cover
Contact Name
Khoiruddin
Contact Email
khoiruddin@che.itb.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jtki@cheitb.id
Editorial Address
https://www.aptekim.id/jtki/index.php/JTKI/about/contact
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Teknik Kimia Indonesia
ISSN : 16939433     EISSN : 26864991     DOI : http://dx.doi.org/10.5614/jtki
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Kimia Indonesia (JTKI) merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia Indonesia (APTEKIM). Versi cetak JTKI telah diterbitkan secara berkala sejak tahun 2001 (p-ISSN 1693-9433). Mulai Volume 18 No. 2 Agustus 2019, terbitan berkala versi daring telah memiliki no. ISSN 2686-4991 (SK ISSN: 0005.26864991/JI.3.1/SK.ISSN/2019.11, 4 November 2019). Seluruh artikel yang diterbitkan telah melalui proses penilaian. Proses ini dilakukan oleh para akademisi dan peneliti pada bidang terkait untuk menjaga dan meningkatkan kualitas penulisan artikel yang dimuat, pada skala nasional khususnya dan internasional umumnya.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 5 (2013)" : 6 Documents clear
Kinetika reaksi hidroksilasi epoksi minyak jarak pagar menggunakan katalis bentonit Ratni Ariatmi Nugrahani; Flora Elvistia Firdaus; Yeti Widyawati; Hana Firginia; Riris Purnama
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 5 (2013)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2013.12.2.5

Abstract

Hydroxylation kinetics of jatropha oil epoxy using bentonite catalyst. Based on chemical properties such as fatty acid compositions and iodium value, jatropha curcas oil can potentially be applied as lubricant. Unsaturation of this oil decreases its  oxidative stability. Improvement of this property may be done by chemical modification involving epoxidation and oxirane ring opening with bentonite catalyst, forming polyol by hydroxylation. The purpose of this research is to characterize the products and kinetics of the oxirane ring opening reaction. The results of chemical analysis by titration for residual oxiranes and hydroxyl formed in the reaction system, was showed using ir spectroscopy. Their effects were to reduce epoxy groups at 824-842 cm−1 and appearance of hydroxyl groups at the oh characteristic absorption peak from 3450-3800 cm−1. The oxirane number of epoxidized jatropha oil was reduced from 4.7% to 0.05% by ring opening. The kinetics of the oxirane ring opening of epoxidized jatropha curcas oil by methanol with bentonite was studied at 50, 60, and 65 oc. The oxirane ring opening analyzed by the pseudo-homogeneous approach followed a pseudo-first order kinetics. From the temperature dependence of the  rate, reaction enthalpy (δh) and activation energy (δea) were found to be 8,27 kcal mol−1 and 7,63 kcal mol−1, respectively.Keywords: epoxidized jatropha curcas, hydroxyl, oxirane, bentonite, kinetic AbstrakBerdasarkan sifat-sifat komposisi asam lemak dan bilangan iodium, minyak jarak pagar (Jatropha curcas) berpotensi menjadi bahan dasar pelumas. Meskipun demikian, kandungan ikatan tidak jenuh minyak ini menurunkan kestabilan oksidasinya. Kestabilan oksidasi ini dapat diperbaiki melalui modifikasi kimiawi dengan reaksi epoksidasi yang menghilangkan ikatan rangkap.  Ini dilakukan melalui reaksi hidroksilasi dengan membuka ikatan gugus oksirana epoksi. Tujuan penelitian ini adalah mengkarakterisasi produk, serta mempelajari kinetika reaksi pembukaan cincin oksirana oleh metanol dengan katalis bentonit untuk membentuk poliol. Hasil analisis FTIR produk reaksi menunjukkan penurunan intensitas gugus epoksi pada bilangan gelombang 824-842 cm−1 dan munculnya gugus hidroksil pada bilangan gelombang 3450-3800 cm−1. Bilangan oksirana epoksi jarak pagar berkurang dari 4,7% menjadi 0,05% setelah pembukaan cincin. Bilangan hidroksil poliol adalah sebesar 165,77. Pengukuran kinetika pembukaan cincin pada gugus oksirana dari epoksi jarak pagar dilakukan pada 50, 60, dan 65oC. Analisis data laju reaksi yang dianalisis dengan pendekatan sistem pseudohomogen menunjukkan bahwa reaksi mengikut kinetika orde-1 semu. Dari perubahan laju reaksi terhadap temperatur diperoleh nilai entalpi reaksi dan energi aktivasi sebesar masing-masing 8,27 kkal mol-1 dan 7,63 kkal mol-1.Kata kunci: epoksi jarak pagar, hidroksil, oksirana, bentonit, kinetika
Pembuatan geopolimer dari metakaolin dan abu terbang Tjokorde Walmiki Samadhi; Pambudi Pajar Pratama
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 5 (2013)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2013.12.2.6

