cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
ISM (Intisari Sains Medis) : Jurnal Kedokteran
Published by Universitas Udayana
ISSN : 25033638     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Intisari Sains Medis is published by Medical Scientific Community, Indonesia. Intisari Sains Medis is an international, multidisciplinary, peer-reviewed, open access journal accepts papers for publication in all aspects of Science Digest, Medical Research Development, Research Medical Field and Theory. We also publish cases from third world country, that is considered very rare and special cases.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)" : 15 Documents clear
GAMBARAN UMUR IBU, USIA KANDUNGAN, DAN TINGGI IBU TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH PUSKESMAS 1 GIANYAR BALI TAHUN 2015 Ahmad Syahir
Intisari Sains Medis Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.626 KB) | DOI: 10.15562/ism.v6i1.13

Abstract

Low weight Birth Infant (LWBI) is seen as a problem in UPT Kesmas Gianyar 1. In 2013 there are 39 cases of LWBI and 3 of them passed away.In 2014 there are 25 cases LBWI, 13 boys, 12 girls and 4 of them passed away.In 2015 there are 10 cases until February 2015. High prevalence of LBWI are cause by multifactor such as (age, early or late marriage, height, number of child and number of pregnancy), social economic, pregnancy factor (pregnancy aterm/preterm, infection of fetus and ANC) and intake of balance nutrition.This study is using case control method with cases group (<2500g) dan control group (>2500g). All sample are taken from March 2014 until April 2015 at UPT Kesmas Gianyar I. Total cases group are 26 samples and and total control group are 52 samples.Total sampling method for cases group and accidental sampling method are used for control group.Sample that are less than 20 years old and more than 35 years old have the probability 3.40 times or 77% for having LBWI compare to group of sample 20 until 35 years old. Pregnancy period less than 37 weeks have more probabilty 11.40 times or 91% for having LBWI compare to samples of pregnancy more than 37 weeks. Height of sample less than 145 cm have more probabilty 1.55 times having LBWI or 60% chance for having LBWI compare to samples height more than 145cm.
HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 2014 I Wayan Arimbawa; Komang Ayu Trisna Dewi; Zakwan bin Ahmad
Intisari Sains Medis Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.548 KB) | DOI: 10.15562/ism.v6i1.14

Abstract

Pendahuluan: Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Survei morbiditas oleh Depkes Indonesia terlihat kecenderungan insiden diare meningkat dari tahun 2000 sebesar 301/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Dilihat dari kelompok umur, prevalensi tertinggi terjadi pada kelompok balita sebesar 16.7%. Di Bali, angka insidens diare tercatat sebesar 5.0%. Penyakit diare masih menjadi salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak di puskesmas di Bali. Dari laporan tahunan Puskesmas Sukawati I, Gianyar tercatat pada tahun 2012 sebanyak 48,62% kasus diare terjadi di Desa Sukawati Gianyar dan tahun 2013 tercatat sebanyak 54.64% kasus diare terjadi di sana. Faktor lingkungan, perilaku, pengetahuan, dan sosioekonomi berkaitan erat dengan peningkatan transmisi diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor perilaku dan lingkungan terhadap kejadian diare pada balita.Metode penelitian: Penelitian menggunakan rancangan analisis multivariat cross-sectional dengan populasi terjangkau adalah seluruh kepala keluarga yang memiliki balita dan berdomisili di Desa Sukawati, Gianyar. Sampel penelitian dipilih menggunakan metode stratifiedrandom sampling dan besar sampel adalah 70 orang. Ibu balita dari setiap kepala keluarga yang terpilih ditetapkan sebagai responden. Penelitian menggunakan kuesioner terstruktur dan pengamatan langsung lingkungan rumah. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi-square, dan multivariat dengan uji regresi logistik.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dan berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian diare balita adalah perilaku kebiasaan memasak air minum (p=0.018). Faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian diare balita antara lain: kebiasaan mencuci tangan (p=0.606), makpakang (p=1.00), penggunaan filtrasi air tradisional (0.223), kepemilikan jamban keluarga (0.149), akses sumber air (0.236), dan tempat pembuangan sampah (0.303).Simpulan: Perilaku kebiasaan memasak air minum berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Sukawati, Gianyar. Kebiasaan memasak air minum merupakan faktor paling berpengaruh secara signifikan.
PREVALENSI KONSUMSI ROKOK PRIA USIA 18 - 64 TAHUN DENGAN HIPERTENSI DI DESA SUSUT, KABUPATEN BANGLI BALI TAHUN 2014 Bianca Jeanne
Intisari Sains Medis Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.663 KB) | DOI: 10.15562/ism.v6i1.15

