cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL PANGAN
ISSN : 08520607     EISSN : 25276239     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
PANGAN merupakan sebuah jurnal ilmiah yang dipublikasikan oleh Pusat Riset dan Perencanaan Strategis Perum BULOG, terbit secara berkala tiga kali dalam setahun pada bulan April, Agustus, dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN" : 8 Documents clear
Pengembangan Teknologi Pengendalian Serangga Hama Gudang Menggunakan Pestisida Alami Berbasis Nimba {Azadirachta indica. A.Juss) Development of Stored Product Pest Control Technology Using Biopesticide Based on Neem (Azadirachta indica. A. Juss) Sulaeman Yusuf; Khoirul Himmi Setiawan; Didi Tarmadi; Deni Zulfiana; Maya Ismayati; Atik Setyowati
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i3.153

Abstract

Selama dalam masa penyimpanan, komoditi hasil panen dapat mengalami kerusakan dan susut bobot (losses) yang disebabkan oleh serangan hama. Sitophilus oryzae adalah salah satu penyebab kerugian dan kerusakan terbesar karena memiliki kemampuan cepat berkembang biak akibat suplai makanan yang melimpah, mampu berpindah bersama-sama dengan komoditas hasil panen, serta mempunyai daya adaptasi pada kondisi kering. Pengendalian secara kimiawi tidak menjadi solusi, karena masih menggunakan bahan-bahan pestisida berbahaya seperti Carbamat, Piretroid, PH3 dan Metil Bromida,yang memiliki efek karsinogenik yang memicu kanker, akibat efek residual yang tertinggal dalam komoditas pangan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menawarkan teknologi pengendalian hama gudang penyimpanan hasil panen, menggunakan pestisida alami berbasis nimba, Azadirachta indica yang efektif, aman sekaligus ramah lingkungan. Hasil bioassay menunjukkan respon yang sangat baik, dimana mortalitas 100 persen S. orizae dicapai pada konsentrasi 10 ppm produk formulasi. Uji toksisitas akut oral dan dermal juga menunjukkan produk formulasi termasuk kategori bahan tidak berbahaya (WHO, 2003).During storage, stored product commodities could be damaged and lose weight caused by pest attack. Sitophilus oryzae is one of the most dangerous stored pests because of their fast reproductive abilities due to abundant supply of foods; their moving abilities with stored commodities; and their adaptability to extremely drying condition.Chemical treatments are not solving the problems because they still contain some toxical substances like carbamate, pyretroid, methyl boric, that would lead to residual contain remains on food commodity and possess carsinogenic effect Based on that background, this research proposes new stored product pest control technology using effective and environmentally friendly biopesticide based on neem (Azadirachta indica A. Juss). Bioassay results against S. oryzae show that 100 percent mortality is achieved at 10 ppm biopesticide formulation. Both acute oral and dermal toxicity tests also show that biopesticide formulation is classified as not harmful substances (WHO, 2003). 
Pendugaan Umur Simpan Produk Granula Ubi Kayu Menggunakan Model Isoterm Sorpsi Air (Shelflife Prediction of Cassava Granule using Moisture Sorption Isotherm Model) Sugiyono Sugiyono; Hoerip Satyagraha; Wiwiek Joelijani; Elvira Syamsir
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i3.167

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan umur simpan produk granula ubi kayu dengan menggunakan model isoterm sorpsi air dan pendekatan kadar air kritis. Kurva isoterm sorpsi produk granula ubi kayu berbentuk sigmoid. Uji ketepatan model persamaan kurva isoterm sorpsi menunjukkan bahwa model Henderson paling tepat menggambarkan kurva isoterm sorpsi granula ubi kayu. Granula ubi kayu memiliki kadar air awal 4,92 persen (bk) dan kadar air kritis 15,24 persen (bk). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa granula ubi kayu yang dikemas dalam LDPE, MDPE dan PP pada RH 95 persen mempunyai umur simpan masing-masing 256 hari (8.5 bulan), 427 hari (14 bulan), dan 693 hari (23 bulan).The objective of this research was to predict the shelf life of cassava granule using moisturesorption isotherm model based on critical moisture approach. The sorption isotherm curve of the product showed to be sigmoidal. The Herderson model was found to be the best-fit for the product The product had an initial moisture content of 4.92 percents (db) dan a critical moisture content of 15.2 4percents (db). Based on calculations, the shelf life of cassava granules packaged in LDPE, MDPE, PP and stored at relative humidity of 95 percents, had shelf lives of 256 days (8.5 months), 427 days (14 months), and 693 days (23 months) respectively 
Kapasitas Antioksidan Plasma dan Sel Darah Merah Responden di Kecamatan Dramaga, Bogor (Plasma and Erythrocyte Antioxidant Capacity ofthe Respondents in Dramaga County, Bogor) Fransiska Zakaria; Misran Misran; Waysima Waysima
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i3.169

