cover
Contact Name
Dodik Setiawan Nur Heriyanto
Contact Email
dodiksetiawan@uii.ac.id
Phone
+6287738216661
Journal Mail Official
plr.editor@uii.ac.id
Editorial Address
Doctorate Program Faculty of Law Universitas Islam Indonesia Jalan Cik Dik Tiro No. 1, Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Prophetic Law Review
ISSN : 26862379     EISSN : 26863464     DOI : https://dx.doi.org/10.20885
Core Subject : Humanities, Social,
Prophetic Law Review is a law journal published by the Faculty of Law Universitas Islam Indonesia. The primary purpose of this journal is to disseminate research, conceptual analysis, and other writings of scientific nature on legal issues by integrating moral and ethical values. Articles published cover various topics on Islamic law, International law, Constitutional law, Private law, Criminal law, Administrative law, Procedural law, Comparative law, and other law-related issues either in Indonesia or other countries all over the world. This journal is designed to be an international law journal and intended as a forum for a legal scholarship which discusses ideas and insights from law professors, legal scholars, judges, and practitioners.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 48 Documents
The Legal Impacts And The Government’S Efforts To Respond To Electronic State Administrative Decisions Following The Enactment Of Law No. 11 Of 2020 On Job Creation Marojahan JS Panjaitan
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1: June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art6

Abstract

Responses to applications for state administrative decisions within a time frame of 10 working days as regulated in Article 53 of the Law No. 30 of 2014, which apparently does not provide legal certainty to applicants. This condition is attributed to the fact that electronic form of applications within the 10 working days will not automatically be granted, unless applicants apply to the State Administrative Court. On that basis, the provisions of Article 53 of the Law No. 30 of 2014 were amended by Law No. 11 of 2020 to guarantee the applicants that their electronic form of application within the time limit of five working days will be granted without going through a judicial process. Thus, this study aims to address two aspects, the legal impacts of the issuance of Electronic State Administrative Decree after the enactment of Law No. 11 of 2020, and the government’s efforts to respond to the issuance of Electronic State Administrative Decree after the enactment of Law No. 11 of 2020. The research was conducted using normative legal research, particularly library sources, and secondary data in the form of primary, secondary, and tertiary legal materials. The study showed that the legal impacts of an electronically submitted application for a state administrative decision according to Article 53 of the Law No.11 of 2020 have the same legal force as a state administrative decision issued directly by a government official. Clearly, the government’s efforts to issue electronic form of application for the State Administrative Decisions by individuals and/or legal entities after the enactment of Law No. 11 of 2020 are carried out to build digital-based governance in all lines of government.Keywords: government actions, decrees, permits. Dampak Hukum Dan Upaya Pemerintah Merespon Keputusan TUN Secara Elektronik Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penciptaan Lapangan Kerja Abstrak Tanggapan atas permohonan keputusan tata usaha negara dalam jangka waktu 10 hari kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, yang ternyata tidak memberikan kepastian hukum kepada pemohon. Kondisi ini disebabkan karena permohonan formulir elektronik dalam waktu 10 hari kerja tidak otomatis dikabulkan, kecuali pemohon mengajukan permohonan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Atas dasar itu, ketentuan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 untuk menjamin pemohon bahwa formulir permohonan elektronik mereka dalam batas waktu lima hari kerja akan diberikan tanpa melalui sebuah proses peradilan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk membahas dua aspek, yaitu dampak hukum dari diterbitkannya TUN secara Elektronik pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020, dan upaya pemerintah dalam merespon terbitnya TUN secara Elektronik pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020. Penelitian dilakukan dengan menggunakan penelitian hukum normatif, khususnya sumber kepustakaan, dan data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak hukum dari Permohonan TUN yang diajukan secara elektronik menurut Pasal 53 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 memiliki kekuatan hukum yang sama dengan keputusan TUN yang dikeluarkan langsung oleh pejabat pemerintah. Jelasnya, upaya pemerintah untuk menerbitkan Surat Keputusan Tata Usaha Negara secara elektronik oleh orang perseorangan dan/atau badan hukum pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 dilakukan untuk membangun pemerintahan berbasis digital di semua lini pemerintahan.Kata kunci: tindakan pemerintah, keputusan, izin.
Problems Of Implementation Of Electronic Land Certificate Arrangements As Debt Guarantee Kartina Pakpahan; Azharuddin; Leviyanti
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1: June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art4

