cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Kajian Wilayah
ISSN : 20872119     EISSN : 2502566x     DOI : -
Core Subject : Social,
Submit Manuscript Journal Help User Username Password Remember me Notifications View Subscribe Information For Readers For Authors For Librarians Current Issue Atom logo RSS2 logo RSS1 logo Visitor Statistics Web Analytics View My Stats ID 4723 US 925 MY 192 PH 103 AU 59 SG 56 GB 51 JP 50 DE 47 EU 45 Newest: DJ You: ID Today: 16 Month: 341 Total: 7264 Supercounters.com Home / Vol 9, No 1 (2018) Jurnal Kajian Wilayah Jurnal Kajian Wilayah (JKW) is an authoritative source of information and discussion on area studies, particularly Southeast Asian studies, Asia Pacific studies, as well as European and African studies. It publishes original research papers, review articles, book reviews and research summary on various perspectives and disciplines (history, anthropology, sociology, literature, politics, international relation, economics, philosophy and religion). JKW is an open access and peer reviewed journal published by Research Center for Regional Resources, the Indonesian Institute of Sciences, twice in a year (July and December).
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Kajian Wilayah" : 7 Documents clear
Islam, Identitas dan Minoritas di Asia Tenggara Ahmad Suaedy
Jurnal Kajian Wilayah Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.74 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v1i2.286

Abstract

Globalization has encouraged the emergence of a challenge to respect minority rights are stronger in almost all countries are plural. The appearance was not only urged the governments in many countries to change their vision of nationalism, it even challenged the great narratives such as Islam, democracy and human rights to change the doctrine of justice that are not conventional. For that Islam, democracy and human rights alike are facing a change that can no longer be seen with the measures and standardization of the old uniform. This paper raised the challenge of empirical findings in Southeast Asia by taking samples of Malaysia, Thailand, and Philippines.
Bureaucratic Reforms in Four Southeast Asia Countries Prijono Tjiptoherijanto
Jurnal Kajian Wilayah Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (743.064 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v1i2.282

Abstract

Tata pemerintahan yang baik merupakan masalah penting selama dua dekade terakhir. Good governance telah menjadi paradigma baru menggantikan paradigma lama dalam administrasi publik yang dikembangkan oleh Max Weber. Model konvensional seperti administrasi umum semua tentang pemerintah telah ditinggalkan dan diganti dengan yang baru, yang melibatkan kerjasama dari tiga unsur: pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor usaha. Tata pemerintahan yang baik terjadi tidak hanya ketika politisi yang jujur dan akuntabel, tetapi juga ketika pegawai negeri sipil yang efisien dan produktif. Sejak awal, kualitas pemerintahan telah sebagian besar tergantung pada kualitas orang yang menjalankannya. Sayangnya, reputasi pejabat publik berbicara untuk dirinya sendiri di hampir negara-negara berkembang dengan tidak terkecuali di negara-negara Asia Tenggara. Ada persepsi umum bahwa birokrasi di negara-negara yang sebagian besar masih tidak efisien dan korup. Tulisan yang mengambil kasus di empat negara Asia Tenggara ini akan mengungkapkan situasi yang sebenarnya dari kualitas dan perilaku pegawai negeri sipil di negara-negara tersebut.
Cyber Clash di Dunia Maya: Cyberwar dan Conflict Resolution Indonesia-Malaysia Syafuan Rozi
Jurnal Kajian Wilayah Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.291 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v1i2.289

Abstract

Cyber clash between Malaysia and Indonesia netter in mailing-list and blogs has been raised. There are crack dramatic issues such as I hate Indon, I hate Malon, Indonsial and Malingsia in website. It has been look as serious cyber conflict indeed. Scholars looked it as a latent conflict. Some of netters and blogger have been advocated and established offensive clash such as, making provocation, telling bad reality and just few write peace messages toward two nations stereotypes. It has been expressed in virtual wars through acts of like and dislike expression toward bilateral relations such as cultural heritage claim, nusantara workers condition in Malaysia, territorial boundaries, smokes impact, illegal logging, terrorism actors, etc. This radicalism has increasingly become a bilateral concern since the Sipadan-Ligitan and Ambalat Block cases, illegal logging, haze and forest burning, and Indonesia workers cases emerged between 2007-2009 periods.
Changing Spaces and Border Regimes: A Central Borneo Trajectory of Globalisation Dave Lumenta
Jurnal Kajian Wilayah Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (792.695 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v1i2.283

