cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL PANGAN
ISSN : 08520607     EISSN : 25276239     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
PANGAN merupakan sebuah jurnal ilmiah yang dipublikasikan oleh Pusat Riset dan Perencanaan Strategis Perum BULOG, terbit secara berkala tiga kali dalam setahun pada bulan April, Agustus, dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue " Vol 18, No 4 (2009): PANGAN" : 7 Documents clear
Reaktualisasi Diversifikasi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Sutrisno, Sutrisno; M. Edris, Ismi
JURNAL PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1180.264 KB) | DOI: 10.33964/jp.v18i4.218

Abstract

Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman bagi kehidupan setiap negara di dunia, tak terkecuaii Indonesia. Semenjak tahun 1979, telah muncul kecenderungan peningkatan konsumsi beras di negeri ini, sehingga timbul image superior beras sebagai simbol status sosial kemakmuran dan nilai politik, sedangkan sumber pangan (food crops) lain menjadi produk inferior sebagai simbol kemiskinan. Kondisi malnutrisi dan tingginya kematian bayi paling banyak terjadi di kawasan timur Indonesia, bahkan ironisnya kasus rawan pangan juga sering terjadi di daerah yang potensi pangan lokalnya cukup. Kondisi ini akan semakin parah jika tidak ada pergeseran pola konsumsi pangan dari mono komoditas beras ke bahan pangan lainnya. Di dalam UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan dan PP No 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan dijelaskan bahwa ketahanan pangan dapat diwujudkan dengan penganekaragaman (diversifikasi) pangan yang memperhatikan sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal. Dalam pelaksanaannya, beras masih sangat mendominasi asupan karbohidrat dibandingkan dengan sumber pangan lainnya (umbi-umbian), meskipun semenjak tahun 2002 telah terjadi kecenderungan penurunan konsumsi beras. Namun, penurunan ini tidak menunjukkan pergeseran konsumsi ke arah umbi-umbian dan bahan lain, tetapi justru bergeser ke konsumsi mie dengan bahan baku terigu imporsebagai pola pangan kedua. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat mencukupi kebutuhan energinya berdasarkan kemudahan akses produk dan biaya rendah, ketersediannya yang stabil dan populer. Paper ini disusun untuk memberikan informasi potensi pangan lokal yang didasarkan pada potensi keseimbangan gizi dan ketersediaan secara nasional. Sosialisasi produk-produk tersebut menjadi sangat penting melihat kasus pergeseran pola pangan kedua yaitu ke mie dan terigu impor. Sosialisasi bertujuan untuk memberi pencitraan bahan pangan inferior menjadi komoditas yang memiliki kandungan gizi cukup, seimbang dan ketersediaan stabil. Terbentuknya masyarakat yang terdidik secara baik {well educated community) merupakan kunci dari terwujudnya ketahanan pangan berbasis diversifikasi pangan.
Politik Pangan Menghadapi Tantangan Krisis Energi dan Finansial Global Soetrisno, Noer
JURNAL PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (902.202 KB) | DOI: 10.33964/jp.v18i4.214

Abstract

Tulisan ini mencoba memberikan ulasan posisi ketahanan pangan Indonesia serta memahami problema mendasar persoalan pangan dan instrumen kebijakan pangan yang ada terutama politik produksi dan stabilisasi harga. Kemudian memberikan gambaran akan fenomena perubahan lingkungan intemasional di bidang perdagangan dan investasiterkait dengan semakin berhimpitnya pasar komoditi pangan-energi-pasar finansial. Selanjutnya dicari arah bagaimana seharusnya Indonesia menanggapi perubahan tersebut dengan merumuskan politik pertanian untuk ketahanan pangan yang berlandaskan pada politik pendapatan dan kesejahteraan petani, bukan politik komoditas, serta menjadikan gizi dan kesehatan penduduk menjadi arah politik intervensi pangan. Orientasistabilisasi harus dikembalikan pada orientasi ketahanan pangan rumah tangga, didukung fungsi penyangga (iron stock) pemerintah, dan status gizi masyarakat.
Mencari Ikon Pergerakan Nasionalisme Pangan Indonesia Subagio, Achmad
JURNAL PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.109 KB) | DOI: 10.33964/jp.v18i4.219

