajemen prabedah, pembedahan, dan pascabedah. Edukasi saat evaluasi praanestesi dilakukan untuk mengurangi kecemasan dan peningkatan ambang nyeri. Pembatasan puasa dan pemberian cairan jernih manis dua jam sebelum pembedahan dilakukan untuk mengurangsi risiko starvasi, resistensi insulin, dan hiperglikemik. Teknik blok saraf tepi interkostal dapat bermanfaat dalam mengurangi kebutuhan opioid. Ekstubasi ultra fast-track dilakukan secara terarah untuk mengurangsi risiko komplikasi dan mempercepat mobilisasi pascabedah. Pemulihan kesadaran secara cepat tanpa nyeri dan mual muntah pascabedah (PONV) didapatkan selama perawatan intensif.Kesimpulan: Penerapan ERAS-CS secara tepat dapat memberikan pemulihan cepat serta mampu mengurangi komplikasi dan lama rawat intensif pascabedah.
Tatalaksana Badai Tiroid dan Aritmia di ICU: Serial Kasus Jessica Nathalia; Jane Josephine Chandra; Debby Vania; Albert Frido Hutagalung
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v15i2.53937

Abstract

Latar belakang: Badai tiroid atau krisis hipertiroid merupakan komplikasi hipertiroidisme akut yang mengancam jiwa dan sebagai presentasi dari tirotoksikosis yang berlebihan. Gejala badai tiroid yang paling parah yang mungkin terjadi berupa aritmia atrium dan/atau ventrikel, gagal jantung, dan/atau henti jantung.Kasus: Pada ketiga kasus, terdapat gambaran klinis serta gangguan irama jantung yang berbeda berupa atrial fibrilasi (AF) dan supraventrikuler takikardi (SVT) yang berhubungan dengan hipertiroidisme. Terdapat kegawatdaruratan badai tiroid yang dapat mengancam nyawa sehingga diperlukan perawatan yang intensif pada ketiga pasien tersebut. Selama perawatan di intensive care unit (ICU), ketiga pasien mendapatkan terapi standar berupa antitiroid dan obat antiaritmia golongan beta bloker dan golongan glikosida digitalis.Diskusi: Peningkatan hormon tiroid memiliki peran untuk menyebabkan AF dan SVT. Setelah dilakukan tatalaksana sesuai dengan Japan Guideline Thyroid Storm (2016), terdapat perbaikan pada kasus 2 dan 3. Namun, pada kasus 1 tetap didapatkan SVT persisten dengan badai tiroid yang tidak terkontrol.Kesimpulan: Gambaran klinis badai tiroid bervariasi, mulai dari disfungsi sistem termoregulasi, gangguan gastrointestinal dan hati, gangguan sistem saraf pusat, dan gangguan irama jantung. Pada ketiga kasus ini, gambaran klinis dari hipertiroidisme akut dan badai tiroid berbeda-beda. Namun, terdapat kegawatdaruratan yang sama yang dapat mengancam nyawa sehingga diperlukan perawatan yang intensif pada ketiga pasien tersebut.
Epidural Labor Analgesia pada Ibu Hamil dengan Blok Total Atrioventrikuler yang Terinfeksi Coronavisrus Disease–19 (COVID-19) Oktavian Rizki Ilahi; Juni Kurniawaty; Ratih Kumala Fajar Apsari
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.53355

