cover
Contact Name
Ahmad Sulaiman
Contact Email
sulaiman_ahmad@umm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
cognicia@umm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Cognicia
ISSN : 2746 8976     EISSN : 26858428     DOI : 10.22219
The scope and the focus of the journal is conceptual proposal and empirical studies in many aspects of cognitive psychology (motivation, cognition and metacognition) with the application in various field such Industrial and Organizational Psychology, Developmental Psychology, Educational Psychology, Spiritual Psychology and Social Psychology.
Arjuna Subject : -
Articles 334 Documents
Penguatan Positif sebagai Upaya Menumbuhkan Perilaku Disiplin pada Siswa Sekolah Dasar Haqq, Yussidah Azmiyatul
Cognicia Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.145 KB) | DOI: 10.22219/cognicia.v7i2.9238

Abstract

Discipline can be defined as an indication of one’s behavior, that occurs in a regulations of an institute, either written or unwritten. An individual with a self-discipline behavior is likely to obey the rules and regulation and is easier ro be ruled than those who don’t. There are two ways to get self-discipline for students. Punishment or positive reinforcement. However, positive reinforcement is more reliable because it will give stronger effect to change one’s behavior. This research is using a Single Case kind of research with a Quasi Experiment design. This experiment uses guide observations and interviews. The subject in the experiment is a couple of male students who don’t have self-discipline. To determine the subject is to use Purposive Sampling. The result of the research is that there is a behaviour change from not having a self-discipline to having a self-discipline after given a treatment. This shows that Positive reinforcement has better effect towards student’s self-discipline.  
PENINGKATAN RELASI SOSIAL MELALUI SOCIAL SKILL THERAPY PADA PENDERITA SCHIZOPHRENIA KATATONIK Hidayati, Diana Savitri
Cognicia Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v2i1.1816

Abstract

Angka penderita Schizophrenia di Indonesia pada 25 tahun yang lalu diperkirakan 1/1000 penduduk dengan proyeksi 25 tahun mendatang mencapai 3/1000 penduduk. Seorang penderita schizophrenia harus didorong untuk bergaul dengan orang lain dengan maksud agar ia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila menarik diri penderita dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Social skills therapy berguna untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi interpersonal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek dari penerapan Social skills therapy kepada penderita Schizophrenia katatonik terutama terhadap relasi sosialnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa studi kasus. Hasil pelaksanaan social skills therapy adalah subyek penelitian mampu menunjukkan respon berupa uluran tangan untuk berjabat tangan dan subyek mampu mengadakan interaksi timbal balik berupa senyuman ketika diberi pertanyaan. Sessi terapi yang sempat terhenti menyebabkan perubahan yang telah terbentuk pada subyek kembali seperti semula saat terapi belum dilaksanakan. Hasil dari intervensi berupa social skills therapy akan lebih baik bila sessi terapi dilaksanakan secara berkesinambungan dan pihak keluarga juga ikut berperan aktif dalam pelaksanaan terapi. Kata kunci: Relasi sosial, social skill therapy, penderita schizophrenia katatonik. Number of people with Schizophrenia in Indonesia in the last 25 years is estimated to 1/1000 with a projected population of 25 years reaches 3/1000 population. A person with schizophrenia should be encouraged to get along with others with the intention that he does not alienate himself, because when he pulled away he can form bad habits. Social skills therapy is useful for improving social skills , ability to meet yourself, practical exercises and interpersonal communication. This study aimed to examine the effects of the adoption of the Social skills therapy to patients with catatonic schizophrenia , especially the social relations . This study uses a case study research . The results of the implementation of social skills therapy are able to study subjects showed a response in the form of a helping hand to shake hands and the subjects were able to hold a reciprocal interaction in the form of a smile when asked a question . Therapy session was stopped cause changes that have formed on the subject back to normal when therapy has not been implemented . Results of a social skills intervention therapy would be better if the therapy sessions conducted continuously and the family also play an active role in the implementation of the therapy . Keyword: Job satisfaction,  adaptability, employees
BUDAYA INOVASI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN Sajiwo, Bagus
Cognicia Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v3i1.2141