Abstract

Saat ini Indonesia sedang disibukkan oleh agenda-agenda politik, mulai dari pemilu legislatif, hingga pemilihan presiden, dan terorisme, serta hubungan KPK-POLRIKejaksaan. Di pihak lain, bencana alam, kecelakaan, wabah penyakit dan kejadian rawan gizi terus terjadi di mana-mana. Sementara itu, harga pangan dunia masih cukup tinggi. Walaupun kondisi krisis pangan ini merupakan fenomena global yang disebabkan oleh perubahan iklim dan "perang" (baca:perebutan) antara pangan dan energi, tak urung hati kita seperti teriris jika memperhatikan seringnya kejadian rawan gizi, dengan kenyataan bahwa kita saat ini seperti pepatah "ayam mati dalam lumbung padi". Kondisi semakin diperparah dengan besarnya impor pangan kita. Banyak ahli berpendapat bahwa keterpurukan yang dialami Indonesia saat ini semakin dalam oleh karena menurunnya rasa bangga pada tanah air kita, termasuk bidang pangan. Tulisan ini mengupas tentang fakta-fakta seputar kondisi pangan nasional, dan memberikan solusi berupa meningkatkan rasa nasionalisme pangan Indonesia dengan mencari bahanbahan lokalsebagai "ikon pergerakan". Sebagai persyaratan untuk menjadi ikon pergerakan nasionalisme, suatu makanan haruslah berupa bahan pangan yang secara tradisional telah ada di Indonesia, memenuhi persyaratan gizi yang baik dan dapat diusahakan secara komersial.Kata kunci: Ikon, ketahanan pangan, nasionalisme, dan potensi lokal
Prospek Sukun (Artocarpus communis) sebagai Pangan Sumber Karbohidrat dalam Mendukung Diversifikasi Konsumsi Pangan Widowati, Sri
JURNAL PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.268 KB) | DOI: 10.33964/jp.v18i4.220

Abstract

Pangan pokok masyarakat Indonesia masih bertumpu pada satu komoditas, yaitu beras. Budaya mengkonsumsi nasi penduduk negeri ini sangat tinggi, bahkan sebagian besar masyarakat merasa belum makan jika belum mengkonsumsi nasi. Permintaan beras yang terus meningkat akan menjadi beban dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, meskipun pada tahun 2008 kita kembali mengulang sukses yang pernah diraih tahun 1984 yaitu swasembada beras. Namun porsi konsumsi serealia dalam menu makan masyarakat Indonesia (62%) jauh melampaui porsi maksimum dalam pola pangan harapan (51%), oleh karena itu diperlukan penyeimbangan dengan mengganti sebagian sumber karbohidrat asal serealia (terutama beras) dengan bahan pangan sumber karbohidrat dari buah-buahan dan umbi-umbian. Sukun merupakan salah satu sumber karbohidrat yang potensial untuk dikembangkan. Produksi sukun di Indonesia terus meningkat dari 35.435 ton (tahun 2000) menjadi 92.014 ton (tahun 2007) dengan luas panen 13.359 ha. Sukun tergolong buah klimaterik, puncak klimaterik dicapai dalam waktu singkat karena proses respirasinya bertangsung cepat. Sukun yang telah mencapai ketuaan optimal, bila tidak segera dikonsumsi atau diproses lanjut akan menjadi lunak/busuk dalam waktu beberapa hari. Untuk mengantisipasi melimpahnya sukun saat panen raya dan memperpanjang umur simpannya, maka produk setengah jadi yang sesuai adalah diproses menjadi tepung. Tepung sukun mengandung sekitar 80% karbohidrat dan energi 302 kalori/100 gram. Buah sukun kaya akan vitamin dan mineral, oleh karena itu produk setengah jadi yang disarankan adalah tepung bukan pati. Bentuk tepung dipilih, karena sebagian besar komponen zat gizi masih bisa dipertahankan, awet, mudah diformulasi dan diolah menjadi anekaragam makanan.
Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui Diversifikasi Pangan1 Khudori, Khudori
JURNAL PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1604.036 KB) | DOI: 10.33964/jp.v18i4.216

