cover
Contact Name
Muh. Asroruddin
Contact Email
asror.fakod@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalalamin16@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. lombok barat,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
ISSN : 25274155     EISSN : 25276557     DOI : -
Jurnal ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STAI al-Amin, Gersik, Kediri, Lombok Barat. Jurnal ini memuat segala kajian-kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan. Jurnal ini diterbitkan dua kali dalam setahun, yaitu bulan Juni dan Desember. Dengan ini kami Tim redaksi mengajak para Dosen, Peneliti, Pemerhati Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan untuk berkontribusi mengirimkan Karya Ilmiahnya, baik berupa Jurnal, Review Buku, ataupun Laporan Penelitian dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Murni merupakan karya sendiri, bukan hasil plagiat dari karya tulis lainnya, 2) Belum pernah dipulikasikan sebelumnya, 3) Tulisan berjumlah 7000 s/d 9000 kata, 4) Ukuran kertas A4 (kuarto), 5) Spasi 1,5pt. Penyerahan naskah tulisan dapat dikirim via email, atau dengan register dan meng-unggah langsung. Kerangka tulisan mencakup judul, abstraksi, kata kunci, isi atau pembahasan, kesimpulan, saran dan Daftar Pustaka. Abstrak menggunakan Bahasa Indonesia yang jelas dengan panjang antara 150 sampai dengan 300 kata (tidak lebih dari 1 halaman), dan spasi 1pt. yang terdiri dari latar belakang penelitian, metode penelitian, analisis, dan kesimpulan. Kata kunci terdiri dari 3-5 kata, dapat berbentuk kata atau frase. Sedangkan karya tulisan yang berbentuk Artikel harus menggunakan referensi. Naskah yang masuk akan dievaluasi oleh Tim Reviewer dan Editor Jurnal Al-Amin. Tim Reviewer dan Editor dapat melakukan perubahan secara sepihak pada format penulisan jika terdapat tulisan yang tidak sesuai, tanpa merubah substansinya.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan" : 6 Documents clear
Review Ragam Pembelajaran: Mereview Kembali Ragam Pembelajaran Moh Zarkani
Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam al-Amin, Gersik, Kediri, Lombok Barat, NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.581 KB)

Abstract

Pendidikan yang berlangsung selama ini lebih banyak mengejar target formalitas dan kurikulum yang telah ditetapkan, tetapi kurang banyak menekankan pada pencapaian tujuan yang berdimensi pembentukan watak dan kepribadian (character building). Proses pembelajaran yang berkembang masih lebih banyak berorientasi pada penguasaan pengetahuan (kognitif domain) dengan menggunakan model pembelajaran yang monolog, teks book, verbalistik (meski sudah mulai banyak dikenalkan berbagai strategi pembelajaran aktif, tetapi ironis juga karena di kalangan peserta didik tidak memiliki landasan kultural yang kokoh, fasilitas yang minim, dan tenaga pendidik yang ada merupakan stok dan produk lama dengan kultur yang lama pula).Nilai itu selalu dihadapi oleh manusia dalam hidup kesehariannya. Setiap kali mereka hendak melakukan sutau pekerjaan, maka harus menentukan pilihan di antara sekian banyak kemungkinan dan harus memilih. Di sinilah nilai akan menjalankan fungsinya. Nilai menjadi ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan atau tujuan tertentu. Nilai tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi manusia memasukkan nilai ke dalamnya sehingga barang atau peristiwa itu mengandung nilai. Oleh karena itu, subjeklah yang tahu dan menghargai nilai itu. Tanpa adanya hubungan subjek atau objek itu maka nilai tidak akan ada. Suatu benda akan ada, sekalipun manusia tidak ada. Akan tetapi, benda itu tidak bernilai, manakala manusia tidak ada. Nilai menjadi tidak bernilai jika manusia tidak ada.Ada beberapa faktor yang dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan internalisasi nilai-nilai kepada peserta didik, antara lain: 1) Kultur masyarakat Indonesia dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah, ditambah dengan multietnis dan budaya yang merupakan kondisi rentan terhadap berbagai pengaruh budaya luar yang masuk lewat kontak langsung maupun tayangan televisi. 2) Sistem pemerintahan (politik) yang dianut oleh negara berkembang pada umumnya adalah pemerintahan otoriter yang menempatkan pemerintah sangat leluasa dalam menentukan berbagai kebijakan. 3) Lembaga pendidikan itu sendiri tidak memiliki cukup konsep dan instrumen tentang pembelajaran nilai yang benar-benar dapat diandalkan untuk membina peserta didik. 4) Kondisi peserta didik (in-put) yang secara kuantitatif relatif banyak tetapi berkualitas rendah. Pendidikan nilai merupakan upaya pembentukan sikap dan tingkah laku seseorang, hal ini seperti dikemukakan oleh Smith dan Spranger, bahwa nilai-nilai mewarnai sikap dan tindakan individu karena ia harus senantiasa untuk dimiliki. Pendidikan nilai hendaknya bukan hanya sekadar tambahan (pelengkap), melainkan merupakan sesuatu yang hakiki dalam seluruh proses pendidikan. Pendidikan nilai menjadi kian penting ketika arus materialisme dan konsumerisme secara global terus mengikis nilai-nilai luhur dari kehidupan manusia, tidak hanya yang tinggal di kota-kota besar, bahkan sudah menyentuh desa-desa yang terpelosok sekalipun.
Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini: Sudut Pandang Psikologi Perkembangan Anak Fatma wati
Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam al-Amin, Gersik, Kediri, Lombok Barat, NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.593 KB)