Abstract

SYNTHESIS OF GEOPOLYMER FROM METAKAOLIN AND FLY ASH.Geopolymer is an inorganic polymer produced by reacting aluminosilicate solids with a strongly basic activator. Geopolymers can be applied as construction adhesives, replacing ordinary Portland cement. Geopolymerization reaction may occur near room temperatures, implying less energy consumption compared to Portland cement. A variety of inorganic wastes may be selected as the aluminosilicate reactant, which makes geopolymer useful in managing solid wastes. This study builds upon a previous preliminary study, which has proven the technical feasibility of using domestically available raw materials to produce geopolymers. This particular study evaluates the resistance of geopolymers to high temperature, which simulates fire in civil structures. A 24 full factorial design experiment has been undertaken to evaluate the impact of aluminosilicate type (metakaolin and fly ash), base activator type (NaOH and KOH), curing temperature (60 and 80 oC), and heating at 800oC for 2 hours on the compressive strength of the mortar. Combining fly ash, KOH, and higher curing temperature produces the highest compressive strength. Heating at 800 oC reduces the strength of metakaolin geopolymer by inducing crystallization which consumes the geopolymer gel phase, but improves the strength of the fly ash geopolymer mortar by increasing the cohesion of fly ash particles.Keywords: geopolymer, mortar, OPC, compressive strength, heat resistance AbstrakGeopolimer merupakan polimer anorganik yang tersusun oleh rantai-rantai atom Al, Si, dan O, dan dihasilkan melalui reaksi padatan aluminosilikat dengan aktivator basa kuat. Geopolimer dapat digunakan sebagai bahan perekat untuk konstruksi sebagai pengganti semen Portland. Reaksi geopolimerisasi dapat berlangsung di sekitar temperatur kamar, sehingga konsumsi energi produksi geopolimer lebih rendah daripada OPC. Berbagai limbah anorganik dapat digunakan sebagai reaktan aluminosilikat, sehingga geopolimer juga berguna dalam pengelolaan limbah padat. Kajian ini merupakan kelanjutan dari kajian awal yang membuktikan kelayakan teknis pemanfaatan bahan-bahan dalam negeri untuk sintesis geopolimer. Kajian ini mengevaluasi daya tahan geopolimer terhadap temperatur tinggi, yang mencerminkan kejadian kebakaran pada struktur bangunan sipil. Suatu percobaan faktorial 24 dijalankan untuk mengevaluasi pengaruh jenis bahan aluminosilikat (metakaolin dan abu terbang), jenis aktivator basa (NaOH dan KOH), temperatur pematangan mortar geopolimer (60 dan 80 oC), serta pemanasan pada 800 oC selama 2 jam terhadap kuat tekan mortar geopolimer. Kombinasi abu terbang, aktivator KOH, serta temperatur pematangan 80 oC memberikan kuat tekan  tertinggi, yang bahkan lebih tinggi daripada mortar OPC. Pemanasan pada 800 oC merusak struktur jaringan geopolimer metakaolin dengan mendorong kristalisasi yang mengkonsumsi fasa gel geopolimer, sementara justru memperkuat geopolimer abu terbang dengan meningkatkan kohesi antara partikel-partikel abu terbang.Kata kunci: geopolimer, mortar, OPC, kuat tekan, daya tahan panas
Produksi pelengkap nutrisi dari mikroalga laut Spirulina platensis dan Botyrococcus braunii Rita Arbianti; Sri Amini; Tania Surya Utami
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 5 (2013)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2013.12.2.3