Abstract

Masalah kekurangan vitamin Adi Indonesia masih belum terselesaikan walaupun telah diketahui semenjak 20 tahun yang lalu. Salah satu sumber vitamin A yang banyak terdapat di Indonesia adalah minyak sawit mentah (MSMn) atau crude palm oil {CPO) yang juga merupakan komoditi yang paling banyak diekspor dari Indonesia. Pada saat ini terdapat Program Sawit A yang mendistribusikan dan menyosialisasikan manfaat MSMn kepada 2500 orang di Kecamatan Dramaga, Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk memonitor dan mengevaluasi penerimaan responden sebagai konsumen MSMn dan menganalisis manfaat MSMn dalam meningkatkan kapasitas antioksidan plasma dan sel darah merah responden. Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini berjumlah 75 orang dari Desa Sukadamai, Babakan, dan Dramaga, Bogor, sedangkan yang diambil darah sebelum dan sesudah pengamatan berjumlah 13, 11, dan 11 perempuan usia produktif berturut-turut dari masing-masing desa. Penerimaan responden terhadap produk MSMn yang diberikan mencapai 97,4 persen dengan kategori suka. Hasil analisis kapasitas antioksidan responden menunjukkan peningkatan setelah konsumsi MSMn selama dua bulan jika dibandingkan sebelum konsumsi produk. Konsentrasi antioksidan plasma meningkat dari rata-rata 0,229±0,064 mM menjadi 0,308±0,032 mM (P=0,000). Kapasitas antioksidan sel darah merah juga meningkat dari rata-rata 35,16 persen menjadi 46,36 persen (P=0,000). Peningkatan kapasitas antioksidan plasma dan sel darah merah kemungkinan berasal dari komponen antioksidan pada produk yaitu karotenoid dan vitamin E dengan asumsi pola makan responden adalah tetap.VitaminAdeficiency is still a common problem in Indonesia although ithas been recoqnized since 20 years ago. Indonesia has been the largest crude palm oil (CPO) producer and exporter in the world. CPO is a local product and an excellent source of vitaminA. At present, there is a SawitAprogram, which is an activity to overcome vitaminA deficiency in Indonesia by using CPO. This program was conducted for two months in 10 villages in Dramaga County Bogor. During this program, 2500 respondents were given free CPO and were informed of its benefit. This research was carried out to partially monitor and evaluate the implementation of SawitA Program that focused on analyzing product acceptance in 75 respondents and total plasma and erythrocyte antioxidant capacity in 35 respondents. Product acceptance analysis was done by home-used test method in Sukadamai, Babakan and Dramaga villages. The results showed that CPO was accepted 97.4 percent by respondents with "like" category toward taste, odor, color, and over all attributes. The total plasma antioxidant capacity average increased significantly from 0,229±0,064 mM to 0,308±0,032 mM after interventions (P=0,000). The erythrocytes antioxidant capacity average increased significantly from 35,16 percent to 46,36 percent after two-month consumption of CPO (P=0,000). The increasing of this antioxidant capacity revealed the effect of antioxidant compounds in CPO, such as carotenoids and vitamin E. 
Manggulu, Pangan Lokal Berkalori Tinggi yang Kaya Serat Alami (Manggulu, Local Food with High Calorie and Rich Natural Fiber) Yunita Siti Mardhiyyah; Hanny Wijaya
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i3.173