Abstract

Para psikolog perkembangan yang mengasumsikan bahwa perubahan yang terjadi diasumsikan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan menghasilkan perilaku yang adaptif, lebih terorganisasi, lebih efektif, dan lebih kompleks. Dari berbagai kajian literatur, perkembangan fisik berhubungan dengan perubahan pada fungsi tubuh, perkembangan intelektual mencakup perkembangan kognitif dan bahasa yang berkaitan dengan proses berfikir. Sementara perkembangan emosi mengacu pada perkembangan yang berkaitan dengan emosi dasar manusia yang dirasa dan diekspresikan, sedangkan perkembangan sosial-moral berhubungan dengan berbagai perubahan berbagai cara anak ketika berhadapan dengan lingkungan sosial dan berbagai aturan serta tata krama yang ada. Dari pemaparan di atas maka penulis mengajukan rumusan permasalahan berikut: a) Bagaimanakah isu penting dalam mengembangkan diri anak? b) Bagaimanakan Peran Pendidikan dalam Membentuk Karakter Anak? c) Siapa sajakah yang Menjadi Sumber Pembentukan Karakter Anak?.Karakter merupakan wadah dari berbagai karakteristik psikologis yang membimbing anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan variasi lingkungan yang dihadapi. Dengan kata lain karakter akan ”memimpin” diri untuk mengerjakan sesuatu yang benar dan tidak mengerjakan sesuatu yang tidak benar. Karakter inilah menjadi penentu apakah anak mampu atau tidak menyesuaikan diri dengan keanekaragaman situasi yang dihadapinya. Hal ini terlihat dalam cara berperilaku anak yang merupakan akumulasi dari berbagai pembentukan aspek diri yang baik.Pendidikan yang menstimulasi perkembangan karakter anak pada intinya berisi tentang kajian yang berkenaan dengan norma dan nilai yang bermuara pada pembentukan moral. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap aktivitas pengasuhan dan pendidikan yang berorientasi kepada anak hendaknya bermuatan aktivitas belajar yang tidak hanya melibatkan aspek kognitif saja, melainkan juga melibatkan aspek afektif, serta sosial dan moral. Berkenaan dengan pembentukan karakter anak, ada lima hal yang dipertanyakan sebagai dasar untuk mengevaluasi proses pendidikan yang diterima anak, yaitu: 1)Bagaimana lingkungan memperlakukan anak?, 2)Bagaimana lingkungan terdekat (orang tua dan pendidik) memperlakukan orang lain ketika anak berada pada situasi tersebut?, 3) Apakah ada harapan untuk membentuk karakter yang baik pada anak dan lingkungannya, baik di dalam keluarga maupun di sekolah?, 4) Apakah anak diberi kesempatan untuk mempraktikkan karakter yang baik?, dan 5) Apakah ada kerjasama antara orangtua dan pihak sekolah?Kemudian yang menjadi sumber pembentukan karakter anak adalah: 1) keluarga, 2) Institusi Prasekolah (pendidik), 3) Teman sebaya, 4) Organisasi keagamaan, dan 5) Komunitas. Pada dasarnya Inti dari pendidikan karakter adalah membimbing individu untuk membentuk perilaku adaptif.
Kajian Aksiologi tentang Ilmu Pengetahuan dan Etika Kamar udin
Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam al-Amin, Gersik, Kediri, Lombok Barat, NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.591 KB)

