cover
Contact Name
Harry Octavianus Sofian
Contact Email
harry.octavianus@kemdikbud.go.id
Phone
-
Journal Mail Official
harry.octavianus@kemdikbud.go.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
AMERTA
ISSN : 02151324     EISSN : 25498908     DOI : -
AMERTA Journal of Archeology Research and Development publish and issued by Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (the National Research Centre of Archaeology) - Agency of Research and Development - Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia, publish since 1985. AMERTA is an open access journal without any charge during article processing. AMERTA presents original articles about knowledge and information of the results of the latest research and development in the archeology and related sciences, such as chemistry, biology, geology, paleontology, and anthropology, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue " Vol 36, No 2 (2018)" : 6 Documents clear
SITUS LAMBANAPU: DIASPORA AUSTRONESIA DI SUMBA TIMUR Handini, Retno; Simanjuntak, Truman; Sofian, Harry Octavianus; Prasetyo, Bagyo; Artaria, Myrtati Dyah; Wibowo, Unggul Prasetyo; Geria, I Made
AMERTA Vol 36, No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.337 KB) | DOI: 10.24832/amt.v36i2.67-80

Abstract

Abstract, Lambanapu Site: Diaspora Austronesia In East Sumba. The research at Lambanapu Site aims to determine the position of Lambanapu in the distribution and development of Austronesian ancestors and their culture in Sumba. The method used is survey, excavation, analysis, and interpretation. The results of the research are skeletal findings and urn burial also artifacts which are pottery, beads, metal jewelry, and stone tools.  From the dating result it is known that Lambanapu Site was inhabited at least 2.000 years ago and from paleantropology analysis, it is estimated that the individuals found from primary and secondary burial in Lambanapu are a mixture of Mongoloid and Australomelanesoid. Genetic mixing is very possible, given the history of the archipelago's occupation which was filled by several waves of great migration in the past. The Lambanapu site has provided an overview of Sumba's ancestral life in the context of the archipelago. The Lamabanapu research results show us, how Lambanapu and Sumba in general rich with historical and cultural values of the past that are very useful for today's life. The wealth of historical and cultural values is not only for local interests, but also to fill the rich history and culture of the archipelago, and even contribute to global history. Keywords: Lambanapu, prehistoric, Austronesian  Abstrak, Penelitian di Situs Lambanapu bertujuan untuk mengetahui posisi Lambanapu dalam persebaran dan perkembangan leluhur Austronesia dan budayanya di Sumba.  Metode yang dilakukan adalah survei, ekskavasi, analisis, dan interpretasi. Hasil penelitian berupa temuan rangka dan kubur tempayan serta artefak berupa gerabah, manik-manik, perhiasan logam, dan alat batu.  Dari hasil pertanggalan diketahui bahwa setidaknya Situs Lambanapu telah dihuni 2.000 tahun yang lalu. Hasil analisis paleoantropologi diperkirakan individu yang ditemukan di Lambanapu, baik kubur primer maupun sekunder, merupakan percampuran antara Mongoloid dan Australomelanesoid. Percampuran genetika memang sangat memungkinkan terjadi mengingat sejarah hunian Nusantara yang terisi oleh beberapa gelombang migrasi besar pada  masa lampau. Situs Lambanapu telah memberikan gambaran kehidupan leluhur Sumba dalam konteks Nusantara. Hasil penelitian memperlihatkan betapa Lambanapu dan Sumba pada umumnya memiliki kekayaan nilai sejarah dan budaya masa lampau yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masa kini. Kekayaan nilai sejarah dan budayanya tidak hanya untuk kepentingan lokal, tetapi juga untuk mengisi kekayaan sejarah dan budaya Nusantara, bahkan kontribusi bagi sejarah global.  Kata kunci : Lambanapu, prasejarah, Austronesia
Geological Approach In Order to Distinguish the Preference Source of the Raw Material from the Megalithic Tombs in East Sumba, Indonesia Wibowo, Unggul P; Handini, Retno; Simanjuntak, Truman; Sofian, Harry Octavianus; Maulana, Sandy
AMERTA Vol 36, No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1455.522 KB) | DOI: 10.24832/amt.v36i2.101-114