Abstract

Hypertension is a classic problem that contributes to increased morbidity and mortality due to its complications. A good management of hypertension can reduce the risk of stroke, coronary heart disease, congestive heart failure, and death significantly. Factors that influence the occurrence of hypertension were divided into two major group; unmodifying factors such as sex, age, and genetic factors, and modifying factors such as diet, exercise habits and others. Hypertension happened due to the combination of these risk factors together, in other words, one risk factor alone is not sufficient to cause hypertension. Smoking has long been associated with high numbers of morbidity and mortality in cardiovascular disease. It works together with hypertension and dyslipidemia to increase the incidence of myocardial infarct. A descriptive cross-sectional study conducted on 89 people in the Susut village of Bangli, which is selected with non-probability sampling methods (convenience sampling). Each sample was measured to obtain the data of blood pressure. Interviews were conducted to obtain data about the characteristics of respondents and pattern of cigarette consumption in men with hypertension in Susut village, Bangli Regency. Data were analyzed descriptively. Results of the data analysis shows that the overall sample have hypertension that is a number of 33 people (37%) and the remaining 56 people (63%) did not have hypertension.And for the pattern of cigarrete consumption in hypertensive men aged 18-24 years in Susut village, Bangli obtained tend to be current smokers (48.4%). The severity of cigarrete consumption tend to be light smokers (88.8%). All types of cigarettes consumed is filter type (100%) and for years of cessation in ex-smokers tend to be less than 10 years (80%). 
GAMBARAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI PADA SISWA SD KELAS SATU DENGAN KARIES GIGI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RENDANG KARANGASEM BALI OKTOBER 2014 I Dewa Gede Bracika Damma Prasada
Intisari Sains Medis Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.488 KB) | DOI: 10.15562/ism.v6i1.16

Abstract

The prevalence of dental caries in those with age more than 12 years old in Indonesia reaches 46, 5%. From the prevalence we could see that the majority of students in Indonesia have dental caries. According to RISKESDAS 2007 data, it is said that 91, 1% of Indonesian citizen with age more than 10 years old does brush their teeth every day, but only 7, 3% of them that brush their teeth 2 times a day at the right time which is in the morning after breakfast and at night before bedtime. At Rendang Public Health, dental caries is one of the top 10 diseases of the year 2013. Because of that, this study is done to know the description of tooth brushing habit towards incidence of dental caries because tooth brushing is an important habit for dental caries prevention.
MENGENALI GEJALA TINITUS DAN PENATALAKSANAANNYA Dewi Purwita Agustini
Intisari Sains Medis Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.868 KB) | DOI: 10.15562/ism.v6i1.17

