cover
Contact Name
Rini
Contact Email
kindaietam@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
kindaietam@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi
ISSN : 25411292     EISSN : 26206927     DOI : -
Core Subject : Social,
indai Etam merupakan jurnal penelitian arkeologi yang diterbitkan oleh Balai Arkeologi Kalimantan Selatan sejak tahun 2015. Nama "Kindai Etam" berasal dari bahasa asli masyarakat Dayak Kalimantan, yaitu "kindai" yang berarti wadah dari kayu dan "etam" yang berarti kita. Secara harfiah, Kindai Etam berarti wadah kita, yang dapat dimaknai sebagai media kita bersama dalam menginformasikan hasil-hasil penelitian arkelogi.Tujuannya adalah memberikan ruang bagi peneliti arkeologi untuk mempublikasi hasil penelitiannya supaya dapat dinikmati sebagai media edukasi bagi masyarakat luas.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue " Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam" : 9 Documents clear
EKSPLOITASI HUTAN DAN TAMBANG PADA MASA KOLONIAL DI KALIMANTAN BAGIAN UTARA (FOREST AND MINING EXPLOITATION DURING THE COLONIAL PERIOD IN THE NORTHERN PART OF KALIMANTAN) Susanto, Nugroho Nur
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1108.506 KB) | DOI: 10.24832/ke.v4i1.35

Abstract

Informasi tentang potensi dan jenis kekayaan alam di negeri kita terbatas, meskipun kegiatan eksplorasi dan eksploitasi telah berlangsung lama sejak era kolonialisme. Di Kalimantan khususnya tidak semua informasi ini bersifat terbuka, apalagi menyangkut dua pihak yang berbeda posisi dan kepentingan. Satu pihak, Belanda sebagai penguasa teritorial di wilayah jajahan, yang terkesan tertutup. Di lain pihak, masyarakat Indonesia yang telah merdeka adalah pemilik asli alam beserta yang terkandung di dalamnya. Permasalahan yang diangkat adalah mulai kapan dan siapa yang berperan dalam kegiatan ekploitasi kekayaan alam Kalimantan bagian utara. Penelitian ini memiliki kontribusi untuk menggambarkan kegiatan eksploitasi alam dan jenis komoditas yang diambil. Melalui metode survei arkeologi di lapangan dan studi pustaka, maka dapat diketahui apa dan kapan eksploitasi alam di Kalimantan bagian utara ini dilakukan. Jejak peninggalan arkeologi menunjukkan bahwa bukan hanya imperialisme Barat, tetapi Jepang pun telah lama berupaya dalam mengeksploitasi kekayaan alam di bagian utara Kalimantan ini. Kekayaan alam yang telah dikeruk, baik eksploitasi kayu hasil hutan maupun mineral tambang yang terkandung di dalamnya. Data peninggalan arkeologi telah merekam jejak eksploitasi. Upaya eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam memerlukan azas perikehidupan dalam keseimbangan, sehingga manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dapat berkesinambungan dan maksimal.Kata kunci: Kalimantan Utara, Tideng Pale, eksploitasi kayu, eksploitasi bahan tambang, Investasi JepangInformation about the potential and types of natural wealth in our country is limited, even though exploration and exploitation activities have been going on for a long time since the era of colonialism. Particularly in Kalimantan, not all of this information is open, especially regarding two parties with different position and interest. One party, the Netherlands as a territorial ruler in the colony, seemed to be closed. On the other hand, the Indonesian people, who have been independent, are the original owners of nature with its contain. Through the archaeological survey method in the field and confirmed by literature study, it can be known who and when the exploitation of nature in northern Kalimantan had been taken place. Through archaeological footprints, it shows that not only Western imperialism, but also Japan had long been trying to exploit natural resources in this northern part of Borneo. Natural resources that have been dredged were both, in the form of exploitation of forest products, as well as minerals exploitation. Archaeological data have recorded the traces of exploration and exploitation activities. Exploitation and utilization of natural resources requires the principle of balance life, so that the benefits can be continuous and maximized.Keywords: North Kalimantan, Tideng Pale, wood exploitation, mining material exploitation, Japanese investment
COVER DEPAN KINDAI ETAM VOLUME 4 NOMOR 1 NOVEMBER 2018 Etam, Kindai
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8371.188 KB) | DOI: 10.24832/ke.v4i1.43

