cover
Contact Name
Muhyiddin
Contact Email
udyn@bappenas.go.id
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
workingpapers.bappenas@gmail.com
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Bappenas Working Papers
ISSN : 26206013     EISSN : 26548402     DOI : -
Core Subject : Social,
Bappenas Working Papers (BWP) adalah publikasi yang diterbitkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dalam rangka mendukung fungsi Bappenas sebagai think tank pemerintah. Publikasi ini diharapkan menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kebijakan (bridging knowledge to policy), serta sebagai sarana pengembangan pemikiran yang melibatkan akademisi, praktisi, dan birokrat yang menekuni perencanaan dan kebijakan pembangunan.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 105 Documents
Some Difficulties to Protect Agricultural Land from Conversion Satya Laksana
Bappenas Working Papers Vol 3 No 2 (2020): September 2020
Publisher : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47266/bwp.v3i2.66

Abstract

One of the most worrying global issues facing agricultural interests today is the rapid conversion of productive agricultural land to non-agricultural uses. Indonesia has enacted the Sustainable Agriculture Land Protection Law (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan / LP2B) as a crucial section of the Spatial Planning Regulations. Furthermore, the law has been ratified by a number of regional regulations. However, there are still misconceptions about LP2B among stakeholders which can magnify the difficulty of implementing the regulation. Using the historical method, this descriptive paper elaborates difficulties in protecting agricultural land due to misconceptions of stakeholders within the case study in Tasikmalaya Regency, West Java Province, Indonesia. Misconceptions of stakeholders encompass three aspects: (1) land ownership (2) determination process and (3) implementation of LP2B protection. Difficulties did not automatically cease when the regulations had just enacted, instead, they continue into the application stage and become discourses in various cross-institutional forums. Furthermore, this paper synthesizes the author's own conceptions to rectify the misconceptions based on academic references and relevant statutory arguments. Stakeholders referred to in this paper were bureaucrats in agricultural and other institutions related to LP2B including the Regional Development Planning Agency, and the Ministry of Spatial Planning / National Land Agency. They were represented by officials, bureaucrats, or personnel who together with the author attended various coordination meetings, dissemination, workshops, focus group discussions, and similar forums that discussing LP2B and or other related topics in the period of 2014-2019. Policy implications are discussed
Inequality in Indonesia: Kuznets Waves or Kuznets Curve? Dharendra Wardhana
Bappenas Working Papers Vol 3 No 2 (2020): September 2020
Publisher : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47266/bwp.v3i2.67

Abstract

This paper sets out an argument that Kuznets hypothesis—either Kuznets curve or Kuznets waves—is testable and might not hold depending upon the context. In order to better understand the proposition of Kuznets and its relevance to Indonesia, it is necessary to consider what happens across long periods of time (la longue durée) and to comprehend how watershed events affect the economy and the distribution of wealth. Analysis in this paper rely on various data sources ranging from conventional economic indicators, historical archives, to literary works. Fluctuation on Gini index in Indonesia might not be fully explained with Kuznets hypothesis although several aspects might influence inequality trends.
Developing Legal-Entity Higher Education Institution (Perguruan Tinggi Negeri – Badan Hukum) as Centre of Excellence Kalihputro Fachriansyah; Endang Sulastri
Bappenas Working Papers Vol 3 No 2 (2020): September 2020
Publisher : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47266/bwp.v3i2.71

Abstract

In the era of the knowledge and digital economy today, technology is no longer meant as a tool to increase productivity. Instead, it becomes a critical factor in creating added value. Higher education as an institution that is responsible for advancing science while producing innovative products of high economic value needs to be encouraged as a Centre of Excellence (CoE). Among others, Legal-Entity Higher Education Institution/Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTN-BH) is considered more potential to become CoE in Indonesia because it has the autonomy of academic and non-academic management. Utilizing CoE criteria such as financial/funding, cooperation, governance, academic, and research-innovation, a gap analysis was conducted to find out what are best policies to develop PTN-BH towards CoE. This study suggests that the centre of science and technology excellence/Pusat Unggulan Iptek (PUI) can be a promising starting point towards CoE.
Respon Kebijakan Covid-19: Menggairahkan Kembali Ekonomi Indonesia dengan MembukaTravel Bubble dan Koridor Intra-Indonesia I Dewa Gde Sugihamretha
Bappenas Working Papers Vol 3 No 2 (2020): September 2020
Publisher : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47266/bwp.v3i2.73