Abstract

The implementation of land registration and electronic mortgage installation is intended to provide efficiency to rights holders and related agencies in carrying out activities in the land sector. This study aims to determine the positive law regarding the legal certainty of the parties to the electronic land certificate which is used as debt guarantee and the role of the Notary/Official Certifier of Title Deeds in the implementation of the installation of mortgage rights. Using library research, normative juridical methods, analyzing data with a qualitative approach. The Minister of Agrarian and Spatial Planning/Head of the National Land Agency realizes digital-based land registration activities as stipulated in the Regulation of the Minister of Agrarian Affairs and Spatial Planning/Head of the National Land Agency Number 1 of 2021 whose implementation has been postponed. Land-electronic certificates can be used as collateral for debtors' debts by making a deed of granting mortgage which is made and signed before the Land Deed Maker Officer which is then registered at the local National Land Agency Office. The Electronic Mortgage System is implemented as stated in the Regulation of the Minister of Agrarian Affairs and Spatial Planning/Head of the National Land Agency of the Republic of Indonesia Number 9 of 2019, the results of the mortgage certificate are in the form of printed electronic documents.Keywords: electronic land registration, notary/land deed maker officer. Permasalahan Pelaksanaan Pengurusan Sertifikat Tanah Elektronik Sebagai Penjaminan Hutang Abstrak Penyelenggaraan pendaftaran tanah dan pemasangan hipotek elektronik dimaksudkan untuk memberikan efisiensi kepada pemegang hak dan instansi terkait dalam melaksanakan kegiatan di bidang pertanahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hukum positif mengenai kepastian hukum para pihak atas akta tanah elektronik yang dijadikan jaminan utang dan peran Notaris/Pejabat Pemberi Sertifikat Hak Tanggungan dalam pelaksanaan pemasangan hak tanggungan. Menggunakan penelitian kepustakaan, metode yuridis normatif, menganalisis data dengan pendekatan kualitatif. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional merealisasikan kegiatan pendaftaran tanah berbasis digital sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2021 yang pelaksanaannya telah ditunda. Sertifikat tanah-elektronik dapat dijadikan jaminan utang debitur dengan membuat akta pemberian hak tanggungan yang dibuat dan ditandatangani di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang kemudian didaftarkan pada Kantor Badan Pertanahan Nasional setempat. Sistem Hak Tanggungan Elektronik dilaksanakan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019, hasil sertifikat Hak Tanggungan berupa elektronik tercetak. dokumen.Kata kunci: pendaftaran tanah elektronik, notaris/petugas pembuat akta tanah.
The Religious Courts’ Authority To Adjudicate Disputes Based On Principal Agreements And Security Agreements Due To Different Choice Of Law Sri Widodo
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1: June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art5