Abstract

Production of nutritional supplements from Spirulina platensis and Botyrococcus Braunii marine microalgae.The low level of health of pregnant women is one of the results from the deficiency of omega-3 and omega-6 fatty acids in Indonesia. Giving supplement containing DHA, EPA, and AA, can solve the problem.  Usually, these nutritional supplements are produced from marine fish oil. However, this source has several deficiencies that influence the quality of the fatty acid produced. Therefore, alternative sources of oil need to be found that can replace fish oil to produce DHA, EPA, and AA. One of the very potential sources is heterotrophic cultivated microalgae. In this study, microalgae from species Spirulina platensis and Botyrococcus braunii collected from Research Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnology in Jakarta, were cultivated. Once microalgae is cultivated autotrophically, the culture were transformed to heterotrophic condition by adding 0.5 g/L glucose solution. Results showed that lipid yield from S.platensis and B. braunii were 5.297 and 0.173 (%-w dry biomass), respectively. Composition of DHA, EPA and AA from S.platensis and B.braunii oils were 0.006, 0.002, and 0.001 (%-w of lipid), respectively.Keywords: Spirulina platensis, Botryococcus braunii, heterotroph, microwave, microalgae AbstrakSalah satu dampak kekurangan asam-asam lemak omega-3 dan omega-6 di Indonesia adalah rendahnya tingkat kesehatan ibu hamil. Pemberian pelengkap nutrisi yang mengandung DHA, EPA dan AA dapat menjadi solusi permasalahan tersebut. Pada umumnya suplemen tersebut diperoleh dari minyak ikan laut, namun sumber ini memiliki beberapa kekurangan yang mempengaruhi kualitas asam lemak yang dihasilkan, sehingga diperlukan pengganti minyak ikan laut sebagai sumber utama DHA, EPA dan AA. Salah satu sumber pelengkap nutrisi yang sangat potensial adalah mikroalga yang dikultivasi secara heterotrof. Pada penelitian ini dilakukan kultivasi mikroalga  spesies Spirulina platensis dan Botyrococcus braunii yang dikoleksi oleh Balai Besar Bioteknologi dan Perikanan di Jakarta. Kultivasi masing-masing mikroalga tersebut mula-mula dilakukan secara normal (autotrof), kemudian dikondisikan menjadi heterotrof dengan pemberian glukosa 0,5 g/L. Hasil ekstraksi dengan gelombang mikro  menunjukkan  bahwa S. platensis dan B. braunii yang dikultivasi secara heterotrof memiliki kandungan minyak berturut-turut sebesar 5,297 dan 0,173 %-b (berdasarkan biomassa kering). Kandungan DHA, EPA, dan AA dalam minyak dari kedua mikroalga tersebut adalah  berturut-turut sebesar 0,006, 0,002, dan 0,001 %-massa relatif terhadap minyak.Kata kunci: Spirulina platensis, Botryococcus braunii, heterotrof, gelombang mikro, mikroalga
Development of diffusive drying process using compressed dry air in pharmaceutical industry Regina Aryanti; Irvan Kartawiria; Paulus Gunawan
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 5 (2013)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2013.12.2.1

