cover
Contact Name
Darwanto
Contact Email
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap
ISSN : 19078229     EISSN : 25026410     DOI : -
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap dipublikasikan oleh Pusat Riset Perikanan yang memiliki p-ISSN 1907-8226; e-ISSN 2502-6410 dengan Nomor Akreditasi RISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018, 9 Juli 2018. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan April, Agustus, Desember. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history” (parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumber daya ikan dan biota perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)" : 9 Documents clear
BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK PENANGKAPANNYA Abram Barat; Budi Iskandar Prisantoso
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.235 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.5.2009.231-235

Abstract

Ikan bawal (Angel fish) yang menghuni perairan Samudera Hindia termasuk ke famili Bramidae. Rawai tuna (tuna long line) merupakan alat tangkap yang digunakan oleh kapal-kapal penangkap ikan di Pelabuhan Benoa untuk menangkap ikan bawal dan beberapa jenis ikan lainnya yang bernilai ekonomi tinggi. Ada tiga spesies ikan bawal yang tertangkap di Samudera Hindia, yaitu sickle pomfret (Taractichthys steindachneri), pomfret (Taractes rubescens), dan brilliant pomfret (Eumegistus illustris). Kisaran panjang cagak (fork length) ikan bawal yang tertangkap dengan tuna long line berkisar <50- 100 cm. Kebanyakan ikan bawal tertangkap di kisaran kedalaman mata pancing 250-320 m dansuhu penangkapan antara 12-14°C. Ikan bawal memiliki kebiasan makan pada pukul 18.00-21.30.
PENAMBANGAN TIMAH INKONVENSIONAL: DAMPAKNYA TERHADAP KERUSAKKAN BIODIVERSITAS PERAIRAN UMUM DI PULAU BANGKA Eko Prianto; Husnah Husnah
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.366 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.5.2009.193-198

Abstract

Penambangan timah inkonvensional di Pulau Bangka telah berlangsung sejak tahun 2000. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat atau pengusaha tanpa mendapat izin dari pemerintah. Pada tahun 2002 jumlah timah inkonvensional sekitar 6.000 unit yang tersebar di seluruh Pulau Bangka.Kegiatan ini telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap ekosistem perairan dan masyarakat sekitarnya. Aktivitas ini telah memberikan dampak yang sangat buruk terhadap ekosistem perairan seperti 1) sedimentasi dan perubahan bentang alam kawasan pesisir, 2) meningkatnyakesuburan perairan, 3) peningkatan kekeruhan perairan, 4) kerusakkan ekosistem dan musnahnya biota perairan, dan 5) pencemaran logam berat. Kasus penambangan timah inkonvensional ini dikhawatirkan dapat menjadi fenomena gunung es yang suatu saat dapat menjadi konflik horisontalantar sesama masyarakat. Untuk menghindari hal ini pemerintah perlu menata ulang sistem pengelolaan dan perizinan pada pihak yang melakukan penambangan timah di Pulau Bangka.
STATUS KAWASAN KONSERVASI PERIKANAN PERAIRAN UMUM DARATAN DI BEBERAPA LOKASI PULAU SUMATERA Khairul Amri; Ali Suman; Chairulwan Umar
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1082.818 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.5.2009.199-208

Abstract

Penelitian kondisi kawasan konservasi perikanan di beberapa lokasi telah dilakukan mulai bulan Maret-Agustus 2007. Untuk Pulau Sumatera penelitian dilakukan di Propinsi Nangroeh AcehDarussalam, Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi kawasan konservasi perikanan perairan umum, khususnya suaka perikanan yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei lapangan, pada lokasi yang ditentukan dengan sengaja atau dipilih (purposive) di kawasan konservasi perikanan Danau Laut Tawar, Propinsi Nangroeh Aceh Darusalam, Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Di samping itu, juga dilakukan desk study, studi literatur, dan wawancara dengan petugas Dinas Perikanan Tingkat I dan II serta nelayan sekitar kawasan konservasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, di antaranya jenis ikan, sistem pengelolaan, tipe perairan, dan kondisi sumber daya perikanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan konservasi di Sumatera sangat beragam dan pada umumnya belum didukung dengan perangkat hukum sebagai dasar pembentukkan. Namun demikian, upaya penetapan atau penyiapan calon kawasan konservasi sudah dilakukan. Kawasan konservasi yang dikelola secara adat oleh kelompok masyarakat seperti di Propinsi Riau (Danau Bakuok) berhasil baik sekali dan di Propinsi Jambi juga masuk katagori baik.
JENIS IKAN LAUT DALAM YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA SAMUDERA HINDIA Suprapto Suprapto; Mas Tri Djoko Sunarno
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.483 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.5.2009.237-248