Abstract

A Sharia Banking Agreement is often secured by the Deed Granting Mortgage. These two agreements are different types and have different burden of proof. However, the existence of Sharia Banking Agreements as principal agreements is not often secured by the choice of law under Deed Granting Mortgage. This research will elevate the position of the legal burden of proof between Sharia Banking Agreements and Deeds of Granting Mortgage along with the legal consequences due to different legal choices between the Sharia Banking Agreement and Deed Granting Mortgage based on a study of Court Decision No.499/Pdt.G/2021/PA YK in the Religious Court of Yogyakarta. This research applied a normative approach with the literature study method based on the court decision and regulation as primary legal materials and used secondary legal materials including books, journals, and other legal works that are related to the topic. From this research obtained that between Sharia Banking Agreement and the Deed Granting Mortgage that secures have different types of agreements and the different burden of proof. Although Deed Granting Mortgage is an additional agreement it must secure the principal agreement which is Sharia Banking Mortgage. Based on Court Decision No.499/Pdt.G/2021/PA YK, whereas the Deed Granting Mortgage regulated on the authority of the District Court in the event of a dispute but because the principal agreement is Sharia Banking Agreement, it has authority from Religious Court to examine and settle disputes.Keywords: authentic deed, choice of law, sharia banking agreement, deed granting mortgage Kewenangan Pengadilan Agama Untuk Menyelesaikan Sengketa Berdasarkan Perjanjian Pokok Dan Perjanjian Jaminan Karena Perbedaan Pilihan Hukum Abstrak Perjanjian Perbankan Syariah sering kali dijamin dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan. Kedua perjanjian ini berbeda jenis dan memiliki beban pembuktian yang berbeda. Namun, keberadaan Perjanjian Perbankan Syariah sebagai perjanjian pokok sering kali tidak dijamin dengan pilihan hukum berdasarkan Akta Pemberian Hak Tanggungan. Penelitian ini akan mengangkat kedudukan beban hukum pembuktian antara Perjanjian Perbankan Syariah dan Akta Pemberian Hak Tanggungan beserta akibat hukumnya karena adanya perbedaan pilihan hukum antara Perjanjian Perbankan Syariah dan Akta Pemberian Hak Tanggungan berdasarkan kajian Putusan Pengadilan No.499 /Pdt.G/2021/PA YK di Pengadilan Agama Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dengan metode studi kepustakaan berdasarkan putusan dan peraturan pengadilan sebagai bahan hukum primer dan menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku, jurnal, dan karya hukum lainnya yang berkaitan dengan topik. Dari penelitian ini diperoleh bahwa antara Perjanjian Perbankan Syariah dan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang menjaminkan memiliki jenis perjanjian yang berbeda dan beban pembuktian yang berbeda. Walaupun Akta Pemberian Hak Tanggungan merupakan suatu perjanjian tambahan namun harus menjamin perjanjian pokok yaitu Hak Tanggungan Perbankan Syariah. Berdasarkan Putusan Pengadilan No.499/Pdt.G/2021/PA YK, bahwa Akta Pemberian Hak Tanggungan diatur menjadi kewenangan Pengadilan Negeri dalam hal terjadi perselisihan tetapi karena pokok perjanjiannya adalah Perjanjian Perbankan Syariah maka mempunyai kewenangan dari Pengadilan Agama untuk memeriksa dan menyelesaikan sengketa.Kata kunci: akta otentik, pilihan hukum, akad perbankan syariah, akta pemberian hak tanggungan
Regulations In Liew Of Statutes In States Of Emergency In Indonesia Lutfil Ansori
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1: June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art2

Abstract

The enactment of a Government Regulations in Lieu of Laws during states of emergency raises problems. This is evident so in the enactment of Government Regulation in Lieu of Law No. 1 of 2020 which was formed based on an emergency but used the framework of normal legal regime. Such has led to legal uncertainty and is hence vulnerable to abuse. This research was conducted to answer the problems regarding: the application of emergency laws in Indonesia and the government regulations in Lieu of Laws during states of emergency. This paper used normative legal research conducted by means of statutory, case study, and conceptual approaches. The study concludes that there have been some developments in the application of emergency law in Indonesia, since the status of the current public health emergency s is categorized as an emergency that must be responded to by legal regime in a state of emergency. From the aspect of legal regulation, it is apparent that there are various forms of emergency laws in Indonesia, and each of these legal forms has a different impact on the regulation and its legal binding power. However, the diverse arrangements of emergency laws are not supported by the standard concepts of the state of emergency and these arrangements tend to overlap which has caused ambiguity in the arrangement of emergency law in Indonesia. government regulations in lieu of laws that are stipulated the states of emergency bear the status of emergency regulations. Therefore, the issuance of a government regulations in lieu of Las in the state of emergency must comply with the legal principles of the state of emergency. On this basis, the issuance of government regulations in lieu of laws in the state of emergency must firmly determine the period of its validity as a way to ensure that the existence of the government regulations in lieu of laws does not create legal uncertainty.Keywords: government regulations in lieu of laws, state of emergency, emergency law. Peraturan Sebagai Pengganti Statuta Dalam Keadaan Darurat Di Indonesia Abstrak Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang pada saat keadaan darurat menimbulkan permasalahan. Hal ini terlihat dari lahirnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 yang dibentuk berdasarkan keadaan darurat tetapi menggunakan kerangka rezim hukum yang normal. Hal tersebut telah menyebabkan ketidakpastian hukum dan karenanya rentan terhadap penyalahgunaan. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan mengenai: penerapan undang-undang darurat di Indonesia dan peraturan pemerintah pengganti undang-undang pada saat keadaan darurat. Tulisan ini menggunakan penelitian hukum normatif yang dilakukan melalui pendekatan perundang-undangan, studi kasus, dan konseptual. Kajian menyimpulkan bahwa telah terjadi beberapa perkembangan dalam penerapan hukum kedaruratan di Indonesia, karena status kedaruratan kesehatan masyarakat saat ini dikategorikan sebagai kedaruratan yang harus ditanggapi oleh rezim hukum dalam keadaan darurat. Dari aspek pengaturan hukum, terlihat bahwa ada berbagai bentuk hukum darurat di Indonesia, dan masing-masing bentuk hukum tersebut memiliki dampak yang berbeda terhadap pengaturan dan kekuatan mengikat hukumnya. Namun, pengaturan undang-undang darurat yang beragam tidak didukung oleh konsep standar keadaan darurat dan pengaturan ini cenderung tumpang tindih yang menyebabkan ambiguitas dalam pengaturan undang-undang darurat di Indonesia. peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang mengatur keadaan darurat berstatus peraturan darurat. Oleh karena itu, penerbitan peraturan pemerintah pengganti Las dalam keadaan darurat harus sesuai dengan asas-asas hukum keadaan darurat. Atas dasar itu, penerbitan peraturan pemerintah pengganti undang-undang dalam keadaan darurat harus secara tegas menentukan masa berlakunya sebagai upaya untuk memastikan bahwa keberadaan peraturan pemerintah pengganti undang-undang tidak menimbulkan ketidakpastian hukum.Kata kunci: peraturan pemerintah pengganti undang-undang, keadaan darurat, hukum darurat.
In Favor Of An Immigration Data Protection Law In Indonesia And Its Utilization For Contact Tracing Jihyun Park; Dodik Setiawan Nur Heriyanto
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1: June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art1

