cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara
ISSN : 25023896     EISSN : 25812254     DOI : -
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2016)" : 7 Documents clear
Memahami Maksud dan Cita-Cita Tuhan Husein Muhammad
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6085.033 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.56

Abstract

Usaha umat Islam untuk memahami maksud kalam Allah (Alquran) telah memunculkan kajian epistemologi dan tradisi penafsiran yang berproses cukup panjang sejak periode awal paska wafatnya Nabi Muhammad. Tradisi ini berproses dengan corak beragam refleksi dari kecenderungan ideologis, sosial, politik dan kultur penafsir. Setidaknya ada dua terma—dengan konsekuensi epistemologis masing-masing—yang digunakan orang untuk makna memahami ayat-ayat Alquran, yakni “tafsir” dan “takwil”. Tulisan ini berusaha mengulas diskusi epistemologis penafsiran kontemporer yang mengadopsi konsep-konsep lama dalam bidang tafsir dan ushul fiqh, namun menggunakannya untuk menghadirkan penafsiran kontekstual Alquran masa kini. Makalah ini menyoroti sejauh mana artikulasi baru konsep penafsiran lama mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan keislaman masa kini seperti universalitas dan partikularitas ajaran agama, isu-isu kebudayaan dan juga adat.
Membaca Sirah dengan Alquran, Membaca Alquran dengan Sirah Miftahur Rahman
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.82 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.62