Abstract

Diversifikasi pangan menjadi hal yang penting dalam mencapai ketahanan pangan. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah pemanfaatan pangan lokal. Manggulu merupakan sejenis dodol yang dibuat dari pisang kepok dan kacang tanah, suatu pangan khas dari Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pisang kepok {Musa paradisiaca L.) masak pohon dikeringkan sehingga berwarna kecoklatan, dikukus dan dihaluskan. Kacang tanah digoreng dan dihaluskan. Kedua bahan ini dicampur, kemudian dibentuk silinder dan dibungkus dengan daun pisang kering. Berdasarkan perhitungan kadar gizi bahan bakunya, manggulu dengan berat 30 g memiliki nilai kalori 147,6 kkal sehingga dapat dikategorikan sebagai pangan berkalori tinggi. Kandungan serat manggulu sebesar 2,2 g/30 g memenuhi aturan Codex alimentarius sebagai produk pangan yang baik untuk sumber serat dan dapat diarahkan sebagai pangan fungsional. Manggulu dibuat dari bahan alami dan dapat dikategorikan sebagai pangan alami atau natural food menurut Canadian Food Inspection. Manggulu juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai pangan darurat. Eksplorasi dan dokumentasi pangan lokal diharapkan melestarikan kearifan lokal dan menunjang upaya diversifikasi pangan.Food diversification becomes an important issue in order to achieve national food security. The utilization of potential local food should be one of the alternatives. Manggulu is a local food of Sumba, East NusaTenggara (NTT), a kind of intermediate moisture content food that is made from kapok plantain (Musa paradisiaca L.) and peanut The ripe plantain is steamed and mashed. The peanut is fried and crushed. Both of these ingredients are mixed together, and then the dough is formed into cylindrical shape and wrapped with dried banana leaves. Based on the calculated nutritive value of the raw materials, one piece of manggulu (30g in) has calorie about 147.6 kcal which can be categorized as high-calorie food. The fiber content of manggulu, which is 2.2 g/piece, is also fulfilled the Codex alimentarius regulation as a good source for dietary fiber and can be developed as a functional food. Manggulu can also be categorized as natural food according to Canadian Food Inspection Agency because it is made from 100 percent natural ingredients. Moreover, its product shows great potency to be utilized as an emergency food. The exploration and documentation oflocal food might both conserve the local wisdom and support the food diversification effort. 
Menuju Pembangunan Pangan Efisien dan Efektif: Ketahanan Pangan Berpandu Gizi Toward the Development ofEffective and Efficient Food: Nutrition-Guided Food Security Noer Soetrisno
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i3.175

Abstract

Indonesia dengan pendapatan perkapita di atas USD 3.000 saat ini masih menghadapi persoalan ketahanan pangan secara berulang, di balikketersediaan pangan rata-rata secara cukup dan stabil dalam waktu dua dasawarsa. Disisi lain rawan pangan terjadi secara lokal atau berulang dan kekurangan beras muncul dan tenggelam dari tahun ke tahun, sehingga mengundang debat tentang sebab musababnya. Usaha tani padi terus mengalami penurunan rangsangan berproduksi di mata petani kecil namun masalah ini belum mendapat tanggapan secara memadai. Tulisan ini mempersembahkan analisis non konvensional dengan menyoroti aspek gizi, kerawanan pendapatan rumah tangga dan ketidaktepatan perumusan kebijakan beras yang mengarah pada kebijakan tidak efektif dengan biaya yang mahal. Hal ini disebabkan karena kebijakan beras belum menyentuh persoalan dasar. Kebijakan pangan berpandu gizi akan membuka ruang bagi peningkatan pendapatan petani kecil, mendorong wirausaha tani pangan baru yang kompetitif, mengefisienkan ketersediaan pangan dan menekan biaya intervensi pemerintah. Dalam jangka sangat pendek alternatif kebijakan pemupukan stok pemerintah perlu dicoba dengan mengundang BUMN Input guna menaikan kapasitas koleksi di atas kemampuan normal BULOG dalam menangani pasaran surplus musiman petani kecil, yang dapat mengurangi spekulasi pasar.Indonesia today with thepercapita income above USD 3,000 is still facing repeating foodinsecurity problem, despite the fact that aggregate per capita calorie avalability has been stable at around 3000 kilo calory/capita peryear in nearly two decades. On the other hand food insecurity persists locally or periodicallyandrice shrotage happens onandofffor different years with inconcluded debate onthe prime causes. Ricefarming is considerably loosen itsincentives totheeye ofthefarmers without properly being addresed. This article explores a non conventional analysis by looking at the perspective of nutritional aspect, household income insecurities and inappropriate rice policy setting that leadto ineffective food policy and high costbecause the policy is not addresing the fundamental issues on the prime causes of food insecurity Nuritions ledfood policy strategy will open up the room for farmers' income improvement, promote competitive new rice farming entrepreneurs, efficient use of food supplies and reduce cost of government intervention on food. In a very short run, alternative government's stockpiling policy is needed, for instance by inviting Agro-inputs STE to top up the normal capacity of BULOG in handling the small farmers marketable surpluses and to lead to predictable market speculation. 
Analisis Persepsi, Perilaku Konsumsi dan Preferensi Terhadap Pangan Tradisional (Perception Analysis, Consumption Behavior, and Preference Toward Traditional Food) Eri Purnomohadi; Ujang Sumarwan; Asep Saefuddin; Eva Z Yusuf
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i3.190

