cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 21, No 1 (2015)" : 10 Documents clear
SISTEM DINAMIK OPTIMALISASI PENGGUNAAN ENERGI SEKTOR DOMESTIK DI DUA DESA KABUPATEN BANDUNG BARAT Oktavariani, Diva; Sofyan, Asep
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.649 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.8

Abstract

Abstrak: Energi memainkan peranan yang sangat penting dalam semua sektor kehidupan (industry, transportasi, rumah tangga, komersil, dan lain-lain), sementara memasak adalah kegiatan utama yang rutin dilakukan di rumah tangga. Bahan bakar yang dominan digunakan adalah gas elpiji dan kayu bakar. Meningkatnya jumlah penduduk akan diiringi oleh meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar, yang akan berdampak pada peningkatan konsumsi energi dan peningkatan emisi CO2 (gas rumah kaca) ke atmosfer. Penggunaan kayu bakar yang masih cukup banyak di Kabupaten Bandung Barat sehingga perlu dilakukannya suatu kajian konversi bahan bakar dalam upaya penurunan jumlah pengguna kayu bakar, konsumsi energi dan emisi CO2 yang dihasilkan. Penelitian ini menyajikan analisis terhadap upaya optimalisasi penggunaan energi di sektor domestik (bahan bakar untuk memasak) dengan menggunakan bantuan perangkat lunak STELLA®. Penentuan pola konsumsi bahan bakar di Kabupaten Bandung Barat, Identifikasi terhadap komponen yang mempengaruhi pola konsumsi bahan bakar di rumah tangga, hingga membangun pemodelan sistem dinamik, merupakan tahapan metodologi dalam penelitian ini. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 85% KK di Desa Lembang menggunakan elpiji sebagai bahan bakar utama untuk memasak, sisanya menggunakan kayu bakar. Sementara di Desa Tenjolaut 63% KK menggunakan kayu bakar dan sisanya menggunakan elpiji. Adapun komponen utama yang mempengaruhi penggunaan jenis bahan bakar untuk memasak adalah pendapatan keluarga dan kedekatan lokasi dengan perkebunan/ hutan. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa pola konsumsi energi dari kedua desa memiliki kecenderungan untuk terus naik setiap tahunnya. Akan tetapi, jika diberikan skenario intervensi berupa pengurangan jumlah pengguna kayu bakar maka pola konsumsi energinya akan mengalami penurunan begitupun halnya dengan emisi CO2 yang dihasilkan. Di Desa Lembang, pada tahun 2025 diperkirakan nilai konsumsi energinya sebesar 437 TJ, setelah diberikan intervensi yang intensif maka dihasilkan penurunan konsumsi energi hingga menjadi 201 TJ. Di Desa Tenjolaut, konsumsi energi di tahun 2025 diperkirakan sebesar 391 TJ dan kemudian turun menjadi 278 TJ setelah diberikan intervensi. Emisi CO2 di Desa Lembang pada tahun 2020 diperkirakan akan berkurang sebesar 8.536 ton CO2, sementara Desa Tenjolaut diperkirakan total emisi CO2 nya akan berkurang sebesar 11.400 ton CO2 di tahun 2025. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Desa Lembang lebih cepat untuk mencapai program penurunan penggunaan kayu bakar. Kata kunci: konsumsi energi, sektor domestik, sistem dinamik, dan emisi CO2 Abstract: Energy plays a very important role in all sectors of life (industry, transportation, household, and commercial), while cooking is a primary activity done by the household. Cooking fuel that usually used by the households are LPG and firewood. Increase in population and the needs of fuel, will effect on the enhancement of the energy consumption and CO2 emission (green house gases) to the atmosphere. The use of firewood in Bandung Barat regency is much enough, so then we need to have a research in order to find the solution in decreasing the number of people who used a firewood, decreasing the energy consumption and CO2 emission. This research presents an analysis on the optimizing the used of energy in domestic sector, especially the use of cooking fuel, by using software STELLA®. The methodology in this research start with the determination the pattern of fuel consumption in Bandung Barat Regency, identification the components that affect the pattern of fuel consumption in household, and last,  built a system dynamics. The questionnaire shows that 85% of household in Lembang village is using LPG and the rest is using firewood. Meanwhile, in Tenjolaut village, 63% of household using firewood and the rest is using LPG. Main components that influence the household in choosing the cooking fuel are income and distance to the plantation or forest. The results of model simulation shows that pattern of energy consumption in both villages have the same trend, which is increasing. However, if we give an intervention by reducing the number of firewood user, the pattern of energy consumption and CO2 emissions is tend to fall. In Lembang village, the energy consumption in 2025 is predicted to be 437 TJ, it will decrease to 201 TJ after some intensive intervention. In Tenjolaut village, the energy consumption in 2025 is predicted to be 391 TJ and after some intervention, it will become 278 TJ. Emission of CO2 in Lembang village will decrease as much as 8.536 ton CO2 in 2020, while in Tenjolaut village, it will decrease at amount of 11.400 ton CO2 in 2025. From the above explanation, it is conclude that Lembang village will able to first reach the program for reducing the used of firewood compared to Tenjolaut village. Keywords: energy, domestic sector, system dynamics, and optimization
DINAMIKA JUMLAH SAMPAH YANG DIHASILKAN DI KOTA BANDUNG Zulfinar, Zulfinar; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.587 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.3