Abstract

Telinga berdenging atau dikenal dalam bahasa medis sebagai tinitus, banyak dikeluhkan sebagai suatu bising atau bunyi yang muncul di kepala tanpa adanya rangsangan dari luar. Adapun keluhan yang dialami ini seperti bunyi mendengung, mendesis, menderu, atau berbagai variasi bunyi yang lain. Tinitus bukanlah penyakit atau sindroma, tapi hanya merupakan gejala yang mungkin berasal dari satu atau sejumlah kelainan.Sebetulnya suara yang terdengar oleh telinga tersebut belum tentu bersifat kelainan atau patologis. Jika orang sehat yang terbukti telinganya normal, berada dalam ruang kedap (anehoic chamber), maka ia akan dapat mendengar berbagai macam suara yang berasal dari berbagai organ tubuhnya sendiri yang memang bekerja setiap saat, contohnya: pernapasan, kontraksi jantung, dan aliran darah. Kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari, suasana yang memungkinkan suara fisiologis atau normal tersebut terdengar oleh seseorang sangat jarang tercipta dan bahkan dalam kamar yang sunyi di malam hari sekalipun. Hal ini dikarenakan, bunyi masking dari lingkungan dengan berintensitas bunyi sekitar 25 – 30 dB. Tinitus baru menjadi gejala jika suara organ tubuh intensitasnya melebihi bunyi masking lingkungan tadi.Tinitus kerap diderita terutama orang pada kelompok usia pertengahan dan usia tua. Menurut data statistic dari pusat kesehatan di Amerika, sekitar 32% orang dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu saat tertentu dalam hidupnya, dan 6 % nya sangat menganggu dan cukup sulit disembuhkan. Di Inggris, 17% populasi juga memiliki masalah tinitus. Sayangnya di Indonesia belum ada data statistic yang memadai, namun berdasarkan pengalaman empiris, penderita tinitus cukup banyak dan sering ditemui di tempat praktek, klinik, maupun rumah sakit. Meski tinitus bukanlah keadaan yang membahayakan, munculnya gejala ini pada hampir kebanyakan orang sangat mengganggu dan sering mempengaruhi kualitas hidup dan pekerjaannya.
TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI TERHADAP EDUKASI PENATALAKSANAAN HIPERTENSI OLEH PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS ABANG I, KABUPATEN KARANGASEM BALI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2013 Felix Harianto
Intisari Sains Medis Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.482 KB) | DOI: 10.15562/ism.v6i1.18

Abstract

Hypertension is a disease which needs a life time management so that hypertensive patients’ blood pressure can be controlled. As a result, hypertensive patients’ compliance towards hypertensive management advice given to them becomes a crucial thing. A study by Kenny and Karisma in 2013 about hypertensive patients compliance in taking antihypertensive drugs in Denpasar shows only 29% of all samples has a good compliance. This study aims to make an overview of hypertensive patients’ compliance towards medical advice given by medical staff in Abang I health centre, Karangasem district, of January 2013 to December 2013. This is a quantitative descriptive study with a cross sectional approach with 79 samples. The samples are hypertensive patients in Abang I health centre’s working area of January 2013 to December 2013. Data is obtained by a structured interview with questionnaires help. The result of this study shows there are patients that don’t adhere towards medical advice about salt consumption (29,1%), alcohol consumption (10,1%), smoking (21,5%), physical activity (60,8%), medical check-up (32,9%), and pharmacological medication consumption (34,2%). 
PREVALENSI HIPERTENSI PADA MASYARAKAT USIA 18-59 TAHUN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS TAMPAKSIRING I KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 2013 Gusti Agung Bagus Viki Dwipayana
Intisari Sains Medis Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.482 KB) | DOI: 10.15562/ism.v6i1.19

Abstract

Background: Hypertension is a cardiovascular disorder that is estimated to cause approximately 13% of total deaths worldwide. The disorder is associated with a variety of risk factors, i.e risk factors that can not be modified as well as the risk factors that can be modified. From the reports of Puskesmas Tampaksiring I in 2012, hypertension was in top ten disease and the prevalence is increasing every year. At the beginning of the survey, 30 respondents were selected randomly, and found the prevalence of hypertension is quite high at 40%, compared to the prevalence in the Gianyar regency of 28.2%. Based on this, the authors conducted a study to determine the prevalence and risk factors distribution of hypertension on community aged 18-59 years in the working area of UPT Puskesmas Tampaksiring I.Methods: The study was conducted in the working area of Puskesmas Tampaksiring I, District of Tampaksiring, Gianyar, in November 2013. This study is a cross-sectional descriptive study with a total sample of 92 respondents who are the people in the working area UPT Puskesmas Tampaksiring I was 18-59 years. Data were obtained through a questionnaire which consisted of a number of questions as well as height and weight measurements were conducted by researcher.Results and Suggestions: The results showed that the prevalence of hypertension in the population aged 18-59 years in Puskesmas Tampaksiring I of 41.3% (CI 31.79 to 51.51). Hypertension more experienced by males (47.8%), age group 54-59 years old (65.6%), had a family history of hypertension (55.6%), never smoked (55.6%), the group that never consume alcohol (42.9%), coffee consumption (47.4%), a group that has a high stress level (100%), the group with mild physical activity (44.2%), and the obese group (64.9 %). Given the high prevalence of hypertension in the community, it is necessary to take measures a more effective counseling and other health promotion to increase public knowledge about hypertension and risk factors.Keywords: hypertension, risk factors, age, gender, genetics, smoking, physical activity, obesity, stress, coffee, alcohol
INDIKASI DAN KETERAMPILAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Kaliammah Ganthikumar
Intisari Sains Medis Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.756 KB) | DOI: 10.15562/ism.v6i1.20