Abstract

Aksiologi merupakan salah satu cabang dari filsafat yang membahas tentang nilai. Istilah axiologis berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Axiologis artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dari nilai. Problem aksiologi ujar Runes berkaitan dengan empat faktor penting sebagai berikut:a.Kodrat nilai berupa problem meneganai: apakah nilai berasal dari keinginan (Voluntarisme: Spinoza), kesenangan (Hedonisme: Epicurus, Bentham, Meinong), kepentingan (Perry), prefensi (Martineau), keinginan rasio murni (Kant), pemahaman mengenai kualitas tersier (Santayana), pengalaman sinoptik, kesatuan kepribadian atau (Personalisme: Green), berbagai pengalaman yang mendorong semangat hidup (Nietzsche), relasi benda-benda sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau konsekuensi sungguh-sungguh yang dapat dijangkau (Pragmatisme: Dewey).b.Jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara nilai intrinsik, ukuran untuk kebijakanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai instrumental yang menjadi penyebab (baik barang-barang ekonomis atau peristiwa alamiah) mengenai nilai-nilai intrinsik.c.Kriteria nilai artinya ukuran untuk menguji nilai yang dipengaruhi sekaligue oleh teori psikologi dan logika.d.Status metafisik nilai mempersoalkan tentang bagaimana hubungan nilai terhadap fakta-fakta yang diselidiki melalui ilmu-ilmu kealaman (Koehler), kenyataan terhadap keharusan (Lotze) pengalaman manusia tentang nilai pada realitas kebebasan manuisa (Hegel).Etika berasal dari bahsa Yunani ethikos, atau ethos yang berarti adat atau kebiasaan. Selanjutnya istilah etikhos berkembang menjadi ekuivalen dengan moralitas. Berkaitan dengan etika, ada tiga pengertian:1.Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakuknya.2.Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Misalnya kode etik.3.Etika merupakan ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap atau buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat – seringkali tanpa disadari- menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodeis. Etika dalam hal ini sama dengan filsafat moral.
Peranan Tuan Guru Persatuan Tarbiyah Islamiyah Nusa Teggara Barat dalam menanggulagi Kenakalan Remaja di Kabupaten Lombok Barat Budi Mansur
Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam al-Amin, Gersik, Kediri, Lombok Barat, NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.188 KB)

