Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Pengembangan dan Diversifikasi Olahan Pisang Raja Bandung Sebagai Kuliner Unggulan Setiyoko, Agus; Astuti, Tutut Dewi
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ Vol 6 No 3 (2019): September
Publisher : Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) UNSIQ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32699/ppkm.v6i3.745

Abstract

Keterbatasan pengetahuan tentang diversifikasi pengolahan buah pisang raja bandung, teknologi pengemasan, manajemen usaha manajemen pemasaran menjadi kendala anggota KWT Anggur di Desa Argodadi, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul. Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai diversifikasi olahan pisang raja bandung, teknologi pengemasan, manajemen usaha serta manajemen pemasaran. Metode pengabdian masyarakat yang digunakan berupa Penyuluhan dilakukan dengan memberikan teori mengenai diversifikasi olahan pisang raja bandung, jenis kemasan dan metode pengemasan, manajemen usaha serta teori pemasaran. Dilanjutkan praktek produksi tepung pisang raja bandung, kue dodol, kue cookies dan kue bolu panggang maupun kukus. Penggunaan mesin sealler untuk pengemasan, pelatihan pembukuan serta praktek pemasaran. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu pengetahuan dan keterampilan anggota mengenai diversifikasi olahan pisang raja bandung meningkat, serta mampu memproduksi sebuah produk dengan kemasan yang baik, keuangan tertata rapi dan mampu memasarkan produknya. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sebanyak 95% anggota KWT Anggur memiliki motivasi dalam mengikuti kegiatan ini agar memperoleh ketrampilan dan pengetahuan baru. Setelah mengikuti kegiatan ini sebesar 75% orang anggota mitra memiliki keinginan untuk meningkatkan usaha kelompok dalam usaha pengolahan makanan.
KARAKTERISASI HEAT MOISTURE TREATMENT TEPUNG TERIGU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS MIE BASAH Agus Slamet, Agus Setiyoko
JITIPARI Vol 3, No 1 (2018): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.005 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v3i1.1990

Abstract

Perkembangan produk pangan yang berbahan baku tepung terigu telah menghasilkan berbagai macamjenis produk, salah satunya mie basah. Pembuatan mie basah memanfaatkan karakteristik khas dari tepungterigu yaitu kandungan gluten. Karakteristik khas dari tepung terigu tersebut dapat dimodifikasi dengancara heat moisture treatment (HMT) untuk meningkatkan sifat fungsional terigu, supaya dapat diaplikasikansecara meluas pada industri pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pati tepung terigutermodifikasi heat moisture treatment (HMT) dengan karakteristik terbaik yang untuk diaplikasikan padapembuatan produk mie basah, memperoleh formula dan kondisi proses untuk menghasilkan mie basahdan meningkatkan umur simpan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah response surface method (RSM) center compositedesign (CCD) faktorial, yaitu suhu dan waktu perlakuan. Penentuan suhu dan waktu yang optimal diperolehdengan menggunakan optimasi swelling power dan solubility sebagai sifat rheology tepung terigu. Faktorsuhu terdiri dari tiga level (100, 110 dan 1200C) dan waktu (60, 90 dan 120 menit). Setelah memperolehkombinasi perlakuan suhu dan waktu yang optimal, kemudian diaplikasikan dalam pembuatan mie basah.Hasil optimasi menggunakan RSM diperoleh perlakuan suhu 1300C dan lama waktu 90 menit merupakanperlakuan yang optimal. Mie basah hasil substitusi dari tepung terigu alami : tepung terigu modifikasi HMT(50%:50%) menghasilkan kualitas mi basah yang baik, dengan karakteristik sebagai berikut: rendemen177,43%, hardness 163,75 g, tensile strength 0,05 N, nilai (L) 59,40, nilai (a) 59,40, nilai (b) 36,56, umur simpan18 jam pada suhu ruang, serta disukai oleh panelis.Kata kunci: Mie basah, gluten, heat moisture treatment, tepung terigu
Diversifikasi Produk Olahan Ikan Wader dan Manajemen Usaha Berbasis Marketing Online di BUMDes Margosari, Kulon Progo Agus Setiyoko; Rosalia Prismarini Nurdiarti; M Nastain
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2022): Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrokreatif.8.1.67-76