Abstract

Abstrak: Umumnya permasalahan yang dialami oleh kota-kota menengah dan besar di Indonesia adalah masalah persampahan. Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah timbulan sampah, seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, standar hidup yang tinggi, perilaku masyarakat dan sektor informal. Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah timbulan sampah. Oleh karenanya perlu mengetahui seberapa dinamis jumlah timbulan sampah sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Kota Bandung. Metode pendekatan sistem dinamik dengan menggunakan simulasi, didapat proyeksi sampah yang dihasilkan Kota Bandung dengan menerapkan berbagai skenario hingga tahun 2034. Timbulan sampah selama masa simulasi memiliki perubahan-perubahan yang cukup dinamis dengan parameter sensitivitas berupa parameter timbulan sampah perkapita. Kata Kunci: sampah, sistem dinamis, simulasi, sensitivitas Abstract: Generally, the problems experienced by the cities of medium and large companies in Indonesia is the problem of waste. Many factors led to increased amount of waste, such as population growth, economic growth, higher living standards, social behavior and informal sector. Bandung is one of the cities that have the factors that led to the increasing amount of waste. Therefore, need to know how dynamic the amount of waste in accordance with the development and population growth in the city of Bandung. Dynamical systems approach using simulations obtained projection Bandung waste generated by applying various scenarios until the year 2034. Waste generation during simulation has changes quite dynamic parameters such as parameter sensitivity of waste generation per capita. Keywords: garbage, dynamic systems, simulation, sensitivity
MODEL PRAKIRAAN DEBIT AIR DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENGELOLAAN WADUK KEDUNG OMBO Hutagalung, Shanty Elizabeth Maretina; Sabar, Arwin
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.761 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.9

Abstract

Abstrak: Pemanfaatan Waduk Kedung Ombo (WKO) sebagai waduk multiguna ternyata masih belum optimal. Hal ini ditandai dengan terjadinya kekurangan air di hilir pada musim kering, dan air melimpas pada musim hujan. Padahal bila dikelola dengan optimal, WKO bisa sebagai sumber air baku dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) karena hingga saat ini WKO hanya digunakan terbatas untuk irigasi dan PLTA. Adanya permasalahan terhadap ketidakpastian masa depan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian pola pengusahaan waduk Kedung Ombo optimal  untuk  standar operasional Waduk.  Pendekatan yang dilakukan dalam pengelolaan waduk adalah dengan metode korelasi spasial (hujan dan debit dan metode diskrit markov yang menggunakan prinsip model stokastik markov 3 kelas. Dengan menggunakan data debit inflow WKO dari tahun 1991-2011 didapatkan beberapa hasil prakiran debit masa depan dengan menggunakan dua komponen hidrologi yaitu hujan dan debit. Pada metode korelasi spasial hujan dan debit dilakukan dengan menguji 5 kombinasi komponen hujan dan debit untuk kemudian dipilih yang mempunyai hasil korelasi tertinggi terhadap debit aktualnya. Dari perhitungan diketahui bahwa kombinasi tipe PQQQ yang mempunyai nilai korelasi tertinggi, yaitu 0,87 sedangkan untuk metode markov didapatkan hasil yang sangat baik dengan koefisien korelasi 0,958. Kemudian nantinya metode markov ini akan digunakan dalam perhitungan manajemen waduk optimal dalam rangka melihat potensi WKO sebagai sumber air baku bagi SPAM di wilayah sekitarnya. Kata kunci: waduk kedung ombo, korelasi spasial, hujan, debit prakiraan Abstract: The utilization of Kedung Ombo Reservoir (WKO) as a multipurpose reservoir was considered suboptimum. It is clearly shown by the water shortages at the downstream in the dry season, and an overflown water during the rainy season. If it is managed optimally, WKO can be utilized as a raw water source in the development of drinking water supply system (SPAM) albeit it is only limited to be used for irrigation and hydropower plant today. The uncertainty of the future draws the urgency for a proper study on how to optimize the operational of Kedung Ombo reservoir as standardized operational procedure. The approach taken in the management of the reservoir is the spatial correlation method (rainfall ? discharge, and Markov discrete method which uses a model that applies the principal of Markov stochastic model 3 classes. By using the inflow discharge data of WKO, taken from the years of 1991-2011, the forecasted discharge value for the future can be obtained through two hydrological components which is rainfall and discharge. The method of the spatial correlation of rain-discharge has five sets of combinations between rain and discharge, where the results with the highest correlation number to its actual value will be opted. From the calculation it is known that the combination of PQQQ type has the highest correlation value, which is 0.87, whereas for the Markov method it obtained a very good results with a correlation coefficient of 0.958. Later on, the Markov method will be used in the optimal reservoir management calculation in order to see the potential of WKO  as a source of raw water for SPAM in the surrounding region. Keywords: Kedung Ombo dam, spatial correlation, presipitation, forecasted water discharge
PENGARUH INTEGRASI SEKTOR FORMAL DAN SEKTOR INFORMAL TERHADAP PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH DI TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA Febrino, Althariq; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1185.351 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.4