Abstract

Tuan Guru atau Kyai Istilah Jawa sebagai bagian dalam komponen masyarakat dan sebagai pewaris para Nabi mempunyai tugas dan tangung jawab dalam menyiarkan Agama Islam, mereka berkewajiban menyampaikan kebenaran nilai nilai ajaran Islam kepada seluruh masyarakat. Berangkat dari latar belakang, maka perlu di angkat beberapa permasalahan,antara lain:Apa saja program Tuan Guru/Kyai Provisi Nusa Tenggara Barat dalam menanggulangi kenakalan remaja di Kabupaten Lombok Barat? Problematika apa saja yang dihadapi Tuan Guru/Kyai Nusa Tenggara Barat dalam usaha menggulangi kenakalan remaja di Kabupaten Lombok Barat? Pendekatan dan Jenis Penilitian. Melihat permasalahan yang dijadikan bahan pembicaraan, tujuan dan manfaatnya, maka penelitian ini menggunakan metode, pendekatan yang bersifat kualitatif deskriptif. Metode kualitatif deskriptif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari orang-orang (subyek) itu sendiri. Metode ini penulis gunakan karena data yang dicari adalah data deskriptif tentang bagaimana”Peranan Tuan /Kyai untuk menanggulangi kenakalan remaja di Nusa Tenggara Barat. Alasan penulis menggunakan analisa kualitatif adalah karena objek yang akan diteliti berupa proses atau gejala yang sedang berkembang, situasi yang sedang dialami atau kecenderungan yang telah terjadi, dalam, hal ini khususnya yang berkaitan dengan Perannan Tuan Guru istilah Jawa, Lombok Barat (Tuan Guru Haji MS.Uddin MA Tuan Guru H. Azhar Rasidi,Tuan Guru Haji Muh.Siddiq,Tuan Guru Haji. Ramdhan). Dari hasil temuan peneliti dilapangan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan.Problematika dalam menanggulangi kenakalan remaja Nusa Tenggara Barat (Khususnya lombok barat yang dijadikan lokasi penelitian) antara lain: Adanya pengaruh dari dalam,Perhatian orang tua kurang ,Kesadaran itu sendiri mengaplikasikan antara teori dan praktek. Pengaruh dari luar.
Studi Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Keagamaan Diniyah di Kabupaten Lombok Barat H. Syamsul Hadi
Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam al-Amin, Gersik, Kediri, Lombok Barat, NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.88 KB)

Abstract

Selama kurun waktu yang panjang, pendidikan keagamaan Islam berjalan secara tradisi, berupa pengajian al-Qur’an dan pengajian kitab, dengan metode yang dikenalkan (terutama di Jawa) dengan nama sorogan, bandongan dan halaqah. Tempat belajar yang digunakan umumnya adalah ruang-ruang masjid atau tempat-tempat shalat “umum” yang dalam istilah setempat disebut: surau, dayah, meunasah, langgar, rangkang, atau mungkin nama lainnya. Perubahan kelembagaan paling penting terjadi setelah berkembangnya sistem klasikal, yang awalnya diperkenalkan oleh pemerintah kolonial melalui sekolah-sekolah umum yang didirikannya di berbagai wilayah Nusantara. Masalah pokok penelitian ini ialah tidak tersedianya informasi yang memadai dan mutakhir untuk mengevaluasi posisi dan eksistensi madrasah diniyah dalam masyarakat Indonesia sekarang. Secara khusus, penelitian ini berusaha menjawab tiga pertanyaan yang dari sisi evaluasi kebijakan dipandang bersifat mendasar: (1) Bagaimana warga masyarakat mengenal dan memahami madrasah diniyah; (2) Bagaimana madrasah diniyah menyelenggarakan pendidikan dan menghubungkannya dengan kebutuhan masyarakat; dan (3) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah diniyah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat. Pada masing-masing Kecamatan diambil satu Madrasah Diniyah secara purposive sebagai sasaran penelitian, dengan kriteria tergolong ke dalam Madrasah Diniyah yang mewakili tipe tertentu yang berbeda dengan Kecamatan lainnya.Dilihat dari kasus yang terjadi, madrasah diniyah yang dimaksudkan untuk menjadi pilihan pendidikan yang utama setidaknya mempunyai beberapa ciri yang menonjol. Pertama, program pendidikannya menempatkan penyajian ilmu-ilmu agama sebagai pelajaran utama, bukan sekadar bahan belajar tambahan bagi murid. Kedua, mengikut posisi pendidikannya tersebut, waktu belajar ditetapkan dan diatur sendiri tanpa harus memperhitungkan waktu belajar murid di sekolah atau madrasah formal yang mungkin juga mereka itu. Ketiga, merancang program pendidikannya untuk menjadi bagian dari penjenjangan pendidikan yang lengkap, dari tingkat dasar (awwaliyah), lanjutan pertama (wustha), dan lanjutan atas (‘ulya). Berdasarkan ciri-ciri yang telah dikemukakan terlihat bahwa madrasah yang menyediakan layanan pendidikan diniyah sebagai pendidikan utama menyelenggarakan program pendidikan tersebut dengan mengikuti standard pendidikan formal.
Pembinaan Moral Spiritual Siswa Melalui Pembiasaan Shalat Jamaah: Studi Analisis Siswa Madrasah Tsanawiyah NW Putra Narmada Muh. Asroruddin
Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Al-Amin: Kajian Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam al-Amin, Gersik, Kediri, Lombok Barat, NTB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.866 KB)

