cover
Contact Name
Sudoko
Contact Email
masdoko93@gmail.com
Phone
+628562882330
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. Tentara Pelajar No. 13 Ungaran Kabupaten Semarang
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
INSPIRASI: Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam
ISSN : 25485717     EISSN : 25984268     DOI : -
Core Subject : Education,
INSPIRASI - Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam, diterbitkan oleh Fakultas Agama Islam UNDARIS Kabupaten Semarang dua kali dalam satu tahun. Jurnal ini mempunyai spesifikasi sebagai media publikasi untuk mengkomunikasikan hasil kajian pemikiran serta hasil-hasil penelitian dalam bidang Pendidikan Islam. Redaksi sangat mengharapkan para penulis dan ahli Pendidikan Islam dapat turut memberikan kontribusi naskahnya dalam jurnal ini.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 65 Documents
Pengaruh Skill Manajerial Kepala Madrasah Terhadap Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Mbs) Di Mts Tarbiyatul Athfal Nambuhan Grobogan Fitria Nita Witanti
INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam) Vol 1, No 2 (2017): Inspirasi
Publisher : Fakultas Agama Islam UNDARIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.996 KB)

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Skill Manajerial Kepala Madrasah Terhadap Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di MTs Tarbiyatul Athfal Nambuhan Grobogan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui Quesioner, Interview, Observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah guru MTs Tarbiyatul Athfal Nambuhan, yang sekaligus dijadikan sampel dengan jumlah 20 guru. Hasil analisis data, menunjukan bahwa kedua variabel termasuk dalam kategori baik yaitu variabel X dengan mean 74,85 sedangkan variabel Y dengan mean 69,3. Sedangkan, pengaruh skill manajerial kepala madrasah terhadap implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam uji korelasi pearson product moment diketahui sebesar 0,776. Selanjutnya didapat: Freg = 27,254. Perbandingan antara Freg dengan Ftabel, yaitu pada taraf signifikansi 1% dan 5% diperoleh Freg > Ftabel. Sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang diajukan oleh penulis diterima. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima kebenarannya yang berarti ada pengaruh positif antara skill manajerial kepala madrasah terhadap implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) di MTs Tarbiyatul Athfal Nambuhan. Semakin baik skill manajerial yang dikuasai kepala madrasah, maka semakin baik pula implementasi MBS di madrasah.Kata Kunci:     skill manajerial kepala madrasah; implementasi manajemen berbasis sekolah. This study aims to determine the influence of Madrasah Head Manager's Skill on School Based Management Implementation (MBS) at MTs Tarbiyatul Athfal Nambuhan Grobogan. This research uses descriptive research type with quantitative approach. While the data collection techniques in this study is through Quesioner, Interview, Observation and documentation. Population in this research is MTs teacher Tarbiyatul Athfal Nambuhan, which also used as sample with number of 20 teacher. The results of data analysis, showed that both variables included in either category ie variable X with mean 74.85 while variable Y with mean 69.3. Meanwhile, the influence of madrasah head managerial skill on school-based management (MBS) implementation in Pearson product moment correlation test is known as 0.776. Hereinafter obtained: Freg = 27,254. Comparison of Freg with Ftabel, that is at significance level 1% and 5% obtained Freg> Ftabel. So it can be concluded the hypothesis proposed by the authors accepted. Thus, the hypothesis proposed by the researcher can be accepted by the truth which means there is a positive influence between managerial skill of madrasah head towards implementation of school based management (MBS) in MTs Tarbiyatul Athfal Nambuhan. The better the managerial skills controlled by madrasah head, the better is the implementation of SBM in the madrasah.
Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam Ida Zahara Adibah
INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam) Vol 1, No 1 (2017): Inspirasi
Publisher : Fakultas Agama Islam UNDARIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.452 KB)

