cover
Contact Name
Vincent Wenno
Contact Email
vincentkalvin@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.kenosis@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi
ISSN : 24606901     EISSN : 26564483     DOI : -
Jurnal Kenosis bertujuan untuk memajukan aktifitas dan kreatifitas karya tulis ilmiah melalui media penelitian dan pemikiran kritis analitis di bidang kajian Teologi serta ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Teologi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial Keagamaan Institut Agama Kristen Negeri Ambon.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI" : 6 Documents clear
AGAMA DAN RELIGIOSITASNYA, SUATU RENUNGAN BAGI PARA PENGANUT AGAMA FIONA ANGGRAINI TOISUTA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 2 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v2i2.40

Abstract

Mencermati berbagai gejolak peristiwa politik yang menggunakan agama sebagai alat tunggangan akhir-akhir ini tentunya membuat setiap kita bertanta-tanya; apakah agama kita cukup baik dan agama yang lain tak cukup baik? Pertanyaan ini tentunya hanya akan mengaburkan mata nurani kita dalam memadang yang lain, bahkan mungkin akan memperparah penyakit ekslusivisme dan sentime beragama yang sudah sejak alam membatin dalam agama ajaran. Para pengikut agama butuh dicerahkan agar tidak ditunggangi oleh kepentingan apapun. Pencerahan pikir yang paling mendasar ialah bagaimana merenungkan agama dan religiositas yang tidak boleh dipisahkan oleh para pengikutnya. Demikianlah tulisan ini dibuat sebagai renungan sederhana tentang pentingnya religiositas dalam beragama.
SASI ADAT Kajian terhadap Pelaksanaan Sasi Adat dan Implikasinya ROBERT SOUHALY
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 2 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v2i2.41

Abstract

Setiap orang bagaimanapun hidupnya ia akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri.  Kebiasaan tersebut menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur baginya.  Kebiasaan-kebiasaan yang baik akan selalu dilakukan pula oleh orang lain yang semasyarakat.  Bahkan lebih jauh lagi, begitu mendalamnya pengakuan atas kebiasaan seseorang, sehingga dijadikan patokan bagi orang lain bahkan mungkin dijadikan peraturan.  Kebiasaan tersebut kemudian dijadikan dasar bagi hubungan antar orang-orang tertentu, sehingga tingkah laku atau tindakan masing-masing dapat diatur dan itu semua menimbulkan norma atau kaidah.  Kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai dengan kebutuhannya pada suatu saat, lazimnya dinamakan adat-istiadat.   Adat-istiadat yang mempunyai akibat hukum bernama hukum adat, namun  adat-istiadat juga mempunyai akibat-akibatnya apabila dilanggar oleh anggota masyarakat dimana adat-istiadat tersebut berlaku.  Adat istiadat tersebut mengikat setiap orang yang ada di dalam masyarakat untuk bersikap atau bertindak.  Salah satu adat istiadat yang mengikat itu adalah sasi adat yang sementara ini dilakukan oleh masyarakat negeri Rumahsoal kecamatan Taniwel, kabupaten Seram Bagian Barat.  Ada nilai-nilai kearifan lokal dari sasi adat ini yang mesti dijadikan sebagai nilai-nilai pendidikan untuk mengatur kehidupan masyarakat agar tetap memelihara dan menjaga kelangsungan hidup alam ciptaan ini termasuk manusia. Pelaksanaan sasi adat di negeri Rumahsoal dapat berfungsi untuk menjaga kelestarian alam dan juga untuk tetap menjaga agar hasil tanaman dapat terjaga dengan baik hingga pada saat panen, dan juga menjaga hasil tanaman dari ulah manusia yang  tidak bertanggungjawab. Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan sasi adat ini dapat dilakukan secara terus menerus di dalam kehidupan bermasyarakat sebagai wujud penghargaan manusia terhadap alam ciptaan Tuhan tetapi juga mengajarkan manusia untuk selalu bertindak sesuai dengan  tugas dan tanggungjawab yang telah dipercayakan olah Allah kepadanya. 
INJIL BAGI SEGALA MAKHLUK Injil Menurut Kejadian 7:9-17 Dan Implikasinya Bagi Tanggung Jawab Manusia Terhadap Ciptaan Lain HERLINA RATU KENYA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 2 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v2i2.36