Abstract

Outside the ideological connotations of globalisation, Southeast Asia has always been global throughout its history. Strategically situated on the major maritime trade routes linking ancient Europe, India and China, Southeast Asia has a long dynamic history marked by shifting power and the intense movement of people, commodities and cultural flows. The regions fluidity and cosmopolitanism is amply demonstrated by the abundance of cross-cultural influences, shared within the region, such as technology, religious syncretism, language, diaspora, and even food. The arrival of colonialism and the subsequent emergence of postcolonial nation-states in the region have significantly reconfigurated and reordered the patterns of human flows within the region. Border regimes have become prominent regulators for the movement of people and commodities across boundaries, such as the establishment of customs and immigration controls, designated for international routes and port of entries.On the other hand, numerous upland regions across mainland Southeast Asia, peripheral maritime regions such as the Sulu Sea, the Celebes Sea, and the internationally-partitioned island of Borneo, remain quasi-open and fluid spaces where people and commodities traverse international boundaries relatively unchecked by border controls. This indicates that states rarely reach that idealised omnipotence to exercise total and coherent power over space and societal mobility. This is especially true for postcolonial states around the world. State borders throughout Southeast Asia have generally been established in an arbitrary fashion, where ethnic, linguistic, social and economic borders never neatly intersected with formal state boundaries drawn on maps. As a result, shared ethnicity, language, identities and economic interconnectivity remain to transcend many state boundaries.
Understanding the Interplay between the European Integration and Political and Policymaking Process Faisal Nurdin Idris
Jurnal Kajian Wilayah Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.406 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v1i2.290

Abstract

Perjalanan integrasi Eropa dan proses politik di Uni Eropa telah dibentuk dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dinamis. Artikel ini secara inti berfokus pada faktor-faktor yang saling terkait serta ketergantungan komplek yang membentuk proses Integrasi Eropa. Di saat yang sama, artikel ini dimaksudkan pula untuk menganalisa sifat dari proses pengambilan kebijakan pada area yang terkait dengan hubungan eksternal Uni Eropa yang merupakan salah satu aspek dari sekian luas kebijakan Uni Eropa. Dengan kata lain, tulisan ini ingin menjelaskan sebuah pengertian yang mendalam mengenai keadaan atau situasi yang saling mempengaruhi dan interaksi yang komplek antara integrasi Eropa dan proses pengambilan kebijakan dan politik. Untuk memahami ini dibutuhkan analisa dan perspektif yang multidisiplin dan studi kasus yang spesifik, dari pada menggunakan sudut pandang dan analisa yang relatif sempit. Langkah ini dirasa sejalan ketika memahami Uni Eropa yang merupakan entitas yang memiliki kekhasan tersendiri.
From China to Indonesian and to Australia: Two Stories of Struggle for Acceptance Dewi Anggraeni
Jurnal Kajian Wilayah Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.544 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v1i2.284

Abstract

Pada kurun waktu beberapa abad, orang China meninggalkan kampung halamannya dalam jumlah besar didorong oleh sebab dan niat yang berbeda-beda. Mereka yang berlayar ke selatan mendarat di kepulauan yang kemudian menjadi bagian dari Republik Indonesia. Ada juga yang tiba di benua selatan yang sekarang dikenal sebagai negara Federasi Australia. Meski beragam, gambaran mental mengenai etnis Cina sangat dibatasi oleh stereotip yang sempit. Di Indonesia, etnis Cina digambarkan sebagai orang-orang yang tanpa ampun mengejar laba, seringkali dengan mengorbankan orang-orang di sekitar mereka, dan enggan membantu kesejahteraan masyarakat tempat tinggal mereka. Di Australia, gambaran etnis Cina yang ada di tengah masyarakat luas berkaitan dengan adaptasi, kebiasaan, dan filsafat kehidupan, yang berbeda dari kebanyakan penduduk yang berlatar belakang etnis dan budaya Anglo-Celtic dan Eropa. Tulisan ini berusaha mengangkat ke permukaan dan menganalisis titik-titik gelap dari topik ini, yaitu aspek-aspek tentang diri mereka yang luput dari pandangan-diri etnis Tionghoa, sekaligus aspek-aspek yang lolos dari radar masyarakat luas yang non-Cina.
The Human Trafficking of Cambodian Women and Children for Sex Industry: Internal end External Case Study Betti Rosita Sari
Jurnal Kajian Wilayah Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1165.898 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v1i2.285

Abstract

Perdagangan manusia atau human trafficking menjadi isu yang penting di kawasan Asia Tenggara, bahkan global seiring dengan meningkatnya jumlah korban dan perubahan pola-pola perdagangan manusia yang sangat cepat. Konflik dan perkembangan teknologi, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat turut mempercepat angka perdagangan manusia, tak terkecuali di Kamboja dimana banyak yang menjadi korban perdagangan manusia ke Thailand dan Vietnam. Paper ini akan menjawab pertanyaan apa sebenarnya penyebab utama perdagangan manusia di Kamboja, bagaimana pola-pola perdagangan manusia, serta bagaimana respon dari pemerintah Kamboja untuk memberantas perdagangan manusia.

Page 1 of 1 | Total Record : 7