Abstract

Abstrak Pentingnya pendekatan sosiologis dalam memahami agama dapat dipahami karenabanyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah sosial. Jalaludin Rakhmattelah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini adalah Islamterhadap masalah sosial. Namun dewasa ini, sosiologi agama mempelajari bagaimanaagama mempengaruhi masyarakat, dan boleh jadi agama maysrakat mempengaruhikonsep agama. Pendekatan sosiologi memiliki peranan yang sangat penting dalam usahauntuk memahami dan menggali makna-makna yang sesungguhnya dikehendaki oleh al-Qur’an. Selain disebabkan oleh Islam sebagai agama yang lebih mengutamakan hal-halyang berbau sosial daripada individual yang terbukti dengan banyaknya ayat al-Qur’andan Hadis yang berkenaan dengan urusan muamalah (sosial), hal ini juga disebabkanbanyak kisah dalam al-Qur’an yang kurang bisa dipahami dengan tepat kecuali denganpendekatan sosiologi. Kata kunci: paradigma, sosiologis, islam Sosiological Approach In Islamic Study The importance of the sociological approach to understanding religion is understandablebecause many religious teachings related to social problems. Jalaluddin Rahmat has shownhow much attention to religion in this case is Islam against social problems. But today, thesociology of religion studying how religion affects the community, and may be religionmaysrakat affect the concept of religion. Sociological Approaches have a very important rolein efforts to understand and explore the true meanings intended by the Koran. Besidescaused by Islam as a religion that prefers things that smelled of social rather than individualevidenced by the many verses of the Koran and the Hadith concerning muamalah affairs(social), it also caused a lot of stories in the Qur'an less can be understood properly unlesswith a sociological approach.
METODOLOGI GROUNDED THEORY Ida Zahara Adibah
INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam) Vol 2, No 1 (2018): INSPIRASI
Publisher : Fakultas Agama Islam UNDARIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (766.08 KB)

Abstract

ABSTRACTGrounded theory was first introduced by Glasser and Strauss in The Discovery of Grounded Theory (1967). The main purpose, first rationalizing the theory that is grounded, processed and developed by data processing activities during the research process takes place. According to Glaser and Strauus, this type of theory "bridges the gap between theoretical research and empirical research. The second objective is to formulate the logic and characteristics of grounded theory. Whereas the third is to legitimize qualitative research. Grounded theory is a systematic qualitative research procedure, in which the researcher is a theory that explains concepts, processes, actions, or interactions regarding a topic at a broad conceptual level. For that purpose, what is needed in the process towards theory is a planned and systematic procedure. Grounded theory is a general methodology for developing theory.Grounded theory is almost the same as other theories used in qualitative research. The data sources needed are the same, which includes interviews and field observations. The difference between this methodology and other qualitative methodologies lies in the development of theory. Researchers can achieve any theoretical goal when using grounded theory procedures. It's just that some grounded theory research tends to lead to the development of substantive theories. Grounded theory diperkenalkan pertama kali oleh  Glasser dan Strauss dalam The Discovery of Grounded Theory (1967). Tujuan utamanya, pertama merasionalisasikan teori yang digroundedkan ,diolah dan dikembangkan oleh aktivitas pengolahan data  selama proses penelitian berlangsung. Menurut Glaser dan Strauus ,teori jenis ini “menjembatani kesenjangan yang terjadi antara penelitian teoritis  dengan penelitian empiris. Tujuan kedua adalah merumuskan logika dan ciri khas dari grounded theory. Sedangkan ketiga adalah melegitimasi penelitian kualitatif. Grounded theory merupakan prosedur penelitian kualitatif yang sistematik, dimana peneliti suatu teori yang menerangkan konsep, proses, tindakan, atau interaksi mengenai suatu topic pada level konseptual yang luas. Untuk maksud itu, yang diperlukan dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan teratur (sistematis). Grounded theory  adalah metodologi umum untuk mengembangkan teori. Grounded theory hampir sama  dengan teori-teori lain yang digunakan di dalam penelitian kualitatif. Sumber data yang diperlukan sama yakni meliputi wawancara dan observasi lapangan. Perbedaan metodologi ini dengan metodologi kualitatif lain terletak pada pengembangan teori. Para peneliti bisa mencapai tujuan teoritis apa saja ketika menggunakan prosedur grounded teory. Hanya saja sebagian penelitian grounded theory cenderung mengarah pada pengembangan teori substantive. 
NUSYUZ DAN DISHARMONI RUMAH TANGGA Ida Zahara Adibah
INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam) Vol 2, No 2 (2018): Inspirasi
Publisher : Fakultas Agama Islam UNDARIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.137 KB)