Abstract

Sejatinya Injil adalah kabar baik bagi segala makhluk berdasarkan kesaksian Alkitab (PL dan PB). Salah satu kisah dalam PL yang menarik perhatian saya adalah tentang Nuh dan keluarganya beserta makhluk lainnya yang Allah selamatkan dari bahaya hukuman air bah karena orientasi hidup manusia pada masa itu bertentangan dengan maksud Allah. Dalam kisah ini, Injil Nampak dalam dua kata yaitu come to terms dan never again. Keduanya merupakan tindakan Allah dalam menanggapi disoriented hidup manusia yang berdampak terhadap rusaknya kehidupan segala makhluk. Tindakan Allah ini kemudian direspon oleh Nuh dengan janji ketaatan yang disimbolkan oleh persembahan. Ketaatan Nuh dalam menjalankan delegasi Allah (Kej 8 : 17; 9 : 1-7) ibarat mawar cinta untuk segala makhluk karena mengandung dimensi penyelamatan universal. Namun dalam sejarah selanjutnya Nuh dan keturunannya kembali salahjalan.Di tengah arus salah jalan manusia - yang sudah tentu memiliki daya rusak yang sangat hebat dalam PB kita berjumpa dengan Allah yang tetap setia berpegang pada prinsip come to terms dan never again. Allah menjadi manusia yaitu Yesus Kristus yang mengampuni dan menyelamatkan dengan menunjukkan jalan sebagai arah hidup yang benar bagi manusia lewat keseluruhan hidup-Nya. Dua hal dari banyak arah benar yang Yesus berikan bagi kita adalah makan secukupnya dan memiliki secara terbatas sebagai prinsip hidup sederhana yang berdimensi penyelamatan universal.Di era modern sekarang, kita diperhadapkan dengan realitas pola dan arah hidup manusia yang digerakkan oleh materialisme, konsumerisme dan hedonism makin hari makin memprihatinkan. Serba mudah, serba cepat, asal ada uang semua bisa dengan gampang diraih dengan kemajuan iptek, merupakan bahaya besar yang mendatangkan kehancuran bagi kehidupan semua makhluk bila manusia tidak sejalan dengan Yesus Kristus, sebab untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia menggerus kekayaan alam tanpa henti. Pola hidup Yesus merupakan kompas moral bagi manusia dan bila itu dipergunakan maka kabar baik menjadi milik segala makhluk.
ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis IBELALA GEA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 2 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v2i2.37