Abstract

Pada periode tahun 2004-2005, Pusat Riset Perikanan Tangkap (Badan Riset Kelautan dan Perikanan-Departemen Kelautan dan Perikanan) bekerjasama dengan pemerintah Jepang (OverseasFishery Cooperation Foundation) telah melakukan pengkajian sumber daya ikan laut dalam di perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia Samudera Hindia dengan menggunakan K.R. Baruna Jaya IV (1.219 GT). Kapal ini dilengkapi sarana alat tangkap jaring pukat dimodifikasi khusus untuk perairandalam. Jenis ikan yang tertangkap di perairan selatan Jawa terdiri atas 337 spesies yang mewakili 99 famili, sedangkan di perairan barat Sumatera terdiri atas 215 spesies, mewakili 82 famili. Macrouridae salah satu famili yang memiliki kekayaan jenis terbanyak, menyusul famili lain Alepocephalidae, Ophidiidae, dan Myctophidae. Berdasarkan pada bobot total laju tangkap, komposisi jenis yang mendominansi di perairan selatan Jawa spesies Lamprogrammus niger (Ophidiidae)dan Plesiobatis sp.1 (Plesiobatididae-kerabat ikan pari). Sedangkan di barat Sumatera selain spesies Plesiobatis sp., spesies Diretmoides pauciradiatus dari famili Diretmidae juga mendominansi hasil total bobot hasil tangkapan di perairan ini. Sebaran laju tangkap secara horisontal yang tertinggi diselatan Jawa yang terkonsentrasi di sekitar perairan selatan Yogyakarta, sedangkan untuk kawasan barat Sumatera terkonsentrasi di sekitar perairan Banda Aceh sebelah barat dan perairan Pulau Enggano (Bengkulu). Sebaran laju tangkap secara vertikal cenderung menurun mulai dari kedalaman200-900 m, namun pada kedalaman melebihi 900 m, laju tangkap sangat tinggi.
UPAYA, LAJU TANGKAP, DAN ANALISIS USAHA PENANGKAPAN UDANG PEPEH (Metapenaeus ensis) DENGAN TUGUK BARIS (FILTERING DIVICE) DI PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN Rupawan Rupawan; Emmy Dharyati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1020.773 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.5.2009.209-214

Abstract

Perairan estuaria merupakan daerah pertemuan air tawar dan laut. Secara ekologi, mempunyai karakteristik yang khas dan dinamis. Estuaria sebagai daerah perangkap unsur hara yang menjadikan perairan ini relatif lebih subur. Di pantai timur Sumatera Selatan yang menghadap Selat Bangka, perairan estuaria dibentuk oleh muara Sungai Upang, Sungai Musi, Sungai Banyuasin, dan Sungai Sembilang. Di perairan ini aktivitas penangkapan ikan sangat berkembang. Tuguk baris merupakan salah satu alat tangkap yang sangat berkembang dari 13 jenis alat tangkap yang ada diperairan ini. Penelitian ini untuk mengetahui laju tangkap dan analisis usaha penangkapan udang pepeh (Metapenaeus ensis) dengan alat tangkap tuguk baris (filtering divice) telah dilakukan pada tahun2006 di perairan estuaria Sungai Banyuasin. Data diperoleh dengan cara pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya penangkapan berdasarkan pada jumlah hari operasi berkisar antara 8-19 hari per bulan atau 160 hari per tahun. Laju tangkap udang pepeh rata-rata 4,84±2,49 kg per unit jaring tuguk atau upaya, setara dengan 774,40 kg per jaring per tahun. Komposisi bobot hasil tangkapan adalah udang 90,46% dan ikan 9,54%. Analisis operasional terhadap 34 buah jaring tuguk selama 1 tahun sebagai berikut biaya investasi awal Rp.80.240.000, total biaya tetap dan biaya operasional Rp.53.780.000, pendapatan bersih antara Rp.10.140.000-145.596.000, atau ratarata Rp.77.868.000 atau Rp.1.622.000 per kepala keluarga per bulan. B/C ratio 2,44. Ditinjau dari analisis usaha, penangkapan udang pepeh dengan alat tangkap tuguk baris menguntungkan.
PENANGANAN SEDIMENTASI DI DAERAH MUARA SUNGAI BAGI KEPENTINGAN PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN Umi Chodriyah; Wiwit An Pralampita
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.823 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.5.2009.249-252

Abstract

Aktivitas pelabuhan merupakan salah satu permasalahan penting untuk diselesaikan baik yang sifatnya teknis pemeliharaan maupun pengelolaan fasilitas pelabuhan, seperti penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh sedimentasi. Penanganan sedimentasi (pengendapan) di muara sungai dapat dilakukan dengan pembangunan jetty dan melakukan pengerukkan. Penanganan operasional kapal keruk disesuaikan dengan sifat tanah yang akan dikeruk, kedalaman yang direncanakan, lokasi dan keadaan sekeliling, besar arus dan gelombang, dan faktor yang lain.
ADAPTASI FISIOLOGIS RETINAMATA DAN TINGKAH LAKU IKAN TERHADAP CAHAYA Amran Ronny Syam; Hendra Satria
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (860.726 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.5.2009.215-224