Abstract

Kehadiran buku ini menjadi ‘angin segar’ bagi pegiat sejarah kenabian (sirah nabawiyyah) Muhammad SAW sekaligus pegiat ilmu tafsir Alquran. Pasalnya, jika berbicara mengenai sejarah dalam litaratur yang berbahasa Indonesia, akan didapati seperti karya Ibnu Hisyam dan Ibnu Ishaq, dengan sistematika yangditebali oleh riwayat-riwayat (baca: hadis). Namun, dalam buku yang ditulis oleh Aksin Wijaya ini adalah sebuah bentuk penjelasan dari sirah yang ditulis oleh Izzat Darwazah dalam karya nya yang berjudul Tafsir al-Hadis. Tafsir al-Hadis adalah sebuah tafsir Alquran yang menggambarkan sirah Nabi Muhammad dengan menggunakan sistematika tartib an-Nuzuli Alquran. Hal ini untuk melacak sejarah Nabi dengan mengikuti alur kronologi turunnya Alquran, yakni dari surat al-Alaq hingga wahyu terakhir turun. Bukan dari sistematikatartib mushafi, yakni dari al-Fatihah hingga An-Nass. Oleh sebab itu, hal ini juga menarik perbincangan dikalangan para pegiat tafsir Alquran. Sebab mayoritas tafsir Alquran ditulis dengan merujuk pada sistematika tartib mushafi. Aksin Wijaya, tercatat sebagai dosen STAIN Ponorogo dan STAIN Kediri. Lahir di Sumenep, 1 Juli 1974. Studi S2 dan S3 nya ia tempuh di Universitas Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ia merupakan dosen dengan segudang karya. Beberapa penghargaan diraihnya seperti juara 2 dalam Thesis Award yang didakan oleh Kemenag RI pada tahun 2006 juga sebagai juara 2 dosen teladan Nasional dalam bidang Islamic Studies yang diadakan oleh Kemenag RI, pada tahun 2015. Ia memiliki 15 karya tulis dalam bentuk buku dan terjemahan, di antaranya ialah Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan: Kritik atas Nalar Tafsir Gender (Yogyakarta: Safiria Insania, 2004), Arah Baru Studi Ulum Alquran: Memburu pesan Tuhan dibalik Fenomena Budaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Teori Interpretasi Alquran Ibnu Rusyd: Kritik Ideologis-Hermeneutis (Yogyakarta: LKIS, 2009), Problematika Pemikiran Arab Kontemporer, terjemahan dari Isykaliyat al-Fikr al-Arabi Al-Muasyir karya Muhammad Abid al-Jabiri, filsuf asal Maroko, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015). Sedangkan karya dalam benuk artikel jurnal Ilmiah tercatat sejumlah 31 karya. Mayoritas artikel-artikel tersebut di bidang studi Islam, baik sejarah, hukum, tafsir, Alquran, maupun pemikiran Islam secara umum. Perjalanan hidupnya dengan karya yang melimpah.Jika dilihat dari reputasi dan kapasitas keilmuannya, maka dalam hal ini, ia merupakan seorang yang kompeten ketika berbicara sejarah wacana dan tafsir Alquran. Buku Sejarah Kenabian: Dalam perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat Darwazah ini ditulis atas dorongan pribadi dengan melihat wacana tafsir Alquran yang berkembang di Indonesia. Terutama dalam segi sistematika penulisan tafsir pada umumnyaditulis berdasarkan tartib mushafi. Oleh karena itu, Aksin tertarik untuk mengkaji sejarah kenabian dalam tafsir Izzat Darwazah tersebut, yang dirasa unik. Sumber-sumber yang ia gunakan dalam hal ini yakni sumber-sumber primer dan sekunder. Ia merujuk langsung dari karya-karya Izzat darwazah, seperti al-Tafsir al-Hadis, Sirah ar-Rasul: Suwar Muqtabasah min Alquran, ‘Ashr al-Nabi wa Baiatuhu Qabla Bi’tsah, dan lain-lain. Sedangkan mengenai wacana tafsir Nuzuli ia juga merujuk langsung terhadap karya Muhammad Abid al-Jâbiri, Fahm al-Qur’ân: at-Tafsir al-Wadh Hasb Tartib an-Nuzul, Ibnu Qarnas, Ahsan al-Qashshash dan Tarikh Alquran karya Thodore Noldeke.Jenis buku (kind of book) ini tergolong pada buku tentang sejarah. Sebuah buku ilmiah yang disajikan dengan penuh analisis. Oleh karena itu, buku ini sangat direkomendasikan untuk para peneliti, mahasiswa, maupun dosen pegiat sejarah Islam awal. Dalam pengantar buku ini, dijelaskan bagaimana Aksin mencari karyakarya Izzat darwazah, selama bertahun-tahun, dari Mesir hingga ke Maroko. Rencana awal penelitian ini akan dianalisis secara kritis, namun diubah dengan analisis deskripif. Hal ini disebabkan karena karya-karya Izzat Darwazah termasuk