Abstract

Abstrak: Proses pengelolaan persampahan Kota Bandung masih bersifat parsial, dimana sektor formal belum mengoptimalkan peran serta sektor informal. Di satu sisi, sektor informal berpotensi sebagai kontributor dalam mereduksi timbulan sampah di tempat penampungan sementara (TPS/TPS 3R/SPA) melalui pemanfaatan sampah bernilai ekonomis (material recovery). Di sisi lain, PD Kebersihan belum menunjukkan kinerja yang optimal selaku sektor formal dalam konteks pengolahan dan pemanfaatan sampah di TPS/TPS 3R/SPA. Kondisi ini menjadi peluang bagi pengintegrasian kedua sektor tersebut untuk mengoptimalkan pengolahan dan pemanfaatan sampah, sehingga berimplikasi positif terhadap aspek teknis, aspek ekonomi, aspek kelembagaan, dan aspek sosial pengelolaan persampahan baik secara spesifik di TPS/TPS 3R/SPA maupun secara general di level kota. Material recovery rate sektor informal ditelusuri dengan menggunakan pendekatan material flow method, sedangkan kinerja PD Kebersihan ditelaah melalui penggunaan teori kegagalan pasar dan kegagalan pemerintah yang diaplikasikan sebagai konsep identifikasi persoalan kebijakan dalam kajian kelembagaan. Diskenariokan empat alternatif pengintegrasian untuk disimulasikan pada setiap lokasi studi, yang berimplikasi terhadap aspek teknis berupa reduksi sampah mencapai 1,35% - 8,05%; aspek ekonomi berupa peningkatan pendapatan sektor informal (pemulung) antara 2,41% - 106,63% dan sektor formal (PD Kebersihan) sebesar Rp 771.145,50 ? Rp 74.250.000 per bulan; aspek kelembagaan berupa aktivitas pengolahan dan pemanfaatan sampah yang terorganisir; dan aspek sosial berupa berkurangnya stigma negatif terhadap keberadaan sektor informal. Benefit Cost Ratio (BCR) diterapkan sebagai analisis pendukung dalam memilih alternatif pengintegrasian yang layak (nilai BCR >1) untuk diaplikasikan secara spesifik per lokasi studi. Kata kunci: sektor formal, sektor informal, integrasi, teori kegagalan pasar dan kegagalan pemerintah Abstract: Solid waste management in Bandung is partially managed, which the formal sector has not optimized the informal one. On one side, informal sector has a role aspotential contributor in reducing solid waste generation especially at transfer station (TPS/TPS 3R/SPA) through material recovery (recycling) activity. On the other hand, PD Kebersihan as formal sector has not shown optimal performance in the contexts of solid waste treatment at TPS/TPS 3R/SPA. This situation become an opportunity for integrating both formal and informal sector in order to optimize solid waste treatment which generate positive impact to technical, economic, instituional, and also social aspects in solid waste management. Material recovery rate which is conducted by informal sector is analyzed by using material flow method approachment, whereas PD Kebersihan performance is elaborated by using market and government failure theory as institutional policy identification concept. There are four integration alternative scenarios to be simulated at each study area, which which has implication on technical aspects such as solid waste reduction  for about 1.35% - 8.05%; economic aspects in the form of revenue increasing of informal sector (scavengers) between 2.41%-106.63% and formal sector (PD Kebersihan) in the amount of Rp 771,145.50?Rp 74,250,000 per month; institutional aspects which is represented by well organized of solid waste treatment activity; and social aspects such as the reduction of negative stigma against the existence of the informal sector. Benefit Cost Ratio (BCR) is applied as supporting analysis in order to choose feasible alternative of integration (BCR results>1)to be implemented specifically at study area. Keywords: formal sector, informal sector, integration, market failure and government failure theory
KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TANGERANG Widyarsana, I Made Wahyu; Zafira, Athaya Dhiya
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.235 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.10