Abstract

Politik pangan Indonesia tertuang dalam UU No 7 tahun 1996 tentang Pangan. Pencapaian politik pangan diukur lewat konsep ketahanan pangan. Konsep ini diadopsi dari FAO. Setelah lebih dari tiga dasawarsa konsep ini diadopsi oleh ratusan negara, temyata tidak mampu mengatasi masalah kelaparan. Konsep ketahanan pangan yangtidak mempersoalkan siapa yang memproduksi, dari mana produksi pangan, dan bagaimana pangan diproduksi kemudian jadi "kuda troya" kapitalisasi sistem pembangunan pangan dunia yang didesain oleh negara-negara Utara. Hasilnya, sistem pertanian negara-negara Selatan hancur. Kondisi ini melahirkan konsep tandingan: kedaulatan pangan. Berbeda dengan ketahanan pangan yang teknis, kedaulatan pangan adalah konsep politik.Ada perbedaan mendasar antara ketahanan pangan dengan kedaulatan pangan: model produksi pertanian industri vs agroekologis dan multikultur; pasar bebas vs proteksionis dan lokal; memakai instrumen WTO vs International Planning Committee for Food Sovereignty; memuja paten vs antipaten dan komunal; dan wacana economic rationalism vs green rationalism. Jadi, diversifikasi pangan hanya bagian kecil untuk menggapai kedaulatan pangan.Diversifikasi pangan dirintis sejak 1960-an, tetapi hasilnya belum memuaskan. Hal ini terjadi karena, kebijakan pangan bias beras, inkonsistensi kebijakan diversifikasi, pola konsumsi dan produksi/ketersediaan pangan tidak seimbang, inefisiensi sistemdistribusi dan liberalisasi pasar pangan. Dibandingkan negara-negara Asia, Indonesia memiliki daya dukung lahan cukup baik. Untuk memperkuat diversifikasi pangan harus dipastikan sumberdaya ada di bawah kontrol petani/komunitas untuk memproduksi anekapangan sesuai kondisi lokal, mendahulukan pangan yang bisa diproduksi sendiri daripada impor, mengolah pangan lokal menjadi tepung, mengubah kebijakan diversifikasi pangan yang tidak konsisten, merancang-ulang pasar pangan, dan menjaga konsistensi kebijakan.
Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Hayati untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan (Studi Kasus Kabupaten Aceh Selatan - NAD) Mustafril, Mustafril; Budindra, Setiawan; Purwanto MYJ, Purwanto MYJ; Prasetyo LB,, Prasetyo LB; Martianto D, Martianto D
JURNAL PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.298 KB) | DOI: 10.33964/jp.v18i4.221

Abstract

Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi penduduk di suatu daerah ditentukan oleh ketersediaan, kecukupan serta konsumsi pangan suatu daerah yang selanjutnya dibandingkan dengan potensi sumberdaya hayati, sarana dan prasarana produksi yang tersedia di daerah tersebut. Produksi bahan pangan optimum dan luas lahan yang optimum untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk diprediksi dengan pendekatan optimasi kebutuhan (demand) dan produksi (supply) sumberdaya hayati untuk pangan dan gizi. Proyeksi kebutuhan dan ketersediaan bahan pangan suatu daerah dapat dioptimasi menggunakan perangkat lunak OptifoodPlus. Ketersediaan energi pangan Kabupaten Aceh Selatan sampai tahun 2020 diproyeksikan jauh melebihi dari proyeksi kebutuhan energi pangan. Proyeksi ketersediaan energi pangan dari kelompok bahan pangan serealia jauh melebihi proyeksi kebutuhan energi pangan dari serealia, sedangkan rata-rata ketersediaan energi pangan dari serealia masih berada di atas rata-rata konsumsi serealia perkapita nasional sejak tahun 2005. Demikian juga proyeksi ketersediaan produksi padi sawah jauh melebihi proyeksi produksi optimum padi sawah dari tahun 2001-2020. Ketersediaan lahan padi sawah berdasarkan luas baku lahan sawah Kabupaten Aceh Selatan seluas 17.713,50 ha dan berdasarkan kesesuaian lahan untuk tanaman pangan lahan basah mencapai luas 39.971,78 ha yang terdiri dari 1.350,15 ha (cukup sesuai) dan 38.621,63 ha (sesuai marjinal), ternyata jauh melebihi proyeksi kebutuhan lahan optimum (luas panen) untuk memproduksi padi sawah sampai tahun 2020 yang hanya 9.785,27 ha. Berdasarkan hasil optimasi ketersediaan pangan dan kebutuhan pangan, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Aceh Selatan mempunyai potensi ketahanan pangan dan berpotensi sebagai daerah mandiri pangan.
Diversifikasi Pangan Berbasis Tepung: Belajar dari Pengelolaan Kebijakan Terigu Gafar, Sapuan
JURNAL PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1130.487 KB) | DOI: 10.33964/jp.v18i4.217