Abstract

Pulau Sumba sudah lama dikenal dengan tradisi makam megalitiknya yang dijumpai tersebar hampir di semua area di Sumba. Makam megalitik ini dibangun dari potongan-potongan batuan berukuran besar. Berdasarkan aspek geologi, penelitian ini mencoba untuk mencari tahu asal batuan bahan pembuat makam megalitik dan apa yang menjadi alasan untuk memilih suatu batuan untuk bahan makam megalitik. Metode yang digunakan meliputi beberapa tahap. Tahap pertama merupakan pendeskripsian sampel di lapangan. Tahap kedua, analisis geologi digunakan untuk memetakan titik-titik observasi dan singkapan batuan di lapangan. Tahap ketiga, variabel hasil pengamatan kemudian dianalisa menggunakan metode Principle Components Analysis (PCA). Empat variabel digunakan dalam penelitian ini, yaitu: variabel jarak dari sumber, variabel litologi, variabel tekstur dan variabel tingkat kekerasan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa tekstur batuan merupakan pertimbangan utama dalam memilih jenis batuan untuk bahan makam megalitik. Jarak dan tingat kekerasan batuannya juga menjadi alasan penting lainnya dalam mengambil bahan material untuk makam megalitik terlepas apapun jenis batunya. Secara geologi bahan batuan berasal dari batugamping Formasi Kaliangga dan batupasir Formasi Kananggar. Sumba is well known for its megalithic tradition, surviving evidence for which can be observed throughout the island in the form of tombs built from enormous stone slabs. The current study is aimed at identifying the sources of the raw material used to manufacture megalithic tombs and factors underlying the choice of raw material based on geological properties. We report the results of our field observations and geological analysis, including mapping of megalithic tomb sites and geological outcrops. Concerning the latter, field-datasets were analyzed using a Principle Components Analysis (PCA). Based on a sample of 11 megalithic tombs from several different locations, four variables were employed to distinguish the preferred source of the raw material used in tomb construction: 1) distance from the source; 2) lithology; 3) rock texture; and 4) rock hardness. Analytical results indicate that raw material texture was the key factor in the construction of megalithic tombs, followed by distance from source and hardness of the stone selected for making this structures. Finally, we establish that raw materials used for constructing sampled megalithic tomb sites on Sumba included Kaliangga Formation limestone and Kananggar Formation sandstone.
Asosiasi Gundukan Tanah, Sungai, dan Menhir di Pusat Wilayah Adat Tanah Sekudung, Baratlaut Lembah Kerinci, Dataran Tinggi Jambi (Kajian Fenomenologi) Sunliensyar, Hafiful Hadi
AMERTA Vol 36, No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1402.076 KB) | DOI: 10.24832/amt.v36i2.115-131

Abstract

This article discusses about the associations of menhirs with landscape features(river and mounds) in Northwestern of Kerinci Valley. Customarily, this region is called as Tanah Sekudung with its  centre in three villages (dusuns) that is Dusun Siulak Gedang, Siulak Panjang dan Siulak Mukai. This research uses phenomenology approach by Tilley. Phenomenological approach stresses the experience and bodily sensory of observer/researcher. The experience is obtained through observation participant method. In this method, the experience and interaction between observer and menhir be a part which is described.As results in this research, it is known that menhirs erection on the mounds or higherlands and its distribution which similarly with direction of the main river flow related  with the legend of ancestors, cognitive space, cosmology and metaphora in Tanah Sekudung community. For example, river is refered to determinate of direction traditionally and also was became reference the migration of ancestors in the past.Therefore, menhirs as markers of migration paths, shape distribution similarly with directionof river flow.Artikel ini membahas asosiasi menhir dengan fitur lanskap (sungai dan gundukan tanah) di bagian barat laut Lembah Kerinci. Secara adat, wilayah ini disebut pula sebagai Tanah Sekudung, dengan pusatnya berada di tiga dusun, yaitu Dusun Siulak Gedang, Siulak Panjang, dan Siulak Mukai. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang dikemukakan oleh Tilley. Pendekatan fenomenologi menekankan pengalaman dan indra tubuh (bodily sensory) dari pengamat atau peneliti di lapangan. Pengalaman tersebut diperoleh dari pengumpulan data melalui metode observasi partisipan. Dalam hal ini, pengalaman dan interaksi antara peneliti dan menhir menjadi bagian yang akan dideskripsikan. Sebagai hasil penelitian, diketahui bahwa pendirian menhir di atas gundukan tanah dan distribusinya yang searah dengan arah aliran sungai utama terkait dengan legenda para leluhur, ruang kognitif, kosmologi, dan metafora yang dimiliki penduduk. Sebagai contoh, sungai yang dijadikan acuan dalam penentuan arah secara tradisional sekaligus dijadikan sebagai acuan perpindahan leluhur pada masa lalu. Oleh karena itu, menhir yang menjadi penanda lintasan migrasi leluhur membentuk arah distribusi yang sama dengan arah aliran sungai.
Model Spatial Analysis untuk Penilaian Bangunan Cagar Budaya di Kota Gresik Putranto, Andi
AMERTA Vol 36, No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2124.013 KB) | DOI: 10.24832/amt.v36i2.132-144

