cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 23375124     EISSN : 2089970X     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Anestesiologi Indonesia (JAI) diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) dan dikelola oleh Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP) bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) cabang Jawa Tengah.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia" : 9 Documents clear
Pengaruh Pemberian Parecoxib Terhadap Kadar Il-6 dan Intensitas Nyeri Pascabedah Laparotomi Ginekologi Heriady Haeruddin; Muhammad Ramli Ahmad
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.256 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i2.6408

Abstract

Latar Belakang : Nyeri pascabedah masih merupakan masalah dalam periodepascabedah. Sekitar 80% pasien yang menjalani pembedahan mengalami nyeri akutpascabedah. Interleukin-6 (IL-6) merupakan sitokin proinflamasi yang berperanpenting dalam fisiologi nyeri.Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengukur kadar IL-6 dan intensitas nyeripascabedah pada penggunaan kombinasi Parecoxib 40 mg intravena dengananalgesia epidural bupivacain dan fentanyl pada pasien yang menjalani laparotomiginekologi.Metode : Dilakukan penelitian eksperimental secara acak pada 50 pasien yang dibagimenjadi dua kelompok, masing-masing 25 subyek yang menjalani bedah laparotomiginekologi. Sebelum dan 12 jam setelah pembedahan Kelompok Parecoxibmendapatkan Parecoxib 40 mg sedangkan Kelompok Kontrol mendapatkan plasebo.Pada kedua kelompok mendapatkan anestesi selama pembedahan dengan anestesiepidural bupivacain 0,5% dan fentanyl dilanjutkan analgesia epidural pascabedahkontinu dengan bupivacain 0,125% dan fentanyl 2 ug/ml 5 ml/jam. Penilaian nyeridengan NRS diam bergerak dan dilakukan pada 2 jam, 12 jam, dan 24 jampascabedah.Hasil : Pada IL-6 serum pada kedua kelompok mengalami peningkatan dengan kadarpuncak pada pengukuran 24 jam pascabedah. Tidak ada perbedaan peningkatankadar IL-6 antara kedua kelompok (p>0,05). Demikian pula pada penilaian skalanyeri dengan NRS diam dan bergerak, tidak ditemukan perbedaan antara keduakelompok.Kesimpulan : Kombinasi analgesia parecoxib 40 mg iv dengan analgesia epiduralbupivacain 0,125% tidak dapat menurunkan kadar IL-6 serum pada pasien yangmenjalani laparotomi ginekologi.
Penatalaksanaan Anestesi Pada Total Anomalous Pulmonary Venous Drainage Bagus Damar Ririh Wiyatmoko; Chairil Gani Koto
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.064 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i2.6413

Abstract

Pendahuluan: TAPVD merupakan salah satu CHD yang bersifat sianotik. TAPVDmerupakan anomali vena paru kongenital yang mana tidak ada hubungan antarapembuluh darah paru dan atrium kiri; vena paru terhubung langsung ke atrium kananatau ke vena sistemik (inominata, vena cava superior, Azygus, vena cava inferior atauvena portal) oleh jalur alternatif (vena vertikal). Karena semua darah vena kembali keatrium kanan, sehingga kelangsungan hidup penderita tergantung pada koneksi antaraatrium kiri dan kanan.Kasus: Anak laki-laki 12 tahun dengan keluhan cepat lelah dan berat badan sulit naik.Ekokardiografi menunjukkan adanya TAPVD supracardiac (ke V.inominata), ASDbesar (pirau kanan ke kiri), TR mild dan PH moderate. Prinsip manajemen anestesidengan mengurangi aliran darah ke paru melalui kontrol ventilasi dan pertimbangkanekstubasi cepat setelah repair. Monitoring dengan CVP, LA pressure dan PA pressuresangat membantu. Hipertensi pulmonal perioperatif ditangani dengan hiperventilasi,oksigen 100%, alkalinisasi, sedasi dalam dan pelumpuh otot.
Efek Dexmedetomidine 0,2 ug/kgbb Intravena terhadap Insiden Delirium saat Pulih Sadar dari Anestesi Umum pada Pasien Pediatrik Cahya Hendrawan; Syafri Kamsul Arif
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.623 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i2.6409