Abstract

The purpose of this research is to answer the question of how the description of nusyus and gender violence in islam and what factors cause it and also about gender violence among muslims in Indonesia. This research also wants to express the efforts to overcome the discourse of gender violence among the muslims of Indonesia.this type of research is content analyst research. That is a form of research that aims to explore the contents or meaning of symbolic message in abook or other work. The researcher tried to review the contents of book of fiqh circulating in indonesia especially related to women which resulted in the discourse of gender violence. In thes case will be expressed various religious interpretations of the scholars of both the salaf and the khalaf, so that looks root case of the discourse of gender violence occured in almost all place and countries that lasted for a long time. In the book of Fiqh, gender violence influences the mind and pattern of religious behaviour of most muslims in our country. Some of the books of fiqh circulating in pesantren, schools and other. Islamic studies institution still do not show any gender equality. Abstrak Penelitian ini bertujuan ingin menjawab permasalahan bagaimana gambaran wacana nusyuz dan kekerasan gender dalam Islam dan faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya nusyuz dan kekerasan gender di kalangan umat Islam di Indonesia. Penelitian ini juga ingin mengungkap upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi wacana kekerasan gender di kalangan umat Islam di Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian analisis konten (content analysis), yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menggali isi atau makna pesan simbolik dalam sebuah buku atau hasil karya lainnya. Dengan penelitian analisis konten peneliti mencoba mengkaji kembali isi kitab-kitab fikih yang beredar di Indonesia terutama yang terkait dengan perempuan yang mengakibatkan terjadinya wacana kekerasan gender. Dalam hal ini akan diungkap berbagai tafsir keagamaan dari para pakar (ulama) baik dari kalangan salaf (ulama terdahulu) maupun kalangan khalaf (ulama modern), sehingga terlihat akar penyebab terjadinya wacana kekerasan gender dalam Islam.Temuan hasil penelitian, secara umum kekerasan gender (tepatnya: kekerasan berperspektif gender) terjadi di hampir semua tempat dan negara dan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Kekerasan gender dalam Islam yang ditunjukkan dalam kitab fikih banyak mempengaruhi pola pikir dan pola perilaku keagamaan sebagian besar umat Islam di belahan bumi ini, termasuk di kalangan masyarakat Muslim di negara kita, Indonesia. Sebagian dari buku-buku fikih yang beredar di pesantren, sekolah (madrasah), dan lembaga-lembaga pengkajian Islam lainnya masih belum menunjukkan adanya kesetaraan gender.
Nilai-nilai Tauhid Dalam Ayat Kursi Dan Metode Pembelajarannya Dalam PAI Indah Khozinatun Nur
INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam) Vol 1, No 1 (2017): Inspirasi
Publisher : Fakultas Agama Islam UNDARIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.056 KB)

Abstract

Abstrak Tauhid merupakan pondasi Agama Islam yang harus diajarkan sejak dini kepada peserta didik. Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat yang memberikan penjelasan tentang tauhid (meng-esa-kan) Allah. Salah satu dari ayat tersebut adalah surah al-Baqarah: 255 atau dikenal dengan ayat kursi. Pembahasan dalam tulisan ini bertujuan mencari nilai-nilai tauhid dalam ayat kursi serta mencari metode yang tepat untuk mengajarkkanya dalam PAI. Terdapat tiga nilai tauhid dalam ayat kursi tersebut, yaitu: 1) tauhid uluhiyah, yang menegaskan keesaan Allah Swt. dan tidak ada satupun yang dapat menyerupai-Nya. 2) tauhid rububiyah, yang menegaskan bahwa Allah itu penguasa lam semesta dan 3) tauhid ubudiyah. Yakni Allah-lah satu-satunya tempat ibadah dan dimintai pertolongan serta tujuan segala kehidupan. Metode yang bisa digunakan untuk mengajarkan tauhid dalam PAI terdiri dari: 1) metode deduktif dan perumpamaan untuk mengjarkan tauhid uluhiyah, 2) metode empiris untuk mengajarkan tauhid rububiyah, dan 3) metode pembiasaan dan keteladan untuk mengajarkan tauhid ubudiyah. Kata kunci: tauhid; ayat kursi; metode pembelajaran The Values of Tawhid In The throne verse And The Learning Methods In The PAI Tawhid is the foundation of Islam should be taught from an early age to the students. In the Qur'an there are many verses that explain the faith (in-one-right) of Allah. One of the verse is Surah al-Baqarah: 255, known as section chair. The discussion in this paper aims to find the values of faith in verse chair and find the right method to mengajarkkanya in PAI. There are three verses in the faith of the seats, which are: 1) Annihilation, asserting the oneness of Allah. and none of them can be like Him. 2) rububiyah faith, affirming that God is the ruler of the universe, and 3) ubudiyah faith. That God is the only place of worship and asked for help, and the purpose of life. The method can be used to teach faith in PAI consists of: 1) the deductive method and the parable of the mengjarkan Annihilation, 2) empirical methods to teach faith rububiyah, and 3) the method of habituation and keteladan to teach faith ubudiyah.
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM LEMBAGA FORMAL imam hadi
INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam) Vol 3, No 1 (2019): Inspirasi
Publisher : Fakultas Agama Islam UNDARIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.916 KB)