Abstract

Latar Belakang: Melahirkan tanpa rasa sakit merupakan salah satu hak dari ibu hamil. Pemilihan persalinan dengan epidural tentu akan menjadi pilihan untuk meminimalisir nyeri persalinan, terutama ditujukan pada pasien dengan problem jantung untuk meminimalisir stres selama persalinan.Kasus: Kami laporkan pasien wanita 29 tahun dengan G1P0A0, usia kehamilan 40 minggu dengan riwayat total AV blok yang sedang mengalami persalinan yang direncanakan melahirkan bayi pervaginam, saat hari admisi pasien diskrining swab polymerase chain reaction (PCR) dan dinyatakan terkonfirmasi infeksi coronavirus disease-19 (COVID-19). Pasien kemudian dipasang epidural, monitor invasif artery line, dan dirawat di ruang isolasi intensif. Nyeri terkontrol dengan epidural kontinyu, tidak ada keterlambatan maju pada persalinan, dan kondisi hemodinamik ibu stabil sampai bayi dilahirkan dengan penilaian appearance, pulse, grimace, activity, respiration (APGAR) skor 9.Pembahasan: Teknik neuraksial terutama epidural merupakan pilihan utama analgesi maupun anestesi pada pasien dengan total AV blok dikarenakan memiliki analgetik poten serta meminimalisir gejolak hemodinamik apabila akan segera dilakukan operasi sesar.Kesimpulan: Penggunaan permanent pacemaker tidak direkomendasikan pada pasien asimtomatik namun kardiolog harus dilibatkan untuk sewaktu – waktu memasang temporary pacemaker seperti pada pasien ini. Selain itu penggunaan epidural memungkinkan untuk diberi dosis kontinyu ataupun patient controlled epidural analgesia pada pasien isolasi intensif dengan infeksi COVID-19.
SWOT Analisis Pelayanan Klinik Nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang Jerry Ferdinand Haposan Saragih; Sri Achadi Nugraheni; Mateus Sakundarno Adi
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.54419

Abstract

Latar belakang: Klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang merupakan satu-satunya klinik nyeri kolaboratif multidisiplin yang ada di kota Semarang. Klinik nyeri ini berdiri pada tahun 2019 dimana pada saat awal berdiri sudah ada pasien yang berkunjung akan tetapi setelah adanya pandemi COVID-19 klinik nyeri mengalami penurunan kunjungan. Penerapan pelayanan kesehatan yang berkualitas di klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang perlu memperhatikan faktor internal maupun faktor ekstenal dari klinik nyeri. Selain itu hasil analisa strength, weakness, opputunity, thread (SWOT) dari internal factors summary (IFAS) dan external factors summary (EFAS) dapat membantu manajemen Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang dalam mengelola implementasi strategi secara efektif. Namun analisa SWOT belum dilakukan oleh klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang.Tujuan: Menganalisis pelayanan klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang dengan menggunakan metode SWOT.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional partisipatif multiple time approach. Pengumpulan menggunakan data primer yang dilakukan dengan metode kualitatif melalui wawancara mendalam secara langsung dari informan penelitian. Terdiri dari 7 informan utama dan 5 informan triangulasi. Analisis data dari wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan interactive model.Hasil: Kekuatan terbesar yang dimiliki klinik nyeri yakni mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang sangat kompeten dan professional serta tarif klinik nyeri yang lebih murah daripada rumah sakit lainnya. Kelemahan terbesar dari klinik nyeri yakni strategi pemasaran yang belum maksimal dan metode pembayaran yang belum bisa menggunakan jaminan kesehatan nasional (JKN). Peluang terbesar yang dimiliki klinik nyeri adalah mempunyai peralatan dan sarana prasarana yang canggih. Ancaman terbesar bagi klinik nyeri adalah konflik antar dokter spesialis penanggung jawab pasien dan konflik antar unit layanan lain. Penggunaan matriks thread-oppurtunity, weakness-strength (TOWS) yang mendukung strategi SWOT.Kesimpulan: Analisis SWOT dan matriks TOWS dalam penelitian ini dapat membantu peneliti dalam menentukan startegi pelayanan yang baik bagi klinik nyeri Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang. 

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2023 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 15, No 1 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 14, No 3 (2022): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 14, No 2 (2022): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 14, No 1 (2022): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia (Issue in Progress) Vol 13, No 2 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 13, No 1 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia Publication In-Press Vol 12, No 3 (2020): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 12, No 2 (2020): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 12, No 1 (2020): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 11, No 3 (2019): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 11, No 2 (2019): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 11, No 1 (2019): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 10, No 3 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 10, No 2 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 10, No 1 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 9, No 3 (2017): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 9, No 2 (2017): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 9, No 1 (2017): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 8, No 3 (2016): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 8, No 2 (2016): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 8, No 1 (2016): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 7, No 3 (2015): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 7, No 2 (2015): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 7, No 1 (2015): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 6, No 3 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 6, No 2 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 6, No 1 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 5, No 3 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 5, No 1 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 4, No 3 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 4, No 1 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 3, No 3 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 3, No 2 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 3, No 1 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 2, No 3 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 2, No 1 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 1, No 3 (2009): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 1, No 2 (2009): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 1, No 1 (2009): Jurnal Anestesiologi Indonesia More Issue