cover
Contact Name
Eri Hendra Jubhari
Contact Email
webpdgi@gmail.com
Phone
+628124235346
Journal Mail Official
webpdgi@gmail.com
Editorial Address
Ruko Malino A4. Baruga, Antang, Makassar
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
MDJ (Makassar Dental Journal)
ISSN : 20898134     EISSN : 25485830     DOI : 10.35856/mdj
Core Subject : Health,
The journal receives a manuscript from the following area below Dentistry science and development with interdisciplinary and multidisciplinary approach: Dental Public Health and Epidemiology Oral and Maxillofacial Surgery Dental Conservation and Endodontics Preventive Dentistry Biomedical Dentistry Dental Radiology Pediatric Dentistry Oral Pathology Prosthodontics Traumatology Oral Biology Biomaterials Orthodontics Periodontics
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012" : 6 Documents clear
Teknik anestesi intraligamen sebagai alternatif anestesi blok alveolaris inferior Corputty Johan EM
Makassar Dental Journal Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.605 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v1i2.47

Abstract

Keberhasilan tindakan kedokteran gigi sangat bergantung pada kemampuan dokter gigi untuk merawat pasien tanpa rasa sakit. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang anestesi lokal telah memungkinkan dokter gigi memiliki kemampuan mengontrol rasa sakit penderitanya. Pengalaman dokter gigi pada umumnya, te knik penyuntikan anestesi lokal konvensional sering mengalami kegagalan, terutama teknik blok mandibula. Teknik penyuntikan intraligamen adalah salah satu teknik yang dianjurkan sebagai tambahan anestesi lokal, bila terjadi kegagalan anestesi konvensional. Obat anestesi lokal didepositkan pada ruang periodontal di sekitar gigi yang akan dicabut. Penyuntik intraligman dapat menggantikan blok saraf alveolaris inferior. Pengalaman menggunakan metode ini dalam praktek sehari-hari selama lebih dari 10 tahun, menunjukan bahwa te knik penyuntikan intraligamen dapat dilakukan pada pencabutan gigi maupun ekstraksi gigi molar ke-3 rahang bawah, tanpa menimbulkan komplikasi yang berarti.
Penggunaan overdenture sebagai alternatif perawatan pada pasien edentulus parsialis Erwin Sutono; Mardi S. Arief; Adriana Djuhais; Edy Machmud
Makassar Dental Journal Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.975 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v1i2.48

Abstract

Seiring bertambahnya usia semakin besar pula kerentanan seseorang untuk kehilangan gigi. Hal itu berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan gigitiruan. Jika seseorang kehilangan satu atau lebih giginya, maka ia akan mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti mengunyah, berbicara serta dapat pula mempengaruhi penampilannya. Pasien yang mengalami kehilangan gigi sebagian membutuhkan suatu perawatan rehabilitasi prostetik meliputi pembuatan gigitiruan. Namun pemakai gigitiruan, utamanya jenis gigitiruan akrilik konvensional, sering melaporkan ketidaknyamanan, kurangnya retensi dan stabilitas sehingga sulit menggunakan gigitiruan, utamanya gigitiruan sebagian rahang bawah. Oleh karena itu saat ini berkembang suatu jenis gigitiruan overdenture sebagai alternatif perawatan kehilangan gigi. Saat ini penggunaan overdenture telah banyak digunakan oleh dokter gigi dan memiliki banyak pilihan jenis alat bantu retensi yang dapat diaplikasikan pada overdenture, antara lain menggunakan clip yang dipasang pada gigitiruan dengan interconecting bar, penggunaan O-ring yang dilekatkan pada gigitiruan overdenture yang menggunakan retensi ball attachment, dan alat bantu retensi terbaru yang saat ini sering digunakan yaitu dengan penggunaan magnit. Overdenture didesain untuk mendistribusikan beban pengunyahan diantara lingir edentulus dan gigi penyangga. Overdenture dapat meneruskan gaya oklusal menuju tulang alveolar dengan melewati ligamen periodontal ke otot mastikasi, dapat mencegah kelebihan beban oklusal sehingga dapat mengurangi resorpsi tulang akibat kelebihan gaya. Gigitiruan overdenture secara bermakna dapat memberikan kepuasan, kenyamanan, stabilitas dan kemampuan mengunyah yang lebih baik dibandingkan dengan gigitiruan konvensional. Rehabilitasi den gan penggunaan gigitiruan overdenture pada rahang bawah yang tak bergigi menghasilkan perbaikan yang signifikan dibandingkan dengan gigitiruan konvensional.
Penatalaksanaan bruksisma pada anak Fajriani .; Marhamah Firman
Makassar Dental Journal Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.602 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v1i2.49