Abstract

Most of drying processes applies excessive heat which damages heat sensitive material, including foods, pharmaceutical, neutraceutical substances, and herbal medicines. Drying approach is categorized into evaporative drying that utilize heat as driving force, and diffusive drying that uses vapor pressure difference to reduce moisture content. Diffusive drying requires media with very low vapor pressure, such as compressed dry air used in pharmaceutical industry. The objective of this research is to develop drying process based on diffusion principle pharmaceutical grade compressed dry air. Process development involves mathematical modeling based on diffusion principles, construction of equipment prototype, validation, and verification of the model using the prototype. Lactose granules (50 g and 70 g) were used as example. The drying process reduces lactose moisture content from 11.38% to 4.75% in 85 seconds at room temperature. Compressed dry air used at moisture content 0.0005% with flow rates of 1.47×10-2, 1.58×10-2, and 1.67×10-2 m3/s (operating pressure of 1.3, 1.6, and 1.8 bars). The diffusive drying model developed in this research has been successfully validated against physical behavior with accuracies of 84.24 - 99.61%. It can be concluded that the compressed dry air in pharmaceutical industry is potential for diffusive drying process at room temperature.Keywords: drying, diffusive, compressed air, model AbstrakKebanyakan proses pengeringan memberikan panas yang berlebihan, yang dapat merusak bahan-bahan peka panas seperti bahan-bahan pangan, farmasetika, nutrasetika, serta obat-obatan herbal. Pendekatan umum proses pengeringan dapat dibedakan menjadi pengeringan evaporatif yang memanfaatkan panas sebagai gaya pendorong, serta pengeringan difusional yang memanfaatkan perbedaan tekanan uap untuk mengurangi kadar air bahan umpan. Pengeringan difusional memerlukan media bertekanan uap sangat rendah untuk melepaskan air dari produk, seperti udara tekan kering, untuk penerapan di industri farmasi. Udara tekan di industri farmasi harus sesuai dengan standar ISO 8573.1 Class 1, yang mensyaratkan kelembaban sangat rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan proses pengeringan berdasarkan prinsip difusi, menggunakan udara tekan kering sesuai standar industri farmasi. Pengembangan melibatkan pemodelan matematik berdasarkan prinsip-prinsip difusi, pembangunan prototipe alat, validasi, dan verifikasi model menggunakan prototipe tersebut. Udara tekan kering memiliki kadar air 0,0005% dengan laju alir divariasikan pada 1.47×10-2 m3/s, 1.58×10-2 m3/s, 1.67×10-2 m3/s (pada tekanan operasi 1,3, 1,6, dan 1,8 bar). Model pengeringan difusional yang dikembangkan berhasil divalidasi terhadap kelakuan nyata dengan akurasi 84.24 - 99.61%. Dapat disimpulkan bahwa udara kering tekan berstandar industri farmasi dapat digunakan untuk proses pengeringan difusional pada temperatur ambien. Kata kunci: pengeringan, difusional, udara tekan, model
Ekstraksi kulit petai sebagai sumber antioksidan alami dengan metode domestic microwave maceration A Agnes; Lois Olivia Widjaja; Aning Ayucitra; Nani Indraswati
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 5 (2013)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2013.12.2.2

Abstract

Extraction of petai peels as natural antioxidants source by domestic microwave macerationPetai (Parkia speciosa) contains antioxidants that can prevent free radicals. Research also proves that petai is able to prevent and even overcome diseases because its seeds contain polyphenols and flavonoids which are known as antioxidant compounds. Flavonoids may serve as a catcher of superoxide anion and lipid superoxide radicals, and also may reduce the activity of superoxide free radicals. The objective of this research was to study the effects of solid to solvent ratio, ethanol concentration, and radiation time on the yield and Total Phenolic Compound (TPC) of extracts. Petai peels was firstly crushed without the addition of water. Petai peels was then used for extraction process in a domestic microwave. Solid to solvent ratio, ethanol concentration, and radiation time were varied. Following extraction, solvent was separated from the solid and then evaporated. The resulting extract powders were analyzed for yield and TPC. Antioxidant activity of extract was also studied as IC50. As result, petai peels extracted at solid to solvent ratio of 1:5, ethanol concentration of 96%, and extraction time of 150 second gave the highest TPC value of 41,43 g GAE /100 g petai peel extracts with IC50 of 364 µg/mL.Keywords: petai peels, domestic microwave, antioxidants, phenolics AbstrakPenelitian membuktikan bahwa petai (Parkia speciosa) mengandung antioksidan berupa polifenol dan flavonoid yang bisa menangkal radikal bebas dan mampu mencegah bahkan mengatasi beberapa macam penyakit serta dapat berfungsi sebagai penangkap anion superoksida dan lipid superoksida radikal, serta mengurangi aktivitas radikal bebas superoksida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh perbandingan padatan dan pelarut, konsentrasi etanol, dan waktu radiasi terhadap perolehan dan kadar senyawa fenolik atau Total Phenolic Compound (TPC) ekstrak kulit petai yang diperoleh dengan metode ekstraksi domestic microwave maceration. Mula-mula kulit petai diblender tanpa penambahan air. Proses ekstraksi kulit petai dengan pelarut etanol dilakukan dengan bantuan microwave pada variasi perbandingan padatan dan pelarut, konsentrasi etanol dan waktu radiasi. Setelah itu, padatan dipisahkan dengan pelarutnya. Pelarut diuapkan untuk mendapatkan ekstrak serbuk kulit petai. Ekstrak serbuk kulit petai dianalisis untuk mengetahui perolehan dan TPC. Aktivitas antioksidan ekstrak juga dianalisis dan dinyatakan dalam nilai Inhibisi 50% (IC50). Proses ekstraksi kulit petai yang menghasilkan TPC tertinggi adalah pada perbandingan padatan dan pelarut 1:5, konsentrasi etanol 96%, dan waktu radiasi 150 detik dengan nilai TPC yang diperoleh sebesar 41,43 g GAE (ekivalen asam galat) /100 g ekstrak kulit petai dan IC50 sebesar 364 µg/mL.Kata kunci: kulit petai, domestic microwave, antioksidan, fenolik
Ekstraksi senyawa fenolik antioksidan dari daun dan tangkai gambir Margareth Gani; Yesisca Cuaca; Aning Ayucitra; Nani Indraswati
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 11, No 5 (2013)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2013.12.2.4