Abstract

Immigration data form a substantial part of the border protection between countries. However, the quality and integrity of each country’s immigration data varies greatly in terms of technology and regulation. A country that has a weak a legal framework on data protection has proven to be easily abused by irresponsible parties. Including when Indonesia tries to carry out tracing by synchronizing the data in the Peduli Lindungi application with immigration data, there will be a potential violation of the privacy rights of individuals. Hence, this study applies a normative and empirical (mix) legal research methodology to analyze two keys issues: what are the advantages of synchronizing the domestic tracing application called Peduli Lindungi to the immigration data? and what kind of legal framework to prevent the misuse of personal data in Indonesia? With regulatory and comparative approaches, this study concludes without powerful legal framework, there will be no legal assurance to the promotion of privacy rights in the synchronization and the use of immigration data for health tracing purposes. From the empirical side, Indonesian’s current policy does not enable monitoring or evaluating authority to scrutinize ministerial activities in collecting and utilizing personal data. Moreover, by considering several problems of data breach in Indonesia, a single and unified data protection law is needed to integrate and provide uniformity of implementation for data protection.Keywords: data protection law, immigration, privacy rights. Mendukung Undang-Undang Perlindungan Data Keimigrasian Di Indonesia Dan Pemanfaatannya Untuk Pelacakan Kontak Abstrak Data imigrasi merupakan bagian penting dari perlindungan perbatasan antar negara. Namun, kualitas dan integritas data keimigrasian masing-masing negara sangat bervariasi dari segi teknologi dan regulasi. Negara yang memiliki kerangka hukum perlindungan data yang lemah terbukti mudah disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Termasuk ketika Indonesia mencoba melakukan tracing dengan menyinkronkan data pada aplikasi Peduli Lindungi dengan data keimigrasian, maka akan berpotensi terjadi pelanggaran terhadap hak privasi individu. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metodologi penelitian hukum normatif dan empiris (campuran) untuk menganalisis dua masalah utama: apa keuntungan dari sinkronisasi aplikasi penelusuran dalam negeri bernama Peduli Lindungi terhadap data keimigrasian? dan apa kerangka hukum untuk mencegah penyalahgunaan data pribadi di Indonesia? Dengan pendekatan regulasi dan komparatif, studi ini menyimpulkan tanpa kerangka hukum yang kuat, tidak akan ada jaminan hukum untuk promosi hak privasi dalam sinkronisasi dan penggunaan data imigrasi untuk tujuan penelusuran kesehatan. Dari sisi empiris, kebijakan Indonesia saat ini tidak memungkinkan kewenangan pemantauan atau evaluasi untuk meneliti kegiatan kementerian dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data pribadi. Selain itu, dengan mempertimbangkan beberapa masalah pelanggaran data di Indonesia, diperlukan undang-undang perlindungan data yang tunggal dan terpadu untuk mengintegrasikan dan memberikan keseragaman implementasi perlindungan data.Kata kunci: undang-undang perlindungan data, keimigrasian, hak privasi.
Establishment Of A General Election Court System In Indonesia Rayendra Erwin Moeslimin Singaruju
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 1: June 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss1.art3