Abstract

Abstrak: Sampah merupakan masalah yang dihadapi di hampir seluruh Negara di dunia termasuk Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yakni jumlah penduduk yang sangat tinggi. Wilayah studi dalam laporan ini yakni Kabupaten Tangerang, dengan total penduduk pada tahun 2014 mencapai 3.264.776 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Untuk itu perlu ada penanganan yang dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap kesehatan dan gangguan kelestarian fungsi lingkungan akibat sampah. Hal ini tidak terlepas dari hal penyediaan sarana dan prasarananya, oleh sebab itu dalam laporan ini akan dievaluasi terkait sarana prasarana yang dibutuhkan dimulai dari penanganan di sumber hingga ke tempat pemrosesan akhir. Kondisi pengelolaan sampah Kabupaten tangerang saat ini yakni 60% warga tidak memiliki wadah sampah, sistem pengumpulan sampah dominan tidak ada karena jumlah TPS yang ada sangat minim. Sehingga tidak adanya reduksi sampah dan sistem pengelolaan hanya kumpul angkut buang. TPA Jatiwaringin sebagai TPA yang menampung sampah Kabupaten Tangerang masih menggunakan metoda open dumping dengan fasilitas TPA yang sangat minim. Tidak adanya proteksi lingkungan dan manajemen landfill dengan baik berdampak pada usia layan pakai TPA dan wilayah sekitar TPA. Untuk mencapai universal akses 100-0-100 maka pada tahun 2019 diperlukan pengadaan 760.928 set bin, 159 TPST, penambahan 487 truk sampah, dan optimalisasi TPA dengan berpedoman pada peraturan menteri pekerjaan umum tentang penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga. Dengan pengadaan sarana prasarana tersebut, usia layan pakai TPA meningkat 1 tahun 26 hari. Selain rekomendasi teknis penanganan sampah yang ada harus ditunjang oleh berbagai aspek yakni pembiayaan dengan konsep sunsidi silang, regulasi terkait peraturan pengelolaan sampah, kerjasama dan koordinasi antar instansi terkait, serta peningkatan peran serta dan partsipasi masyarakat. Biaya satuan pengelolaan sampah yang dibutuhkan untuk perbaikan penanganan sampah Kabupaten Tangerang sejumlah Rp. 439.381/ton (tanpa depresiasi).  Kata kunci : pengelolaan sampah, kabupaten tangerang, universal akses, TPA, biaya satuan.  Abstract: Waste is a problem faced in almost all countries in the world including Indonesia. One of the factors that influence it is the high number of the Indonesian?s resident. The study area in this report are Tangerang District, with a total population in 2014 reached 3,264,776 inhabitants. Increasing population, changes in consumption patterns and lifestyles of people have increased the amount of generated waste, types and diversity of characteristics of the waste. For that we need immediate treatment that is done to minimize negative impacts on health and disruption of environment preservation function that caused by the waste. This is not apart from the provision of facilities and infrastructure, therefore, this report will be evaluated relating the infrastructure needed start from the handling at the source until to the landfill. Tangerang regency waste management conditions nowadays is that 60% of citizens do not have waste containers, dominant waste collection system does not exist because the number of polling stations was minimal. Therefore, no waste reduction and management systems just piling-haul-waste. Jatiwaringin landfill as landfill to accommodate the trash of Tangerang District that still use the method of open dumping with minimum landfill facilities. The absence of environmental protection and a good landfill management, have an impact on the usability age of landfill and the area around the landfill. To achieve universal access of 100-0-100 then by 2019 required the procurement of 760.928 sets bin, 113 TPST, adding 127 dump truck, and optimization of the landfill based on the public works minister regulations concerning implementation of infrastructure and waste facility in the handling of household waste and similar household waste. With the provision of means of the working paper, landfill disposable age (usability age) increased the service life of 1 year 26 days. In addition to technical recommendations of waste handling that is to be supported by the various aspects of the financing with the concept ?cross subsidy?, regulations related to regulation of waste management, cooperation and coordination among relevant agencies, as well as increased participation and of participation of society. The unit cost of waste management is needed Rp. 439.381 / ton (without depreciation). Keywords: waste management, Tangerang district, universal access, TPA, unit cost
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN TERHADAP TIMBULAN SAMPAH DI IBU KOTA PROVINSI JAWA DAN SUMATERA Prajati, Gita; Padmi, Tri; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.553 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.5