Abstract

Gresik is one of the old cities in Java that has experienced a period of appearing and developing for a long time. In Gresik, there are many archaeological remains in the form of old buildings, especially from the colonial period, which are scattered in several regions in the city of Gresik. The assessment of cultural heritage, especially of the types of buildings so far has been carried out, especially in the framework of preservation and cultural resource management,but not much is known about the mechanism. Therefore, in this study a valuation model is proposed using a tiered quantitative analysis method derived from spatial analysis methods with a weighting factor. In this study proposed building ratings are building class D = Poor, building class C = Moderate, building class B = Good, and building class A = Excellent. Gresik merupakan.salah satu kota lama di Pulau Jawa yang telah mengalami masa muncul dan berkembang dalam kurun waktu yang cukup lama. Di Gresik banyak dijumpai tinggalan arkeologis berupa bangunan tua, khususnya dari periode kolonial yang tersebar di beberapa kawasan di Kota Gresik .  Penilaian cagar budaya, khususnya jenis bangunan, selama ini telah dilakukan terutama dalam rangka penyusunan rekomendasi untuk penetapan dan kepentingan terkait dengan  pelestarian, tetapi belum banyak diketahui bagaimana mekanismenya Oleh karena itu, di dalam penelitian ini diajukan  model penilaian dengan menggunakan metode analisis kuantitatif berjenjang dengan faktor pembobot. Metode ini merupakan implementasi dari metode spatial analisis dalam kajian GIS (Geographic Information System).  Dalam penelitian ini diajukan peringkat bangunan, yaitu kelas bangunan D = Kurang, kelas bangunan C = Cukup, kelas bangunan B = Baik, dan kelas bangunan A = Istimewa
Cover Amerta Volume 36, Nomor 2, Tahun 2018 Puslit Arkenas, Puslit Arkenas
AMERTA Vol 36, No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.926 KB) | DOI: 10.24832/amt.v36i2.%p

Abstract

Sebaran dan Karakteristik Situs Arkeologi di Kalimantan Tengah Fajari, Nia Marniati Etie
AMERTA Vol 36, No 2 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.109 KB) | DOI: 10.24832/amt.v36i2.81-100

Abstract

Kalimantan Tengah landscape consists of the Schwaner-Muller Mountain, the coastal area, and plain on the river bank.  This environment supplies the abundant resources as a cultural area inhabited by humans since the prehistoric times.  The researches in Kalimantan Tengah havefound archaeological sites which spread in each landscape.  This article discusses how the characteristic of archaeological sites in Kalimantan Tengah based on the geographical location.  This research begins with data collecting from archaeology research report fromcentral Kalimantan region at Balai Arkeologi Kalimantan Selatan during 1993-2018.  This research aims to find out the site characteristics on the different geographical location.  The method classify the sites based ongeographic location.  The next step is identifiying the sites based on geographicparameters and environment condition, characteristics of artifacts, cultural characteristics, and its chronology.  This research result is indicating that the site distribution in Kalimantan Tengah region tend to be at watersheds, starting  from the upstream to the coastal area, and the characteristic of the site is affected by its geographical locational.   Provinsi Kalimantan Tengah memiliki bentang alam berupa pegunungan, wilayah pesisir, dan dataran di tepi sungai.  Lingkungan tersebut menyediakan sumber daya alam yang melimpah sehingga menjadi kawasan budaya yang dihuni oleh manusia sejak masa prasejarah sampai dengan masa sekarang.  Penelitian arkeologi di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah menemukan situs arkeologi yang tersebar pada tiap satuan lahan.  Artikel ini mengangkat permasalahan mengenai bagaimana karakteristik situs arkeologi yang berada di Kalimantan Tengah berdasarkan kondisi geografisnya. Tulisan ini diawali dengan pengumpulan data berdasarkan “Laporan Penelitian Arkeologi (LPA)” dari 1993--2017 yang dilakukan di wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik situs pada setiap lokasi geografis yang berbeda. Tulisan ini menggunakan metode dengan membuat klasifikasi situs berdasarkan lokasi geografis. Langkah selanjutnya adalah identifikasi situs berdasarkan parameter letak geografis dan kondisi lingkungan, karakteristik temuan, karakteristik budaya, dan kronologi waktu, baik absolut maupun relatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebaran situs arkeologi di wilayah Kalimantan Tengah cenderung berada di daerah aliran sungai, mulai dari hulu sampai ke pesisir. Keletakan geografi juga memberi pengaruh pada karakteristik situs yang ditemukan. 

Page 1 of 1 | Total Record : 6