Abstract

Tujuan penelitian adalah menganalisis persepsi konsumen terhadap berbagai jenis makanan ringan tradisional, pola konsumsi berbagai jenis makanan ringan tradisional, dan menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi preferensi terhadap makanan ringan tradisional. Dalam studi ini diuji model Preferensi Makanan yang dikembangkan Khan (1981) yang menyatakan preferensi makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor pribadi, pendidikan, biologi dan psikologi, budaya, religi dan regional, ekstriksik dan instrinsik. Sementara faktor pribadi dan pendidikan saling dipengaruhi oleh factor sosial ekonomi. Lokasi penelitian ini berada di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survey melalui penyebaran kuesioner kepada masyarakat (responden) yang berusia 16-60 tahun sebanyak 503 orang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara tatap muka. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah multistage random sampling. Analisis Persamaan Model Struktural atau Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap makanan ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor biologi dan psikologi (meliputi indikator usia, jenis kelamin, dan pengaruh psikologi), faktor instrinsik (meliputi rasa, aroma, SEM penampilan, dan kualitas makanan), faktor pribadi (meliputi indikator selera, emosi, dan kepribadian) memberikan pengaruh langsung yang signifikan terhadap preferensi konsumen dalam memilih dan mengonsumsi makanan ringan tradisional. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor sosialekonomi berpengaruh terhadap faktor pribadi secara signifikan sedangkan faktor pribadi berpengaruh terhadap preferensi konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi berpengaruh tidak langsung terhadap preferensi konsumen melalui faktor pribadi. Demikian pula dengan faktor ektrinsik yang memiliki hubungan dengan faktor biologi dan psikologi, serta faktor intrinsik. Sedangkanfaktor biologi dan psikologi,serta faktor intrinsik berpengaruh terhadap preferensi konsumen. Sehingga dapat dikatakan bahwa factor ektrinsik berpengaruh tidak langsung terhadap preferensi konsumen melalui faktor biologi dan psikologi serta faktor intrinsik.The objectives of the study were to analyze the perception, preference, and consumption patternon traditional snack foods and to determine factors influencing consumers'preference on traditional snack foods. The study tested a model of food preferences developed by Khan (1981) which stated that food preference was a function ofpersonal factors, economics, education, biology and psychology, extrinsic and intrinsic factors, cultural, regional andreligious factors. The data were randomly selected from the Greater Jakarta (Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok and Jakarta) in July 2011. The number of samples was 503 respondents. Structural Equation Model was employed to analyze factors influencing preferences toward traditional snack food. The results showed that personalfactors, biology andpsychology, andintrinsic factors had significant effects on consumer preferences toward traditional snack food. Socio economic factors had significant influence on personal factors which meant that socio economic factors had significant indirect effect onconsumerpreferences through their effect onpersonal factor. Similar finding wasalso found in the effect of extrinsic factor which had indirect effect on consumer preferences through their effect of intrinsic factor and biological/psychological factors. 
Aplikasi Herbisida di Kebun Tebu Lahan Kering (Herbiciding at Dry Land Sugarcane Plantation) Gatot Pramuhadi
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i3.310

