cover
Contact Name
I Komang Mertayasa
Contact Email
kmertayasa19@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawiayahfda@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota palangkaraya,
Kalimantan tengah
INDONESIA
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu
ISSN : 20896573     EISSN : 26141744     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Bawi Ayah Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu dengan e-ISSN 2614-1744 dan p-ISSN 2089-6573 adalah jurnal dengan peer-review yang diterbitkan oleh Fakultas Dharma Acarya Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang, Palangka Raya. Diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan April dan Oktober. Jurnal ini menerbitkan tinjauan terkini dari hasil pemikiran dan penelitian tentang Pendidikan agama dan kajian budaya dalam Agama hindu.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU" : 6 Documents clear
UPACARA MANENUNG MENURUT AGAMA HINDU KAHARINGAN DI DESA PETAK BAHANDANG KECAMATAN KURUN KABUPATEN GUNUNG MAS Hendri - -
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.292

Abstract

Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia mempunyai sikap dan perilaku yang serba religius merupakan suatu getaran yang menggerakkan jiwa manusia. Sistem keyakinan dalam suatu religius terwujud pikiran, moralitas dan gagasan manusia yang menyangkut keyakinan. Sistem ritus dan upacara dalam religi terwujud tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, Dewa-Dewi Nenek Moyang atau makhluk lainnya. Dalam sistem ritus dan upacaranya biasanya digunakan sasaran dan peralatan upacara. Upacara ritual merupakan bentuk dari kebudayaan yang telah mengalami perkembangan dan beradaptasi, tetapi tidak mempengaruhi makna dan tujuan yang merupakan local genius atau kebudayaan setempat. Upacara ritual yang dilakukan dengan harapan apa yang menjadi keinginan dapat tercapai. Upacara Manenung yaitu melalui beberapa tahapan, yaitu (1) Tahap pertama diawali dengan mendatangi Basir atau rohaniawan pelaksana upacara ritual Manenung dan dengan membawa berbagai alat yang digunakan dalam proses upacara ritual tersebut. Ritual tersebut mengandung nilai pendidikan agama Hindu yaitu Tattwa , Susila, dan Upacara. Kendala yang dihadapi dalam menanamkan Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Upacara Manenung menurut Umat Hindu Kaharingan di Desa Petak Bahandang Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas yakni : (a) Adanya anggapan dari luar atau non Hindu bahwa Bahwa upacara-upacara ritual yang dilakukan sebagai adat budaya sehingga upacara Manenung dikatakan sebagai adat budaya.
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN AGAMA HINDU I Gede Dharman Gunawan
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.293

Abstract

Dewasa ini perkembangan teknologi internet telah merambah berbagai disiplin ilmu. Dengan berkembangnya teknologi internet, dunia pendidikan pun makin ramah dengan situs jejaring media sosial facebook, blogger, instagram, hingga twitter. Situs jejaring media sosial tidak hanya digunakan untuk berinteraksi dengan sesama teman. Ada yang memanfaatkannya sebagai media menyampaikan informasi, untuk mempromosikan produk, bahkan hanya sekedar untuk mencurahkan isi hati pengguna, tentunya dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang inovatif. Berkaitan dengan permasalahan saat ini mengenai pemanfaatan media sosial yang tidak terkontrol, sehingga perlunya pemanfaatan media sosial sebagai media pembelajaran pendidikan agama Hindu yang inovatif. Tentunya pemanfaatan media sosial dapat menumbuhkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Maka sangat penting pemanfaatan media sosial sebagai media pembelajaran pendidikan agama Hindu pada siswa.
CATUR GURU DALAM PEMAKNAAN HARI SUCI SARASWATI PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN HINDU I Nyoman Sidi Astawa
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.294

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dari aspek yang berbeda terhadap hari suci Saraswati yakni mengenai nilai-nilai pendidikan dan catur guru dalam hari suci Saraswati. Nilai-nilai pendidikan Hindu yang terdapat dalam hari suci Saraswati secara garis besarnya atau pokok-pokoknya sesuai dengan tri kerangka dasar agama Hindu. Dalam pemaknaan hari suci Saraswati terdapat pula ajaran agama Hindu tentang guru yang terdiri atas Tuhan (Swadyaya), Pemerintah (Wisesa), Guru di sekolah (Pengajian) dan Orang Tua (rupaka) yang disebut dengan istilah catur guru.
ASUMSI DASAR TEORI KOGNITIF, BEHAVIORISTIK DAN HUMANISTIK I wayan karya
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.295

Abstract

Perkembangan kognitif berhubungan dengan kecerdasan dan pengetahuan. Kecerdasan dan pengetahuan bukan kuantitas atau sesuatu hal yang statis. Kecerdasaan adalah aktif, dinamis dan senantiasa berubah sedangakan pengetahuan adalah mengetahui dan ia adalah sebuah proses yang diciptakan melalui aktivitas pemelajar (Gredler, 2011:325). Hal ini dapat dikatakan bahwa kecerdasan dan pengetahuan seseorang selalu berubah melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Dengan demikian interaksi dengan lingkungan sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kecerdasan dan pengetahuan individu. Selain itu, Individu dalam menentukan perkembangan kognitifnya dipengaruhi oleh faktor esensial. Faktor esensial itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses yang disebut sebagai penyeimbang. Teori belajar behavioristik ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh naluri dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.
MEMAKNAI SARASWATI SEBAGAI UPAYA PENCERAHAN DIRI (Kajian Pasal 41 Panaturan) Komang Suarta
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.296