Abstract

Tulisan ini menjelaskan perkembangan kebijakan terigu selama kurang lebih 40 tahun dalam berbagai keadaan pasang surutnya ekonomi pangan kita. Dari berbagai kebijakan tersebut, diharapkan dapat dipetik pelajaran untuk merumuskan kebijakan diversifikasi pangan berbasis tepung nonberas dan nonterigu, terutama yang bersumber dari dalam negeri. Walaupun tujuan semula pengenalan terigu untuk mengurangi permintaan beras, tetapi impor gandum sebagai bahan baku terigu saat ini jumlahnya sudah cukup besar dan diperiukan devisa cukup banyak. Oleh karena itu, sudah saatnya ada upaya untuk mengerem laju pertumbuhan kenaikan impor gandum. Salah satu kebijakan yang perlu ditempuh adalah dengan menaikkan bea masuk impor gandum dan terigu pada tingkat yang merangsang berkembangnya bahan baku tepung dalam negeri baik dari gandum domestik maupun dari tanaman nongandum. Untuk menunjang kebijaksanaan tersebut perlu didukung oleh gerakan masyarakat pengembangan bahan baku tepung baik yang berasal dari biji-bijian dan umbi-umbian, maupun dari tanaman pohon-pohonan dan buah-buahan. Indonesia kaya akan sumber bahan baku tepung, maka dengan komitmen semua pihak, baik pemerintah, DPR maupun masyarakat diharapkan terwujud gerakan masyarakat pengembang bahan baku tepung nonterigu.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2009 2009


Filter By Issues
All Issue Vol. 32 No. 1 (2023): PANGAN Vol. 31 No. 3 (2022): PANGAN Vol. 31 No. 2 (2022): PANGAN Vol. 31 No. 1 (2022): PANGAN Vol. 30 No. 3 (2021): PANGAN Vol. 30 No. 2 (2021): PANGAN Vol. 30 No. 1 (2021): PANGAN Vol. 29 No. 3 (2020): PANGAN Vol. 29 No. 2 (2020): PANGAN Vol. 29 No. 1 (2020): PANGAN Vol 29, No 1 (2020): PANGAN Vol. 28 No. 3 (2019): PANGAN Vol 28, No 3 (2019): PANGAN Vol 28, No 2 (2019): PANGAN Vol. 28 No. 2 (2019): PANGAN Vol 28, No 1 (2019): PANGAN Vol. 28 No. 1 (2019): PANGAN Vol 28, No 1 (2019): PANGAN Vol 27, No 3 (2018): Vol 27, No 3 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 3 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 2 (2018): PANGAN Vol 27, No 2 (2018): PANGAN Vol 27, No 1 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 1 (2018): PANGAN Vol 26, No 3 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 3 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 2 (2017): PANGAN Vol 26, No 2 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 1 (2017): PANGAN Vol 26, No 1 (2017): PANGAN Vol. 25 No. 3 (2016): PANGAN Vol 25, No 3 (2016): PANGAN Vol 25, No 3 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 2 (2016): PANGAN Vol 25, No 2 (2016): PANGAN Vol 25, No 1 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 1 (2016): PANGAN Vol. 24 No. 3 (2015): PANGAN Vol 24, No 3 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 2 (2015): PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN Vol 24, No 1 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 1 (2015): PANGAN Vol. 23 No. 3 (2014): PANGAN Vol 23, No 3 (2014): PANGAN Vol 23, No 3 (2014): PANGAN Vol 23, No 2 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 2 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 1 (2014): PANGAN Vol 23, No 1 (2014): PANGAN Vol. 22 No. 4 (2013): PANGAN Vol 22, No 4 (2013): PANGAN Vol 22, No 3 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 3 (2013): PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 2 (2013): PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN Vol 22, No 1 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 1 (2013): PANGAN Vol. 21 No. 4 (2012): PANGAN Vol 21, No 4 (2012): PANGAN Vol 21, No 4 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN Vol 21, No 3 (2012): PANGAN Vol 21, No 2 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 2 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 1 (2012): PANGAN Vol 21, No 1 (2012): PANGAN Vol. 20 No. 4 (2011): PANGAN Vol 20, No 4 (2011): PANGAN Vol 20, No 3 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 3 (2011): PANGAN Vol 20, No 2 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 2 (2011): PANGAN Vol 20, No 1 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 1 (2011): PANGAN Vol. 19 No. 4 (2010): PANGAN Vol 19, No 4 (2010): PANGAN Vol 19, No 3 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 3 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 2 (2010): PANGAN Vol 19, No 2 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 1 (2010): PANGAN Vol 19, No 1 (2010): PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 4 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 3 (2009): PANGAN Vol 18, No 3 (2009): PANGAN Vol 18, No 2 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 2 (2009): PANGAN Vol 18, No 1 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 1 (2009): PANGAN Vol. 17 No. 3 (2008): PANGAN Vol 17, No 3 (2008): PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 1 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 1 (2008): PANGAN Vol 16, No 1 (2007): PANGAN Vol. 16 No. 1 (2007): PANGAN Vol. 15 No. 2 (2006): PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN Vol 15, No 1 (2006): PANGAN Vol. 15 No. 1 (2006): PANGAN More Issue