karya-karya yang ditinggalkan, hanya segelintir orang yang menelitinya. Selain itu, karya-karya yang ditulis oleh Izzat Darwazat ditulis oleh menurut Aksin ditulis secara berkaitan dan sistematis. Keterkaitan antara sejarah dan tafsir merupakan titik tolak Aksin untuk menggali lebih dalam karya-karya lebih dalam pemikiran Izzat Dawazah ini.Al-Tafsir al-Hadis karya Izzat Darwazah ditulis dengan sistematika tartib nuzuli, tentu saja sistematika ini bisa menimbulkan kontroversi. Pasalnya, pernyataan bahwa mushaf Alquran disusun secara tauqifi dan tafsir ada sebuah tafsir yang disusun dengan tartib nuzuli, Aksin menjelaskan jika tafsir dengan metode temaik (maudhu’i) dibenarkan maka tentu saja tafsir dengan semacam ini juga dapat dibenarkan. Izzat Darwazah sendiri membedakan, antara Alquran sebagai objek bacaan, yang sudah semestinya dibaca dengan sesuai dengan tartib ustmani dan sebagai objek tafsir, yang mengandung nilai dan seni untuk dikaji, sehingga tidak ada hubungannya antara bacaan dan tartib Alquran. Dari sini dapat disimpulkan bahwa karya yang ditulis Aksin ini menemukan bahkan mendorong untuk memicu adanya ide baru (logic of discovery) dalam pasar raya intelektual indonesia, bahwa membaca membaca sirah kenabian bisa dilakukan dengan cara mengikuti arus kronologi turunnya Alquran.Adapun sturktur bahasan (method of organization), disusun dengan sangat sistematis dan logis. Buku ini terdiri dari enam bab. Bab pertama berisi pendahuluan dan kerangka teori. Bab dua, berisi mengenai biografi intelektuan Izzat Darwazah. Bab tiga, berisi tentang metode tafsir nuzuli Izzat Darwazah. Pada bab ini Ia terlebih dahulu menjelaskan metode tafsir nuzuli dari beberapa tokoh, baik dari  Muslim (insider) mapun non-Muslim (outsider). Hal ini ditujukan untuk memahami ideal tafsir Alquran dan menafsirkan sejarah kenabian Muhammad. Pada bab keempat, berisi inti pembahasan sejarah kenabian Muhammad pespeksif tafsir nuzuli. Kemudian pada bab terkahir, enam,berisi kesimpulan sekaligus saran untuk peneliti selanjutnya. Buku ini dilengkapi tabel susunan Alquran mushafi dan nuzuli, antara mushaf ustmani, Theodore Noldeke, Muhammad Abid al-Jabiri, Ibnu Qarnas, Khattat Qudur Ugly, dan Muhammad Izzat Darwazah. Hal ini sangat membantu untuk melihat perbandingan susunan Alquran nuzuli antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Buku ini juga dilengkapi glosairum dan indeks, yang bisa membantu pembaca untuk memahami istilah-istilah yang jarang digunakan dan tokoh yang belum dipahami. Menengei kualitas penulisan (quality of writing), buku ini kemas dengan format baik, terstruktur secara sistematis sebagaimana baiknya karya ilmiah. Dilengkapi juga dengan trasliterasi, pilihan kata (diksi) yang baik sehingga tidak mengulang-ulang, catatan kaki untuk mempermudah pembaca, serta daftar pustaka. Aksin juga mengatakan bahwa tema bahasan ini juga memberi ruang untuk dianalisis kembali (further research) karena buku ini hanya menyajikan sejarah objek kenabian dalam pandangan Izzat Darwazah, selebihnya kajian kritis terhadap sejarah kenabian Muhammad dipersilahkan kepada peneliti selanjutnya.Oleh karena itu, Aksin banyak menginspirasi penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang sejarah kenabian dalam tafsir-tafsir yang ditulis secara nuzuli. Buku ini amat penting untuk dikonsumsi oleh para pegiat sejarah dan atau tafsir Alquran. Penilaian umum (overall-judgement) dari buah karya Aksin Wijaya ini, ialah sebuah karya sejarah objektif yang mengantarkan kita terhadap diskusidiskusi menarik selanjutnya, hasil-hasil kreatif dari setiap analisisnya memberikan catatan penting mengenai sejarah Islam awal. Menurut saya, karya sejarah kenabian perspektif tartib nuzuli berbahasa Indonesia yang cukup panjang dan lengkap, sehingga informasinya akan memenuhi kebutuhan para peneliti, dosen, maupun mahasiswa.
Studi Tafsīr Jalālain di Pesantren dan Ideologisasi Aswaja Kurdi Fadlal
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6012.482 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.57