Abstract

COVER DEPAN KINDAI ETAM VOLUME 4 NOMOR 1 NOVEMBER 2018
NEOLITHIC OCCUPATIONS ON THE SOUTHERN SLOPE OF THE MÜLLER MOUNTAINS: NANGA BALANG AND MUARA JOLOI (OKUPASI NEOLITIK DI LERENG SELATAN PEGUNUNGAN MÜLLER: NANGA BALANG DAN MUARA JOLOI) Kusmartono, Vida Pervaya Rusianti; Oktrivia, Ulce
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2644.578 KB) | DOI: 10.24832/ke.v4i1.37

Abstract

 A neolithic occupation in Kalimantan is marked by an open space near the water source and biodiversity which are potential for cultivation. Other characteristics of a neolithic occupation are the presence of archaeological items that suggest a sedentary lifestyle such as pottery, stone adzes, bark-cloth-beaters, and an indication of the arrival of the Austronesia-language-speaking people. Of the sites examined so far, there are two sites indicating open occupations in the southern slope of the Müller Mountains from around 3000-2000 years ago, the Nanga Balang and Muolo Joloi. Both sites are practically located in the heart of Kalimantan in the dense interior of the tropical rainforest. This research discusses the characteristic of Neolithic culture in Nanga Balang and MuaraJoloi to understand their variabilities. The research method used here is descriptive-comparative approach. The result of this research provides information on human strategies in interacting with the natural environment of the tropical rainforest.Keywords: Kalimantan, tropical rainforests, Neolithic occupation, radiocarbon dating, occupation characteristic, human survival.Okupasi neolitik di Kalimantan ditandai oleh ruang terbuka dekat sumber air dan keanekaragaman hayati yang potensial untuk perladangan. Karakteristik lain dari okupasi neolitik adalah keberadaan benda-benda arkeologi yang menunjukkan gaya hidup menetap seperti tembikar, adu batu, pemukul kulit kayu, dan indikasi kedatangan orang-orang berbahasa Austronesia. Dari situs yang diteliti sejauh ini, ada dua situs yang menunjukkan okupasi terbuka di lereng selatan Pegunungan Müller dari sekitar 3000-2000 tahun yang lalu, Nanga Balang dan Muara Joloi. Kedua lokasi tersebut praktis terletak di jantung Kalimantan di pedalaman hutan hujan tropis yang lebat. Penelitian ini membahas karakteristik budaya neolitik di Nanga Balang dan Muara Joloi untuk memahami variasinya. Metode penelitian yang digunakan di sini adalah pendekatan deskriptif-komparatif. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang strategi manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan alam hutan hujan tropis pada masa lalu.Kata kunci: Kalimantan, hutan hujan tropis, okupasi neolitik, pertanggalan radiokarbon, karakteristik okupasi, kelangsungan hidup manusia
PREFACE KINDAI ETAM VOLUME 4 NOMOR 1 NOVEMBER 2018 Etam, Kindai
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1132.043 KB) | DOI: 10.24832/ke.v4i1.44

Abstract

PREFACE KINDAI ETAM VOLUME 4 NOMOR 1 NOVEMBER 2018
PEMANFAATAN PERILAKU DAN SITUASI DALAM PROSESI ZIARAH PADA TINGGALAN ARKEOLOGI SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN (THE UTILIZATION OF BEHAVIOR AND SITUATION IN THE PILGRIMAGE PROCESSION AT ARCHAEOLOGICAL REMAINS AS A PRESERVATION EFFORT) Wasita, M.A., nFn
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2609.938 KB) | DOI: 10.24832/ke.v4i1.38