Abstract

Latar Belakang : Dexmedetomidine memberikan efek sedasi, analgesia, dan anxiolitiksetelah pemberian intravena. Isofluran dan sevofluran dihubungkan dengan angkakejadian delirium saat pulih sadar dari anestesi umum pada pasien pediatrik. Padapenelitian dengan menggunakan placebo sebagai kontrol, kami mengevaluasi efek daridosis tunggal dexmedetomidine pada delirium saat pulih sadar dari anestesi umumpada pasien pediatrik yang menjalani pembedahan elektif menggunakan anestesiumum dengan isofluran.Metode : Pada penelitian acak tersamar ganda ini , 46 anak (usia 3-10 tahun) dipilihsecara acak mendapatkan dexmedetomidin 0,2ug/kgBB atau placebo pada akhirpembedahan. Semua pasien mendapatkan obat anestesi yang standar. Setelahpembedahan, nilai delirium saat pulih sadar dari anestesi umum diukur sampai 1 jampascabedah. Waktu ekstubasi, waktu pulih sadar, dan efek samping daridexmedetomidine dicatat. Setelah pembedahan nyeri pasien diukur denganmenggunakan objective pain scale (OPS) .Hasil : Nilai delirium saat pulih sadar dari anestesi umum pada kelompokdexmedetomidine lebih baik daripada kelompok placebo (P<0,05). Nilai nyeri samapada kedua kelompok (P>0,05). Waktu ekstubasi dan waktu pulih sadar lebih panjangpada kelompok dexmedetomidin tetapi tidak bermakna secara statistik (P>0,05). Tidakada efek samping (hipotensi dan bradikardi) pada kedua kelompok.Kesimpulan : Kami menyimpulkan bahwa Dexmedetomidine 0,2ug/kgBB intravenadapat mengurangi insiden delirium saat pulih sadar dari anestesi umum denganisofluran pada anak yang menjalani pembedahan elektif.
Penggunaan Opioid sebagai Balans Anestesi pada Craniotomi Emergensi dengan Meningioma Yutu Solihat
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.67 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i2.6414

Abstract

Latar Belakang: Balans anestesi adalah teknik anestesi umum berdasar konsep  pemberian campuran agen inhalasi dan intravena atau teknik anestesi kombinasi untuk mendapatkan keuntungan efek anestesi. Opioid sebagai salah satu komponen balans anestesi terbukti dapat mengurangi nyeri perioperatif dan cemas, mengurangi respon somatik dan respon otonom terhadap manipulasi saluran napas, meningkatkan stabilitas hemodinamik selama rangsang nyeri operasi, kebutuhan anestesi inhalasi yang lebih rendah, dan memberikan analgesi segera pasca operasi. Tujuan maintenans anestesi pada bedah saraf adalah mengontrol tekanan otak melalui kontrol tingkat konsumsi oksigen metabolisme otak (CMRO2) dan aliran darah otak (CBF). Preparat anestesi spesifik merupakan kombinasi obat yang menguntungkan hemodinamik serebral, CMRO2, dan tekanan intrakranial (ICP) untuk memberikan kondisi operasi yang baik dan untuk meningkatkan kemungkinan hasil yang berkualitas. Opioid umumnya menghasilkan penurunan sederhana dalam tingkat metabolisme otak (CMR) dan tekanan intrakranial meskipun perubahan tersebut dipengaruhi dengan pemberian agen lain. Kasus: Seorang wanita, 42 tahun, berat badan 60 kg dirawat di rumah sakit dengan keluhan utama penurunan kesadaran tiba-tiba. CT scan menunjukkan tumor (meningioma) pada lobus parietal. Terdapat riwayat sakit kepala, tidak ada muntah, dan tidak kejang. Pemeriksaan fisik menunjukkan  Glasgow Coma Scale 10 (E3M5V2), status hemodinamik, pernafasan, pemeriksaan laboratorium dan radiologi dalam batas normal. Pasien dijadwalkan untuk kraniotomi pengangkatan tumor emergensi di bawah anestesi umum, intubasi dengan endotrakeal tube dan opioid dalam balans anestesi menggunakan fentanil . Operasi berlangsung selama 3 jam. Injeksi intravena midazolam 2 mg sebagai premedikasi diberikan sebelum induksi anestesi, fentanil 250 ug/iv (titrasi) diberikan 5 menit sebelum injeksi propofol untuk mencapai tingkat puncak sebelum intubasi. Induksi dengan propofol 100 mg iv (titrasi) dan pelumpuh otot dengan rokuronium 50 mg iv. Selama anestesi, pasien dikontrol secara total, maintenans O2:udara 2l : 2l, sevofluran 0,5-1 % , rocuronium 10 m / jam/iv dan fentanil 100-200 ug/jam/ iv syringe pump. Total fentanil digunakan adalah 900 ug dan pada akhir operasi pasien diekstubasi. Manajemen nyeri pasca operasi yang digunakan di ICU adalah fentanil 500 uq/24 jam/iv dan  ketorolak 30mg/ 8 jam/iv. Pada asesmen ulang tingkat kesadaran pasca operasi di ICU didapatkan  GCS 15.Pembahasan: Opioid dalam balans anestesi pada pengangkatan tumor (meningioma) pada kraniotomi emergensi memberikan kondisi dan hasil operasi yang baik. Opioid dalam balans anestesi adalah pilihan yang baik untuk kasus ini. Konsentrasi plasma opioid yang diperlukan untuk menumpulkan respon hemodinamik terhadap laringoskopi, intubasi trakea, dan berbagai rangsangan noxius, serta konsentrasi plasma opioid yang terkait dengan kebangkitan dari anestesi dan terbukti tidak meningkatkan metabolisme otak dan tekanan intrakranial. Opioid dosis dititrasi untuk efek yang diinginkan berdasarkan stimulus bedah dan menghasilkan pemulihan yang baik
Perbedaan Pengaruh HES 6% (200) Dalam NaCl 0,9% dan Dalam Larutan Berimbang pada Base Excess dan Strong Ion Difference Pasien Seksio Sesaria dengan Anestesi Spinal Djatun Hasyim; Ratn Samodro; Himawan Sasongko; Ery Leksana
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.334 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i2.6410