Abstract

Bruksisma yang diderita oleh seorang anak biasa pula disebut sebagai gigi mengasah sewaktu tidur dan terjadinya suara grinding. Kondisi ini merupakan aktivitas yang tidak normal dan biasanya hampir pernah terjadi pada seluruh manusia seumur hidupnya. Pada beberapa orang, intensitas bruksisma ringan dan tidak sampai mengganggu kesehatan. Akan tetapi menurut hasil suatu penelitian, 25 % orang yang mengalami bruksism, mendapatkan pengaruh jelek bagi kesehatannya. Perawatan bruksisma pada anak-anak masih menjadi kontroversi. Tidak ada kesepakatan mengenai efektivitas pilihan perawatan, dan studi ilmiah yang ada tidak dapat dibandingkan untuk menilai efikasi atau keampuhan suatu perawatan. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan yang baik bagi praktisi dokter gigi dalam perawatan bruksisma khususnya pada anak.
Apoptosis sel asinar kelenjar submandibularis tikus wistar jantan akibat radiasi ionisasi sinar foton dan elektron Sarianoferni .; Eha Renwi Astuti
Makassar Dental Journal Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.112 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v1i2.50

Abstract

Radiasi foton dan elektron mempunyai energi transfer yang tinggi dalam materi biologi. Radiasi ini dapat menyebabkan kematian sel secara langsung mengenai unsur yang penting yaitu DNA yang terdapat pada inti sel, sehingga tidak tergantung dari radikal bebas dalam merusak DNA. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya peningkatan apoptosis diikuti dengan menurunnya sekresi saliva tikus setelah iradiasi foton dan elektron dengan dosis fraksinasi 10 Gy pada waktu pengamatan 24 jam setelah iradiasi berakhir. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratoris dengan menggunakan tikus rattus norvegicus galur wistar jantan sebagai hewan coba. Dua puluh satu ekor tikus (250-300 g) diiradiasi sinar foton dan elektron dengan dosis fraksinasi (10 Gy terbagi dalam 5 fraksi). Kelompok kontrol tidak diiradiasi. Sekresi saliva diambil sebelum dan sesudah radiasi. Pemeriksaan sel yang mengalami apoptosis diamati dengan metode TUNEL assay. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan dosis fraksinasi dapat menyebabkan perbedaan yang signifikan antara kontrol apoptosis dan kelompok perlakuan. Dari uji korelasi didapatkan adanya hubungan antara jumlah sel yang mengalami apoptosis dengan sekresi saliva sesudah iradiasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dibuktikan bahwa terjadi peningkatan apoptosis sel asinar kelenjar submandibularis dan penurunan sekresi saliva setelah iradiasi foton dan elektron dosis fraksinasi 10 Gy pada pengamatan 24 jam setelah iradiasi berakhir.
Perawatan sederhana prostodontik pencegahan pada pasien lansia Moh. Dharma Utama; Angela Th. K; Muh. Ikbal
Makassar Dental Journal Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.885 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v1i2.51

Abstract

Perawatan yang dilakukan pada pasien lansia ditujukan untuk mempertahankan agar gigi dan jaringan yang masih ada di dalam rongga mulut dapat dipertahankan selama mungkin, dan mencegah agar tidak terjadi resorpsi y ang cepat dari lingir alveolar. Mempertahankan gigi atau sisa akar pada umumnya dihubungkan dengan pemeliharaan lingir alveolar, yaitu usaha untuk mempertahankan tinggi dari lingir alveolar yang tersisa . Dari beberapa laporan dikatakan bahwa perawatan dengan overdenture dapat mempertahankan tinggi dari lingir alveolar. Perawatan dengan overdenture mempertimbangkan konsep preventif, oleh karena itu dapat dikatakan sebagai perawatan pencegahan dalam bidang prostodonsia. Alasan dari pendekatan perawatan menggunakan overdenture yang didukung oleh gigi yang masih ada akan dibahas pada dua pasien berusia lanjut.
Sudut pandang dari segi hukum dan Kode Etik Kedokteran Gigi dalam praktik kedokteran gigi Peter Sahelangi
Makassar Dental Journal Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (37.496 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v1i2.52