Abstract

General election disputes in Indonesia frequently cause political and legal issues. Unfortunately, an established dispute resolution institution is not available. This article aims to address this need by addressing the reasons existing legal policy on general election dispute resolution has not succeeded in resolving general election disputes transparently, accountably, and fairly, and the legal policy design and requirements of an ideal general election court for the future. This was a normative legal study using a statutory, case, and conceptual approach. The results of the study showed that the existing legal policy of general election dispute resolution has not been manifested as a strong and stable institution. Two courts, namely the Supreme Court and the Constitutional Court, with different characters and constitutional mandates, alternately have become the forum for resolving general election disputes. The different procedures and decisions between the two courts often negate each other, causing legal uncertainty which ultimately fails to provide justice. In the future, therefore, it is necessary to establish a general election court institution with a special mandate to adjudicate election disputes based on the Election Law to create legal consistency, legal certainty, and fair settlement of election disputes.Keywords: legal policy, elections, dispute resolution, special courts. Pembentukan Sistem Peradilan Pemilihan Umum Di Indonesia Abstrak Sengketa pemilu di Indonesia seringkali menimbulkan masalah politik dan hukum. Sayangnya, lembaga penyelesaian sengketa yang mapan tidak tersedia. Artikel ini bertujuan untuk menjawab kebutuhan tersebut dengan menjawab alasan kebijakan hukum yang ada tentang penyelesaian sengketa pemilihan umum belum berhasil menyelesaikan sengketa pemilihan umum secara transparan, akuntabel, dan adil, dan desain kebijakan hukum dan persyaratan pengadilan pemilihan umum yang ideal untuk masa depan. . Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan undang-undang, kasus, dan konseptual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan hukum penyelesaian sengketa pemilu yang ada belum terwujud sebagai institusi yang kuat dan stabil. Dua pengadilan, yakni Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, dengan karakter dan amanat konstitusi yang berbeda, bergantian menjadi wadah penyelesaian sengketa pemilu. Perbedaan prosedur dan putusan antara kedua pengadilan tersebut seringkali saling meniadakan sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum yang pada akhirnya gagal memberikan keadilan. Oleh karena itu, ke depan perlu dibentuk lembaga peradilan pemilu dengan mandat khusus untuk mengadili sengketa pemilu berdasarkan UU Pemilu untuk menciptakan konsistensi hukum, kepastian hukum, dan penyelesaian sengketa pemilu yang adil.Kata kunci: kebijakan hukum, pemilu, penyelesaian sengketa, pengadilan khusus.
Changes In The Inheritance System Of Pusako Tinggi Assets And Their Impact On The Minangkabau Traditional Inheritance System Afnaini; M. Syamsudin
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 2: December 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss2.art5

