cover
Contact Name
Tajerin
Contact Email
marina.sosek@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
marina.sosek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Ilmiah Marina : Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
ISSN : 25020803     EISSN : 25412930     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan merupakan Buletin Ilmiah yang diterbitkan oleh Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, dengan tujuan menyebarluaskan hasil karya tulis ilmiah di bidang Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Artikel-artikel yang dimuat diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pelaku usaha dan pengambil kebijakan di sektor kelautan dan perikanan terutama dari sisi sosial ekonomi.
Arjuna Subject : -
Articles 142 Documents
Strategi Kebijakan Pengelolaan Nelayan Andon Sebagai Upaya Pelestarian Sumberdaya Ikan di Kota Tegal Sujiyanto Sujiyanto
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 1, No. 1, Tahun 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.386 KB) | DOI: 10.15578/marina.v1i1.1025

Abstract

Penelitian ini memiliki focus terhadap strategi kebijakan pengelolaan nelayan andon sebagai upaya pelestarian sumberdaya ikan di Kota Tegal. Oleh karenanya terdapat dua permasalahan utama yang diangkat pertama : Bagaimana strategi kebijakan pengelolaan nelayan andon terhadap pelestarian sumberdaya ikan di Kota Tegal; kedua, Bagaimana prioritas konsep kebijakan pengelolaan nelayan andon terhadap pelestarian sumberdaya ikan di Tegalsari Kota Tegal. Penelitian ini menggunakan analisis (SWOT) dan (AHP). Analisis SWOT adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam merumuskan strategi yang efektif yaitu dengan memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan Peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat diminimalkan Kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats). Analisis AHP digunakan untuk mengidentifikasi masalah dengan teknik pengambilan keputusan/optimasi multivariate yang digunakan dalam analisis kebijakan dan untuk mengetahui tingkat keterkaitannya, sehingga dapat membuat perkiraan prioritas konsep kebijakan. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi pengelolaan nelayan andon di Kota Tegal memiliki nilai total skor matrik IFAS = 0.73 dan EFAS = 0,78 sehingga berada pada kuadran I (satu). Hal ini memiliki arti bahwa strategi tersebut cocok digunakan dalam pengelolaan nelayan andon sebagai upaya pelestarian sumberdaya ikan. Hasil analisis AHP sementara, menunjukkan bahwa alternatif strategi kebijakan yang dianggap paling sesuai adalah Pertama Kemudahan fasilitasi perijinan nelayan andon untuk menarik minat nelayan melakukan andon dengan nilai prioritas tertinggi (28,1 %); Kedua Penerapan teknologi penangkapan ikan (27,6 %); ketiga Pembatasan jumlah nelayan andon di perairan Kota Tegal (17,0 %); keempat Pemberian sosialisasi tentang batasan dan zonasi penangkapan ikan (14,9 %) dan (5) Pemberian sosialisasi tentang Permen KP No. 36/Permen-KP/2014 tentang andon penangkapan ikan sebagai upaya peningkatan ekonomi sekaligus pelestarian sumberdaya ikan dengan nilai (12,4 %).
ALTERNATIF SOLUSI BAGI KEBERLANJUTAN INDUSTRI SURIMI DI INDONESIA Yayan Hikmayani; Tenny Apriliani; Tukul Rameyo Adi
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 3, No 1 (2017): JUNI 2017
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.043 KB) | DOI: 10.15578/marina.v3i1.6100

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan masukan tentang alternatif solusi bagi keberlanjutan industri surimi di Indonesia.  Awal tahun 2017 isu penting adalah ancaman tutupnya pabrik surimi yang ada di Indonesia disebabkan berkurangnya pasokan bahan baku yang berasal dari ikan hasil tangkapan sampingan (by catch) alat tangkap cantrang. Metode penelitian menggunakan desk study melalui data dan informasi yang diperoleh baik dari laporan maupun dari informan baik pengusaha maupun pejabat di Kementerian Kelautan dan Perikanan.  Analisis data dilakukan secara kualitatif untuk melngidentifikasi  dampak  dari berhentinya perasi pabrik surimi serta alternatif upaya yang dapat dilakukan bagi keberlanjutan industri surimi di Indonesia. Diharapkan dari kajian singkat ini dapat dijadikan masukan bagi pengambil kebijakan terkait dengan alternatif beberapa solusi yang diusulkan.
Profil Budidaya dan Kelembagaan Pemasaran Rumput Laut (Grasillaria Sp) fi Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat Rismutia Hayu Deswati; Estu Sri Luhur
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 9, No. 1, Tahun 2014
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.575 KB) | DOI: 10.15578/marina.v9i1.231