Abstract

Abstrak Istilah travel bubble semakin populer dalam membangkitkan kembali ekonomi dunia melalui kerjasama sektor pariwisata yang terpuruk sejak pandemi Covid-19 melanda. Beberapa negara sedang menjajaki travel bubble dengan perkiraan pelaksanaannya yang perlu mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan politik. Pro dan kontra terjadi antara pemerintah dengan para ahli sehingga mengulur waktu pelaksanaannya. Indonesia berencana menerapkan travel bubble dengan China, Korea Selatan, Jepang dan Australia, namun menghadapi tantangan karena dalam beberapa minggu terakhir jumlah kasus Covid-19 di Indonesia meningkat tajam. Makalah ini merekomendasikan sejumlah kebijakan. Pertama, agar fokus pada perjalanan wisatawan domestik, karena potensinya yang besar (303,4 juta wisatawan dengan pengeluaran Rp. 291,02 triliun pada tahun 2018). Kedua, membuka kerjasama travel bubble dengan beberapa negara terdekat, menyilakan mereka memilih di antara 13 propinsi di Indonesia yang telah mampu mengendalikan pandemi Covid-19. Saran kebijakan tersebut perlu dilaksanakan dengan pendekatan yang hati-hati dilengkapi persyaratan yang ketat (Indonesia’s Prudent Approach), yang kebijakan turunannya juga disampaikan dalam makalah ini. Kata kunci: travel bubble, Covid-19, pariwisata Indonesia, wisatawan domestik, koridor intra-Indonesia.
Analisis Perilaku Sosial Pengguna Moda Transportasi Perkotaan: Studi Kasus Mass Rapid Transit (MRT) DKI Jakarta Andi Setyo Pambudi; Sri Hidayati
Bappenas Working Papers Vol 3 No 2 (2020): September 2020
Publisher : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47266/bwp.v3i2.74

Abstract

After going through a long process, in March 2019, Jakarta resident have Mass Rapid Transit (MRT) as a modern mass transportation mode. The presence of the MRT planned since 1986 is expected to be one of the solution to dealing with the heavy traffic in Jakarta that seemed impossible to handle. The problems that followed is MRT passenger behaviour is not prepared with all the regulations that must be enacted in the use of MRT, so that various violations of the regulations are found. This paper attempts to find factors that cause regulatory violations and factor that lead to changes in passenger behaviour in addressing MRT presences based on literature, big data, and qualitative descriptive analysis. It is also expected to be able to provide recommendations that can be given with an emphasis on social aspects. Studies are conducted using secondary data on passenger behaviour in MRT and the facility obtained from various sources and observations. Studies describe social phenomena occurring in communities where MRT trials are caused by culture and people’s readiness to use new technologies, and the existence of the MRT since one year of operation is able to change people's behavior.
Evaluasi Dampak Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada Perdagangan Melalui Sistem Elektronik Yanuar Wahyu Widianto; Listia Sari Puspita
Bappenas Working Papers Vol 3 No 2 (2020): September 2020
Publisher : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47266/bwp.v3i2.76

