cover
Contact Name
Rini
Contact Email
kindaietam@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
kindaietam@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Kindai Etam: Jurnal Penelitian Arkeologi
ISSN : 25411292     EISSN : 26206927     DOI : -
Core Subject : Social,
indai Etam merupakan jurnal penelitian arkeologi yang diterbitkan oleh Balai Arkeologi Kalimantan Selatan sejak tahun 2015. Nama "Kindai Etam" berasal dari bahasa asli masyarakat Dayak Kalimantan, yaitu "kindai" yang berarti wadah dari kayu dan "etam" yang berarti kita. Secara harfiah, Kindai Etam berarti wadah kita, yang dapat dimaknai sebagai media kita bersama dalam menginformasikan hasil-hasil penelitian arkelogi.Tujuannya adalah memberikan ruang bagi peneliti arkeologi untuk mempublikasi hasil penelitiannya supaya dapat dinikmati sebagai media edukasi bagi masyarakat luas.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 7 No. 1 (2021): KINDAI ETAM: JURNAL PENELITIAN ARKEOLOGI VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021" : 9 Documents clear
PENGARUH ETIKA DAN KEBIJAKAN ARKEOLOGI TERHADAP KETIADAAN PERAN ARKEOLOGI DALAM DISKUSI KONFLIK PASCA G/30/S 1965 DI INDONESIA Abednego Andhana Prakosajaya; Aziza Dwimas Hendarini
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 1 (2021): KINDAI ETAM: JURNAL PENELITIAN ARKEOLOGI VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v7i1.82

Abstract

Abstrak. Konflik pasca G/30/S tahun 1965 merupakan bagian dari sejarah Indonesia yang banyak menuai kontroversi di masyarakat luas bahkan hingga saat ini. Konflik ini menjadi perhatian luas bidang ilmu politik dan sejarah, namun dalam pengungkapannya dibutuhkan metode dan ilmu arkeologi untuk menjelaskan fenomena hasil konflik kontemporer di lapangan. Tiga permasalahan yang akan diajukan adalah sejauh mana keterlibatan arkeolog dalam konflik pascaG/30S, apakah etika dan kebijakan arkeologi menjadi pembatas keterlibatan arkeolog dalam kasus ini, dan bagaimana kebijakan serta etika arkeologi di luar negeri menanggapi kasus serupa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat alasan ketiadaan peran arkeologi terhadap kasus ini dan keterkaitannya dengan etika dan kebijakan arkeologi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dengan pengolahan data menggunakan analisis konten. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ketiadaan peranan arkeologi dalam diskusi perkembangan narasi sejarah pascaG/30/S merupakan akibat dari kontradiksi kebijakan dan etika profesi arkeolog Indonesia dengan etika arkeologi secara luas. Penelitian ini berkesimpulan bahwa ketiadaan peran arkeolog dalam perkembangan diskusi narasi sejarah pascaG/30/S memiliki keterkaitan dengan penafsiran kebijakan dan etika profesi arkeologi di Indonesia yang dalam beberapa aspek bertolak belakang dengan etika ilmu arkeologi secara luas. Untuk mencapai peranan arkeologi yang diharapkan sebagaimana telah ditunjukan oleh negara lain dengan kasus serupa, dibutuhkan etika ilmu arkeologi yang lebih diprioritaskan dibandingkan kebijakan nasional dan etika profesi arkeologi. Abstract. The post-G/30/S conflict in 1965 is part of Indonesia's history, which has drawn a lot of controversy in the wide community even today. This conflict has received wide attention in the fields of political science and history. The disclosure requires archaeological methods and science to explain the phenomenon of contemporary conflict results in the field. this article will discuss the extent to which archaeologists are involved in the post-G/30S conflict, whether archaeology ethics and policies are a barrier to archaeologists' involvement in this case, and how foreign archaeological policies and ethics respond to a similar matter. This study aims to understand the reasons for the absence of archaeology's role in this case and its relationship to archaeology ethics and policies in Indonesia. This study uses library research methods collected through documentation techniques with content analysis data processing. The results obtained indicate that the absence of archaeology's role in the discussion of the development of post-G/30/S historical narratives is the result of the contradictions between the policies and ethics of the Indonesian archaeologist profession with archaeology ethics in general. Archaeological ethics need to be considered so that archaeology can play a better role in post-G/30/S historical narratives.
LATAR BELAKANG PENETAPAN SĪMA BAGI PERTAPAAN PADA MASA PEMERINTAHAN AIRLANGGA (1019-1043 M) Yori Akbar Setiyawan
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 1 (2021): KINDAI ETAM: JURNAL PENELITIAN ARKEOLOGI VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v7i1.84