Abstract

Seseorang yang dihadapkan dengan kegelapan, tentu ia akan membutuhkan cahaya agar mampu melangkah dengan benar. Begitu pula halnya dalam hal ini, agama dipegang bagaikan sebuah obor untuk menerangi jalan di dalam kegelapan, agar kita mengetahui mana jalan yang patut dan mana pula jalan yang tidak patut untuk dipijak. Dewasa ini, banyak kita saksikan fenomena-fenomena yang menunjukan perilaku manusia yang dikuasai oleh kegelapan pikiran dengan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan asubha karma yang dilarang dalam ajaran Hindu. Hal tersebut bukan saja dilakukan oleh mereka yang memiliki pendidikan rendah, namun juga oleh mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Selain dari fenomena yang kita saksikan tersebut, hal serupa juga dikisahkan dalam sejarah kehidupan leluhur Hindu Kaharingan yang melupakan segala bentuk ajaran yang disampaikan oleh Ranying Hatalla (Tuhan) pada keturunan Raja Bunu (manusia) sebelum diturunkan untuk mengisi kehidupan di dunia ini. Hal tersebut diceritakan dalam Pasal 41 Panaturan. Panaturan merupakan kitab suci umat Hindu Kaharingan yang dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah dalam tulisan ini adalah (1) Siapakah Saraswati dalam theologi Hindu?. (2) Bagaimanakah memaknai Saraswati sebagai upaya pencerahan diri (kajian Pasal 41 Panaturan)?. Adapun yang menjadi tujuan dalam tulisan ini adalah (1) Untuk mengetahui Saraswati dalam theologi Hindu, (2) Untuk mengetahui makna Saraswati sebagai upaya pencerahan diri (kajian Pasal 41 Panaturan). Dalam ajaran Hindu Tuhan adalah sumber dari segala pengetahuan yang ada dan diberi gelar Saraswati.Dengan senantiasa mempelajari, mengingat dan mengimplementasikan pengetahuan yang telah diperoleh, maka sesungguhnya telah memuja Saraswati yakni perwujudan Tuhan sebagai penguasa pengetahuan yang dalam ajaran leluhur Hindu Kaharingan dikenal dengan sebutan Bawi Ayah. Dengan demikian, maka hidup akan senantiasa terarah karena melangkah dengan tuntunan pikiran yang tercerahkan.
UPACARA KEMATIAN PADA MASYARAKAT DAYAK TUMON DI DESA GUCI KABUPATEN LAMANDAU (KAJIAN AGAMA DAN BUDAYA HINDU) Nali Eka
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.297

Abstract

Masyarakat Dayak Tumon yang beragama Hindu Kaharingan begitu mengedepankan upacara kematian berupa pengupacaraan terhadap tubuh dan perjalanan sang roh. Berdasarkan alasan tersebut Peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang: Upacara Kematian Pada Masyarakat Dayak Tumon di Desa Guci Kabupaten Lamandau (Kajian Agama dan Budaya Hindu). Titik incar pengkajian penelitian ini adalah menyangkut bagaimana bentuk, fungsi dan kajian agama dan Budaya Hindu terhadap upacara kematian pada masyarakat Hindu Dayak Tumon di Desa Guci Kecamatan Bulik Kabupaten Lamandau?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumen serta dianalisis secara deskriptif interpretatif melalui tahapan klasifikasi, reduksi dan interpretasi. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh informasi bahwa Ritual kematian masyarakat Dayak Tumon merupakan tradisi agama sekaligus adat, sehingga memiliki nilai-nilai luhur. Nilai-nilai tersebut terlihat dalam tradisi perawatan jenazah dan penguburan sampai pada pasca penguburan dimana bentuk perhatian dan kasih sayang keluarga yang ditinggalkan begitu luar biasa, yang meninggal diperlakukan layaknya ketika masih hidup, doa-doa yang dilantunkan oleh dukun agar perjalanan sang roh kembali kepada penciptanya. Upacara kematian bagi masyarakat Hindu Dayak Tumon di Desa Guci Kecamatan Bulik Kabupaten Lamandau tidak sekedar bersifat sakral melainkan juga bersifat sosial. Upacara kematian ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan kosmos yang diharapkan dapat memberikan keselamatan baik kepada roh si mati maupun terhadap manusia yang ditinggalkan. Konsep kematian masyarakat Hindu Dayak Tumon di Desa Guci kabupaten Lamandau tersebut di atas sejalan dengan kepercayaan yang terdapat dalam peradaban Veda (Hindu) tentang karma, reinkarnasi/Punarbhawa.

Page 1 of 1 | Total Record : 6