Abstract

Margosari village has the Serang River which is a source of income for the community. The catched fish is sold in the form of fresh wader fish at a price of Rp. 7,000.00 to Rp. 9,000.00 / Kg. Selling price and storage capacity of wader fish are very low, so it needs to be increased by diversifying the process into krispi wader as one of the business opportunities. The problems faced by partners are: 1) Limited knowledge and skills regarding the diversification process of wader fish; 2) Packaging method is still simple and does not meet standards; and 3) Marketing process is still carried out by direct selling and has not used online marketing method. This community service program aims to increase knowledge and skills regarding the diversification process of wader fish into krispi wader, packaging technology and online marketing. The methods used in conducting this program were in the form of counseling and training as well as assistance to 20 BUMDes members. Counseling and training activities include: 1) Counseling and training on the diversification of processed wader fish into krispi wader fish; 2) Counseling and packaging training was held to know how to pack and making packaging labels; 3) Marketing training based on online marketing. The benchmarks for the success of this service activity can be seen from the increasing of knowledge and skills regarding the diversification of wader krispi process, knowledge of labels and packaging as well as knowledge of online marketing for members of the Margosari BUMDes group based on pretest and posttest analysis of service activities. The conclusion of this service activity is that the counseling method followed by training methods are effective for members of the Margosari BUMDes group in diversifying their wader fish, labeling and packaging as well as online marketing.
DIVERSIFIKASI OLAHAN PEPAYA CALIFORNIA INFERIOR DAN PENGEMASAN PRODUK UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING POTENSI PANGAN Agus Setiyoko
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol 28, No 1 (2022): JANUARI-MARET
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jpkm.v28i1.24688

Abstract

Community service program aimed to increase knowledge and skills regarding the diversification process of “inferior California papaya”, packaging and labeling technology for food products, increasing knowledge about integrated marketing based on information and technology online media in supporting marketing and procurement of production equipments that meets the principles of good processed food production. The community service methods used are: (1) Counseling regarding the diversification of “inferior California papaya”, (2) types and functions of packaging, labels and packaging methods, (3)Training on various papaya preparations including: shredded, chips, lunkhead, fruit juice and papaya sweets, (4) Practise to use a cup sealler machine for packaging, (5) Handover of production equipments. The results of the evaluation of this community service activity are : (1)the knowledge of members regarding the diversification of inferior California papaya processing increased from 8% to 100%, processing skills increased from 17% to 96%, (2) Understanding and ability to make food labels and packaging that meet standards increased from 10% to 92%, (3)Knowledge about the use of production equipment in accordance with the principles of good processed food production methods increased from 8% to 98%, (4) The ability to market their products through online marketing media increased from 10% to 88% and has production equipment that meets standards. Community service program can increase the entrepreneurial spirit of members (PKK Sendi Lestari) and create new business opportunities for the community.Keywords: Diversification, Inferior california papaya, Community service, Packaging.
The Study of Physic Chemical Properties and Preference Level of Instant Porridge Made of Pumpkin and Brown Rice Agus Slamet; Bayu Kanetro; Agus Setiyoko
International Journal on Food, Agriculture and Natural Resources Vol 2, No 2 (2021): IJ-FANRes
Publisher : Food, Agriculture and Natural Resources - NETWORKS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46676/ij-fanres.v2i2.29

Abstract

Pumpkin (Cucurbita moschata D.) is an annual plant from the Cucurbitaceae family. The availability of pumpkins in Indonesia is relatively high. Pumpkin production in Indonesia reaches an average of 21 tons per hectare. Pumpkin has high carotenoid content reaching 160 mg/100 g. Pumpkin comes from the family Cucurbitaceae and the genus Cucurbita. The cultivar (Cucurbita moschata D.), which is common for human consumption, is referred to as pumpkin. Rice is a food ingredient as a source of energy for humans. In addition, rice is also a source of protein, vitamins, and minerals beneficial for human health. Based on the color of rice, there are several types of rice in Indonesia, such as white rice, black rice, glutinous rice, and brown rice. Brown rice is generally consumed without going through the grinding process, but it is only ground into broken rice and the husk is still attached to the endosperm. Both of these materials have the potential to be processed into instant porridge. In order to produce an instant porridge that has physicochemical properties and meets consumers’ preferences, it is necessary to optimize different mixtures and ensure the right drying temperature.The research investigated different mixtures of pumpkin and brown rice at different ratios of 25:75, 50:50, and 75:25. Variations of drying temperatures include 150°C, 160°C, and 170°C. The resulting instant porridge was tested for physical properties; color, water absorption capacity, oil absorption capacity, bulk density, and extraction yield. The instant porridge preference test was based on color, aroma, taste, consistency, and overall preference. The instant porridge mostly preferred by the panelists was analyzed for identifying the chemical properties. The data obtained were tested in a completely randomized design. When the analysis marked a significant difference, the Duncan Multiple Range Test was run at a significance level of 5%. The results showed that instant porridge based on physical, chemical, and preference characteristics was influenced by different mixtures of brown rice and different drying temperatures. Concerning the physical properties, preference was obtained from the treatment of pumpkin and brown rice at a ratio of 50:50 at a temperature of 160°C. The chemical composition of the instant porridge included 5.62% water, 12.37% protein, 3.70% fat, 1.81% ash, 1.361.79 (mg GAE/g) phenolic, 164.36(µg/g) beta carotene and 41.5% RSA antioxidants.
KARAKTERISTIK MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BENGKUANG TERMODIFIKASI HEAT MOSITURE TREATMENT (HMT) Agus Setiyoko; Nugraeni Nugraeni; Sri Hartutik
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 22, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.717 KB) | DOI: 10.25077/jtpa.22.2.102-110.2018