Abstract

Abstrak. Penelitian mengenai prasasti-prasasti pada masa pemerintahan Airlangga telah banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai latar belakang kebijakan Airlangga yang berkaitan dengan kehidupan politik, ekonomi, dan sosio-religi kerajaannya dengan berdasar pada bukti prasasti belum banyak disentuh oleh arkeolog maupun ahli epigrafi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang salah satu kebijakan Airlangga berupa penetapan sīma bagi pertapaan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis menggunakan pendekatan epigrafi dengan data utama berupa alih aksara dan alih bahasa prasasti, serta data sekunder berupa naskah kesastraan dan literatur mengenai Airlangga dari buku, jurnal, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Analisis penelitian dilakukan terhadap isi prasasti dan kebijakan yang dilakukan selama Airlangga menjadi raja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang melatarbelakangi penetapan sīma bagi pertapaan pada masa Airlangga yaitu faktor politik sebagai upaya menarik simpati dan menegakkan hegemoninya sebagai raja dan faktor sosio-religi berkaitan dengan kewajiban raja untuk mengayomi rakyat. Abstract. There are several kinds of research on the inscriptions during the reign of Airlangga at 1019-1043 C.E. However, research on Airlangga's policy related to the political, economic, and socio-religious aspects based on inscription evidence has not been widely discussed. This study aims to determine the background of the sima establishment policy for the hermitage set by Airlangga. This is analytical descriptive research using an epigraphic approach. Primary data is the transliteration and translation of inscriptions, while secondary data is literary texts and literature studies on Airlangga. Research analysis was carried out on the contents of the inscriptions and Airlangga’s policies during his reign. The results showed that there were two factors behind the establishment of sīma for a hermitage. First, the political factor was an effort to get sympathy and strengthen his hegemony. Second, socio-religious factors related to the king's obligation to protect the people.
ARKEOLOGI PUBLIK: PERAN MEDIA BARU DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI CAGAR BUDAYA DI MASA PANDEMI Helmi Yanuar Dwi Prasetyo; Komang Ayu Suwindiatrini
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 1 (2021): KINDAI ETAM: JURNAL PENELITIAN ARKEOLOGI VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v7i1.85