Abstract

Pada setiap organisasi atau perusahaan selalu memiliki ciri-ciri inovasi dan  menghasilkan karya inovatif yang berkali-kali dimana hal ini pengaruhi oleh pemimpin dalam perusahaan tersebut. Peranan seorang pemimpin sebagai penggerak sekelompok orang dalam berorganisasi untuk mencapai tujuan bersama sangatlah penting. Di dalam perusahaan ada peran dan pengaruh yang sangat penting dalam proses memunculkan atau memicu budaya inovasi yaitu kepemimpinan yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada perbedaan atau tidak antara kepemimpinan transaksional dan transformasional terhadap budaya inovasi. Subjek penelitian ini adalah karyawan tetap pada perusahaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan teknik analisis uji T-test menguji ada perbedaan atau tidak antara kepemimpinan transaksional dan transformasional terhadap budaya inovasi. Setelah dilakukan analisisuji T-test, diperoleh hasil bahwa ada perbedaan antara kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional dalam berbudaya inovasi nilai (t= -5.624: p=0.000).   Kata kunci: Budaya inovasi, persepsi kepemimpinan, karyawan   In  organization or company always has the characteristics of innovation and always produce innovative work that many times where it is influenced by the leader. The role of a leader as the driving force in organizing a group of people to achieve a common goal is essential. In the company there is a role and a very important influence in the process raise or trigger a culture of innovation is leadership that is in the company itself. The purpose of this study was to determine there is a difference or not between transactional and transformational leadership to the culture of innovation. The subjects were permanent employees in the company. Data was collected using a questionnaire. This study uses the technique of test T-test analysis test or not there is a difference between transactional and transformational leadership to the culture of innovation. After analyzing the test T-test, the results showed that there is a difference between transactional leadership andtransformational leadership in innovation culture obtained from( t-value=-5.624; p= 0.000).   Keywords: Cultural innovation, perceived leadership , employee
PROFIL KEPRIBADIAN PELAKU BULLYING Utami, M. Alfian
Cognicia Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v1i2.1658

Abstract

Kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini telah melibatkan siswa baik sebagai pelaku maupun korbannya. Kekerasan yang terjadi dapat berakibat tidak baik pada pelaku maupun korban. Kenyataan tidak semua remaja berposisi sebagai pelaku bullying. Hal ini menjadi landasan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami profil kepribadian pelaku bullying didasarkan pada need yang berkembang pada pelaku. Subjek penelitian adalah siswa yang merupakan pelaku bullying dengan rentang usia antara 15-19 tahun dengan teknik purposive dan didapatkan 12 remaja. Identifikasi need subjek dengan menggunakan EPPS (Edward Personal Preference Schedule). Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor need pelaku bullying secara berurutan didominasi oleh Need order (58,33%) Need Nurture (58,33%) serta Need Heterosexual (91,67%) yang tergolong ekstrim rendah. Begitu juga dengan pelaku yang didominasi oleh laki yakni 75%, sedangkan perempuan 25%. Selain itu hasil penelitian didapat bahwa ada perbedaan antara pelaku laki-laki dan perempuan dimana pelaku laki-laki cakupannya lebih luas dibandingkan perempuan dalam hal tempat kejadian, modus, serta karakteristik korban yang akan dijadikan sebagai target bullying.Kata kunci: Profil kepribadian, bullying
MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA ANAK JALANAN Nurmurey Idzha, Gely
Cognicia Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v1i1.1448

Abstract

<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-format:other; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; text-align:justify; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:IN;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-ansi-language:IN; mso-fareast-language:IN;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> Menjalani kehidupan sebagai anak jalananan tidak lepas dari berbagai macam permasalahan, yang menyebabkan mereka mengalami kecemasan. Maka, kecenderungan untuk menerapkan mekanisme pertahanan ego guna meredakan kecemasan tersebut pun muncul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan sampel 2 pengamen jalanan di traffict light. Penggalian data digunakan wawancara semi terstruktur dan observasi partisipatif pasif. Sebagai uji keabsahan data dilakukan triangulasi sumber, yaitu kepada teman terdekat subjek. Mekanisme pertahanan ego yang ditampilkan oleh kedua subjek antara lain: represi, avoidance, pengalihan, dan sublimasi. Mekanisme pertahanan ego represi sebagai awal dan pembentuk mekanisme pertahanan ego lainnya, sehingga tampak sering muncul pada kedua subjek. Dampak negatif  mendominasi, sehingga hal tersebut mengarah pada perilaku neurosis. Hal ini tampak pada salah satu subjek yang minum minuman beralkohol, bersikap agresi, dan menarik diri dari lingkungan (withdrawl). Pada subjek lainnya, subjek juga menarik diri dari lingkungan (withdrawl) dan bersikap agresi. Sedangkan dampak positifnya, yaitu kedua subjek lebih memilih menjalani pekerjaan sebagai pengamen daripada menjadi pencopet, serta tetap fokus mengamen tanpa harus berkelahi dengan pihak-pihak yang mengancamnya ketika di jalanan.   Kata kunci: Mekanisme pertahanan ego, Anak jalanan Live the life as street  children can not be separated from various kinds of problems, so it is often causing they had anxiety. Then, the tendency to apply a ego defense mechanism in order to relieve anxiety of the ego that has emerged.This study aimed to know what ego defense mechanisms which appeared on street children. This research is a qualitative descriptive research with sample used is 2 street busker on the traffic light. For data mining used semi structured interviews and participatory observation passively. As a test of the validity of the data to check the correctness of data triangulation source, that is done to the nearest friend of the subject. Ego defense mechanism shown by both subject: repression, avoidance, diversion, and sublimation. Repression as the start and common ego defense mechanism other, so repression looked often appear on both subject. The negative impact is dominated, so it leads to neurosis behavior. It looks while one of subject drinks an alcohol beverages, be aggression, and draw away from the environment (withdrawl). The other subject also draw away from the environment (withdrawl) and be aggression. Meanwhile, positive impact over all that is both subject preferring undergo a job as a busker rather than becoming pickpocket as well as keep the focus busking without having to fight with those who threaten them when on the streets.   Keywords : Ego  defense  mechanism, Street  children
Hubungan antara Forgiveness dengan Resiliensi pada Penyintas Pasca Konflik di Aceh Salsabila, Rifda; Karmiyati, Diah; Hijrianti, Udi Rosida
Cognicia Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.332 KB) | DOI: 10.22219/cognicia.v7i1.8156