Abstract

Juvenile Delinquencyis a social phenomenon thatdevelops in society such as a clash action and the other moral decadences. Even in big cities, the certain symptoms have arrived at a very disturbing standard. Hence, formal educational institutions as an official receptacleguidance of young generation is expected to enhance its role in the formation of personality students through the increasing of intensity and the quality of education character.The purpose of this research is to find the meaning, the function, the purpose, the features, the principle, the supporting components, the application and the development as well as the character education in achieving the purpose of learning.This research uses qualitativemethodologythat is made in research library ( library research ) directed in understanding muhammad are at a text. The findings obtained is the north american character education to form an educational someone personality through education and action, the result shows in real action that someone with good behavior such as being honest, responsible respect the rights of others, hard work and so on. The function is to expand their base students may grow up to be a good, have with good, and behave well. The aim of this so that the agreement can form the community, competitive, having good, dissolute, bertoleran, bergorong royong, soul patriotic, dynamic, as well as oriented science and technology, all of which imbued by faith, Godfearing to the only one God and at the same time based upon pancasila. The fundamental characteristics in character education regularity the interior of in which every single the act of calculated on the basis of herarki value. The principle to create effective character education is by promotingthe basic ethicalcharacter as its basis. The supporting components in character education are community participation education policy agreement, integrated curriculum, learning experience, evaluation and help parents. Application and development of character education are universal values that can be obtained from religion and developed through the knowledge, knowing as the, and habitual Habit. The character education in achieving the purpose of learning through the increased intensity and number of the quality of character education at an institute formal education.
PEMIKIRAN TASAWUF IMAM AL-GHAZALI DALAM PENDIDIKAN ISLAM Rina Rosia
INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam) Vol 2, No 2 (2018): Inspirasi
Publisher : Fakultas Agama Islam UNDARIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.147 KB)

Abstract

AbstractImam al-Ghazali is very popular among Muslims. Muslims are very rare who do not know this character. A number of books by Imam al-Ghazali became the object of study in various Islamic educational institutions, ranging from pesantren to Islamic universities, both at home and abroad. This research is qualitative research including character research. The purpose of this research is to know the thoughts of Sufism of Imam al-Ghazali about Islamic education. The findings of this research are that Imam al-Ghazali was born in a small village of Ghazalah, Kota Thus Province Khurasan Persi region (Iran) in 450 AH / 1058 AD His features are including Sunni tasawuf based on the doctrine ahlu sunnah wal jama'ah. According to him, repentance is the first thing that must be passed by a salik, in other words, no salik is not through this maqam repentance. This is what is called the takhalli phase. It empties itself of both sins to God and to others who are potentially polluting the heart of a salik. After undergoing takhalli phase, after that, the salik enters tahalli phase, which adorns itself with good morals, not just morals good to man but also to God. Salik must undergo the next maqam-maqam like maqam zuhud, patience, syukr, tawakkal, and ridha to arrive at the phase of tajalli. Some of the main doctrines of Sufism of Imam al-Ghazali, namely tawheed, makhafah, mahabbah, and ma'rifat. From these principal teachings was born the concept of taubah, shabr, zuhud, tawakkal, and ridla.Imam al-Ghazali sangat populer di lingkungan umat Islam. Umat Islam amat jarang yang tidak mengenal tokoh ini. Sejumlah kitab karya Imam al-Ghazali menjadi obyek kajian di berbagai lembaga pendidikan Islam, mulai dari pesantren hingga perguruan tinggi Islam, baik di dalam maupun di luar negeri. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif termasuk penelitian  tokoh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemikiran tasawuf Imam al-Ghazali tentang pendidikan Islam. Temuan penelitian ini adalah Imam al-Ghazali dilahirkan di suatu kampung kecil Ghazalah, Kota Thus Propinsi Khurasan wilayah Persi (Iran) pada tahun 450 H/1058 M. Corak pemikirannya adalah termasuk tasawuf sunni yang berdasarkan doktrin ahlu sunnah wal jama’ah. Menurutnya, taubat adalah hal pertama yang harus dilalui oleh seorang salik, dengan perkataan lain, tak ada salik yang tak melalui maqam taubat ini. Inilah yang disebut sebagai fase takhalli.Yaitu mengosongkan diri dari dosa-dosa baik kepada Allah maupun kepada sesama yang potensial mengotori hati seorang salik. Selesai menjalani fase takhalli, setelah itu, salik memasuki fase tahalli, yaitu menghiasi diri dengan akhlak yang baik, bukan hanya berakhlak baik kepada manusia melainkan juga kepada Allah. Salik harus menjalani maqam-maqam berikutnya seperti maqam zuhud, sabar, syukr, tawakkal, dan ridha untuk sampai pada fase tajalli. Beberapa doktrin pokok tasawuf Imam al-Ghazali, yaitu tauhid, makhafah, mahabbah, dan ma’rifat. Dari ajaran-ajaran pokok ini lahir konsep taubah, shabr, zuhud, tawakkal, dan ridla.
Struktural Fungsional Robert K. Merton: Aplikasinya Dalam Kehidupan Keluarga Ida Zahara Adibah
INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam) Vol 1, No 2 (2017): Inspirasi
Publisher : Fakultas Agama Islam UNDARIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (608.294 KB)