Abstract

Cahaya adalah salah satu faktor lingkungan yang penting dalam kehidupan ikan. Efek langsung yang utama adalah pada penglihatan. Cahaya yang masuk melalui mata maupun pineal region dapat mempengaruhi aktivitas ikan melalui mekanisme fisiologis retina mata ikan yang diteruskan ke pusat otak melalui sistem syaraf pusat. Adaptasi fisiologis retina mata tersebut tergantung dari struktur retina mata, kemampuan dan sensitivitas penglihatan. Pada intensitas cahaya yang relatifrendah peranan photoreseptor rod dalam retina mata lebih menonjol yang disebut sebagai scopotic vision dan pada intensitas yang lebih tinggi receptor cone relatif lebih berperan yang disebut sebagai photopic vision. Adanya stimuli cahaya menyebabkan pengaruh langsung maupun tak langsungterhadap kecepatan renang ikan dan ruaya ikan secara vertikal harian sebagai respon tingkah laku.
SEBARAN PANJANG (FL), TINGKAT KEMATANGAN GONAD DAN KOMPOSISI MAKANAN IKAN KEMBUNG (Rastrelliger brachyosoma) PADA BULAN NOPEMBER 2006 DI PERAIRAN PANTAI KALIMANTAN BARAT Tuti Hariati; Achmad Zamroni; Rahmat Setiawan
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.109 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.5.2009.253-258

Abstract

Informasi keadaan sumber daya ikan kembung (Rastrelliger brachyosoma) di perairan pantai Kalimantan Barat perlu untuk diperkaya. Dengan indikasi semakin turunnya hasil tangkapan ikan kembung sampai tahun 2005, pada bulan Nopember 2006 dilakukan pengumpulan data dan pengamatan aspek biologi ikan kembung. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa sebaran panjang ikan kembung pada bulan Nopember 2006 sesuai dengan sebaran panjang pada bulan Januari 1993. Komposisi tingkat kematangan gonad ikan kembung pada bulan Nopember 2006 sesuai dengan musim dan tingkat kematangan gonad pada bulan Januari 1993. Jenis makanan didominansiplankton nabati terutama Chaetoceros sp. dan Coscinodiscus sp., sama dengan jenis makanan ikan kembung di perairan lain. Diperlukan kajian yang rutin paling tidak 1 tahun terhadap sumber daya perikanan ikan kembung di perairan pantai wilayah Kalimantan Barat, untuk kelestarian stok dan usaha penangkapannya.
ASPEK BIOLOGI, PEMANFAATAN, DAN STATUS KONSERVASI IKAN PARI AIR TAWAR (Himantura oxyrhyncha) Dharmadi Dharmadi; Zulkarnaen Fahmi
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.858 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.5.2009.225-229

Abstract

Ikan pari air tawar (Himantura oxyrhyncha) merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis penting. Salah satu jenis ikan pari air tawar yang sampai saat ini masih dieksploitasi adalah Himantura oxyrhyncha. Jenis ikan pari ini habitatnya di sekitar muara sungai yang berhubungan dengan Sungai Kapuas pada kedalaman 1-3 m. Himantura oxyrhyncha merupakan spesies sasaran tangkapan dari alat tangkap jaring pukat mini yang beroperasi di sekitar SungaiKapuas, Kalimantan Barat. Spesies ini dimanfaatkan sebagai ikan hias dan dapat diekspor ke mancanegara. Status konservasi dalam daftar merah yang dikeluarkan IUCN termasuk dalam kategori spesies yang rawan mengalami kepunahan. Sedangkan di Indonesia meskipun belum menjadi catatan sebagai spesies yang rawan tetapi harus menjadi perhatian serius, mengingat populasinya diduga sudah menurun.

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2009 2009


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023 Vol 15, No 1 (2023): (APRIL) 2023 Vol 14, No 3 (2022): (DESEMBER) 2022 Vol 14, No 2 (2022): (Agustus) 2022 Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022 Vol 13, No 3 (2021): (DESEMBER) 2021 Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021 Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021 Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020 Vol 12, No 2 (2020): (AGUSTUS) 2020 Vol 12, No 1 (2020): (April) 2020 Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019 Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019 Vol 11, No 1 (2019): (April) 2019 Vol 10, No 3 (2018): (Desember) 2018 Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018 Vol 10, No 1 (2018): April (2018) Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017 Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017) Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017) Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016) Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016) Vol 8, No 1 (2016): (April 2016) Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015) Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015) Vol 7, No 1 (2015): (April 2015) Vol 6, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 6, No 1 (2014): (April 2014) Vol 5, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 5, No 1 (2013): (April 2013) Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 4, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 4, No 1 (2012): (April 2012) Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011) Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011) Vol 3, No 4 (2011): (April 2011) Vol 3, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 3, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 6 (2009): (Desember 2009) Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009) Vol 2, No 4 (2009): (April 2009) Vol 2, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 2, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 2, No 1 (2008): (April 2008) Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 5 (2007): (Agustus 2007) Vol 1, No 4 (2007): (April 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) More Issue