Abstract

Abstrak. Pandemik Covid-19 di awal tahun 2020 berdampak besar pada seluruh aspek kehidupan manusia. Pembatasan aktivitas banyak diterapkan di berbagai tempat untuk memutus penyebaran virus Corona. Hal tersebut juga berdampak pada kegiatan penyebaran informasi tentang cagar budaya, seperti sosialisasi, pameran, seminar, dan kegiatan lainnya yang tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka. Pembatasan aktivitas juga menyebabkan kunjungan museum dan situs-situs bersejarah tidak dapat dilakukan. Pemanfaatan media informasi baru perlu dilakukan untuk menyebarkan informasi tentang cagar budaya secara virtual. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana peran media baru dalam penyebaran informasi tentang cagar budaya di masa pandemi Covid-19 serta manfaat yang didapatkan oleh masyarakat. Data yang digunakan bersumber internet dan hasil kuesioner yang diikuti oleh responden dari enam belas provinsi di Indonesia dengan menggunakan platform Google Form yang disebarkan melalui sosial media WhatsApp. Hasil penelitian mengetahui bahwa media baru mampu memberikan solusi dalam penyebaran informasi cagar budaya yang biasa dilakukan secara tatap muka dengan menghadirkannya secara virtual. Penyebaran informasi secara virtual juga memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru dalam pembelajaran untuk mengenal cagar budaya walaupun dalam kondisi pandemic seperti saat ini. Abstract. The Covid-19 pandemic in early 2020 had a wide impact on all aspects of human life, with activity restrictions aimed at stopping the spread of the Coronavirus. Activity restrictions are widely applied in every place to cut off the transmission of the Coronavirus. The restrictions affect the information dissemination on cultural heritage, such as socialization, exhibitions, seminars, and others that can not be done directly. Due to the restrictions, a site visit to the museum and historical sites is hard to do. The utilization of new media needs to be considered to disseminate cultural heritage information virtually. This study aims to acknowledge the role of new media for information dissemination during the pandemic and its benefits to the community. Data were collected from internet sources and questionnaires followed by respondents using the Google Form platform shared through WhatsApp. The results found out that the new media can provide solutions in cultural heritage dissemination virtually. This new method also provides knowledge and experiences in learning to recognize cultural heritage in this period.
TRADISI MINUM TEH ETNIS TIONGHOA DI JAKARTA DULU DAN SEKARANG Diyah Wara Restiyati
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 1 (2021): KINDAI ETAM: JURNAL PENELITIAN ARKEOLOGI VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v7i1.86

Abstract

Abstrak. Minum teh sudah menjadi tradisi etnis Tionghoa di Batavia secara turun-temurun. Etnis Tionghoa juga mengenalkan tradisi minum teh kepada masyarakat lain di Batavia, yang saat ini dikenal sebagai Jakarta. Pembahasan mengenai tradisi minum teh yang dilakukan oleh etnis Tionghoa di Batavia pada masa lalu dan di Jakarta saat ini merupakan hal yang menarik. Penelitian ini membahas tentang bagaimana tradisi minum teh dilakukan oleh etnis Tionghoa pada masa lalu, apa maknanya, dan adakah pergeseran makna yang terjadi saat ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyebarkan pengetahuan tradisi minum teh etnis Tionghoa di Jakarta sebagai bagian dari budaya Indonesia agar dapat dilestarikan oleh generasi berikutnya. Kajian ini menggunakan pendekatan etnohistori dengan kajian pustaka, pengamatan dan wawancara dengan masyarakat Tionghoa di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi minum teh merupakan representasi nilai luhur masyarakat Tionghoa yang menganut agama Budha, Konghucu, dan Tao. Namun, tradisi minum teh saat ini sudah mengalami pergeseran makna dan tidak lagi dilakukan sesuai dengan nilai-nilai luhur masa lalu. Sebagian besar masyarakat Tionghoa di Jakarta sekarang meminum teh sebagai bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari tanpa melihat tata cara dan maknanya. Abstract. Drinking tea has been a Chinese tradition in Batavia for generations. They also introduced this tradition to other communities in Batavia, which is now known as Jakarta. Talking about the drinking tea tradition carried out by Chinese people in old Batavia and in Jakarta recently is quite interesting. This study discusses how this tradition carried out in the past, means, and is there a shift in meaning today. The research aimed to spread the Chinese drinking tea tradition in Jakarta as part of Indonesian culture so could be preserved by the next generation. This study uses an ethnohistorical approach with literature review, observations and interviews with the Chinese community in Jakarta. The results showed that the Chinese drinking tea tradition is a representation of the noble values ​​of the Chinese community who adhere to Buddhism, Confucianism, and Taoism. However, this tradition today has experienced a shift in meaning and no longer carried out with values. Recently, most Chinese people in Jakarta drink tea as part of their daily habits regardless of the rites and meanings.
UMPAK BATU: JEJAK KONSTRUKSI BANGUNAN MASA LAMPAU DI LAMPUNG BARAT [ COLUMN BASE : THE TRACES OF ANCIENT BUILDING CONSTRUCTION IN WEST LAMPUNG] Rusyanti Rusyanti
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 1 (2021): KINDAI ETAM: JURNAL PENELITIAN ARKEOLOGI VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/ke.v7i1.91