Abstract

This study analyzes changes in the inheritance system of Pusako Tinggi assets and their impact on the Minangakabau customary inheritance system. As empirical legal research, it addresses the changes in the behavior of the Minangkabau indigenous people related to inheritance in Pusako Tinggi assets. To gain a better understanding of the main problem, philosophical, sociological, and case approaches were used. Data were collected by observation, interview, and document study, and they were analyzed in a descriptive-qualitative manner with an inductive conclusion. The results of the study revealed that the following factors caused some changes in the inheritance system of Pusako Tinggi assets in the Minangkabau indigenous people: (1). The influence of the Islamic inheritance system; (2) Registration and Granting of Higher Inheritance Rights; (3) Pusako Tinggi land trade; (4) The weakening power of mamak. Changes in the inheritance system for Pusako Tinggi assets in the Minangkabau people have an impact on: (1) elimination of nephews’ inheritance rights; (2) changes in Mamak’s responsibilities; (3) no addition of pusako tinggi; (4) the development of migratory culture; (5) the use of Pusako Tinggi land for investment.Keywords: inheritance system, Pusako Tinggi, Minangkabau Perubahan Sistem Pewarisan Aset Pusako Tinggi Dan Dampaknya Terhadap Sistem Pewarisan Adat Minangkabau AbstrakKajian ini menganalisis perubahan sistem pewarisan harta benda Pusako Tinggi dan dampaknya terhadap sistem pewarisan adat Minangkabau. Sebagai penelitian hukum empiris, membahas tentang perubahan perilaku masyarakat adat Minangkabau terkait pewarisan harta benda Pusako Tinggi. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang masalah utama, pendekatan filosofis, sosiologis, dan kasus digunakan. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen, dan dianalisis secara deskriptif-kualitatif dengan kesimpulan induktif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa faktor-faktor berikut menyebabkan terjadinya perubahan sistem pewarisan harta kekayaan Pusako Tinggi pada masyarakat adat Minangkabau: (1). Pengaruh sistem waris Islam; (2) Pendaftaran dan Pemberian Hak Waris yang Lebih Tinggi; (3) perdagangan tanah Pusako Tinggi; (4) Melemahnya daya mamak. Perubahan sistem pewarisan harta kekayaan Pusako Tinggi pada masyarakat Minangkabau berdampak pada: (1) penghapusan hak waris keponakan; (2) perubahan tanggung jawab Mamak; (3) tidak ada penambahan pusako tinggi; (4) pengembangan budaya migrasi; (5) pemanfaatan tanah Pusako Tinggi untuk investasi.Kata Kunci: sistem pewarisan, Pusako Tinggi, Minangkabau
Local Government Policy In Distribution Of Healthcare Workforce During The Covid-19 Pandemic (Kebumen Regency) Triyo Rachmadi; Resti Agustina
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 2: December 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss2.art1

Abstract

The main responsibility of the Indonesian government is to protect its citizens, including in the healthcare sector. However, the Government of Kebumen Regency has not fully implemented the responsibility. The research questions are (1) what were the policies of the local government of Kebumen Regency concerning the distribution of healthcare workforce during the COVID-19 Pandemic? (2) How do legal theories address any issues related to the local government policies concerning the distribution of healthcare workforce during the COVID-19 Pandemic? This was a qualitative descriptive study which used a sociological or empirical non-doctrinal method. The study was carried out in Kebumen Regency and the sources consisted of the Head of the Healthcare Agency, one human resource analyst, and one healthcare worker. This study operated under various theories, including Aristotelian political ethics and the will to power by Friedrich Wilhelm Nietzsche. This study found that the regent of Kebumen Regency had not demonstrated concern in distributing healthcare workforce to healthcare facilities during the COVID-19 Pandemic. The policy issued by the government of Kebumen Regency concerning the distribution of healthcare workforce is considered inappropriate. The political ethics theory shows that local government could issue policies concerning the distribution of healthcare workforce regardless of the existing needs for healthcare human resources. The will to power theory shows that local government policies can be considered as either appropriate or inappropriate policy.Keywords: distribution, healthcare workforce, healthcare policy, local government. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Distribusi Tenaga Kesehatan Selama Pandemi Covid-19 (Kabupaten Kebumen) AbstrakTanggung jawab utama pemerintah Indonesia adalah melindungi warga negaranya, termasuk di bidang kesehatan. Namun, Pemerintah Kabupaten Kebumen belum sepenuhnya melaksanakan tanggung jawab tersebut. Pertanyaan penelitian adalah (1) bagaimana kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Kebumen terkait pendistribusian tenaga kesehatan pada masa Pandemi COVID-19? (2) Bagaimana teori hukum menyikapi setiap isu yang terkait dengan kebijakan pemerintah daerah tentang distribusi tenaga kesehatan selama Pandemi COVID-19? Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan metode sosiologis atau empiris non-doktrinal. Kajian dilakukan di Kabupaten Kebumen dan narasumber terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, satu orang analis sumber daya manusia, dan satu orang tenaga kesehatan. Studi ini beroperasi di bawah berbagai teori, termasuk etika politik Aristotelian dan keinginan untuk berkuasa oleh Friedrich Wilhelm Nietzsche. Studi ini menemukan bahwa Bupati Kabupaten Kebumen kurang memperhatikan distribusi tenaga kesehatan ke fasilitas kesehatan selama masa pandemi COVID-19. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen tentang pendistribusian tenaga kesehatan dinilai kurang tepat. Teori etika politik menunjukkan bahwa pemerintah daerah dapat mengeluarkan kebijakan tentang distribusi tenaga kesehatan terlepas dari kebutuhan sumber daya manusia kesehatan yang ada. Teori kehendak untuk berkuasa menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah daerah dapat dianggap sebagai kebijakan yang tepat atau tidak tepat.Kata Kunci: distribusi, tenaga kesehatan, kebijakan kesehatan, pemerintah daerah.
The Legal Vacuum Of Interreligious Marriage In Indonesia: The Study Of Judges’ Consideration In Interreligious Marriage Court Decisions 2010 -2021 Andra Noormansyah; Umar Haris Sanjaya
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 2: December 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss2.art3