Abstract

Dalam menjalankan profesinya sehari hari sebagai seorang dokter gigi, suka atau tidak suka pada suatu ketika pasti akan menghadapi hal yang berkaitan dengan etik, hukum dan Undang Undang. Forensik odontologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang berkaitan dengan hukum dan keadilan dengan melakukan pemeriksaan yang profesional terhadap bukti bukti yang berhubungan dengan gigi dan rongga mulut. Hal yang berkaitan dengan hukum dan etika antara lain malpraktek dokter gigi, kecurangan dokter gigi (dental fraud), membantu penyidik untuk membuat visum et repertum pada kasus kasus kriminal seperti KDRT, kekerasan terhadap anak, analisis korban bekas gigitan, identifikasi korban bencana massal bahkan sampai maju kesidang pengadilan sebagai saksi ahli. Kode Etik Kedoteran Gigi Indonesia merupakan acuan yang mengutamakan kepentingan pasien dokter gigi dan menjaga keluhuran profesi Kedokteran Gigi dan ditangani oleh badan khusus PDGI dengan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Gigi Indonesia. Undang-Undang tentang Praktek Kedokteran merupakan landasan hukum yang harus dipatuhi oleh semua dokter gigi di Indonesia yang jika dilanggar akan berakibat sanksi pidana kurungan dan sanksi perdata denda yang jumlahnya cukup besar. Sosialisasi yang berkesinambungan terutama bagi para dokter gigi baru, serta pengawasan yang ketat dari instansi terkait seperti Departemen Kesehatan dan organisasi profesi sangat membantu para dokter gigi dari tuntutan hukum pasien atau keluarganya.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol. 12 No. 2 (2023): Volume 12 Issue 2 Agustus 2023 Vol. 11 No. 1 (2022): Volume 11 Issue 1 April 2022 Vol. 10 No. 3 (2021): Volume 10 Issue 3 Desember 2021 Vol. 10 No. 2 (2021): Volume 10 Issue 2 Agustus 2021 Vol. 10 No. 1 (2021): Volume 10 Issue 1 April 2021 Vol. 9 No. 3 (2020): Volume 9 Issue 3 December 2020 Vol. 9 No. 2 (2020): Volume 9 No 2 Agustus 2020 Vol. 9 No. 1 (2020): Volume 9 No 1 April 2020 Vol. 8 No. 3 (2019): Vol 8 No 3 Desember 2019 Vol. 8 No. S - 2 (2019): Volume 8 Suplemen 2 2019 Vol. 8 No. 2 (2019): Vol 8 No 2 Agustus 2019 Vol. 8 No. 1 (2019): Volume 8 No 1 April 2019 Vol. 8 No. S - 1 (2019): Volume 8 Suplemen 1 2019 Vol. 7 No. 3 (2018): Volume 7 No 3 Desember 2018 Vol. 7 No. 2 (2018): Vol 7 No 2 Agustus 2018 Vol. 7 No. 1 (2018): Vol 7 No 1 April 2018 Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017 Vol. 6 No. 2 (2017): Vol 6 No 2 Agustus 2017 Vol. 6 No. S-1 (2017): Vol 6 Suplemen 1 2017 Vol. 6 No. 1 (2017): Vol 6 No 1 April 2017 Vol. 5 No. 3 (2016): Vol 5 No 3 Desember 2016 Vol. 5 No. 2 (2016): Vol 5 No 2 Agustus 2016 Vol. 5 No. 1 (2016): Vol 5 No 1 April 2016 Vol. 5 No. S - 1 (2016): Vol 5 Suplemen 1 2016 Vol. 4 No. 6 (2015): Vol 4 No 6 Desember 2015 Vol. 4 No. 5 (2015): Vol 4 No 5 Oktober 2015 Vol. 4 No. 4 (2015): Vol 4 No 4 Agustus 2015 Vol. 4 No. 3 (2015): Vol 4 No 3 Juni 2015 Vol. 4 No. 2 (2015): Vol 4 No 2 April 2015 Vol. 4 No. 1 (2015): Vol 4 No 1 Februari 2015 Vol. 3 No. 6 (2014): Vol 3 No 6 Desember 2014 Vol. 3 No. 5 (2014): Vol 3 No 5 Oktober 2014 Vol. 3 No. 4 (2014): Vol 3 No 4 Agustus 2014 Vol. 3 No. 3 (2014): Vol 3 No 3 Juni 2014 Vol. 3 No. 2 (2014): Vol 3 No 2 April 2014 Vol. 3 No. 1 (2014): Vol 3 No 1 Februari 2014 Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013 Vol. 2 No. 5 (2013): Vol 2 No 5 Oktober 2013 Vol. 2 No. 4 (2013): Vol 2 No 4 Agustus 2013 Vol. 2 No. 3 (2013): Vol 2 No 3 Juni 2013 Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013 Vol. 2 No. 1 (2013): Vol 2 No 1 Februari 2013 Vol. 1 No. 6 (2012): Vol 1 No 6, Desember 2012 Vol. 1 No. 5 (2012): Vol 1 No 5, Oktober 2012 Vol. 1 No. 4 (2012): Vol 1 No 4, Agustus 2012 Vol. 1 No. 3 (2012): Vol 1 No 3, Juni 2012 Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012 Vol. 1 No. 1 (2012): Vol 1 No 1, Februari 2012 More Issue