Abstract

Abstrak ‘Struktural Fungsional’ merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem umum di mana pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan dan mempertahankan sistem. Dan pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme struktural atau ‘analisa sistem’ pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur. Dalam pengantarnya, Merton menunjukkan rasa kekhawatiran yang sama tentang fungsionalisme kontemporer yang para antropolog awal gagal untuk menyelesaikannya. Merton dalam pandangan teori fungsional mempertanyakan 3 postulat : (1) kesatuan funsgsional dari sistem sosial, (2) Universalitas fungsional dari sistem sosial, (3) indisipensability fungsional untuk sistem sosial. Masyarakat dianggap terdiri dari bagian-bagian yang secara teratur saling berkaitan. Walaupun skema paradigma Merton merupakan penyempurnaan dari fungsionalisme yang lebih awal, tetapi dia masih tetap saja menekankan kesatuan, stabilitas dan harmoni sistem sosial. Fungsionalisme Struktural tidak hanya berlandaskan pada asumsi-asumsi tertentu tentang keteraturan masyarakat, tetapi juga memantulkan asumsi-asumsi tertentu tentang hakikat manusia. Penerapan teori Struktural Fungsional dalam konteks keluarga terlihat dari struktur dan aturan yang ditetapkan. Keluarga adalah unit universal yang memiliki peraturan, seperti peraturan untuk anak-anak agar dapat belajar untuk mandiri. Tanpa aturan atau fungsi yang dijalankan oleh unit keluarga, maka unit keluarga tersebut tidak memiliki arti (meaning ) yang dapat menghasilkan suatu kebahagiaan.Kata Kunci:     fungsionalisme struktural; aplikasi, keluarga 'Functional Structural' is the result of the powerful influence of general system theory in which the approach of functionalism adopted from the natural sciences, especially biological science, emphasizes its assessment of ways of organizing and maintaining the system. And structuralism approach derived from linguistics, emphasizing its assessment on matters involving the organization of language and social system. Structural functionalism or 'system analysis' in principle revolves around several concepts, but the most important is the concept of function and structure concept. In his introduction, Merton shows the same concern about contemporary functionalism that early anthropologists failed to solve. Merton in the view of functional theory poses three postulates: (1) the functional unity of the social system, (2) the functional universality of the social system, (3) functional indisipensability for the social system. Society is considered to consist of parts that are regularly interrelated. Although Merton's paradigm scheme is a refinement of earlier functionalism, it still emphasizes the unity, stability and harmony of the social system. Structural functionalism is not only based on certain assumptions about the regularity of society, but also reflects certain assumptions about human nature. The application of Functional Structural theory in the context of the family is seen from the structure and rules set. Families are universal units that have rules, such as rules for children to learn to be independent. Without the rules or functions run by the family unit, then the family unit has no meaning (meaning) that can produce a happiness.
Pembaharuan Pendidikan Pesantren Dalam Menghadapi Tantangan dan Hambatan di Masa Modern Afga Sidiq Rifai
INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam) Vol 1, No 1 (2017): Inspirasi
Publisher : Fakultas Agama Islam UNDARIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.903 KB)