Abstract

Sebagian rangkaian aktivitas ziarah di beberapa situs arkeologi di KabupatenTapin dan Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan menunjukkan adanya perilaku dan situasi di tempat ziarah yang mendukung kegiatan pelestarian tinggalan arkeologi. Oleh karena itu, peluang ini perlu dimanfaatkan agar pihak arkeologi mendapatkan cara pelestarian yang melibatkan masyarakat dan murah biayanya. Berkaitan dengan itu, maka penelitian ini ditujukan untuk menemukan cara dalam memanfaatkan perilaku dan situasi untuk pelestarian tinggalan arkeologi dengan tidak mengganggu kegiatan ziarah, namun kegiatan pelestarian yang diinginkan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan (arkeologi). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Implementasinya di lapangan dilakukan dengan mendeskripsikan tinggalan arkeologi untuk mengetahui kondisi eksistingnya dan riwayat pemugaran yang pernah dilakukan. Pendeskripsian ini untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dimanfaatkan dalam mendukung kegiatan pelestarian. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa di situs-situs arkeologi yang diziarahi terdapat situasi dan perilaku para peziarah yang mendukung kegiatan pelestarian, seperti harus bersikap sopan, tidak merusak barang-barang yang ada di tempat ziarah (dalam konteks ini termasuk tinggalan arkeologi) dan situasi di tempat ziarah yang sakral, serta adanya teguran dari orang yang hidup di alam sebelah jika tidak sopan atau melanggar tata cara ziarah. Jadi kesimpulannya, situasi dan perilaku tersebut perlu dimanfaatkan untuk mendukung pelestarian tinggalan arkeologi. Caranya dengan memberi dukungan, karena perilaku yang baik (tidak merusak warisan budaya) merupakan bagian dari isi undang-undang cagar budaya. Selain itu, juga menghormati situasi yang tercipta di tempat ziarah karena itu merupakan pemaknaan oleh sebagian masyarakat. Agar cara mendukung dan menghormati dapat dipertanggungjawabkan, arkeolog harus jujur dan netral dalam kegiatan pelestarian.Kata kuci: tinggalan arkeologi, ziarah, situasi, perilaku, pelestarianSome parts of pilgrimage activities at several archeological sites in Tapin and Hulu Sungai Utara Districts indicate the existence of behaviors and conditions that support the conservation of archeological remains. This opportunity needs to be utilized, therefore the archeological party can obtain conservation methods that involve the community and the cost is cheap. The research goal is to gain proper method on utilizing pilgrim behaviors and situation for preserving archeological remains without interfering the pilgrimage activities, but the desired of conservation activities can be scientifically accounted (archeology). This research was conducted by using descriptive methods. Its implementation in the field was carried out by describing the archaeological remains of the existing conditions and the history of restoration that had been carried out. The describing of the pilgrim behaviors and the place conditions of pilgrimage is to find out what things can be utilized in supporting conservation activities. The results indicate that at the visited archeological sites there are conditions and behavior of pilgrims who supported conservation activities, such as having to be polite, not damage the items that are in the place of pilgrimage (in this context including archeological remains) and the situation in the sacred place of pilgrimage, as well as the rebuke of people living in the adjoining realm if they are not polite or violate to the procedure of pilgrimage. It is concluded that the situation and behavior need to be used to support the preservation of archeological remains. The way is by giving support, because good behavior (not damaging cultural heritage) is part of the contents of the cultural heritage law. In addition, it also respects the situation created in the place of pilgrimage because it is a meaning by some people. In order to be able to support and respect ways, archaeologists must be honest and neutral in conservation activities.Keywords: archaeological remains, pilgrimage, situations, behavior, preservation.
BENTENG KASTELA DAN SEBAB-SEBAB KEHANCURANNYA (THE KASTELA FORT AND CAUSES OF ITS DESTRUCTION) Jalil, Laila Abdul
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.255 KB) | DOI: 10.24832/ke.v4i1.33