Abstract

Extraction of phenolic compounds from leaves and stems of uncaria gambirGambir (Uncaria gambir) contains catechin polyphenols (catechins) which is useful as natural antioxidant to counteract free radicals. Gambir may also be used in modern medicine, also as paint or dye clothing. The objective of this research was to study the effect of type of solvent, solvent concentration, and extraction temperature to the yield and Total Phenolic Content (TPC) of extracts. Gambir was firstly blended without the addition of water prior to extraction using a solvent extraction method. The filtrate was separated from solid residue and evaporated to obtain extract powder. The yield and TPC of the resulting extract powder were then analyzed. Antioxidant activity and catechins content of extracts were also studied. As result, the following extraction condition gave extracts with the highest yield and TPC: with 50% ethanol solution as solvent at 75 oC gave 11.12% and 52.352 g GAE/100 g gambir extract, respectively; whilst with 70% ethyl acetate solution as solvent at 65 oC gave 5.28% and 59.346 g GAE/100 g gambir extract, respectively. The antioxidant activity of extracts, calculated as IC50, for solvent ethanol and ethyl acetate were as follows: 8.9 mg extract/mL and 13.8 mg extract/mL, respectively; whilst the catechins content of extracts were 62,18% and 44,85%, respectively.Keywords: Uncaria gambir, solvent extraction, catechins, antioxidants AbstrakGambir (Uncaria gambir) mengandung polifenol katekin (catechin) yang bermanfaat sebagai bahan antioksidan alami yang dapat menangkal radikal bebas. Selain itu, gambir juga dimanfaatkan dalam pembuatan obat-obatan modern dan pewarna cat atau pakaian. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis pelarut, konsentrasi pelarut, dan suhu ekstraksi terhadap perolehan dan kandungan senyawa fenolik (TPC) ekstrak gambir. Daun dan tangkai gambir mula-mula diblender tanpa penambahan air. Proses ekstraksi gambir dilakukan pada berbagai jenis pelarut, konsentrasi pelarut, dan suhu ekstraksi denganmetode ekstraksi pelarut. Setelah padatan dipisahkan dengan pelarutnya, pelarut diuapkan untuk mendapatkan serbuk ekstrak gambir. Serbuk ekstrak gambir dianalisis perolehan dan kandungan senyawa fenoliknya. Aktivitas antioksidan dan kadar katekin ekstrak juga dianalisis. Ekstrak daun gambir dengan perolehan dan TPC tertinggi untuk pelarut etanol (11,12% dan 52,352 g GAE/100 g gambir ekstrak) diperoleh pada konsentrasi etanol 50% dan suhu ekstraksi 75oC. Untuk pelarut etil asetat, perolehan dan TPC tertinggi (5,28% dan 59,346 g GAE/100 g gambir ekstrak) diperoleh pada konsentrasi etil asetat 70% dan suhu ekstraksi 65 oC. Pada masing-masing kondisi terbaik tersebut, ekstrak yang didapat memiliki aktivitas antioksidan (dalam IC50) dan kadar katekin sebesar 8,9 mg ekstrak/mL dan 62,18% untuk ekstraksi dengan pelarut etanol serta 13,8 mg ekstrak/mL dan 44,85% untuk pelarut etil asetat.Kata kunci: Uncaria gambir, ekstraksi pelarut, katekin, antioksidan 

Page 1 of 1 | Total Record : 6