cover
Contact Name
Studi Budaya Nusantara
Contact Email
jsbn@ub.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jsbn@ub.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Studi Budaya Nusantara
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : -     EISSN : 26211068     DOI : -
Jurnal Studi Budaya Nusantara (SBN) adalah media komunikasi ilmiah yang diterbitkan oleh Jurusan Seni dan Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya Malang. Jurnal ini dimaksudkan untuk mewadahi hasil penelitian dan kajian ilmiah di bidang seni dan budaya Nusantara sebagai bentuk sumbangan masyarakat ilmiah bagi pengembangan wawasan seni dan budaya dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. Terbit 2 kali setahun (Juni dan Desember).
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2019)" : 6 Documents clear
FENOMENA DAN KONTROVERSI HAK CIPTA KASUS PENCURIAN KESENIAN REOG PONOROGO Arinda Emilia Putri; Miftachul Chusna; Nurhafiza Nurhafiza; Hafilda Sabila
Studi Budaya Nusantara Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.sbn.2019.003.02.01

Abstract

ABSTRAKKebudayaan daerah mengalami perubahan dari berbagai sudut, disertai masuknya unsur-unsur luar yang menantang identitas lokal. Namun desentralisasi politik di Indonesia dan pemindahan kewenangan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan ke dalam tangan Pemerintah Daerah mendorong pengembalian kepada identitas budaya daerah tersebut. Dalam konteks ini, pada tahun 2007 sebuah kontroversi muncul di Indonesia mengenai salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Kabupaten Ponorogo. Kontroversi itu berdasarkan persepsi masyarakat Ponorogo dan masyarakat luas Indonesia bahwa Malaysia telah mengklaim kesenian Reog Ponorogo lewat pencantuman kesenian tersebut dalam sebuah iklan pariwisata Malaysia. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya reog sebagai identitas Ponorogo dan mengetahui penyebab kontroversi mengenai pencurian reog tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, data diperoleh melalui wawancara dengan informan (Kepala Dinas Kebudayaan dan Informan Pariwisata Kebudayaan) merupakan teknik utama dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya sebuah kesalah pahaman yang disebabkan oleh miss comunication. Pemahaman masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Ponorogo mereka beranggapan bahwa Reog benar-benar diklaim oleh Malaysia. 
Pergelaran Bantengan “Banteng Wareng” Madyopuro Malang: Telaah Antropologi Kesenian hanifati alifa radhia
Studi Budaya Nusantara Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.sbn.2019.003.02.04

Abstract

Penelitian ini merupakan studi antropologi kesenian mengenai pergelaran Bantengan kelompok “Banteng Wareng” di Kelurahan Madyopuro, Kota Malang. Bantengan merupakan perpaduan pertunjukan tari, olah kanuragan, serta atraksi hewan banteng yang dimainkan oleh dua orang sebagai kepala dan ekor. Atraksi utama pergelaran Bantengan adalah adanya roh leluhur yang memasuki tubuh para pemain sehingga terjadi trance (kesurupan). Pergelaran Bantengan melibatkan praktik magis tengah populer di era globalisasi. Dalam antropologi kesenian dikenal pendekatan konteks yakni mendeskripsikan fenomena kesenian yang menekankan pada sisi sosial-kultural. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian menunjukkan adanya dimensi-dimensi pada pergelaran Bantengan“Banteng Wareng” di Kelurahan Madyopuro. Pertama, dimensi sosial, yakni pergelaran Bantengan di Madyopuro hidup dan tumbuh atas inisiatif warga setempat untuk menghidupkan kegiatan lingkungan serta berfungsi sebagai hiburan. Kedua, dimensi kultural, yakni  Bantengan memuat tradisi budaya Jawa yang masih dilestarikan hingga saat ini. Tradisi tersebut tampak dalam praktik ritual sebelum pergelaran Bantengan yang dilakukan di pohon beringin. Di pohon beringin inilah berdiam arwah leluhur yang dipercaya sebagai pembabat alas Desa Madyopuro. Praktik-praktik dalam pergelaran Bantengan ini tidak rasional, di luar nalar manusia, serta mengandung sisi magis. Fenomena sosial-budaya dalam pergelaran Bantengan dapat didekonstruksi dalam sudut pandang posmodernisme. Pemikiran posmodernisme menghargai, menggali kearifan masa lalu dan bersikap mendengar segala pemikiran yang dianggap tabu, irasional, mistis dan magis. Seperti halnya pergelaran Bantengan yang diberi nafas kehidupan oleh kelompok“Banteng Wareng”, sejatinya menandai adanya gerakan revitalisasi budaya.
Nilai-Nilai Pancasila Dalam Budaya Larung Sesaji Gunung Kelud Sebagai Harapan Untuk Menciptakan Pertanian Gemah Ripah Loh Jinawi Di Kediri Jawa Timur Raihana Fatimah; Putri Dewi Andan Arum; Tri Ayu Ratnasari; Sintia Dewi
Studi Budaya Nusantara Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.sbn.2019.003.02.03