Abstract

This article discusses Tafsi>r Jala>lain as a literature to process Aswaja ideologization in the pesantren milieu. It is the first Islamic literature introduced by Java-Muslim scholars in the institution. The motivation is not only technical (simple description) so that Indonesian Muslim can easily understand the Qur’anic interpretation, but also ideological one. To embed the ideology Tafsi>r Jala>lain were utilized because it describes ideological interpretation of Ahlus Sunnah wal Jamaah, the primary and selected ideology among figures of pesantren. About theology it refers to Asha’iran school and regarding fiqh (Islamic Jurisprudence) it points to Shafi’ian. There are two mothods to embed the ideology to the community of pesantren mil1ieu through Tafsi>r Jala>lain: First, orally, bandongan by reading or teaching it to the students. Second, literally, by translating the Tafsi>r into the local language (Indonesian, Javanese, Maduranese and Sundanese). In turn, Aswaja ideology was rooted in the pesantren and ascertained by Nahdlatul Ulama (NU) organization founded in 1926.
Hermeneutika Pesantren: Eksplorasi atas Pandangan Kyai Pesantren Terhadap Hermeneutika Sebagai Manhaj Tafsir Abdul Wahab
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6915.766 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.58

Abstract

Penelitian sederhana ini berawal dari fakta yang menyebutkan bahwa kajian tafsir–apalagi tafsir kontemporer—di dunia pesantren belum sedominan fiqh, tasawuf dan ilmu alat, maka penulis beranggapan bahwa minimnya karya atau penelitian yang berkonsentrasi pada kajian dan respon pesantren terhadap tafsir kontemporer berawal dari sikap spekulasi “kebanyakan orang” yang menganggap bahwa kebanyakan pesantren tidak mengkaji apalagi merespon pemikiran tafsir kontemporer, sehingga penelitian tentang tafsir kontemporer dilingkungan pesantren dinilai sebagai penelitian yang sia-sia. Akan tetapi tidak demikian bagi penulis, karena penulis menemukan tidak sedikit kyai, ustadz atau pimpinan pesantren yang secara intens dalam pengajian tafsir yang mereka lakukan selalu menyinggung dan merespon isu-isu kontemporer. Spekulasi tersebut berlanjut ketika kebanyakan kyai menolak hermeneutika sebagai manhaj tafsir, dibuktikan dengan penolakan para kyai terhadap hermeneutika sebagai salah satu metode istinbāṭ al-ḥukm dalam komisi bahtsul masa’il pada Muktamar NU XXXI di Boyolali, Solo. Akan tetapi dari penelitian ini, didapatkan data bahwa pesantren memiliki potensi yang luar biasa dalam pengembangan tafsir kontemporer termasuk kebijakan para kyainya dalam merespon hermeneutika sebagai manhaj tafsir. Pada intinya adalah kecerdasan dalam memilah, mana konsep hermeneutika yang dapat digunakan dalam penafsiran Alquran dan mana yang tidak dapat digunakan, sehingga persandingan hermeneutika dengan berbegai manhaj tafsir yang telah digagas oleh para ulama Alquran bahkan semakin memperkaya khazanah kajian Alquran di pesantren.
Tafsir Sosial Media di Indonesia Fadhli Lukman
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5965.996 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.59

Abstract

The history of contemporary exegesis sees the integration between the Quran and exegesis and social media. A statistic shows the low reading rates of Indonesians while the reading activity is dominated by social media. It leads to an assumption that the social media exegesis is the one people read nowadays. This paper takes this phenomena into account within two main concerns: (1) how is the different ways people use their social media account for the Quran related content, and (2) how is the notion of the social media exegesis as a contemporary exegesis? The article ends to the conclusion that there are at least three different shapes of the social media exegesis: textual, contextual, and tafsīr `ilmī. It marks the rise of semantic function of the Quran among the people and the shift of authority of exegesis. There are three causes for it: the platform of social media, the availability of the Quran translation, and the paradigm of al-rujū` ilā al-qur`ān wa al-sunnah.
Indonesia Modern Sebagai Konteks Penafsiran: Telaah Metodologi Penafsiran Alquran Nurcholish Madjid (1939-2005) Muh Tasrif
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.459 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.60