Abstract

Latar belakang : Pada bedah sesar dengan anestesi spinal, pemilihan koloid sebagaicairan preload lebih efektif ketimbang kristaloid. Pemberian cairan koloid denganpelarut yang berbeda sebagai preload ini memiliki dampak terhadap keseimbanganasam basa tubuh. Sehingga pemilihan koloid berdasarkan pelarutnya mulaidipertimbangkan.Tujuan : Melihat pengaruh pemberian HES 6% dalam larutan berimbang dengan HES6% dalam NaC1 0,9% terhadap Base Excess (BE) dan Strong Ion Difference (SID)pada pasien bedah sesar dengan anestesi spinal.Metode : Merupakan uji klinik eksperimental yang dilakukan secara acak tersamarganda, dengan consecutive sampling, dibagi menjadi 2 kelompok (n=12) yaitukelompok HES 6% dalam larutan berimbang dan HES 6% dalam NaC1 0,9%. Ujistatistik untuk membandingkan nilai BE dan SID pada masing-masing kelompokmenggunakan SPSS for Windows versi 16.Hasil : Nilai BE sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok HES 6% dalam NaCI0,9%, memiliki perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Sedangkan nilai BE sebelumdan sesudah perlakuan pada kelompok HES 6% dalam larutan berimbang memilikiperbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05). Nilai SID sebelum dan sesudah perlakuanpada kelompok HES 6% dalam NaC1 0,9%, memiliki perbedaan yang bermakna (p0,05). Sedangkan nilai SID sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok HES 6%dalam larutan berimbang memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05).Kesimpulan : Terdapat penurunan BE dan SID secara bermakna pada kelompok HES'6% dalam NaC1 0,9% dibanding pada kelompok HES 6% dalam larutan berimbang.
Pengawasan Curah Jantung Mochamat Helmi
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.35 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i2.6415