Abstract

Rumput laut Gracilaria sp di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dibudidayakan di tambak dengan sistem polikultur dengan Ikan Bandeng atau Udang. Namun, permasalahan terkait dengan sulitnya pembudidaya mengakses harga dan informasi serta sulitnya memenuhi kualitas rumput laut yang diminta konsumen masih dihadapi oleh pembudidaya rumput laut. Kajian ini bertujuan untuk menggambarkan kegiatan budidaya rumput laut dan rantai pemasaran mulai dari hulu sampai hilir di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kajian ini dilakukan pada tahun 2014 dengan menggunakan metode survei melalui observasi dan wawancara dengan kuesioner terstruktur. Data yang digunakan adalah data primer terkait kegiatan usaha rumput laut dan data sekunder terkait dokumen penunjang dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bekasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat dua saluran pemasaran rumput laut, yaitu (1) pembudidaya menjual ke pedagang pengumpul kemudian dilanjutkan ke PPTP lalu dijual ke perusahaan agar-agar; dan (2) pembudidaya menjual ke pengumpul kemudian dilanjutkan ke pedagang besar di luar Kabupaten Bekasi. Kajian juga menunjukkan adanya masalah kualitas rumput laut yang masih termasuk kelas 2 dan terjadinya ketimpangan informasi sehinggapembudidaya sulit mengakses informasi harga dan pasar. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah diperlukan dalam memperkuat koordinasi antar stakeholder daerah dalam rangka mengembangkan budidaya rumput laut dengan sistem polikultur ini.
Front and Back Matter susetyio, rahadi
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2018): DESEMBER 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (29.123 KB) | DOI: 10.15578/marina.v4i2.7427

Abstract

Kinerja Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Mas di Desa Sumur Gintung, Pagaden Barat, Subang Lindawati Lindawati; Nensyana Shafitri
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 8, No. 2, Tahun 2013
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.059 KB) | DOI: 10.15578/marina.v8i2.3020

Abstract

Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah penghasil benih ikan mas di Propinsi Jawa Barat. Salah satu desa penghasil benih di Subang adalah Desa Sumur Gintung, Kecamatan Pagaden Barat. Jenis usaha budidaya dikelompokkan ke dalam tiga jenis usaha yaitu pembenihan, pendederan serta pembenihan pendederan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja usaha budidaya ikan di Desa Sumur Gintung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang dilakukan pada bulan Agustus 2011. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan metode survey. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 orang responden, yang terdiri dari 19 orang responden yang bergerak dalam usaha pembenihan ikan, 10 orang responden yang bergerak dalam usaha pendederan ikan, serta 11 orang responden yang bergerak dalam usaha pembenihan pendederan ikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha budidaya di Desa Sumur Gintung masih layak untuk dilakukan, hal ini dapat dilihat dari nilai R/C Ratio yang diperoleh lebih besar dari satu, yaitu untuk jenis usaha pembenihan, usaha pendederan, serta usaha pembenihan dan pendederan masing-masing sebesar 1,12; 1,46 dan 1,08.
Diseminasi dan Adopsi Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (Studi Kasus: Kegiatan Iptekmas BBRP2BKP di Yogyakarta) Christina Yuliaty; Freshty Yulia Arthatiani; Zahri Nasution
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 6, No. 1, Tahun 2011
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1199.558 KB) | DOI: 10.15578/marina.v6i1.5807