Abstract

Defisit anggaran akibat pemberian stimulus dimasa Coronavirus disease COVID-19 serta meningkatnya digitalisasi ekonomi, mendorong Pemerintah untuk menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.03/2020 tentang Tata Cara Penunjukan Pemungut, Pemungutan, dan Penyetoran, serta Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean Melalui Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMK 48/2020) sebagai salah satu sumber penerimaan baru. Studi ini menganalisis peraturan tersebut menggunakan metode Regulatory Impact Assessment (RIA) guna mengetahui dampak bagi seluruh pemangku kepentingan dengan memberikan tiga alternatif kebijakan. Alternatif 1 yaitu opsi do nothing diartikan bahwa Pemerintah tidak mengenakan PPN atas Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE), alternatif 2 yaitu pengenaan PPN sesuai PMK 48/2020, dan alternatif 3 yaitu pengenaan PPN dengan penambahan ketentuan baru. Berdasarkan hasil analisis biaya dan manfaat, alternatif 3: Pengenaan PPN dengan penambahan ketentuan baru merupakan opsi yang dapat menjadi pertimbangan bagi Pemerintah karena memberikan manfaat yang paling besar dan biaya yang paling kecil.
Peran Taman Nasional bagi Pembangunan Nasional Era New Normal Pungky Widiaryanto
Bappenas Working Papers Vol 3 No 2 (2020): September 2020
Publisher : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47266/bwp.v3i2.77

Abstract

Setelah tiga bulan beraktivitas di dalam dan sekitar rumah, kita kini memasuki sebuah tatanan baru—new normal. Tentu ada keinginan untuk berwisata. Menurut banyak pengamat, turisme alam di masa seperti ini akan menjadi sebuah tren. Menjaga jarak dengan pengunjung lain merupakan alasan kuat untuk memilih tamasya alam. Sebagian besar lokasi wisata alam ini berada di taman nasional. Indonesia mempunyai 54 taman nasional tersebar dari Sabang sampai Merauke. Banyak surga tersembunyi di sana. Namun arti penting taman nasional tidak banyak diketahui. Untuk itu, tulisan ini mengupas sejarah dan makna taman nasional bagi pembangunan nasional. Karya ini juga meyajikan rekomendasi pengelolaan wisata di taman nasional era tatanan baru (new normal).
Evaluasi Ex Ante Kebijakan Dana Khusus Kepulauan (DKK) terhadap Ketimpangan Alokasi Transfer ke Daerah Luthfi Iqbal
Bappenas Working Papers Vol 3 No 2 (2020): September 2020
Publisher : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47266/bwp.v3i2.78

Abstract

Upaya afirmasi pembangunan bagi daerah kepulauan telah didorong oleh berbagai pihak, reorientasi paradigma pembangunan dalam mewujudkan poros maritim dunia ditempuh salah satunya melalui inisiatif RUU Daerah Kepulauan yang diusung oleh DPD. Salah satu butir utama dalam regulasi tersebut ialah terkait Dana Khusus Kepulauan (DKK) sebagai penerimaan baru bagi daerah kepulauan untuk mempercepat pembangunan daerah kepulauan. Pada tulisan ini akan dibahas dampak kebijakan DKK terhadap ketimpangan alokasi dana transfer antardaerah. Untuk menjawab tujuan, ditelusuri definisi daerah kepulauan, persoalan saat ini, konsep DKK yang diajukan serta pengaruh DKK pada ketimpangan alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi ex-ante dengan pendekatan with-versus-without comparison dan menggunakan metode penelitian campuran antara kualitatif yakni analisis konten regulasi dan literatur, serta kuantitatif deskriptif dengan memanfaatkan data sekunder yang tersedia. Hasil temuan evaluasi ini ialah masih terdapat persoalan dalam mendefinisikan daerah kepulauan terutama kriteria gugusan pulau dan kesatuan sosial budaya ekonomi dan geografis, serta adanya batasan kewenangan urusan pemerintahan di bidang kelautan yang hanya diberikan kepada pemerintahan provinsi. Selain itu kinerja daerah kepulauan berbeda-beda pula tergantung karakteristik geografis, fisik dan administratif daerah, sehingga tantangan, persoalah, yang ditangani tidak seragam antardaerah kepulauan. Sebaliknya, berdasarkan hasil analisis justru yang terlihat jelas ialah ketimpangan jawa-non jawa, barat Indonesia dan timur Indonesia serta perkotaan dan perdesaan. Kesimpulannya adalah dengan skenario DKK yang diperoleh dari 5% DTU nasional akan meningkatkan kesenjangan alokasi sebesar 25.12% apabila DKK dialokasikan pada daerah kepulauan BKSDK (8 wilayah). Jika DKK ditransfer ke seluruh daerah kepulauan yang memenuhi kriteria maka ketimpangan alokasi meningkat hingga 40.66%. Konvergensi DAK Tematik Kepulauan dan eksplorasi pembiayaan kreatif yang berbasis kelautan (marine based financing) dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan percepatan pembangunan daerah kepulauan.
Memperkokoh Keterkaitan Ketahanan Pangan, Energi, dan Air (Food-Energy-Water Nexus) Dalam Perencanaan Pembangunan Indonesia Hanan Nugroho
Bappenas Working Papers Vol 3 No 2 (2020): September 2020
Publisher : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47266/bwp.v3i2.80