Abstract

Pulau Ternate merupakan salah satu pulau di Maluku Utara yang menjadi penghasil rempah-rempah berupa pala dan cengkeh. Daya tarik rempah-rempah menjadi pemicu datangnya bangsa Eropa ke Nusantara dalam rangka menguasai sumber rempah-rempah yang kala itu menjadi komoditas paling diminati di pasar Eropa. Portugis menjadi bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Maluku, tepatnya ke Ternate. Kedatangan Portugis ke Ternate disambut dengan baik oleh SultanTernate. Portugis mendapatkan hak monopoli untuk berdagang rempah-rempah di Maluku serta diizinkan untuk mendirikan benteng pertama di Maluku, yakni Benteng Kastela yang berfungsi sebagai benteng pertahanan juga sebagai kantor dagang dan permukiman Portugis, sekaligus sebagai sekolah teologi pertama di Asia tenggara. Namun kini Benteng Kastela hanya tersisa reruntuhannya saja. Penelitian ini betujuan untuk mencari penyebab hancurnya Benteng Kastela. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sejarah pembangunan Benteng Kastela akan dicari melalui kajian pustaka dan observasi untuk mendapatkan gambaran sebenarnya mengenai tingkat kerusakan benteng. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyebab kerusakan Benteng Kastela selain karena perang juga diakibatkan oleh bencana alam berupa erupsi Gunung Gamalama.Kata kunci: Ternate, Benteng Kastela, bencana alam, rempah-rempahTernate is one of island in the North Mollucas that has produced spices especially nutmag and clove. The appeal of spices triggered Europeans arrival to dominate the source of spices which had been popular commodities in European market. Portuguese was the first of European nation came to Maluku, precisely to Ternate. Portuguese had been welcomed by Ternate’s Sultanate and got monopolly rights over spices and permits to build the first fort in Mollucas, namely Kastela fort which was not just as fortress but also trading office and Portuguese settlement as well as theological school. Presently, Kastela fort only remains ruins, so the study aims to gain the causes of Kastela fort destruction. The method in this research is using descriptive qualitative. The history of Kastela fort is collected by litterature and observation around Kastela fort  conduct to get information about level of damage. The result shows that the damages of Kastela fort were not just by war, but also by natural disaster.Key words: Ternate, Kastela fort, natural disaster, spices
APPENDIX KINDAI ETAM VOLUME 4 NOMOR 1 NOVEMBER 2018 Etam, Kindai
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.48 KB) | DOI: 10.24832/ke.v4i1.41

Abstract

APPENDIX KINDAI ETAM VOLUME 4 NOMOR 1 NOVEMBER 2018
RAGAM BENTUK ARTEFAK KAYU SITUS CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN (THE FORMS OF WOODEN ARTIFACTS FROM CINDAI ALUS, IN THE REGENCY OF BANJAR, SOUTH KALIMANTAN PROVINCE) Sunarningsih, M.A., nFn
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1908.91 KB) | DOI: 10.24832/ke.v4i1.34

Abstract

Sebagai pulau yang memiliki wilayah hutan yang luas, Kalimantan kaya akan sumberdaya hayati berupa kayu. Kayu dimanfaatkan oleh masyarakat guna menunjang kegiatan dan keperluan sehari-hari hingga sekarang. Pemanfaatan kayu sebagai alat tampaknya telah dimulai sejak masa lampau. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ragam data arkeologi dari kayu (artefak kayu) dan fungsinya, yang ditemukan di situs pemukiman kuno Cindai Alus, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Data tersebut selanjutnya akan dibandingkan dengan ragam peralatan kayu yang menjadi koleksi Museum Lambung Mangkurat, temuan di situs pemukiman kuno, dan yang masih digunakan oleh masyarakat sekarang. Hasil penelitian memberikan gambaran ragam bentuk (yang masih bertahan dan yang sudah ditinggalkan) dan peranan peralatan kayu bagi masyarakat di Kalimantan Selatan.Kata kunci: Kalimantan Selatan, Cindai Alus, pemukiman kuno, artefak kayu.As an island that has a vast forest area, Kalimantan is rich in biological resources of wood. Wood used by the community to support activities and daily needs until now. Utilization of wood as a tool seems to have started since the past. This study aims to describe the variety of archaeological data from wood (wooden artifacts) and its function which have been found on the site of ancient settlements namely Cindai Alus, in Banjar district, South Kalimantan. The data will be compared with the variety of wooden equipments that became museum collections, the wooden artifacts from other ancient settlement sites, and which are still used by the community now. The results provide a picture of the various forms (that are still survive and which have been abandoned) and the roles of wooden equipments for the community.Keywords: South Kalimantan, Cindai Alus, ancient settlement, wooden artifacts.
COVER BELAKANG KINDAI ETAM VOLUME 4 NOMOR 1 NOVEMBER 2018 Etam, Kindai
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi Vol 4, No 1 (2018): Kindai Etam
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9324.401 KB) | DOI: 10.24832/ke.v4i1.42

Abstract

COVER BELAKANG KINDAI ETAM VOLUME 4 NOMOR 1 NOVEMBER 2018

Page 1 of 1 | Total Record : 9