Abstract

Diseminasi inovasi Teknologi pengolahan hasil perikanan merupakan salah satu kegiatan yang tertuang dalam bentuk Iptekmas di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kelautan dan Perikanan. Makalah ini bertujuan memaparkan hasil evaluasi diseminasidan adopsi inovasi teknologi pengolahan tersebut di wilayah Yogayakarta. Kegiatan Iptekmas ini dilakukan oleh Balai Besar Riset pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) pada tahun 2009 dan dievaluasi hasilnya pada tahun 2010. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif terkait dengan kriteria tepat guna bagi suatu inovasi teknologi. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pengolah hasil perikanan yang menerima inovasi teknologi. Teknik analisis data yang digunakan deskripsi kualitatif. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa inovasi teknologi pengolahan hasil perikanan yang didiseminasikan pada tahun 2009 telah diadopsi oleh penerima teknologi sesuai dengan kebutuhannya. Teknologi tersebut berupa inovasi peralatan dan metode pengolahan. Inovasi teknologi yang diadopsi dapat secara mudah diadopsi dan secara ekonomi telah menguntungkan serta meningkatkan pendapatan penerima teknologi. Di sisi lain diperlukan adanya difusi inovasi teknologi serupa kepada pengolah lainnya sehingga mereka mendapatkan manfaat yang sama.
Analisis Biaya Eksternalitas Limbah Pakan Usaha Keramba Jaring Apung di Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Syifa Karunia; Ririn Marinasari
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 1, No. 2, Tahun 2015
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.076 KB) | DOI: 10.15578/marina.v1i2.2074

Abstract

Paket teknologi budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) pada perkembangannya belum dipahami secara baik oleh pembudidaya, khususnya dalam cara pemberian. Pemberian pakan berdasarkan kekenyangan ikan menimbulkan sebagian pakan terbuang ke perairan begitu saja. Hal ini dilakukan oleh pembudidaya KJA dikarenakan anggapan semakin banyak pakan yang diberikan maka ikan semakin cepat besar. Penelitian bertujuan untuk menganalisis manfaat biaya dari keberadaan KJA yang mengakibatkan eksternalitas limbah pakan, serta merumuskan upaya pengelolaan budidaya sistem KJA di Waduk Jatiluhur. Penelitian dilakukan di Waduk Jatiluhur pada bulan April-Mei 2014. Penelitian dirancang sebagai penelitian deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah keuntungan yang dihasilkan pembudidaya KJA di Waduk Jatiluhur pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 151.213.134.501 dengan R/C ratio 1,245. Adapun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk upaya pengurangan sedimen di Waduk Jatiluhur adalah sebesar Rp. 2.259.325.248/tahun, serta jumlah yang dikeluarkan akibat pakan ikan yang terbuang ke dasar perairan adalah sebanyak Rp 62.689.440.000. Keberadaan KJA dengan adanya biaya eksternalitas tetap menghasilkan manfaat sebesar Rp. 86.164.369.253 dengan nilai net benefit 1,127. Pihak pengelola Waduk Jatiluhur perlu menerapkan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (SEMDAL). Selain itu perlu segera direalisasikan penertiban KJA ilegal untuk meminimalisir jumlah KJA dan adanya lembaga khusus yang mengurus penebaran benih ikan plankton feeder secara kontinyu dan terkonsep. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber pengetahuan untuk mengambil kebijakan dalam penertiban KJA Jatiluhur dan penerapan SEMDAL.
Peran Kelembagaan Dalam Mendukung Program Minapolitan Budidaya Di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta Maharani Yulisti; Riesti Triyanti
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 7, No. 1, Tahun 2012
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.447 KB) | DOI: 10.15578/marina.v7i1.4595

Abstract

Pengembangan kawasan minapolitan yang memanfaatkan potensi wilayah dengan memberi peluang pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis perikanan memerlukan sinergitas dari potensi yang ada secara utuh, menyeluruh, berdaya saing dan berkelanjutan. Upaya in memerlukan campur tangan pemerintah dan dukungan masyarakat dalam membangun kelembagaan yang dapat mendukung program minapolitan. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelembagaan yang mendukung program minapolitan perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta. Kelembagaan formal yang ada di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta diantaranya lembaga penguatan modal (Unit Pelayanan Pengembangan/UPP Bidang Perikanan, Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Unit Desa/KUD, Badan Usaha Kredit Perdesaan/BUKP, lembaga kredit dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat/PNPM), lembaga penyuluhan dan lembaga perbenihan (Balai Benih Ikan atau BBI). Kelembagaan non formal yang sudah berfungsi baik yang erat kaitannya dengan program minapolitan diantaranya kelembagaan penyedia input, kelembagaan penyedia modal, kelembagaan pelaku usaha (pembudidaya, pembenih, pendeder), kelembagaan pengolah hasil perikanan, kelembagaan pemasaran ikan, serta kelembagaan penyedia informasi dan teknologi. Peran kelembagaan formal dan informal sangat penting untuk kegiatan budidaya perikanan pada level menengah ke bawah diantaranya untuk menstabilkan harga terutama saat pasokan ikan berlebih, pemenuhan kebutuhan modal, input usaha dan sarana produksi ikan.
Persepsi Pelaku Usaha Tambak Terhadap Penanggulangan Bencana Banjir di Pantai Utara Jawa Barat Lindawati Lindawati; Nendah Kurniasari
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol. 9, No. 2, Tahun 2014
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.69 KB) | DOI: 10.15578/marina.v9i2.432