Abstract

Aplikasi herbisida (herbiciding) di kebun tebu lahan kering dapat digunakan untuk mengantisipasi penurunan produktivitas tebu akibat serangan hama maupun persaingan tumbuh dengan gulma. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efektivitas dan efisiensi aplikasi herbisida dengan menggunakan knapsack sprayer (KS), knapsack power sprayer (KPS), dan boom sprayer (BS). Aplikasi herbisida dilakukan di areal kebun tebu lahan kering milik PT Laju Perdana Indah (LPI), Palembang pada bulan Maret 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan KPS lebih efektif dibanding KS karena gulma-gulma yang mati setelah herbiciding yang menggunakan KPS sebesar 77,0 persen, sedangkan yang menggunakan KS sebesar (53,6-59,5) persen. Kecepatan operasi aplikasi herbisida rata-rata dengan menggunakan KS, KPS, dan BS berturut-turut sebesar 0,56 m/detik, 0,59 m/detik, dan 2,00 m/ detik sehingga mempengaruhi besar kapasitas lapang efektif aplikasi herbisida berturut-turut sebesar (0,10-0,11) ha/jam, 0,20 ha/jam, dan 2,66 ha/jam. Besar debit aliran herbisida dengan menggunakan KS, KPS, dan BS berturut-turut sebesar (60,69-65,40) liter/jam, 85,30 liter/jam, dan 1206,00 liter/jam, sehingga menghasilkan throwputcapacity sebesar (588,64-617,01) liter/ha, 418,94 liter/ha, dan 453,87 liter/ha. Perbedaan hasil unjuk kerja ketiga jenis sprayer tersebut menghasilkan perbedaan efisiensi aplikasi herbisida. Dengan menggunakan KS dan KPS terjadi ketidakefisienan (inefficiency) sebesar (47,2-54,3) persen dan 4,7 persen, atau terdapat pemborosan aplikasi herbisida sebesar (188,64- 217,01) liter/ha dan 18,94 liter/ha. Penggunaan BS ternyata lebih efisien yaitu terdapat penghematan sebesar 146,13 liter/ha (24,4 persen).Herbiciding at dry land sugarcane plantation can be used to anticipate decreasing sugarcane productivity caused by pest attack or growing competition with weeds. The objective of the research was to determine herbiciding effectiveness and efficiency using knapsack sprayer (KS), knapsack power sprayer (KPS), and boom sprayer (BS). Herbiciding was conducted on dry land sugarcane area of Laju Perdana Indah (LPI) Company, Palembang in March 2012. The results showed that the use of KPS was more effective than KS because the killed weeds after herbiciding using KPS was 77.0 percent, whereas using KS was (53.6-59.5) percent Herbiciding operational speeds using KS, KPS, and BS were 0.56 m/s, 0.59 m/s, and 2.00 m/s in average respectively, so that they influenced effective field capacity herbiciding of (0.10-0.11) ha/h, 0.20 ha/h, and 2.66 ha/h respectively. Herbicide solution debits using KS, KPS, and BS were (60.69-65.40) litre/h, 85.30 litre/h, and 1206.00 litre/h, so that they produced capacities of (588.64-61.01) litre/ha, 418.94 litre/ha, and 453.87 litre/ha. Difference in performances of the three sprayers would produce differences in herbiciding efficiency. The use of KS and KPS would produce inefficiency of (47.2- 54.3) percent and 4.7 percent, or there was any herbicide solution prodigality or providence of (188.64- 217.01) litre/ha and 18.94 litre/ha. The use of BS was more efficient because it could save herbicide solution of 146.13 litre/ha (24.4 percent). 
Produksi Padi Optimum Rasional: Peluang dan Tantangan (Rationally Optimum Paddy Production : Chance and Challenge) Tajuddin Bantacut
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i3.312

Abstract

Pemerintah Indonesia berkeinginan meningkatkan produksi padi hingga surplus 10 juta ton pada tahun 2014. Secara akademik, target diatas harus dikaji dari perspektif yang lebih luas yaitu apakah Indonesia mampu memenuhi kebutuhan beras untuk pangan pokok penduduknya atau berapakah sesungguhnya produksi beras yang rasional yang dapat dihasilkan? Mengacu pada pola pikir sederhana mengikuti kaidah produksi adalah produktivitas digandakan dengan luas panen maka sebuah analisis dapat dibuat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tingkat produksi harus dinaikkan karena kebutuhan konsumsi masih meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan perbaikan kesejahteraan. Banyak pilihan tersedia untuk meningkatkan produksi pertanian yaitu memperluas penanaman, memperbaiki produktivitas dan mengurangi susut pasca panen. Masing-masing pilihan dihadapkan pada masalah dan tantangan. Paper ini membahas masing-masing pilihan yang diakhiri dengan pilihan rasional. Pada bagian akhir dikemukan rekomendasi untuk mencapai produksi rasional dan penguatan ketahanan pangan nasional.Government of Indonesia has targetted to increase rice production to 10 million ton surplus above the necessity to feed its population. According to this target, a wideranalysis wouldbe necessary to estimate a rationalpotency and optimum rice production. A simple way of thinking as the analysis framework is using the following formula: production equals to harvesting area times productivity. The targeted production that population rice consumption plus 10 million ton is used as the analysis base. Therefore, the variables are harvesting area and productivity In the long run, that surplus should be increased further to maintain self sufficiency given that consumption trend is still continuing. There are several scenarios that can be adopted to increase harvesting area, productivity and secure post harvest losses. This paper discusses the possibilityof each scenario and its opportunity and constraint. At the end, it presents a conclusion that is composed from available alternatives followed by a set of recommendation on how to strengthen the future food security. 