Abstract

Pada umumnya mie basah merupakan hasil olahan dari tepung terigu. Hal ini menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap impor tepung gandum. Oleh karena itu, penggunaan tepung bengkuang termodifikasi dengan teknik heat moisture treatment (HMT) sebagai bahan pengganti tepung terigu dapat menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan konsumsi produk olahan dari tepung gandum yaitu mie basah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung bengkuang termodifikasi heat moisture treatment (HMT) terhadap karakteristik sifat kima, fisik dan organoleptik mie basah. Penelitian ini diawali dengan pembuatan tepung bengkuang termodifikasi HMT dilanjutkan dengan pembuatan mie basah serta analisa sifat kimia, fisik dan organoleptik. Metode yang digunakan  dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah variasi rasio campuran tepung terigu : tepung bengkuang termodifikasi HMT, yaitu (100:0; 90:10; 70:30; dan 50:50). Mie basah yang dihasilkan kemudian  dilakukan karakterisasi sifat kimia berupa kadar air dan sifat fisik mie berupa cooking loss, swelling index, tensile strength dan rendemen. Karakteristik organoleptik yang dianalisa adalah uji kesukaan meliputi aroma, warna, rasa, tekstur dan penerimaan secara keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mie basah dengan rasio tepung terigu : tepung bengkuang termodifikasi HMT sebanyak 90:10 paling disukai oleh panelis dengan karakteristik kimia berupa kadar air 35,68% (bb), sifat fisik berupa cooking loss 3,82%, swelling index 60,71%,  tensile strength 0,04N dan rendemen 163,03%.
Karakteristik Organoleptik Nugget Daging Itik Jantan Dengan Perlakuan Curing Nanokapsul Jus Kunyit Agus Setiyoko; Sundari Sundari; A. Mamilisti Susiati; Ardhi Arief Setiawan
Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia
Publisher : Universitas Islam Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.357 KB) | DOI: 10.32503/fillia.v4i2.619

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik organoleptik nugget dari daging itik jantan yang yang diberikan perlakuan curing nanokapsul jus kunyit konsentrasi 3% dibandingkan dengan kontrol. Daging itik yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu daging itik jantan kontrol dan daging itik fungsional (hasil pemeliharaan dengan ditambahkan 4% nanokapsul jus kunyit dalam pakan). Kedua jenis daging ini dibuat olahan nugget itik jantan dengan dua perlakuan : (P1) nugget itik jantan tanpa curing dan (P2) nugget itik jantan dengan perlakuan curring nanokapsul jus kunyit sebanyak 3%. Selanjutnya diuji organoleptik dengan menggunakan 25 orang panelis semi terlatih dengan parameter: rasa, aroma, tekstur, warna dan keseluruhan. Data yang diperoleh di uji dengan t-test menghasilkan perbedaan yang nyata (P < 0,05) pada variabel rasa , aroma, warna dan kesukaan keseluruhan nugget serta berbeda tidak nyata (P > 0,05) pada variabel tekstur. Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penambahan nanokapsul jus kunyit sebesar 3% sebagai bahan curing dalam pembuatan nugget itik dapat meningkatkan kualitas organoleptik meliputi rasa, aroma dan warna nugget itik.
PENGEMBANGAN PANGAN LOKAL MELALUI PEMBUATAN “DOKUN” (DONAT SUKUN) ANEKA TOPING DI DESA TANJUNGHARJO, NANGGULAN, KULONPROGO Agus Setiyoko; Agus Slamet
SEMAR (Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni bagi Masyarakat) Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : LPPM UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/semar.v6i1.20884