Abstract

Abstrak: Pertumbuhan penduduk, industrialisasi, urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi limbah padat perkotaan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola-pola lokal terkait perkembangan persampahan di Jawa dan Sumatera, menganalisis hubungan antara  variabel ekonomis dan demografi terhadap timbulan sampah, serta proyeksi timbulan sampah menggunakan uji model di pusat-pusat pertumbuhan. Penelitian ini melakukan analisis klaster, kuadran dan tipologi klassen untuk mengetahui pola karakteristik dan timbulan di Jawa dan Sumatera. Kemudian dilakukan analisis hubungan antara variabel demografi dan ekonomi terhadap timbulan sampah dan uji model Daskalopoulus, Khajuria serta pengembangan model Khajuria. Berdasarkan hasil analisis klaster, kuadran dan klasen typology diperoleh tiga pola timbulan di ibu kota provinsi Jawa dan Sumatera. Hasil analisis hubungan variable menunjukkan bahwa indeks harga konsumen, jumlah penduduk dan PDRB mempengaruhi timbulan sampah. Hasil uji coba model Daskalopoulos menunjukkan timbulan sampah di Jawa dan Sumatera dapat dijelaskan sebesar 33,7% oleh indeks harga konsumen per kategori. Hasil uji coba model Khajuria menunjukkan timbulan sampah di Jawa dan Sumatera dapat dijelaskan sebesar 42,5% oleh jumlah penduduk, PDRB, dan lama sekolah. Hasil uji pengembangan model Khajuria menunjukkan timbulan sampah di Jawa dan Sumatera dapat dijelaskan oleh jumlah penduduk, PDRB, lama sekolah, angka melek huruf, kepadatan penduduk dan pertumbuhan ekonomi sebesar 65,6%. Proyeksi timbulan sampah dilakukan menggunakan pengembangan model Khajuria dan persamaan diskriminan. Hasil proyeksi timbulan sampah menunjukkan bahwa kota Pangkalpinang dan Tanjungpinang merupakan kota dengan timbulan sampah tertinggi per lima tahun ke depan. Biaya pengelolaan sampah yang dibutuhkan oleh kedua kota tersebut cukup besar, yaitu di atas 0,8% dari PDRB.Kata kunci: timbulan sampah, uji model, proyeksi, PDRBAbstract: Population growth, industrialization, urbanization and economic growth increasing municipal solid waste. The purposes of this study were to identify patterns associated local waste development in Java and Sumatra, to analyze the relationship between economic and demographic variable to waste generation and to do the projection of waste generation using test models. Cluster, quadrant and Tipologi klassen analysis was done to determine the pattern of characteristics and waste generation in Java and Sumatra. Then analyzed the relationship between economic and demographic variables against waste generation and also performed Daskalopoulus, kahjuria and development of Khajuria model test. Based on cluster, quadrant and tipologi klassen analysis, there are three patterns of waste generation in Java and Sumatera. Population, consumer price index and GDP indicate the amount of waste generations. The test result of Daskalopoulos model was waste generation in Java and Sumatra can be explained 33.7% by consumption expenditure per category. The test result of Khajuria model was waste generation in Java and Sumatra can be explained 42.5% by total population, GDP, and school?s period. The development of Khajuria model showed that waste generation in Java and Sumatra can be explained 65.6% by total population, GDP, school?s period, literacy, economic growth and population density. Waste generations projected by the development of Khajuria model. Waste generation?s projection showed that Tanjungpinang and Pangkalpinang are cities with the highest waste generation in per five years. The cost that is spent for waste management also bigger in these city, above 0.8% from the GDP. Keywords: Waste generation, test model, projection, GDP
DEGRADASI SURFAKTAN SODIUM LAURYL SULFAT DENGAN PROSES FOTOKATALISIS MENGGUNAKAN NANO PARTIKEL ZNO Maretta, Aldila; Helmy, Qomarudin
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.1