Abstract

Conflicts of human rights violations have taken place between GAM and the Indonesian government in Aceh which have created feelings of heartache, trauma, fear and pressure, resulting in negative emotions that tend to stick to conflict survivors. To overcome the negative emotions and pressures, it is necessary to have forgiveness capabilities that can bring positive emotions as one of the submber resilience. The purpose of this study is to know the relationship between forgiveness and resilience of post-conflict survivor in Aceh. The research design used quantitative non-experimental study correlational with 2 variables. Cluster random sampling is used in term to determine the sampling method in Aceh Besar, Bireuen and Banda Aceh with participants is (N=427). Nashori (2012) and Septia (2018) with CVR scale from Reivich and Shatte (2000) are used as instrument to determine the reseratch. The data is analysed by using Pearson product moment. And the result research is there is a significant correlation between forgiveness and resilience in post-conflict survivor in Aceh.
STUDI PENGASUHAN ORANGTUA PADA ANAK AUTIS Mufadhilah, Mufadhilah
Cognicia Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v2i2.2014

Abstract

Peran orangtua dalam mengasuh anak sangat penting, terutama bagi anak yang mengalami gangguan perkembangan seperti autis. Anak yang mengalami gangguan autis sulit untuk berkomunikasi dan bersosialisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengasuhan orangtua pada anak autis yang melibatkan 20 pasang orangtua. Metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif  dimana pengambilan data menggunakan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% orangtua menerapkan pola pengasuhan demokratis, kemudian 15% menerapkan pola pengasuhan otoriter, dan 10% orangtua menerapkan pola pengasuhan permisif. Adapun dampak yang dapat dikemukakan pada penelitian ini adalah pada pola asuh demokratis orangtua lebih memahami keinginan dan minat anak. Sehingga perlakuan orangtua didasarkan pada kepentingan anak bukan hanya kepentingan orangtua. Pada pola asuh demokratis menunjukkan bahwa anak lebih mudah diajak berkomunikasi, emosional anak lebih stabil dan tenang. Kemudian pada pola asuh otoriter orangtua lebih mementingkan keinginan dan kepentingannya tanpa memikirkan kepentingan anak, sehingga anak pada pola asuh ini menjadi lebih pendiam dan kurang bisa mengeksplor kemampuannya dalam hal komunikasi dan sosialisasinya. Sedangkan pada pola asuh permisif, orangtua cenderung mengabaikan kepentingan dan keinginan anak dan cenderung menyerahkannya kepada orang lain. Anak pada pola asuh ini cenderung menunjukkan perilaku agresif.Katakunci: Pengasuhan orangtua, autisThe role of parents in raising children is very important, especially for children with developmental disorders such as autism. Where children with autistic disorder is difficult to communicate and socialize. This study aims to determine the parenting autistic children involving 20 sets of parents. Method in this study uses descriptive quantitative method in which data collection using questionnaires. The results showed that 75% of parents applying democratic parenting, then 15% applying authoritarian parenting, and 10% of parents applying permissive parenting. As for the impact that could be addressed in this study is that the children in the democratic parenting parents better understand the desires and interests of children. So that treatment is based on parental interest is not only the interests of the child parents. Later on authoritarian parenting parents more concerned with the wishes and interests without considering the interests and wishes of children. While the permissive parenting, parents tend to ignore the interests and wishes of children and hand them over to someone else.Keywords: Parenting, autism
KONTROL DIRI DAN INTENSITAS PENGGUNAAN FACEBOOK PADA REMAJA Ruhban, Apris
Cognicia Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v1i2.1649