Abstract

Tanjungharjo Village, Nanggulan, Kulonprogo, has wide variety of agricultural products that has not been processed optimally. One example is breadfruit. The cultivation and development of this breadfruit has been started by the government of Special District of Yogyakarta since 2003. With several ways of processing, breadfruit fruits can be used to support food diversification. The Successful of development and diversification of breadfruit processing into region’s food can increase its selling value so that impact on improving public welfare. Klajuran is one Hamlet of Tanjungharjo Village, has ‘Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Makmur’ with 25 members joining. This group is usually processing breadfruit using the traditional ways by steaming or friying, but the product is not so acceptable by the community. One of the factors causing the lack of processing of these products is the lack of knowledge about the various ways of processing, packaging technology and financial management in producing various foods from breadfruit as business opportunity. Based on the description, the research and community service institutions of Mercu Buana University of Yogyakarta has provided counseling and training on the processing of breadfruit’s donut cake, packaging and financial management to increase the economic income of the group members.Keywords: Bredfruit, donut cake, counseling, training, production
KARAKTERISASI HEAT MOISTURE TREATMENT TEPUNG TERIGU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS MIE BASAH Agus Setiyoko Agus Slamet
JITIPARI Vol 3 No 1 (2018): JITIPARI
Publisher : Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.005 KB) | DOI: 10.33061/jitipari.v3i1.1990

Abstract

Perkembangan produk pangan yang berbahan baku tepung terigu telah menghasilkan berbagai macamjenis produk, salah satunya mie basah. Pembuatan mie basah memanfaatkan karakteristik khas dari tepungterigu yaitu kandungan gluten. Karakteristik khas dari tepung terigu tersebut dapat dimodifikasi dengancara heat moisture treatment (HMT) untuk meningkatkan sifat fungsional terigu, supaya dapat diaplikasikansecara meluas pada industri pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pati tepung terigutermodifikasi heat moisture treatment (HMT) dengan karakteristik terbaik yang untuk diaplikasikan padapembuatan produk mie basah, memperoleh formula dan kondisi proses untuk menghasilkan mie basahdan meningkatkan umur simpan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah response surface method (RSM) center compositedesign (CCD) faktorial, yaitu suhu dan waktu perlakuan. Penentuan suhu dan waktu yang optimal diperolehdengan menggunakan optimasi swelling power dan solubility sebagai sifat rheology tepung terigu. Faktorsuhu terdiri dari tiga level (100, 110 dan 1200C) dan waktu (60, 90 dan 120 menit). Setelah memperolehkombinasi perlakuan suhu dan waktu yang optimal, kemudian diaplikasikan dalam pembuatan mie basah.Hasil optimasi menggunakan RSM diperoleh perlakuan suhu 1300C dan lama waktu 90 menit merupakanperlakuan yang optimal. Mie basah hasil substitusi dari tepung terigu alami : tepung terigu modifikasi HMT(50%:50%) menghasilkan kualitas mi basah yang baik, dengan karakteristik sebagai berikut: rendemen177,43%, hardness 163,75 g, tensile strength 0,05 N, nilai (L) 59,40, nilai (a) 59,40, nilai (b) 36,56, umur simpan18 jam pada suhu ruang, serta disukai oleh panelis.Kata kunci: Mie basah, gluten, heat moisture treatment, tepung terigu
Carboxymethyl Celulose (CMC) from Snake Fruit (Salaca edulis Reinw) Kernel of “Pondoh Super”: Synthesis and Characterization Sri Anggrahini; Djagal Wiseso Marsono; Agus Setiyoko; Amalia Wahyuningtyas
Indonesian Food and Nutrition Progress Vol 14, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Association of Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ifnp.29778

Abstract

Snake fruits kernel has high cellulose content thus potential to be an alternative source of carboxylmethylcellulose (CMC) production. However there are several condition that have to be optimized to increase the CMC synthesis which are concentration of  NaOH solution, NaMCA addition, and the reaction temperature based on  the degree of substitution (DS). The aim of this study was to determine the optimum conditions of synthesis CMC from “Salak Pondoh Super” kernel. Some factors that likely influence the synthesis were concentration of  NaOH solution , NaMCA addition, and the reaction temperature based on  the degree of substitution (DS) as the responses. Synthesis of CMC was optimized using completely randomized design. The result then was characterized by several parameters including water content, viscosity, purity, Water Holding Capacity (WHC), Oil Holding Capacity (OHC), lightness, crystallinity, and FT-IR spectra. Optimization was achieved by the use of  15% NaOH solution, 5 gram NaMCA per 5 gram cellulose and reaction temperature of 55ºC. The characteristics of the optimized CMC were DS 0.825, purity 90.86%, water content of 7.16 (% wb), viscosity 3.86 cps, 142.72 yield (% db), WHC 2.37 (g/g), OHC 2.31 (g/g), lightness 78.48, and crystanillity 32.69%. The FT-IR spectra of snake fruit kernel CMC was similar with the CMC Standard.