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan apa motif dan tujuan teologis mengapa Allah menjadi manusia, dan bagaimana cara rasul Yohanes menjelaskan secara kontekstual, hingga dapat difahami oleh para pembaca dan pendengar, khususnya sebagaimana yang dijumpai pada prolog Injil Yohanes 1:1-18. Hasil penelitian adalah bahwa rasul Yohanes menggunakan istilah “Logos” untuk menjelaskan bagaimana prosesnya Allah menjadi manusia atau Firman yang menjadi daging; dengan tetap mengakar pada  pemahaman Yudaisme dimana oleh Hokmah-Yahwe yakni melalui “Dabar Yahwe” telah menciptakan alam semesta (kejadian 1:1). Yohanes memahami sebagaimana Allah oleh Firman-Nya telah menciptakan langit dan bumi dalam konsepsi dan pola pikir Yudaisme. Sebab itu Yohanes memperkenalkan ke-Illahi-an Yesus yang se-zat dan setara dengan Allah, sebagaimana Allah sama dengan Firman-Nya. Untuk menjelaskan hal itu, Yohanes memberitakan eksistensi Yesus Kristus sejak pra-eksistensi yakni sebelum kemenjadian Yesus Kristus menjadi daging, yakni pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, Yohanes 1:1 (In the begining was the Word, and the Word was God). Kemenjadian Allah menjadi manusia adalah tindakan resposisi diri Allah untuk berkomunikasi dengan manusia berdosa dan bersifat final, setelah berulang kali Dia berfirman kepada manusia (Ibrani 1:1-3). Sebab itu Yesus Kristus adalah sebagai kepenuhan Allah atau Pleromai (Yohanes 1:16; Kolose 1:19). Maka berdasarkan fungsi dan eksistensi Yesus Kristus sebagai finalisasi kepenuhan Allah, maka Yesus Kristus menjadi sumber kasih karunia, sehingga hanya dalam Dia, kasih karunia Allah dapat diterima, bukan yang lain (Yohanes 14:6).
MENCARI NILAI-NILAI TEOLOGIS DI BALIK LAGU “WE ARE THE WORLD” Suatu Kajian Teologi dan Budaya Populer JELFY LORDY HURSEPUNY
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 2 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v2i2.38

Abstract

Gereja-gereja di Indonesia pada umumnya memiliki lagu-lagu baku dalam peribadatan mereka. Dengan adanya lagu-lagu baku tersebut maka sering lagu-lagu di luar lagu-lagu tersebut tidak mendapat tempat sama sekali. Padahal banyak lagu-lagu baku tersebut yang teologinyaperlu dikaji ulang. Penulis mengkaji salah satu lagu opular “We Are The World”, dengan menggunakan pendekatan Revised Correlational yang ditawarkan Tracy dan Browning. Ternyata lagu-lagu ini justru menawarkan seruan solidaritas dan pembebasan yang konon merupakan tugas gereja sepanjang masa. Gereja kemudian dapat bersifat lebih terbuka terhadap lagu-lagu budaya opular yang sevisi dengan perjuangan gereja.
RELEVANSI SIKAP PLURALIS YESUS DALAM INJIL LUKAS MARLEN TINEKE ALAKAMAN
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 2 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v2i2.39

Abstract

Dalam konteks keberagaman, tetap saja ada sikap yang bertentangan dengan kenyataan itu.Keragaman masyarakat Indonesia dan Maluku khususnya terdiri dari berbagai agama, etnis dan ras juga menunjukkan terdapatnya persoalan keberagaman itu. Sikap eksklusif, konflik dan pertikaian yang menggunakan “baju agama”, merebaknya aksi-aksi teroris, pengrusakan dan pembakaran sarana dan tempat ibadah, sikap saling curiga antar umat beragama (Islam dan Kristen) cukup membuktikan bahwa sikap pluralis yang diharapkan menjadi pilihan dalam konteks bermasyarakat di Indonesia dan Maluku khususnya masih jauh dari apa yang diharapkan. Belajar dari tokoh Yesus yang juga hidup dalam konteks kemajemukan, seorang Yahudi asli tetapi diri-Nya senantiasa dilukiskan sebagai yang berada didalam suasana konflik dengan para pemuka agama Yahudi.Praktek hidup Yesus sebagaimana yang dipotretkan oleh Kitab Lukas menjadi hal yang menarik dalam konteks keberagaman di Indonesia dan Maluku.Menurut  Lukas, sikap pluralis yang ditunjukkan Yesus yakni Yesus berpihak pada orang-orang miskin, Yesus sahabat kaum perempuan, Yesus sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Konkritnya yang membedakan kitab Lukas dengan Kitab Injil lainnya ialah cerita mengasihi musuh dan orang Samaria yang murah hati yang bagi penulis, Yesus mengajarkan suatu pola sikap baru, pola sikap yang pluralis yang bertindak tanpa pandang bulu, sampai pada musuh sekalipun. 

Page 1 of 1 | Total Record : 6