Abstract

Siswa Madrasah Tsanawiyah umumnya adalah berusia antara 12-16 tahun. Di usia itu, anak-anak Madrasah Tsanawiyah sedang memasuki masa transisi antara masa kanak-kanak dan menjelang dewasa dan juga mulai mengalami masa-masa datangnya pubertas, bahkan ada yang berpendapat bahwa masa ini hingga mereka menginjak Madrasah Aliyah. Masa ini adalah masa pancaroba yang perlu diwaspadai oleh orang tua dan keluarga. Di sinilah pentingnya arti pendidikan serta pengajaran agama, dimana pendidikan agama biasanya diartikan sebagai pendidikan yang materi bahasanya berkaitan dengan keimanan, ketakwaan, akhlak dan ibadah kepada Tuhan. Dengan demikian pendidikan agama berkaitan dengan pembinaan moral-spiritual yang selanjutnya dapat mendasari tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Kaitannya dengan hal ini, Madrasah Tsanawiyah NW Putra Narmada yang beralamat di jalan Tegal Banyu, Lembuak Kebon, Narmada, Lombok Barat mengadakan pembiasaan shalat berjamaah di madrasah sebagai upaya untuk pembinaan moral spiritual Siswa.Ada dua masalah yang diangkat dalam penelitian ini, Pertama, bagaimana pelaksanaan shalat berjamaah di Madrasah Tsanawiyah NW Putra Narmada? Kedua, Bagaimana dampak pembiasaan shalat berjamaah dalam pembinaan moral spiritual Siswa di Madrasah Tsanawiyah NW Putra Narmada?Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, lalu dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Penelitian ini menemukan beberapa hal, pertama program pembiasaan shalat berjamaah ini dimulai dengan pembelajaran wudhu dan shalat dengan baik dan benar. Shalat yang dilaksanakan secara berjamah yaitu shalat Dhuha, shalat Dzuhur, shalat Jum’at dan shalat Ashar. Kedua, Pelaksanaan pembiasaan shalat berjamaah yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah NW Putra Narmada telah memberikan dampak positif bagi Siswa baik di dalam maupun di luar lingkungan madrasah (hablun min-annas). Dari segi hubungan vertikal (hablun min-Allah), shalat jamaah merupakan satu bentuk amal ibadah untuk mengingat Allah Swt. sebagai penciptanya yang wajib disembah. Merekapun meyakini bahwa Allah Swt. senantiasa dekat dengannya. Jadi, mereka menjadi sadar bahwa semua kegiatan atau perbuatannya selalu diawasi oleh Allah Swt. Dampak pembiasaan shalat berjamaah terhadap pembinaan moral spiritual terhadap sesama manusia di Madrasah Tsanawiyah NW Putra Narmada antara lain Siswa mampu menerapkan beberapa sikap atau akhlak terpuji terhadap sesama manusia, yaitu rasa persaudaraan yang diaplikasikan melalui silaturrahmi, sopan santun terhadap setiap orang, bersikap jujur, baik perkataan maupun perbuatan, begitu pula kedisiplinannya meningkat dari tahun ke tahun.

Page 1 of 1 | Total Record : 6