Abstract

Abstrak: Sodium lauryl sulfat (SLS) merupakan salah satu surfaktan anionik yang terkandung di dalam sabun, shampo, deterjen, dan bahan pembersih lainnya. Penggunaan surfaktan SLS dalam aktivitas sehari ? hari menghasilkan limbah yang mengandung surfaktan SLS yang selanjutnya akan masuk ke dalam lingkungan. Keberadaan SLS pada lingkungan perairan dapat menggangu ekosistem seperti busa yang ditimbulkan dapat menurunkan konsentrasi oksigen terlarut dan dapat mengganggu perkembangbiakan organisme perairan. Diperlukan suatu teknologi pengolahan limbah yang mengandung surfaktan untuk mencegah efek buruk terhadap lingkungan. Fotokatalisis merupakan salah satu solusi dalam mengolah limbah yang mengandung surfaktan khususnya SLS. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan kondisi optimum pada proses fotokatalisis dalam mendegradasi senyawa SLS. Proses fotokatalisis dilakukan menggunakan sinar UV-C dengan panjang gelombang 200 ? 280 nm dan fotokatalis nano partikel ZnO. Fotokatalis nano partikel ZnO dibuat melalui proses presipitasi dan dilakukan analisis SEM yang menunjukan bahwa fotokatalis ZnO memiliki ukuran partikel yang termasuk dalam skala nano partikel. Kondisi optimum proses fotokatalisis didapat melalui percobaan menggunakan sebuah reaktor batch. Percobaan dilakukan dengan melakukan tiga jenis variasi percobaan yaitu variasi konsentrasi nano partikel ZnO sebesar 0,05, 0,1, 0,2, 0,4, dan 0,8 g. l?1, variasi pH sebesar 3, 5, 7, 9, dan 11, dan variasi proses yaitu menggunakan nano partikel ZnO saja, nano partikel ZnO dan sinar UV, sinar UV saja, dan tanpa menggunakan fotokatalis nano partikel ZnO maupun sinar UV. Hasil percobaan yang didapat menunjukkan bahwa kondisi optimum proses fotokatalisis yaitu menggunakan fotokatalisis nano partikel ZnO dan sinar UV dengan konsentrasi nano partikel ZnO sebesar 0,4 g. l?1, dan pada pH 9. Kata kunci: surfaktan, sodium lauryl sulfat (SLS), fotokatalisis, sinar UV, nano partikel ZnO, pH. Abstract: Sodium Lauryl Sulfat (SLS) is one of anionic surfactant which is contained in soap, shampoo, detergent, and other cleansers. Using SLS surfactant in daily activities produces wastewater which contains SLS surfactant that will be go into the environment. The presence of SLS surfactant in the water environment can disupt ecosystems such as reducing the dissolved oxygen by the presence of foam and can disrupt organisms breeding. A SLS surfactant wastewater treatment technology is needed to avoid the bad effect to the enviroment. Photocatalytic is one of solution to treat wastewater which contains surfactant especially SLS. The objective of this research is to determine the optimum conditions of photocatalytic process for SLS surfactant degradation. Photocatalytic process has done using UV-C ray with wavelength in range 200 ? 280 nm and ZnO nano particle as the photocatalyst. ZnO nano particle photocatalyst was made by precipitation process and the SEM anaysis has been done to show that the ZnO photocatalyst has particle size in nano particle scale. The optimum condition of photocatalytic process was obtained by experiment using a batch reactor. The experiment has been done by doing three kind of variations, that are Zno nano particle concentration variations as 0,05, 0,1, 0,2, 0,4, and 0,8 g. ?1, pH variations as 3, 5, 7, 9, amd 11, and process variations as just using ZnO nano particle, using ZnO nano particle and UV ray at the same time, just using UV ray, and without ZnO nano particle photocatalyst and UV ray. The result of the experiments show that the optimum condition of photocatalytic process is using ZnO nano particle photocatalysist and UV ray at the same time with ZnO nano particle concentration as 0,4 g. ?1at pH 9. Keywords: surfactant, sodium lauryl sulfate (SLS), Photocatalytic, UV ray, ZnO nano particle, pH.
KINETIKA DEGRADASI LIGNIN DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI PULP AND PAPER MENGGUNAKAN ADVANCED OXIDATION PROCESS (AOP) DENGAN KOMBINASI OZON DAN HIDROGEN PEROKSIDA Ristiawan, Ardhi; Syafila, Mindriany
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.925 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.6