Abstract

Rumah adalah kebutuhan dasar manusia yang dibangun dengan berbagai bahan, teknik, dan sistem kepercayaan dan sekaligus menggambarkan identitas dan status sosial pemiliknya. Rumah merupakan kesatuan dari struktur bangunan yang terdiri dari konstruksi dasar, konstruksi tubuh, dan konstruksi atap. Setiap kelompok masyarakat memiliki konstruksi bangunan yang berbeda-beda yang mencerminkan kondisi geografis dan lingkungan setempat. Penelitian arkeologi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Semangka, Kabupaten Lampung Barat menemukan lebih dari empat puluh batu tufa dan batu apung di enam situs arkeologi di Liwa. Batu-batu tersebut memiliki beragam bentuk dan ukuran yang belum diketahui fungsinya. Tulisan ini bertujuan mengetahui fungsi batu-batu tersebut kaitannya dengan bangunan tradisional Lampung. Penelitian dilakukan dengan metode survei arkeologi, deskripsi, dan perbandingan data etnografi. Hasil penelitian memperlihatkan ada persamaan karakteristik batu pada bangunan rumah-rumah tradisional di Liwa, Kenali, dan Canggu dengan artefak batu yang ditemukan di situs-situs arkeologi di DAS Way Semangka. Batu-batu tersebut diasumsikan sisa umpak atau batu pondasi dari struktur bangunan tradisional Lampung yang dibuat dengan teknik konstruksi tradisional kalindang yang tahan gempa. Umpak batu dari batuan tufa dan batu apung terbilang unik karena ringan, mudah dibentuk, dan memiliki keunggulan sebagai bahan beton ringan. Penggunaan batuan tufa dan apung sebagai umpak bangunan, merupakan bukti kearifan lokal yang masih dilestarikan di Lampung Barat. House as a basic need was built with various materials, techniques, and the belief system of the supporting community, as well as describe the identity and social status of the owner. A house is a unit of the building structure that generally consists of basic construction, body, and roof construction. Each community group has a different building construction and can also reflect their geographical and climatic conditions. Archaeological research in the Way Semangka Watershed (DAS), West Lampung Regency, found more than forty stones of tuf and pumice in six archaeological sites in Liwa. The stones have various shapes and sizes whose function is not yet known. This paper aims to determine the utility of these stones in traditional Lampung buildings. The research was conducted using archaeological survey methods, descriptions, and a comparison of ethnographic data. The results showed similarities in the characteristics of the stones in the traditional houses in the Liwa, Kenali, and Canggu areas, with stone artefacts found at archaeological sites in the Way Semangka watershed. These stones are assumed to be remnants of the column base of traditional Lampung building structures made with the Kalindang technique of which is traditionally earthquake-resistant construction. The tuf and pumice stone are unique because it is light, shapeable and it has the advantage of being a lightweight concrete material. The use of tuf and pumice stone as a column base is evidence of local wisdom preserved in West Lampung.
SAMPUL DEPAN KINDAI ETAM VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021 Kindai Etam
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 1 (2021): KINDAI ETAM: JURNAL PENELITIAN ARKEOLOGI VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

--
PREFACE KINDAI ETAM VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021 Kindai Etam
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 1 (2021): KINDAI ETAM: JURNAL PENELITIAN ARKEOLOGI VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
APPENDIX KINDAI ETAM VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021 Kindai Etam
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 1 (2021): KINDAI ETAM: JURNAL PENELITIAN ARKEOLOGI VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
SAMPUL BELAKANG KINDAI ETAM VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021 Kindai Etam
Kindai Etam : Jurnal Penelitian Arkeologi Vol. 7 No. 1 (2021): KINDAI ETAM: JURNAL PENELITIAN ARKEOLOGI VOLUME 7 NOMOR 1 MEI 2021
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-

Page 1 of 1 | Total Record : 9