Abstract

Abstrak Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang bersifat nonformal harus mengadakan perubahan dan pembaharuan guna menghasilkan generasi-generasi yang tangguh, generasi yang berpengetahuan luas dengan kekuatan jiwa pesantren dan keteguhan mengembangkan pengetahuan yang tetap bersumber pada al-qur’an dan hadis. Dalam perkembangan zaman, pesantren saat ini berhadapan dengan arus globalisasi dan modernisasi yang ditandai dengan cepatnya laju informasi dan teknologi. “Karena itu, pesantren harus melakukan perubahan format, bentuk, orientasi dan metode pendidikan dengan catatan tidak sampai merubah visi, misi dan orientasi pesantren itu, akan tetapi perubahan tersebut hanya pada sisi luarnya saja, sementara pada sisi dalam masih tetap dipertahankan. Kata kunci: pembaharuan; pesantren; hambatan Renewal of Pesantren Education in Facing Challenges and Constraints in Modern TimesPesantren as an educational institution that is non-formal must change and renewal in order to produce a formidable generations, a generation that is knowledgeable with soul force schools and determination to develop knowledge that remains rooted in the Qur'an and Hadith. In the times, pesantren is now faced with globalization and modernization, marked by the rapid flow of information and technology. "Therefore, schools must make changes in its format, orientation and educational methods with a note not to change the vision, mission and school's orientation, but such changes only on the outward side, while on the inside is still maintained.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS NEUROSAINS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BERPIKIR KREATIF DAN KERJASAMA Agus Setiyoko
INSPIRASI (Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam) Vol 2, No 1 (2018): INSPIRASI
Publisher : Fakultas Agama Islam UNDARIS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.26 KB)

Abstract

AbstracThis thesis focuses on the implementation of neurosains learning models in structuring the characters of creative and cooperative thinking toward the students of SD (public schools) / MI (Islamic public schools) in Salatiga including SD Muhammadiyah Plus, and MI Ma’arif Mangunsari Salatiga in the year of 2017/2018. This research aims to reveal the extent of the implementation of neurosains learning models in SD/MI Salatiga (SD Muhammadiyah Plus and MI Ma’arif Mangunsariin structuring the creative and cooperative characters. The approach applies qualitative study that describes and analyses the phenomena of the learning process in those schools. This study finds that the implementation of neurosains learning models in SD Muhammadiya Plus Salatiga includes several learning models (1) Playing games, (2) Fun Learning, (3) Quantum Teaching, (4) Multiple Intelligence, (5) Problem solving base. Mean while, MI Ma’arif Mangunsari occupies the learning models of (1) Neuro Language Program, (2) Learning with music, (3) learning environment modification. The implementation of creative and cooperative learning models in those three schools is by organizing extracurricular activities. In this aspect, SD Muhammadiyah Plus has (1) Language club, HizbulWaton/Scout Movement, (2) Scout movement to create confident characters. Meanwhile Likewise, MI Ma’arif Mangunsari Salatiga trains the students to write song lyrics. Penelitian ini berjudul penerapan model pembelajaran berbasis neurosains dalam pembentukan karakter berpikir kreatif dan kerjasama (Studi pada SD Muhammadiyah Plus, dan MI Ma`arif Mangunsari Kota Salatiga) tahun 2017/2018. Penelitian ini bertujuan mengungkap bagaimana penerapan model pembelajaran berbasis neurosains pada SD/MI Kota Salatiga (SD Muhammadiah Plus dan MI Ma`arif Mangunsari Kota dan bagaimana pembentukan karakter berpikir kreatif  dan kerjasama dalam pembelajaran berbasis neurosains pada sekolah tersebut. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian inia dalah penelitian kualitatif untuk mendiskripsikan dan menganalisis tentang fenomena, peristiwa proses pembelajaran di tiga sekolah tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis neurosains pada SD Muhammadiyah Plus Kota Salatiga ada beberapa macam antara lain: (1) Model belajar anak dengan bermain, (2) Model Pembelajaran Fun Learning, (3) Pembelajaran Quantum Teaching, (4) Pembelajaran Multiple Intelegensi, (5) Pembelajaran berbasis masalah, di MI Ma`arif Mangunsari dalam penerapan pembelajaran adalah menggunakan (1) Neuro Language Program, (2) Media musik dalam belajar, (3) Pergantian warna/suasana. Sedangkan penerapan model pembelajaran kerjasama dan berpikir kreatif pada tiga sekolah tersebut adalah melalui kegiatan ekstra kurikuler yaitu: (1) Club Bahasa, Hizbul Waton/pramuka, (2) Kepanduan untuk menumbuhkan jiwa pemberani, sedangkan, di MI Ma`arif Mangunsari Kota Salatiga dengan cara anak dilatih agar mampu membuat lirik lagu.