Abstract

Pangan, energi, dan air memiliki keterkaitan (nexus) yang kuat, termasuk dampaknya terhadap perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Perhatian terhadap keterkaitan ini semakin berkembang di dunia internasional. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 masih menerapkan perencanaan pembangunan ketahanan pangan, energi, dan air secara sendiri-sendiri, belum menekankan keterkaitan antar mereka. Makalah ini mengusulkan agar dilakukan kajian mengenai keterkaitan antara ketahanan pangan, ketahanan energi, dan ketahanan air serta mengembangkan kebijakan pembangunan mengenai keterkaitan tersebut untuk kasus Indonesia Selanjutnya perencanaan pembangunan yang didasarkan pada keterkaitan antara ketiga sumber utama kehidupan tersebut (pangan, energi, air) dapat disusun dan secara eksplisit diperlihatkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun-tahun berikutnya dalam kurun RPJMN 2020-2024 dan ke depan.
Tinjauan Orientasi Efektivitas Rencana Pengelolaan Program Kawasan Konservasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Arisetiarso Soemodinoto; Andi Rusandi; Amehr Hakim
Bappenas Working Papers Vol 4 No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47266/bwp.v4i1.81

Abstract

Pengelolaan yang efektif kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya untuk menangani masalah ‘kawasan konservasi kertas’, dan sekaligus untuk memfasilitasi pembangkitan manfaat-manfaat ekologi dan sosial-ekonomi kawasan konservasi laut. Agar dapat dikelola secara efektif setiap kawasan konservasi laut wajib dilengkapi dengan rencana pengelolaan (RP) berorientasi efektivitas pengelolaan. Makalah ini menyajikan persyaratan yang harus dipenuhi sebuah RP agar ia layak disebut berorientasi efektivitas pengelolaan, yaitu: (1) daftar keanekaragaman dan sumberdaya hayati terbarukan yang terancam oleh kegiatan manusia; (2) kegiatan-kegiatan manusia yang secara langsung maupun tak-langsung mengancam keberlanjutan keanekaragaman dan sumberdaya hayati; (3) strategi untuk menangani kegiatan-kegiatan manusia yang mengancam keanekaragaman dan sumberdaya hayati; dan (4) tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan yang dinyatakan dengan jelas dan terukur. Untuk memberi contoh bagaimana meninjau orientasi efektivitas pengelolaan sebuah RP, persyaratan diterapkan pada rencana pengelolaan dan zonasi (RPZ) salah satu kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang berada di bawah yurisdiksi Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra. Selain menyarankan isi dan cara menyusun RP berorientasi efektivitas pengelolaan, makalah ini juga sangat menyarankan agar semua RP yang sudah ada ditinjau-ulang dan direvisi menjadi berorientasi efektivitas pengelolaan.

Page 6 of 11 | Total Record : 105