Abstract

Nurcholish Madjid (1939—2005) merupakan seorang pemikir neo-modernis Muslim terkemuka dan berpengaruh di Indonesia. Dalam membangun pemikirannya, ia menekankan perlunya kembali kepada Alquran dan hadis sebagai metodologinya. Namun demikian, pemikirannya sering menimbulkan kontroversidi kalangan umat Islam Indonesia. Untuk itulah, pemikiran Nurcholish yang didasarkan kepada ayat-ayat Alquran —patut diduga—menyiratkan metodologi penafsiran yang berbeda dengan para pemikir lainnya. Dalam artikel ini, penulis berupaya merekonstruksi struktur metodologi penafsiran Alquran Nurcholish, posisinya dalam keilmuan tafsir, dan manfaatnya bagi pengembangan tafsir di Indonesia. Dalam kajian ini, penulis menemukan bahwa struktur bangun metodologi penafsiran Alquran Nurcholish bersifat eklektik: memanfaatkan pendekatan tekstual yang sudah mapan dalam metodologi penafsiran kaum  Sunni dan pendekatan kontekstual yang digagas oleh banyak pemikir pembaruan pada era modern.
Tafsir Alternatif Non- Homofobik AL-Razi Terhadap Ayat-Ayat ‘Terkait’ Sejarah Homoseksualitas Dalam Alquran Muhammad Dluha Lutfillah
Nun : Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Asosiasi Ilmu Alqur'an dan Tafsir se-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.033 KB) | DOI: 10.32495/nun.v2i2.61

Abstract

Artikel ini hanya ingin membawa satu dari dua tafsir al-Razi terhadap al-A’raf (7):80 dan al-‘Ankabut (29):28—dua ayat Alquran yang dipahami berbicara tentang homoseksualitas, ke permukaan dan mengelaborasi kekuatan argumennya dari sisi linguistik dan sastra. Tafsir ini kemudian saya sebut tafsiralternatif al-Razi terhadap isu tersebut. Tafsir ini memungkinkan adanya homoseksualitas di era-era sebelum masa hidup Nabi Luth. Dengan kata lain, tafsir ini tidak berusaha menolak (kemungkinan) homoseksualitas di masa awal sejarah, dan oleh karenanya, eksistensi historis homoseksualitas. Karakter tafsir semacam inilah yang membuat saya menyebutnya tafsir nonhomofobik terhadap ayat-ayat (yang dianggap berbicara tentang) sejarah homoseksualitas. Tujuan kedua artikel ini adalah menguji kekuatan argumen tafsir alternatif non-homofobik ini dari sisi linguistik dan sastra—yang terakhir ini terbatas pada aspek sastra kisah dalam Alquran, mengingat dua ayat tersebut adalah bagian dari kisah. Elaborasi ini memusatkan diri pada tiga kata yang sama-sama ada dalam dua ayat tersebut; sabaqa (mendahului),bi (dengan—makna asal), fahisyah (yang buruk). Dari sisi linguistik, penggunaan kata sabaqa yang menggunakan bi sebagai penghubungnya dengan objek berupa kata sifat jarang sekali (untuk tidak mengatakan tidak pernah) dilakukan oleh masyarakat pengguna Bahasa Arab. Oleh karena itu, pemaknaannya tidak bisa disamakan, atau dengan kata lain, harus ditakwilkan. Hasil takwilfrasa ini menyamakan makna bi (yang asalnya bermakna dengan)dengan fi (yang bermakna dalam)—penggunaan umum dalam masyarakat pengguna Bahasa Arab. Pemaknaan utuhnya tidak mengarah pada “mengawali” seperti umumnya makna sabaqa, tapi “melebihi”. Dari sisi sastra, Alquran kelihatan ingin seolaholah mencela homoseksualitas dengan memutus akar historisnya dengan sejarah manusia, mengatakannya tidak setua sejarah manusia. Karena hanya seolah-olah, Alquran tidak melakukanitu. Ia ingin mengatakan bahwa perilaku homoseksualitas yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth sudah keterlaluan, dan oleh karenanya harus dihentikan. Konsekuensi logisnya, Alquran tidak mengatakan sebelum kaum Nabi Luth tidak ada homoseksualitas, dan oleh karenanya kemungkinan akan hal itu masih ada. Selain itu juga dimungkinkan ada perilaku homoseksualitas yang tidak keterlaluan, dan karenanya tidak dilarang (untuk tidak langsung mengatakan diperbolehkan).

Page 1 of 1 | Total Record : 7