Abstract

There are a legal vacuum and contradictory provisions in the Marriage Law, which states that it is not permissible for an Indonesian citizen to have an interreligious marriage. It has been requested for judicial review through the Decision of the Constitutional Court No. 68/PUU-XII/2014. Article 2 paragraph (1) of Law No. 1 of 1974 on Marriage stated that marriage is legitimate if the parties concerned have similar religions and beliefs. Moreover, it has become more obvious through judicial review of the Decision on Indonesian Constitutional Court Number 68/PUU-XII/2014, which decided that Article 2 paragraph (1) Law No. 1 of 1974 which amendment by Law No. 16 of 2019 required similarity in religions and beliefs of the marriage concerned parties are not necessary to do a judicial review. On interfaith marriage, the application proved that the judge on the district court’s decisions stated that Law No. 1 of 1974 on Marriage is not regulated, not emphasized, and not containing regulation of any sort about interfaith marriage. It’s proven in most judges’ court considerations of interreligious marriage around 2010 – 2021. This study takes two research formulations such as how a legal vacuum in interreligious marriage happens and how the judges in the court consider the law of interreligious marriage. This research uses a normative method which uses a conceptual and law approach. This research results that judges always consider interreligious marriages as a legal vacuum, it happened because the law that marriages do not clearly determine textually in law no. 1 of 1974. Therefore, even if clarified by Constitutional Court is clearly but practically interpreter different by judges in district court.Keywords: legal vacuum, interreligious marriage, not emphasized, court decision Kekosongan Hukum Perkawinan Beda Agama Di Indonesia: Kajian Tentang Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Perkawinan Beda Agama 2010 -2021 AbstrakAdanya kekosongan hukum dan ketentuan yang kontradiktif dalam UU Perkawinan yang menyatakan bahwa warga negara Indonesia tidak boleh melakukan perkawinan beda agama. Telah dimintakan uji materil melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 68/PUU-XII/2014. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan sah apabila yang bersangkutan mempunyai kesamaan agama dan kepercayaan. Apalagi, hal itu semakin nyata melalui uji materil Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 68/PUU-XII/2014 yang memutuskan Pasal 2 ayat (1) UU No 1 Tahun 1974 yang diubah dengan UU No 16 Tahun 2019. syarat kesamaan agama dan kepercayaan dari pihak yang bersangkutan dalam perkawinan tidak perlu dilakukan uji materiil. Tentang perkawinan beda agama, permohonan tersebut membuktikan bahwa hakim pada putusan pengadilan negeri menyatakan bahwa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak diatur, tidak ditekankan, dan tidak memuat pengaturan apapun tentang perkawinan beda agama. Hal ini terbukti pada sebagian besar pertimbangan hakim terhadap perkawinan beda agama sekitar tahun 2010 – 2021. Kajian ini mengambil dua rumusan penelitian yaitu bagaimana terjadi kekosongan hukum dalam perkawinan beda agama dan bagaimana hakim di pengadilan mempertimbangkan hukum perkawinan beda agama. Penelitian ini menggunakan metode normatif yang menggunakan pendekatan konseptual dan hukum. Hasil penelitian ini bahwa hakim selalu menganggap perkawinan beda agama sebagai kekosongan hukum, hal itu terjadi karena undang-undang perkawinan tidak secara jelas menentukan secara tekstual dalam undang-undang no. 1 Tahun 1974. Oleh karena itu, kalaupun diklarifikasi oleh Mahkamah Konstitusi secara jelas tetapi secara praktis penafsirnya berbeda dengan para hakim di Pengadilan Negeri.Kata Kunci: kekosongan hukum, perkawinan beda agama, tidak ditekankan, putusan pengadilan
The Ijtihad Construction Of Islamic Law Based On The Maqâshid Al-Syarî'Ah Approach In The Indonesian Context Chamim Tohari; Hudzaifah Fawwaz; Isma Swadjaja
Prophetic Law Review Vol. 4 No. 2: December 2022
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/PLR.vol4.iss2.art4