Abstract

Abstrak: Secara umum, air limbah industri pulp and paper mengandung produk ekstraktif, karbohidrat, dan lignin. Lignin dan senyawa chlorinated organic merupakan senyawa utama yang menjadi concern dalam potensi pencemaran lingkungan. Pengolahan biologi secara konvensional hanya dapat mengolah sebagian senyawa organik yang terkandung dalam air limbah karena beberapa senyawa dalam air limbah industri pulp and paper merupakan senyawa persisten. Advanced oxidation process (AOP) merupakan alternatif dalam mendegradasi senyawa resistan yang terdapat dalam limbah cair industry pulp and paper. Prinsip pada proses AOP adalah pembentukan hidroksil radikal (OH*) yang merupakan molekul dengan kemampuan oksidasi yang sangat kuat sehingga dapat mendegradasi senyawa organik kompleks menjadi CO2 dan H2O. Salah satu teknologi AOP adalah O3/H2O2 (peroxone). Penggunaan metode ini lebih efektif jika dibandingkan dengan penggunaan O3 atau H2O2 secara sendiri-sendiri Pada penelitian ini akan dilakukan proses AOP menggunakan O3/H2O2 untuk mendegradasi lignin. Variasi feeding rate ozon, H2O2, dan waktu dilakukan pada sampel limbah cair untuk mengetahui kondisi optimal. Hasil menunjukkan bahwa penambahan dosis H2O2 pada proses ozonasi dapat meningkatkan efisiensi proses. Namun pada konsentrasi H2O2 berlebih dapat menjadi scavenger sehingga menurunkan efisiensi proses. Kondisi optimum diperoleh pada feeding rate ozon 26,7 ppm/dtk dan dosis H2O2 selama 2 jam pada pH asli limbah (7-8). Penyisihan COD pada kondisi tersebut sebesar 28% dan penyisihan lignin sebesar 88%. Biodegradabilitas air limbah menunjukkan peningkatan. Rasio BOD/COD meningkat dari 0,11 menjadi 0,33. Kata kunci: Advanced Oxidation Process (AOP), ozon, hidrogen peroksida, lignin Abstract: In general, pulp and paper wastewater contain extractive products, carbohydrates and lignin. Lignin and chlorinated lignin are the main compounds that could be potentially pollute environment. Conventional biological treatments only treat organic compounds partially because some organic compounds in pulp and paper wastewater are persistent organic compounds. Advanced oxidation process (AOP) is an alternative to degrade resistant compounds that contained in wastewater from pulp and paper industry. The principle of AOP is formation of hydroxyl radicals (OH*) which is a molecule with a very strong oxidizing ability that can degrade complex organic compounds to CO2 and H2O. O3/H2O2 (peroxone) is one of AOP?s technologies. This method is more effective then uses O3 or H2O2 alone. This study conducted AOP process using O3/H2O2 for lignin removal. Variations of ozone feeding rate, H2O2, and reaction time conducted to determine the optimal condition. Results showed that the addition of H2O2 doses on ozonation process can improve the efficiency of the process. But the excedd concentration of H2O2 could be a scavenger thus reducing the efficiency of the process. The optimum condition obtained in the ozone feeding rate of 26.7 ppm/sec and 100 mg/l dose of H2O2 for 2 hours at the original pH of wastewater (7-8) with 28% COD removal and 88% lignin removal. Ozonation combined by H2O2 increased biodegradability of wastewater. BOD/COD ratio increased from 0.11 to 0.33. Keywords: Advanced Oxidation Process (AOP), ozone, hydrogen peroxide, lignin
STUDI AWAL PEMANFAATAN LUMPUR SUNGAI CILIWUNG DI SEKITAR MASJID ISTIQLAL DENGAN PROSES PENGOMPOSAN Rachman, Adhitya Nur; Chaerul, Moch
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.2

Abstract

Abstrak: Lumpur sungai merupakan salah satu limbah padat dan menjadi salah satu penyebab bencana alam di Indonesia terutama banjir. Dibutuhkan satu teknologi pengolahan yang tepat guna sehingga dapat meminimalisir timbunan lumpur yang ada. Salah satu cara untuk mengatasi timbulan lumpur ini adalah dengan menjadikan lumpur sungai sebagai salah satu bahan pengomposan. Penelitian ini berfokus pada uji karakteristik lumpur Sungai Ciliwung yang ada di sekitar Masjid Istiqlal sebagai bahan pengomposan. Karakteristik lumpur sungai yang diukur adalah kadar air, volatil, abu, karbon, nitrogen, phospat dan kalium. Lumpur sungai kemudian akan dikomposkan dengan metode pengomposan secara aerob dengan 2 metode dimana metode yang digunakan adalah windrow dan passive aerated static pile. Lumpur sungai sebagai bahan baku akan dicampur dengan jerami sebagai bulking agent. Selanjutnya, pada metode passive aerated static pile digunakan 2 variasi yaitu terowongan kompos segitiga menggunakan bambu dengan ukuran 160 x 30 x 20 cm dan pipa PVC dengan ukuran 160 x 40 x 60 cm. Pengomposan dilakukan selama 90 hari yang berlokasi di PPS Sabuga. Review terhadap 3 metode pengomposan yang digunakan akan dilakukan untuk dapat menganalisis kinerja optimum dari reaktor pengomposan. Kata Kunci: Lumpur, Kompos, Ciliwung, C/N Abstract: Mud River is one of the solid waste and one of the causes natural disasters in Indonesia, especially floods. It takes an appropriate processing technology to minimize the existing pile of mud. One way to overcome this sludge generation is making the mud of the river as one of the composting material. This study focused on testing the characteristics of the Ciliwung River mud around the Istiqlal Mosque as composting material. Measured characteristics of river mud are moisture, volatiles, ash, carbon, nitrogen, phosphate and potassium. River mud will then be composted by aerobic composting method with two methods. These methods are windrow and passive aerated static pile. River mud as a raw material will be mixed with straw as a bulking agent. Furthermore, the passive aerated static pile method used two variations . First is compost tunnels using bamboo triangle with a size of 160 x 30 x 20 cm and Second is PVC pipes with a size of 160 x 40 x 60 cm. Composting is done for 90 days located in PPS Sabuga. Review of 3 composting method used will be conducted to analyze the optimum performance of the composting reactor. Keywords: Mud, Compost, Ciliwung, C/N
OPTIMASI RASIO SOLID/LIQUID PADA TEKNIK SOIL WASHING TANAH TERKONTAMINASI MINYAK DARI PROSES EKSPLORASI MINYAK BUMI Jatnika, Agus; Hadrah, Hadrah
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.676 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.7