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi pembudidaya tambak terhadap penanggulangan bencana banjir. Penelitian ini dilakukan di pantai Utara Jawa Barat, tepatnya di Kabupaten Subang dan Karawang. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pendekatan survey dengan melakukan wawancara kepada pembudidaya tambak, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang dan Karawang. Pengambilan responden dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 17 orang pembudidaya tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pembudidaya tambak terhadap ketepatan, kecepatan dan efektifitas penanggulangan bencana banjir masih rendah, baik pada saat situasi tanggap darurat maupun saat rehabilitasi usaha. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya banjir serta kerusakan dan kerugian yang lebih besar, pembudidaya tambak melakukan beberapa langkah yaitu membuat jaring atau waring yang dipasang di sepanjang kolam dan pintu air tambak untuk menghalangi ikan berpindah dari kolam ketika air tambak menjadi luber akibat banjir, membuat alat dari pipa paralon yang digunakan untuk membuka saluran air yang menghubungkan sungai dengan tambak ketika surut dan menutupnya ketika pasang sehingga air tambak tidak meluap, memperbaiki tambak menjadi lebih tinggi dan mengeruk lahan tambak lebih dalam dari sebelumnya, penanaman pohon mangrove yang berfungsi sebagai “rumah ikan” (fish apartement) pada saat terjadi banjir serta melakukan panen lebih awal untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
PENDEKATAN SISTEM SOSIAL – EKOLOGI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR SECARA TERPADU Rani Hafsaridewi; Benny Khairuddin; Jotham Ninef; Ati Rahadiati; Hasan Eldin Adimu
Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 4, No 2 (2018): DESEMBER 2018
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6482.964 KB) | DOI: 10.15578/marina.v4i2.7389

Abstract

Pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir mencakup konteks sosial multiple use, berbagai bentuk kepemilikan, dan konflik atas penggunaan sumber daya. Sistem ekologi di daerah  pesisir sangat berhubungan erat dengan/dan dipengaruhi oleh satu atau lebih sistem sosial. Pendekatan kontemporer pengelolaan pesisir dan lautan berbasis sosial - ekologi pada dasarnya adalah integrasi antara pemahaman ekologi (ecological understanding) dan  nilai – nilai sosial ekonomi (socio-economic value).  Analisis sistem ekologi-sosial (SES) dalam pengelolaan wilayah pesisir terpadu  mampu memberikan suatu pendekatan yang interdisipliner dan framework pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan. Analisis SES dapat menjadi basis pengetahuan untuk mengatasi secara sistematis masalah yang kompleks dalam pengelolaan pesisir secara terpadu, selain itu juga dapat mengembangkan suatu strategi berbasis pengetahuan dalam memahami proses-proses ekologi dan sosial pada dimensi sistem dan skala yang berbeda.Title: Social – Ecological System (SES) Approach In Integrated Coastal ManagementUtilization of resources in coastal areas includes multiple use social contexts, various forms of ownership, and conflicts of interest. The purpose of this paper is to learn about the Social-Ecological System approach in integrated coastal management. Ecological systems in coastal areas have a very close relationship with / and are influenced by the social system. Basically the contemporary approach of coastal management based on social-ecology system (SES) is the integration between ecological understanding and socio-economic value. SES analysis in integrated coastal area management is able to provide an interdisciplinary approach and a sustainable resource management framework. SES analysis can be a knowledge base for dealing systematically with complex problems in integrated coastal management, while also developing a knowledge-based strategy in understanding ecological and social processes in different dimensions of the system and scale. 

Page 4 of 15 | Total Record : 142