Abstract

Cardiopulmonary resuscitation (CPR) is a livesaving technique which is very useful in many emergencies, such as heart attack or near drowning, in which someone’s breathing or heartbeat has stopped.The American Heart Association recommends that everyone - doesn’t have experience or medical personnel can start CPR with chest compression. Chest compression can help to save someone’s life eventhough you doesn’t have knowledge. Its better then doing nothing. CPR can delivery enough oxygen to brain and vital organ till definitive medication is given to restore normal heart rthym. The supply of oxygen to brain is distupted for eight to te minutes can cause death.CPR for a cardiac arrest I starting from circulation then breathing then airway( C-B-A)
SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG BALI TAHUN 2015 Kaviraj Mohan
Intisari Sains Medis Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.763 KB) | DOI: 10.15562/ism.v6i1.21

Abstract

Pendahuluan:Kasus rabies pada manusia di seluruh dunia dilaporkan lebih dari 55.000 kasus setiap tahun. Bali dilaporkan tertular rabies sejak Desember 2008. Pemerintah Bali telah melakukan langkah-langkah dalam menanggulangi penyebaran penyakit rabies. 1-4Seluruh kabupaten di Bali dinyatakan terdapat penyebaran penyakit rabies, salah satunya di Kabupaten Klungkung. Berdasarkan data Program Pencegahan Rabies Puskesmas Banjarangkan II, terdapat 454 kasus gigitan pada tahun 2011 dan 459 kasus gigitan baru tahun 2014. Sedangkan dari bulan Januari hingga Agustus 2015 telah terdapat 183 kasus gigitan baru dengan satu mortalitas dari, Dusun Takmung Kangin, Desa Takmung pada bulan Juni 2015 di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II. Metode penelitian:Penelitian penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik masyarakat, yaitu umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap terhadap partisipasinya dalam program pencegahan penyakit rabies di Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan tahun 2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu peneliti melakukan pengukuran variabel pada satu saat.Penelitian ini dilakukan di Desa Takmung yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II, Kecamatan Banjarangkan. Pemilihan Desa Takmung dari enam desa wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II, yaitu dengan pertimbangan terdapat satu mortalitas di Dusun Takmung Kangin, Desa Takmung akibat penyakit rabies. Pelaksanaan penelitian dimulai pada hari Selasa, 6 Oktober sampaiMinggu, 11 Oktober 2015.Setelah dilakukan koreksi sampel maka didapatkan sampel minimal berjumlah 90 sampel.Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan menggunakan software statistik SPSS windows versi 16.0 untuk analisis univariat.Hasil:Hasil penelitian didapatkan, bahwa sebanyak 5,6% responden penelitian ini berada dalam kelompok usia 17 – 23 tahun, 48,9% usia 24 – 49 tahun, dan 45,6% berusia ≥ 50 tahun. Usia termuda responden pada dalam penelitian ini adalah 20 tahun dan usia tertua adalah 72 tahun, dengan rata-rata usia responden adalah 46,27 tahun. Seluruh responden pada penelitian ini berjenis kelamin laki-laki (100%), yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian berupa kepala keluarga. Berdasarkan data pendidikan yang ada, sebanyak 13,3% tidak sekolah/tidak tamat SD, 22,2% tamat SD, 22,2% tamat SLTP, 27,8% tamat SMA, dan 14,4% tamat D3/Sarjana. Simpulan: Tabulasi silang antara usia dengan tingkat pengetahuan didapatkan hasil, bahwa seluruh usia dewasa muda (17-23 tahun) memiliki tingkat pengetahuan baik, sedangkan usia dewasa tua (24-49 tahun) 58,8% berpengetahuan baik, 40,9% berpengetahuan sedang, dan 2,3% berpengetahuan buruk. Pada usia lansia (≥ 50) terdapat 31,7% berpengetahuan baik, 48,8% berpengetahuan sedang, dan 19,5% berpengetahuan buruk. Tabulasi silang antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan, didapatkan hasil tingkat pengetahuan baik didominasi dari tingkat pendidikan tamat SMA (37,2%).. Berdasarkan data partisipasi, 64,1% keluarga yang memiliki anjing masuk dalam kategori baik, sedangkan 3,3% masuk dalam kategori sedang, dan 2,6% kategori partisipasi buruk. Pada keluarga yang tidak memiliki anjing, 91,6% masuk dalam kategori partispasi baik, 8,3% masuk dalam kategori sedang. 
PENGETAHUAN MENGENAI INSULIN DAN KETERAMPILAN PASIEN DALAM TERAPI Komala Appalanaidu
Intisari Sains Medis Vol. 6 No. 1 (2016): (Available online: 1 August 2016)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.868 KB) | DOI: 10.15562/ism.v6i1.22