Abstract

Sebagai faktor penentu dari hantaran oksigen ke jariangan dan juga tekanan darah,curah jantung menjadi komponen penilaian hemodinamik yang penting.Penggunaanteknik thermodilusi yang menjadi standar baku, telah banyak diketahui mempunyairesiko karena teknik invasifnya. Sehingga teknik pengawasan CO yang kurang invasif,aman,akurat dan mudah digunakan, terus mengalami perkembangan. Tinjauanpustaka ini akan mamaparkan mengenai beberapa macam metode pengawasan CO.
Pengaruh Premedikasi Klonidin terhadap Interval Q-Tc dan Skor Rate Pressure Product pada Laringoskopi Intubasi Fajrian Noor; Soni Hidayat; Witjaksono Witjaksono; Uripno Budiono
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.007 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i2.6411

Abstract

Latar belakang : Laringoskopi intubasi endotrakea merupakan tindakan yang banyakdilakukan pada anestesi umum tindakan laringoskopi dan intubasi selain dapatmenimbulkan trauma, juga dapat menimbulkan gejolak kardiovaskuler berupapeningkatan tekanan darah, peningkatan laju jantung, peningkatan score ratepressure product (RPP) yaitu peningkatan kebutuhan oksigen jantung danpemanjangan interval Q-Tc oleh stimulasi simpatik akibat laringoskopi intubasiPeran pemberian premedikasi klonidin bertujuan untuk mengurangi gejolakkardiovaskuler berupa penurunan tekanan darah dan penurunan laju jantung.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian klonidintablet oral terhadap tekanan darah, laju jantung, interval Q-Tc dan skor rate pressureproduct (RPP) saat laringoskopi intubasi.Metode : Empat puluh delapan subjek berusia 14-40 tahun dengan status fisik ASA Idan II, tanpa tanda kesulitan intubasi dibagi secara acak menjadi kelompok klonidin(K I) dan kelompok kontrol (K II). Kelompok KI mendapatkan premedikasi klonidinoral 0,15 mg 2 jam sebelum operasi sedangkan K2 mendapatkan plasebo. Keduakelompok mendapatkan perlakuan yang sama saat laringoskopi intubasi. Tekanandarah, laju jantung, interval Q-Tc dan skor RPP dihitung pada 2 menit pasca induksi,2 menit dan 5 menit pasca laringoskopi intubasi.Hasil : Laju jantung, Skor RPP dan interval QTc tidak berbeda bermakna antarakedua kelompok . Akan tetapi tekanan darah pada kelompok klonidin secara bermaknalebih rendah pada kelompok klonidinSimpulan : Premedikasi klonidin oral pada dosis 0,15 mg tidak mempengaruhiinterval Q-Tc, skor RPP, dan laju jantung secara bermakna pada laringoskopiintubasi pasien dewasa.
Pengaruh Preventif Multimodal Analgesia Terhadap Dinamika Kadar Il - 1β, Intensitas Nyeri Pada Pascabedah Laparotomi Ginekologi Muhammad Hisyam; Burhanuddin Bahar; Muhammad Ramli Ahmad
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.222 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i2.6416

Abstract

Latar Belakang: Nyeri pascabedah merupakan permasalahan sangat penting yangdihadapi pasien pascabedah. Meskipun pengetahuan kita tentang mekanisme nyeripascabedah sudah mengalami banyak kemajuan, namun pengelolaan nyeripascabedah belum optimal dan masih sering terabaikan. Interleukin (IL) 1β adalahsalah satu sitokin proinflamasi yang kadarnya akan meningkat bila terjadi prosesinflamasi.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar IL-1β, skala NRS, padakelompok yang mendapatkan epidural bupivakain 0,125% kombinasi parecoxib 40 mgdengan kelompok yang mendapatkan epidural bupivakain 0,125% yang digunakansebagai multimodal preventif analgesia pascabedah laparotomi ginekologi.Metode: Penelitian eksperimental dilakukan secara acak pada 50 pasien denganstatus fisik (ASA PS) II yang akan menjalani prosedur laparotomi ginekologi dengananestesi epidural. Subyek penelitian dibagi dalam dua kelompok perlakuan, yaknikelompok pertama dengan kombinasi parecoxib 40 mg (n=25) dan kelompok keduadengan kombinasi plasebo NaCl 0,9% (n=25). Kedua kelompok tersebut mendapatkananestesi epidural selama operasi dan sebagai analgesia pascabedah. Pengambilansampel darah pasien dilakukan 35 menit sebelum pembedahan untuk pengukurankadar IL-1 β, selanjutnya dilakukan pada 2 jam dan 24 jam pascabedah. Analisisstatistik menggunakan uji Mann-Whitney U dan Levane test.Hasil: Rerata kadar IL-1β prabedah pada kelompok parecoxib 1,05±1,25 pg/ml, 1,24± 1,54 pg/ml untuk 2 jam pascabedah dan 1,82 ± 2,16 pg/ml pada 24 jam pascabedah.Kelompok kontrol, kadar IL-1β prabedah 1,65±1,69 pg/ml, 2,55±2,77 pg/ml untuk 2jam pasca bedah pg/ml, dan 1,96±1,97 pg/ml pada 24 jam pascabedah. Tidak adaperbedaan bermakna rerata skor NRS diam dan bergerak 2 jam, 12 jam, dan 24 jampascabedah diantara kedua kelompok sampel (p>0,05).Kesimpulan: Kombinasi epidural bupivakain 0,125% dengan parecoxib 40 mg dapatmenurunkan kadar IL-1β pada 2 jam pascabedah.
Pengaruh Induksi Propofol dan Ketamin terhadap Kadar Procalcitonin Plasma Aunun Rofiq; Johan Arifin; Witjaksono Witjaksono
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.313 KB) | DOI: 10.14710/jai.v5i2.6412

