cover
Contact Name
Madia Patra Ismar
Contact Email
jurnalcikini@ikj.ac.id
Phone
+6221-2306106
Journal Mail Official
lppm@ikj.ac.id
Editorial Address
Jl. Cikini Raya
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Seni Nasional Cikini
ISSN : 25802860     EISSN : 27157482     DOI : 10.52969
Jurnal Seni Nasional CIKINI, is a collection of various topic of art studies that contain ideas, research, or views on the developtment of artistic phenomena and symptoms as well as various problems. The purpose of this Journal is for contribute to the researching about art, to develop our understanding about arts in Indonesia into a better perspective, and able to compete in global community. Editorial Board of Jurnal Seni Nasional CIKINI, will accept unpublished article, to be reviewed and edited in order to takes part in our journal. Jurnal Seni Nasional CIKINI released twice a year at June and December.
Articles 83 Documents
Perubahan Budaya Musik Dari Perspektif Teori Kebudayaan Liston Simaremare
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 1 No. 1
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.861 KB) | DOI: 10.52969/jsnc.v1i1.43

Abstract

Abstrak tulisan ini membahas tentang relevansi teori-teori budaya untuk memahami perubahan budaya musik yang terjadi di Indonesia. Isu perubahan budaya baru-baru ini menonjol dalamberbagai wacana di Indonesia, terutama dalam kaitannya dengan pertanyaan tentang bagaimana identitas budaya musik Indonesia harus dipertahankan dalam menghadapi proses global. Tulisanini berpendapat bahwa teori budaya kontemporer dapat membantu kita memahami konsepkonsep seperti budaya nasional dan identitas bukan sebagai statis, entitas esensialis, melainkansebagai konstruksi sosial yang dinamis yang terus menerus direproduksi dan inovasi oleh subjek individu. Argumen semacam itu dikemukakan dalam tulisan ini dengan memperkenalkan aspekteori budaya yang belum mendapat banyak perhatian di Indonesia, yaitu praktik, proses, konteks dan wacana tentang konstruksi budaya.
Posisi Bela Balazs dalam Teori Film Formalis Mohamad Ariansah
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 1 No. 1
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.516 KB) | DOI: 10.52969/jsnc.v1i1.44

Abstract

Formalisme merupakan salah satu paradigma utama dalam sejarah pemikiran mengenai definisi dan konsep dasar tentang film. Argumen paling fundamental yang menjadi esensi pemikiranpara formalis adalah film sebagai seni. Berdasarkan premis dasar tersebut, kemudian muncul afirmasi terhadap perbedaan film dengan realitas. Namun seketat apapun argumen yangberusaha dikonstruksikan dalam sebuah paradigma, selalu terdapat anomali dan pertentangan antara pengusung-pengusung di dalamnya satu sama lain. Tulisan ini ingin menampilkan keunikan dari teori film Bela Balazs sebagai sebuah varian dalam tradisi formalis yang begitu mendominasi dinamika teori dan estetika sepanjang sejarah film.
Diskusi Sketsa “Paskah Gabah” Karya Romo Mudji Sutrisno SJ A. Setyo Wibowo
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 1 No. 1
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.372 KB) | DOI: 10.52969/jsnc.v1i1.45

Abstract

Diskusi Sketsa “Paskah Gabah” Karya Romo Mudji Sutrisno SJ
Ideologi Representasi Identitas dalam Film Adaptasi Oeroeg Ario Sasongko
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 1 No. 1
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.292 KB) | DOI: 10.52969/jsnc.v1i1.46

Abstract

Meski menggunakan judul dan sudut pandang tokoh utama yang sama, ada perbedaan yang signifikan dalam novel dan film Oeroeg. Sebagai sebuah adaptasi yang menghadirkan karya baru, film ini tetap tak bisa melepaskan sudutpandang superioritas Barat, yang diwakilkan oleh Belanda, terhadap Timur, yang diwakilkan oleh orang-orang Pribumi. Sudut pandang itulah yang menonjol dalam film Oeroeg, yang seolah memberi pesan bahwa Belandalah yangmemberikan kesadaran kemerdekaan bagi Indonesia. Tulisan ini juga akan mengkritisi pendapat Pamela Pattynama yang mengatakan bahwa film Oeroeg merefleksikan rasa bersalah orang-orang Belanda pada masa penjajahan.
Pementasan Berusaiyu no Bara oleh Takarazuka Revue : Reaksi terhadap Maskulinitas dan Femininitas Jepang Aldrie Alman Drajat
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 1 No. 1
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.624 KB) | DOI: 10.52969/jsnc.v1i1.47