Abstract

Insulin adalah hormon peptida, yang diproduksi oleh sel beta pankreas, dan merupakan pusat metabolisme karbohidrat dan lemak dalam tubuh kita. Sebagian besar pasien diabetes bisa mengontrol kadar glukosa mereka selama bertahun-tahun dengan diet yang baik dan latihan rutin ditambah satu, dua atau bahkan tiga jenis obat. Namun, ada banyak obat ini tidak efektif atau tidak lagi aman bagi pasien, misalnya resiko penyakit ginjal dan penyakit hati. Pasien dengan komplikasi Diabetes seperti ketoasidosis atau hiperglikemia parah (gula darah > 500 mg / dL) merupakan indikasi untuk terapi insulin. Pasien dengan adanya infeksi serius seperti pneumonia dan pasien dengan penyakit bersamaan seperti serangan jantung harus mulai terapi insulin segera. Selain itu, pasien selama atau setelah operasi dan selama kehamilan harus mulai terapi insulin. Jika beban glikemik yang ideal yang gagal dicapai dengan dua atau tiga obat oral, pasien harus mulai terapi insulin. Tingkat A1C lebih dari 10 % atau 7,5 % dengan glukosa darah puasa lebih dari 250 mg / dL juga merupakan indikasi untuk menggunakan insulin.Sebagai akibatnya, insulin digunakan secara medis untuk mengobati beberapa bentuk diabetes mellitus. Pasien dengan diabetes tipe 1 bergantung pada insulin eksternal (paling sering disuntikkan subkutan) untuk kelangsungan hidup mereka karena hormon yang tidak lagi diproduksi secara internal. Pasien dengan diabetes tipe 2 sering resisten insulin dan, karena perlawanan tersebut, mungkin menderita kekurangan insulin "relatif". Beberapa pasien dengan diabetes tipe 2 mungkin akhirnya membutuhkan insulin jika obat lain gagal untuk mengontrol kadar glukosa darah secara memadai.Ada hubungan antara pengetahuan pada insulin dan keterampilan pasien dalam terapi insulin. Hal ini penting bagi pasien untuk mengetahui lebih banyak tentang penyakit mereka dan pengobatan untuk menghindari komplikasi dan juga risiko penyakit.

Page 1 of 2 | Total Record : 15