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2012 2012


Filter By Issues
All Issue Vol. 32 No. 1 (2023): PANGAN Vol. 31 No. 3 (2022): PANGAN Vol. 31 No. 2 (2022): PANGAN Vol. 31 No. 1 (2022): PANGAN Vol. 30 No. 3 (2021): PANGAN Vol. 30 No. 2 (2021): PANGAN Vol. 30 No. 1 (2021): PANGAN Vol. 29 No. 3 (2020): PANGAN Vol. 29 No. 2 (2020): PANGAN Vol. 29 No. 1 (2020): PANGAN Vol 29, No 1 (2020): PANGAN Vol. 28 No. 3 (2019): PANGAN Vol 28, No 3 (2019): PANGAN Vol 28, No 2 (2019): PANGAN Vol. 28 No. 2 (2019): PANGAN Vol 28, No 1 (2019): PANGAN Vol. 28 No. 1 (2019): PANGAN Vol 28, No 1 (2019): PANGAN Vol 27, No 3 (2018): Vol 27, No 3 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 3 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 2 (2018): PANGAN Vol 27, No 2 (2018): PANGAN Vol. 27 No. 1 (2018): PANGAN Vol 27, No 1 (2018): PANGAN Vol 26, No 3 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 3 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 2 (2017): PANGAN Vol 26, No 2 (2017): PANGAN Vol. 26 No. 1 (2017): PANGAN Vol 26, No 1 (2017): PANGAN Vol 25, No 3 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 3 (2016): PANGAN Vol 25, No 3 (2016): PANGAN Vol 25, No 2 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 2 (2016): PANGAN Vol 25, No 1 (2016): PANGAN Vol. 25 No. 1 (2016): PANGAN Vol 24, No 3 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 3 (2015): PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 2 (2015): PANGAN Vol 24, No 1 (2015): PANGAN Vol. 24 No. 1 (2015): PANGAN Vol 23, No 3 (2014): PANGAN Vol 23, No 3 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 3 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 2 (2014): PANGAN Vol 23, No 2 (2014): PANGAN Vol 23, No 1 (2014): PANGAN Vol. 23 No. 1 (2014): PANGAN Vol 22, No 4 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 4 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 3 (2013): PANGAN Vol 22, No 3 (2013): PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 2 (2013): PANGAN Vol 22, No 1 (2013): PANGAN Vol. 22 No. 1 (2013): PANGAN Vol. 21 No. 4 (2012): PANGAN Vol 21, No 4 (2012): PANGAN Vol 21, No 4 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 3 (2012): PANGAN Vol 21, No 3 (2012): PANGAN Vol 21, No 2 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 2 (2012): PANGAN Vol. 21 No. 1 (2012): PANGAN Vol 21, No 1 (2012): PANGAN Vol. 20 No. 4 (2011): PANGAN Vol 20, No 4 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 3 (2011): PANGAN Vol 20, No 3 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 2 (2011): PANGAN Vol 20, No 2 (2011): PANGAN Vol. 20 No. 1 (2011): PANGAN Vol 20, No 1 (2011): PANGAN Vol. 19 No. 4 (2010): PANGAN Vol 19, No 4 (2010): PANGAN Vol 19, No 3 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 3 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 2 (2010): PANGAN Vol 19, No 2 (2010): PANGAN Vol 19, No 1 (2010): PANGAN Vol. 19 No. 1 (2010): PANGAN Vol. 18 No. 4 (2009): PANGAN Vol 18, No 4 (2009): PANGAN Vol 18, No 3 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 3 (2009): PANGAN Vol 18, No 2 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 2 (2009): PANGAN Vol 18, No 1 (2009): PANGAN Vol. 18 No. 1 (2009): PANGAN Vol 17, No 3 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 3 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN Vol 17, No 1 (2008): PANGAN Vol. 17 No. 1 (2008): PANGAN Vol 16, No 1 (2007): PANGAN Vol. 16 No. 1 (2007): PANGAN Vol. 15 No. 2 (2006): PANGAN Vol 15, No 2 (2006): PANGAN Vol. 15 No. 1 (2006): PANGAN Vol 15, No 1 (2006): PANGAN More Issue