Abstract

Abstrak: Salah satu alternatif teknik pengolahan tanah terkontaminasi minyak dengan remediasi secara fisik dan kimia adalah dengan teknik soil washing. Soil washing adalah proses reduksi volume atau miniminasi limbah dimana partikel tanah yang mengandung mayoritas kontaminan dipisahkan dari fraksi bulk tanah, atau kontaminan disisihkan dari tanah dengan larutan kimia dan di-recovery dari larutan dalam bentuk substrat padat. Kajian awal yang dilakukan untuk menerapkan teknik soil washing adalah karakteristik tanah tercemar minyak yaitu analisa Oil and Grease, TPH, GCMS, grain size, dan XRD. Tanah dengan tekstur sand, loam dan sandy loam yang mengandung TPH dengan persentase 2,34%, 1,61% dan 4,48% secara berurutan akan diolah dengan teknik soil washing menggunakan surfaktan Tween 80 dan rasio solid/liquid yang sesuai. Hasil variasi konsentrasi larutan surfaktan menunjukkan bahwa konsentrasi surfaktan optimum dalam penyisihan TPH dari ketiga tekstur tanah adalan 0,25% untuk tanah sand, 1% untuk tanah loam dan 0,5% untuk tanah sandy loam. Sedangkan rasio solid/liquid optimum adalah 1:15 (gr/ml) untuk ketiga tekstur tanah. Penyisihan TPH yang tercapai dengan pengadukan selama 10 jam dari masing-masing tekstur tanah adalah 85,32% pada tanah sand, 47,65% pada tanah loam, dan 72,94% pada tanah sandy loam. Koefisien distribusi (Kd) TPH setelah proses soil washing tanah sand, loam dan sandy loam adalah 0,388 g/ml, 0,071 g/ml, dan 0,180 g/ml. Kata Kunci: soil washing, surfaktan, rasio solid/liquid, tangki berpengaduk Abstract: Among alternative technique for remediation of contaminated soil is chemical and phsycal technique that is soil washing. soil washing is a volume reduction/waste minimization treatment process where those soil particles which "host" the majority of the contamination are separated from the bulk soil fractions, or contaminants are removed from the soil by aqueous chemicals and recovered from solution on a solid substrate. Pre-study for application of soil washing is examination of soil characteristics including Oil and Grease, TPH, GCMS, grain size and XRD analysis. Sand, Loam, and Sandy Loam with TPH consentration of 2.34%, 1.61% and 4.48% respectively will be treated using Tween 80 surfactant enhanced soil washing method and optimum solid/liquid ratio. Variation in surfactant solution resulting the optimum surfactant concentration of 0.25% for sand, 1% for loam, and 0.5% for sandy loam. Meanwhile optimum solid/liquid ratio for the soils are 1:15 (gr/ml). TPH removal achieved after agitation for 10 hours of three types of soil are 85.32% for sand, 47.65% for loam, dan 72.94% for sandy loam. TPH distribution coefficient (Kd) after soil washing of sand, loam and sandy loam were 0,388 g/ml, 0,071 g/ml, and 0,180 g/ml respectively. Keyword: soil washing, surfactant, solid/liquid ratio, agitated vessel

Page 1 of 1 | Total Record : 10