Abstract

Penggunaan facebook dengan intensitas yang terlalu tinggi dapat menurunkan produktifitas dan performa, khususnya pada para remaja. Kontrol diri dibutuhkan sebagai agen dalam membimbing, dan mengatur perilaku. Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris hubungan kontrol diri dengan intensitas penggunaan facebook pada remaja. Responden dalam penelitian ini adalah remaja di kota Malang dengan jumlah subjek 349 orang dengan rentang usia 17-21 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala kontrol diri dengan α = 0,89 dan skala intensitas penggunaan facebook dari Elison dkk (2007) dengan α = 0, 83; yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan bantuan program statistik SPSS for windows versi 11.5. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kontrol diri dengan intensitas penggunaan facebook pada remaja (r = 0,158 dan p = 0,003).Kata kunci : Facebook, kontrol diri, intensitas penggunaan facebook
MENJANDA PASCA KEMATIAN PASANGAN HIDUP Zulfiana, Uun
Cognicia Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v1i1.1438

Abstract

Kematian pasangan hidup menimbulkan banyak permasalahan seperti stigma negatif masyarakat tentang status janda, permasalahan ekonomi, seksual dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa seseorang memilih untuk menjanda pasca kematian pasangan hidup. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan subjek penelitian berjumlah 3 orang wanita yang menjanda pasca kematian suami. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara semi terstuktur. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data yang ada, kemudian menyajikan data selanjutnya diambil kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab seseorang mempertahankan status janda dan tidak menikah lagi adalah penilaian yang sangat positif tentang suami yaitu persepsi bahwa suami tidak bisa digantikan, merasa khawatir akan beban ekonomi menjadi bertambah apabila menikah lagi, tidak ada dukungan dari keluarga. Selain itu, keinginan untuk berkonsentrasi pada keluarga juga menjadi penyebab seseorang menjanda pasca kematian pasangan hidupnya.   Kata kunci: Menjanda, Kematian pasangan hidup   Spouse's death raises many issues such associety's negative stigma of widowhood, economic problems, sexualand so on. This study aims to deter mine why a person chooses to widowhood after the death of a spouse. This study uses a descriptive qualitative research subjects amounted to 3 womans abandoned by her husband's death to the status of widows. Data is collected by semi-structured interview method. Data analysis done by reducing the existing data, then present the data taken further conclusions. These results indicate that the cause of a person to maintain the status widow and not remarried is a very positive assessment of the husband is the perception that the husband can not be replaced, worried about the economic burden to be increased if married again, no support from family. In addition,the desire to concentrateon the family also becamea widow after the death of a person causes his life partner.   Keywords: Widowed, The death of spouse
HARGA DIRI DAN KECENDERUNGAN AGRESI PADA REMAJA SAKSI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Fransiska, Inaria
Cognicia Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Psychology, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/cognicia.v3i1.2315

Abstract

Kekerasan dalam rumah tangga meningkat setiap tahunnya dan membawa dampak beragam bagi yang melakukan, korban, maupun yang menyaksikan. Dampak yang muncul pada saksi kekerasan ini adalah terpengaruhnya harga diri dan munculnya perilaku agresivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan kecenderungan agresi pada remaja saksi kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan subjek berjumlah 212 orang dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan skala harga diri dan skala kecenderungan agresi dengan metode analisa data product moment. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tidak ada hubungan negatif antara harga diri dan kecenderungan agresi (r = -0.134 dan p = 0.051 ; p > 0.05).   Kata Kunci: Harga diri, kecenderungan agresi, remaja   Domestic violence increase every year and had implications for the performer, the victim, and the witness. Impact appears to witness this violence is impact of self-esteem and the emergence of aggressive behavior. This research aims to determine the relationship between self-esteem and aggression in adolescent who witness domestic violence. This research is a quantitative study with 212 subject with a purposive sampling technique. Methods of data collection using self-esteem scale and aggression scale with product moment method of data analysis. Result showed there is no significant negative relationship between self-esteem and aggression(r = -0.134 and p = 0.051 ; p > 0.05).   Keywords: Self-esteem, aggression, adolescent  

Page 4 of 34 | Total Record : 334