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai pancasila dalam budaya larung sesaji gunung kelud sebagai harapan untuk menciptakan pertanian Gemah Ripah Loh Jinawi di kediri Jawa Timur. Latar belakang dari penelitian ini berasal dari keragaman budaya dan kepercayaan di Indonesia. Keberagaman ini berfungsi mempertahankan dasar identitas masyarakat. Salah satunya dalam bidang pertanian yaitu Larung Sesaji Gunung Kelud yang didalamnya terdapat nilai-nilai  pancasila. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2019 di Wilayah Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri Jawa Timur, dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melakukan wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi lieratur. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan Larung Sesaji mencerminkan nilai-nilai dari kelima sila Pancasila dan menurut kepercayaan masyarakat setempat kegiatan tersebut sebagai wujud syukur atas hasil pertanian di Kabupaten Kediri dengan harapan menjadi wilayah yang Gemah Ripah Loh Jinawi.
PERANCANGAN ¬BUKU KOMIK BUDAYA JAWA “MAHABARATHA” SEBAGAI MEDIA PENUNJANG PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Ahmad Syarifuddin Rohman
Studi Budaya Nusantara Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.sbn.2019.003.02.05

Abstract

Program pendidikan karkater disekolah bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Permasalahan yang timbul adalah kesulitan guru untuk menerapkan pendidikan karakter dalam  pembelajaran di sekolah. Persoalan yang ada selama ini adalah kurangnya media untuk menunjang penerapan pendidikan karakter di sekolah. Guru merasa kesulitan dalam memahami dan menerapkan kebijakan program pendidikan karakter tersebut. Dalam penelitian pengembangan ini model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan 4D oleh Thiagarajan dkk. Validasi media meliputi ahli media dan ahli materi. Pengembangan ini untuk menghasilkan media berupa buku komik tentang pengenalan kesenian wayang berbasis salah satu cerita “Mahabaratha” untuk siswa SMA. Tokoh yang diangkat dalam media ini meliputi Arjuna dan Kresna sebagai pemeran utama wayang.
AKSIOLOGI BUDAYA LOKAL JAWA-BALI PADA PROSES KREATIF BERKARYA PELUKIS BALI DI YOGYAKARTA I Gede Arya Sucitra; Septiana Dwiputri Maharani
Studi Budaya Nusantara Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.sbn.2019.003.02.02

Abstract

ABSTRACT Every human being has aspects of life which include philosophy, belief, science, and art. These four aspects interact and complement each other into one whole system. This research seeks to investigate deeper about the axiological aspects of the acculturation of local cultural values in the interaction of the environment of society (culture) of different ethnic, racial, religious, and local genius values which have a shared awareness of mutual respect, tolerance and “open” to the presence of other cultures. The object of this research material is Balinese artists / painters diaspora who are creative in Yogyakarta, and their formal object is Axiology.By investigating and examining the expression of art and the output of works of art produced by Balinese diaspora painters in Yogyakarta, it can be seen the condition of the development of art, adaptation of cultural values, and the personal abilities of artists as personal and social creatures in mingling and sometimes syncretic. Artists as part of cultural support, certainly can not be separated from the various influences that are in the surrounding environment. Theory of ethics, aesthetics, and habitus become a strong capital to see the 'touch' and the mix of local cultural values between artists and the local culture that they inhabit, so that it will look at how social relations and reflections of visual relations in the work. Researching and observing the development of art through the path of creation, indeed leads us to the axiology dimension of unique and personal ethical and aesthetic values. Each artist has an apparently autonomous world and the application of ethical values in the process of his work but still able to ground themselves to adapt, tolerance and multicultural life.  ABSTRAKSetiap diri manusia memiliki aspek-aspek kehidupan yang meliputi filsafat, kepercayaan, ilmu, dan seni. Keempat aspek tersebut saling berinteraksi dan saling melengkapi menjadi satu sistem yang utuh. Penelitian ini berupaya menyelidiki lebih dalam mengenai aspek aksiologi akulturasi nilai-nilai budaya lokal pada interaksi lingkungan masyarakat (kebudayaan) yang berbeda-beda suku,  ras,  agama, dan nilai local genius-nya yang mana memiliki kesadaran bersama untuk saling menghormati, toleran dan ‘terbuka’ atas kehadiran budaya lain. Objek material penelitian ini yakni perupa/pelukis perantauan Bali yang proses kreatif di Yogyakarta, dan objek formalnya yakni Aksiologi.Dengan menyelidiki dan meneliti ekspresi kesenian serta luaran karya seni yang dihasilkan olehpelukis perantauan Bali di Yogyakarta, maka dapat dilihat kondisi perkembangan berkesenian, adaptasi nilai-nilai budaya, dan kemampuan personal perupa sebagai diri pribadi dan makhluk sosial dalam berbaur dan terkadang sinkretis. Perupa sebagai bagian dari penyangga kebudayaan, tentu tidak bisa terlepas dari berbagai pengaruh yang berada di lingkungan sekitarnya. Teori etika, estetika, dan habitus menjadi modal yang kuat untuk melihat ‘persentuhan’ dan bauran nilai budaya lokal antara perupa dan budaya setempat yang mereka diami, sehingga akan tampak bagaimana relasi sosial dan refleksi relasi visual dalam karya.Meneliti dan mengamati perkembangan seni rupa melalui jalur penciptaan, memang mengantarkan kita pada dimensi aksiologi nilai etika dan estetika yang unik dan personal. Setiap perupa memiliki dunia rupanya yang otonom serta pengendapaan nilai etika dalam proses berkaryanya namun tetap mampu membumikan diri untuk beradaptasi, toleransi dan hidup multikultur.  
PUBLIC-PRIVATE: Relasi Negara-Masyarakat dalam Tiga Cerita Rumah Tangga Widya Ayu Permatasari; Suraya Abdulwahab Afiff
Studi Budaya Nusantara Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.sbn.2019.003.02.06