Abstract

This research is developed from the author's findings of ambiguity in recent philosophical aspects of the application of Islamic law in Indonesia. Accordingly, it is crucial to immediately reform the ijtihad of Islamic law in Indonesia, because the practice is no longer in line with maqâshid al-syarî'ah and the principles of Islamic law. This can be seen from the emergence of civil disobedience toward Islamic law fatwas issued by fatwa institutions in IndonesiaThe purpose of this study is to find answers to the problems specified in the formulation of the problem. This research is a descriptive-normative research or library research that uses content analysis of the data obtained. In addition to using a conceptual approach, this study also uses a maqashidi approach (Maqâshid-Based Ijtihad) to answer the problem studied. The results of this study are: First, there is philosophical confusion regarding the application of Islamic law in Indonesia which includes ontological, epistemological, and axiological confusion. Second, maqâshid al-syarî'ah known as al-ushûl al-khamsah includes the maintenance of religion (hifz al-dn), life (hifz al-nafs), lineage (hifz al-nasab), mind (hifz al-aql), and property (hifz al-mȃl), as the dharûriyyah, hȃjiyyah and tahsȋniyyah level. Meanwhile maqâshid al-'ammah includes the following universal maqâshid principles; nature (al-fiṭroh), tolerance (al-samâhah), benefit (al-maslahah), equality (al-musâwah), and freedom (hurriyâh). Third, reformulation of Islamic law in Indonesia with the maqâshid al-syarî'ah approach can be achieved through two constructs, namely the integration of legal texts with al-ushûl al-khamsah and integration of legal texts with maqâshid al-syarî'ah al-'ammah.Keywords: maqâshid al-syari'ah, reformulation, Islamic law, maslahah, justice Konstruksi Ijtihad Hukum Islam Berdasarkan Pendekatan Maqâshid Al-Syarî'Ah Dalam Konteks Indonesia AbstrakPenelitian ini dikembangkan dari temuan penulis tentang ambiguitas aspek filosofis penerapan hukum Islam di Indonesia belakangan ini. Sejalan dengan itu, sangat penting untuk segera mereformasi ijtihad hukum Islam di Indonesia, karena praktiknya sudah tidak sejalan lagi dengan maqâshid al-syarî'ah dan prinsip-prinsip hukum Islam. Hal ini dapat dilihat dari munculnya pembangkangan sipil terhadap fatwa hukum Islam yang dikeluarkan oleh lembaga fatwa di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-normatif atau penelitian kepustakaan yang menggunakan analisis isi terhadap data yang diperoleh. Selain menggunakan pendekatan konseptual, penelitian ini juga menggunakan pendekatan maqashidi (Ijtihad Berbasis Maqâshid) untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Hasil penelitian ini adalah: Pertama, adanya kerancuan filosofis penerapan hukum Islam di Indonesia yang meliputi kerancuan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Kedua, maqâshid al-syarî'ah yang dikenal dengan al-ushûl al-khamsah meliputi pemeliharaan agama (hifz al-dn), jiwa (hifz al-nafs), keturunan (hifz al-nasab), akal (hifz al-aql). ), dan harta (hifz al-mȃl), sebagai tingkatan dharûriyyah, hȃjiyyah dan tahsȋniyyah. Sedangkan maqâshid al-'ammah meliputi prinsip-prinsip maqâshid universal berikut ini; alam (al-fiṭroh), toleransi (al-samâhah), manfaat (al-maslahah), persamaan (al-musâwah), dan kebebasan (hurriyâh). Ketiga, reformulasi hukum Islam di Indonesia dengan pendekatan maqâshid al-syarî'ah dapat dicapai melalui dua konstruksi, yaitu integrasi teks hukum dengan al-ushûl al-khamsah dan integrasi teks hukum dengan maqâshid al-syarî'ah al -'ammah.Kata Kunci: maqâshid al-syari'ah, reformulasi, hukum Islam, maslahah, keadilan