Abstract

Latar belakang: Procalcitonin merupakan salah satu petanda respon inflamasiterhadap infeksi. Obat induksi anestesi dapat mempengaruhi kadar procalcitoninplasma.Tujuan: Menilai pengaruh propofol dan ketamin terhadap kadar procalcitonin dalaminduksi general anestesi.Metode: Studi quasi experimental terhadap 16 subjek yang menjalani generalanestesi. Sampel dibagi menjadi grup 1 yang mendapatkan propofol dengan dosis2,5 mg/kgbb intravena dan grup 2 yang mendapatkan ketamin dengan dosis 2 mg/kgbbintravena sebagai obat induksi anestesi selama prosedur penelitian, anestesi rumatanO2 dan N2O dengan rasio 50%:50%. Sampel darah subjek diambil sebelum induksi,jam ke-4 dan jam ke -24.Hasil: Didapatkan perbedaaan kadar procalcitonin bermakna sebelum dan sesudahperlakuan pada kelompok propofol (K1) (p=0,008) dan perbedaan tidak bermaknapada kelompok ketamin (K2) (p=1,00). Nilai tengah kadar procalcitonin K1 dan K2adalah 0,175±0,1 dan 0,05±0,05. Propofol menyebabkan peningkatan kadarprocalcitonin lebih tinggi dibandingkan ketamin (p=0,053).Kesimpulan: Propofol secara bermakna meningkatkan kadar procalcitonindibandingkan ketamin

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2013 2013


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 15, No 1 (2023): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 14, No 3 (2022): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 14, No 2 (2022): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 14, No 1 (2022): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia (Issue in Progress) Vol 13, No 3 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 13, No 2 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 13, No 1 (2021): Jurnal Anestesiologi Indonesia Publication In-Press Vol 12, No 3 (2020): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 12, No 2 (2020): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 12, No 1 (2020): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 11, No 3 (2019): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 11, No 2 (2019): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 11, No 1 (2019): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 10, No 3 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 10, No 2 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 10, No 1 (2018): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 9, No 3 (2017): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 9, No 2 (2017): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 9, No 1 (2017): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 8, No 3 (2016): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 8, No 2 (2016): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 8, No 1 (2016): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 7, No 3 (2015): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 7, No 2 (2015): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 7, No 1 (2015): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 6, No 3 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 6, No 2 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 6, No 1 (2014): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 5, No 3 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 5, No 2 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 5, No 1 (2013): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 4, No 3 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 4, No 2 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 4, No 1 (2012): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 3, No 3 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 3, No 2 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 3, No 1 (2011): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 2, No 3 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 2, No 2 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 2, No 1 (2010): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 1, No 3 (2009): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 1, No 2 (2009): Jurnal Anestesiologi Indonesia Vol 1, No 1 (2009): Jurnal Anestesiologi Indonesia More Issue