Abstract

The establishment of a gold mining company in Desa S caused the split of society into two part. The first part of the community supported mining companies and the second part, some of them refused the establishment of mining companies. So far, the phenomenon of the split of society into two part, often seen in the national and local domains. Whereas, this study wants to see this phenomenon occur in the realm of the household. The division of society in the realm of households is interesting to understand when the role of local state actors is in it. This condition occurred in my research, where there were three households in which there were local level state actors. The position of these state actors is quite dilemma, on the one hand, a family member supports a mining company, on the other hand, one family member rejects a mining company. The study of state-society relations is an appropriate study in understanding these conditions. In this study, the approach used in assessing the relation of state-society is Migdal's ‘state in society’. One of Migdal's main arguments in this approach is that the state works on two levels, practice and image, where Migdal presupposes an entity to have a social boundary between the public (state and agency) and private (subject to state rules). However, what happened in the research that I did, there was no separation between public and private in the state-society relations in the household domain. Therefore, this study would like to show that the boundary between public and private is blended and overlaps each other in the relations of the state-society in the household domain. Berdirinya perusahaan pertambangan emas di Desa S menyebabkan terbelahnya masyarakat menjadi dua kubu. Kubu pertama sebagian masyarakat mendukung perusahaan pertambangan dan kubu kedua sebagian masyarakat lainnya menolak berdirinya perusahaan pertambangan. Selama ini fenomena perpecahan masyarakat, sering dilihat dalam ranah nasional maupun lokal. Penelitian ini ingin melihat fenomena tersebut terjadi dalam ranah rumah tangga. Terbelahnya masyarakat dalam ranah rumah tangga menarik untuk dipahami ketika peran aktor negara tingkat lokal berada di dalamnya. Dalam penelitian saya, terdapat tiga rumah tangga yang di dalamnya terdapat aktor-aktor negara tingkat lokal. Posisi aktor-aktor negara ini cukup dilematis, di satu sisi salah seorang anggota rumah tangga mendukung perusahaan pertambangan, di sisi lain salah seorang anggota rumah tangga menolak perusahaan pertambangan. Kajian relasi negara-masyarakat adalah kajian yang tepat dalam memahami kondisi tersebut. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam mengkaji relasi negara-masyarakat adalah state in society milik Migdal. Salah satu argumen utama Migdal dalam pendekatan ini adalah negara bekerja di dua level, yaitu praktek dan citra, dimana Migdal mengandaikan suatu entitas memiliki batas sosial antara public (negara dan agensinya) dan private (subjek aturan negara). Namun, yang terjadi dalam penelitian yang saya lakukan, tidak ada pemisahan mengenai public dan private dalam relasi negara-masyarakat di ranah rumah tangga. Oleh karena itu, penelitian dengan menggunakan kerangkan etnografi ini ingin memperlihatkan bahwa batasan antara public dan private itu blured dan saling tumpang tindih dalam relasi negara-masyarakat di ranah rumah tangga.

Page 1 of 1 | Total Record : 6