Abstract

Adaptasi sebagai bentuk reproduksi karya seni dan sastra adalah hal yang sangat umum di Jepang. Manga, produk budaya urban yang telah menjadi salah satu ikon kebudayaan populer Jepangadalah salah satu wahana yang sering diadaptasi ke berbagai wahana lain seperti anime, serial TV, dan pementasan teater. Berbeda wahana maka struktur dan aspek lainnya juga berbeda.Tulisan ini akan membahas perubahan struktural dan estetis yang terjadi pada pementasan drama musikal adaptasi manga Berusaiyu no Bara yang dimainkan oleh kelompok teater wanitaJepang Takaradzuka Revue. Dengan memanfaatkan pendekatan alih wahana, tulisan ini akan mengungkapkan ideologi-ideologi dalam proses pembentukan lakon yang berimbas padapembawaan maskulinitas di dalam pementasan. Analisis menunjukkan bahwa nilai maskulinitas tokoh pada manga Berusaiyu no Bara berbeda dengan adaptasi drama musikalnya. Perubahanstruktural dan estetis yang ada pada pementasan diasumsikan sebagai reaksi Takarazuka Revue pada maskulinitas dan femininitas Jepang yang telah mapan pasca berakhirnya Perang Pasifik.
Seni dan Kurasi di Perguruan Tinggi Seni Jim Supangkat
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 1 No. 1
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.252 KB) | DOI: 10.52969/jsnc.v1i1.49

Abstract

Seni dan Kurasi di Perguruan Tinggi Seni
Seni dan Politik di Indonesia Edi Sedyawati
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 1 No. 1
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52969/jsnc.v1i1.50

Abstract

Seni dan Politik di Indonesia
Peran Taman Ismail Marzuki terhadap Perkembangan Seni Rupa Kontemporer Indonesia: Kajian Peristiwa Pameran Seni Rupa Era 1970-an Citra Smara Dewi
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 2 No. 2
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3029.962 KB) | DOI: 10.52969/jsnc.v2i2.51

Abstract

Salah satu lembaga kebudayaan yang memegang peranan penting dalam pembentukan identitas kota Jakarta adalah Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM). PKJ TIM merupakan lembaga kebudayaan pertama yang lahir di Jakarta sesudah peristiwa politik G30S/PKI. Ditengah situasi politik dan perekonomian yang belum stabil kala itu, PKJ TIM menjelma menjadi wadah kesenian yang sangat dinamis dan demokratis, kondisi tersebut tak dapat dipisahkan dari kebijakan Gubernur Ali Sadikin yang menekankan pentingnya kebebasan ekspresi yaitu “seni untuk seni.” Tulisan ini akan mengkaji dua peristiwa penting yang terjadi di PKJ TIM era tahun 1970-an yaitu Pameran Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) 1975 dan Pameran Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) 1977. Dua peristiwa tersebut sangat penting karena merupakan momentum lahirnya Seni Rupa Kontemporer Indonesia.
Mendokumentasikan Aset Budaya Lewat Teknologi Media: Sebuah Catatan Kecil Etnomusikologi Rizaldi Siagian
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 2 No. 2
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.715 KB) | DOI: 10.52969/jsnc.v2i2.52

Abstract

Etnomusikologi telah melalui perjalanan panjang dalam sejarahnya, untuk bisa mencapai kemajuan dalam kegiatan pendokumentasian seni budaya, khususnya seni musik. Tulisan ini mencoba untuk menelusuri sejarah panjang tersebut dari perspektif peran para tokoh etnomusikolog dan kontribusi perkembangan teknologi media terhadap perkembangan keilmuan dan praktek penelitian etnomusikologi itu sendiri. Penelusuran sejarah tersebut nantinya akan berujung sebagai refleksi atas situasi perkembangan etnomusikologi di Indonesia.
Anak yang Liar dan Irasional: Representasi Masyarakat Tibet sebagai Liyan pada Film Seven Years in Tibet (1997) Rinandi Dinanta
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 2 No. 2
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2049.049 KB) | DOI: 10.52969/jsnc.v2i2.53

Abstract

Tulisan ini menguraikan bentuk-bentuk representasi atas masyarakat Tibet yang hadir melalui film Seven Years in Tibet. Proses analisis terhait hal tersebut dilakukan dengan berpijak pada posisi masyarakat Tibet, yang dalam konteks produksi serta distribusi film, merupakan pihak liyan (other). Masyarakat Tibet dalam Seven Years in Tibet kemudian hadir melalui berbagai macam potret yang cenderung timpang. Masyarakat Tibet hadir dalam film sebagai sosok anak bagi Barat. Hal tersebut dapat terlihat melalui relasi antartokoh antara Heinrich Harrer dan Dalai Lama. Melalui berbagai adegan serta penokohan, masyarakat Tibet juga hadir sebagai kelompok yang berkerumun dan liar. Penggambaran atas masyarakat Tibet dihadirkan melalui tokoh-tokoh yang tampak tidak berakal dan mudah dikelabuhi. Akhirnya, masyarakat Tibet dihadirkan dalam film sebagai masyarakat yang irasional. Hal ini dimunculkan dalam film melalui penggambaran yang cenderung paradoks terkait spiritualitas Tibet.