cover
Contact Name
Khoiruddin
Contact Email
khoiruddin@che.itb.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jtki@cheitb.id
Editorial Address
https://www.aptekim.id/jtki/index.php/JTKI/about/contact
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Teknik Kimia Indonesia
ISSN : 16939433     EISSN : 26864991     DOI : http://dx.doi.org/10.5614/jtki
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Kimia Indonesia (JTKI) merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia Indonesia (APTEKIM). Versi cetak JTKI telah diterbitkan secara berkala sejak tahun 2001 (p-ISSN 1693-9433). Mulai Volume 18 No. 2 Agustus 2019, terbitan berkala versi daring telah memiliki no. ISSN 2686-4991 (SK ISSN: 0005.26864991/JI.3.1/SK.ISSN/2019.11, 4 November 2019). Seluruh artikel yang diterbitkan telah melalui proses penilaian. Proses ini dilakukan oleh para akademisi dan peneliti pada bidang terkait untuk menjaga dan meningkatkan kualitas penulisan artikel yang dimuat, pada skala nasional khususnya dan internasional umumnya.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2008)" : 7 Documents clear
Membran PVA-chitosan crosslinked untuk pemisahan campuran etanol-air secara pervaporasi I Noezar
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 7, No 1 (2008)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2008.7.1.3

Abstract

One of the technologies for ethanol-water separation is pervaporation. The principles of pervaporation is based on the difference in diffusional rate and solubility of the solution components in membranes. The performance of the membrane, in terms of flux and selectivity, is influenced by the swelling of the membrane due to the interaction between the solution components and the membrane materials.  Membrane modification is done by forming chemical bonding between PVA and chitosan, using glutaraldehyde as crosslinking agent. The performance of the PVA-chitosan   crosslinked membrane for ethanol-water separation is characterized by high mass flux and   reasonably high selectivity. Pressure observed on the permeate side was 0.5 mbar, with a feed ethanol concentration of 93%. Experimental results indicate that the PVA membrane has a higher degree of swelling compared to the crosslinked PVA-chitosan membrane. The PVA-chitosan crosslinked membrane has a higher selectivity compared to the PVA membrane. The highest flux of 0.833 kgm-2hour-1 was produced by the PVA membrane. The highest selectivity of 2.820 was obtained using a 1:1 PVA-chitosan crosslinked membrane.Keywords: PVA-chitosan; crosslinked; pervaporation Abstrak Salah satu teknologi untuk pemisahan etanol-air adalah pervaporasi. Prinsip pemisahan pervaporasi adalah dengan perbedaan laju difusi dan kelarutan komponen campuran pada membran. Kinerja membran berupa fluks dan selektivitas dipengaruhi oleh kondisi swelling membran akibat interaksi komponen dengan material membran. Modifikasi membran dilakukan dengan membentuk ikatan kimia antara PVA dan chitosan dengan glutaraldehid sebagai crosslinking agent. Kinerja membran PVA-Chitosan crosslinked dalam pemisahan campuran etanol-air berupa fluks massa yang tinggi dan selektivitas yang cukup besar. Tekanan pada sisi permeat 0,5 mbar dengan konsentrasi etanol umpan 93%. Hasil penelitian menunjukkan membran PVA memiliki nilai derajat swelling lebih tinggi (0,088) daripada membran PVA-Chitosan crosslinked. Membran PVA-Chitosan crosslinked memiliki selektivitas lebih tinggi daripada membran PVA. Fluks terbesar dimiliki oleh membran PVA senilai 0,833 kgm-2jam-1membran PVA-Chitosan crosslinked 1:1 sebesar 2.820.Kata Kunci : PVA-Chitosan; crosslinked; pervaporasi
Pencucian biodiesel dengan metode kontak gelembung Yoel Pasae; John Stephen
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 7, No 1 (2008)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2008.7.1.5

Abstract

Until today, the conversion of palm oil and recovery of glycerol as a byproduct have been extensively investigated. The purity level of product from the washing process in the biodiesel production technology heavily influences the quality of the biodiesel product. Therefore, this research is aimed at identifying the biodiesel washing process technology which is able to produce biodiesel according to standards for diesel engine application. The washing process employed in this research is the bubble method, which utilizes air bubbles injected from the bottom as a carrier form water molecules to the top layer of the contactor (the biodiesel phase) which contains glycerol, soap, and residual methanol. This bubble method enables the contact between water molecules and glycerol in the biodiesel phase, when the bubbles are swept to the fluid surface, without any external agitation. Experimental results indicate that with a three-stage washing process, the total glycerol content in the biodiesel can be reduced to approach the technical standards for combustion in diesel engines, or the Biodiesel Tentative Standards stipulated by the Indonesian Biodiesel Forum.Keywords: Bubble washing method, biodiesel AbstrakSampai dewasa ini proses konversi reaksi minyak kelapa sawit dan recovery gliserol sebagai hasil samping telah banyak diteliti. Tingkat kemurnian hasil dari tahapan proses pencucian dalam teknologi produksi biodiesel sangat menentukan kualitas biodiesel yang dihasilkan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses pencucian biodiesel sehingga diperoleh biodiesel yang memenuhi standar untuk penggunaan pada mesin-mesin diesel. Proses pencucian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu metode gelembung, yang memanfaatkan gelembung udara yang dinjeksikan dari bagian bawah kolom (bottom) sebagai carrier (pembawa) molekul air ke bagian atas (fasa biodiesel) yang mengandung gliserol, sabun dan sisa metanol. Dengan metode gelembung ini, akan memungkinkan molekul air berkontakan dengan gliserol pada fasa biodiesel, saat terbawa ke permukaan fluida, tanpa dilakukan pengadukan eksternal. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan sistim pencucian tiga tahap, kadar gliserol total dalam biodiesel dapat diturunkan hingga mendekati standar untuk pembakaran pada mesin diesel atau Standar Tentatif Biodiesel dari Forum Biodiesel Indonesia.Kata Kunci: Metode Pencucian Gelembung, Biodiesel.
Dinamika tetes dalam kolom isian Danu Ariono; Dwiwahju Sasongko; Priyono Kusumo
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 7, No 1 (2008)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2008.7.1.1

Abstract

To date, evaluation of the performance of liquid-liquid extraction in packed columns has not been able to produce satisfactory results, because the correlations used in this evaluation are empirical in nature, with a very limited range of validity. One of the causes of this limitation is the use of the assumption that the dynamics of liquid dispersed in droplets is constant (in terms of shape, dimensions, and numbers), so that the mass transfer interfacial area and mass transfer coefficient in the column are assumed to be constant. In reality, dynamics of droplets in a column is not constant, due to the imbalance between droplet coalescence and disintegration. For a given droplet diameter, there is an increase in numbers of droplets due to coalescence of smaller droplets, and a  decrease in numbers of droplets due to disintegration into smaller droplets. These coalescence and disintegration phenomena may be caused by various factors, including the existence of packings which impede the flow of droplets. These phenomena impact the mass transfer rate from continuous to dispersed phase, and vice versa, due to a variation in the interfacial contact area and mass transfer coefficient. The observation of droplet dynamics from droplet formation until its motion through void spaces between packings is a critical factor in developing a model that can describe the performance of the packed column. The dynamics of droplets is influenced by various operational and physical variables.  A droplet dynamics experiment has been undertaken, aimed at obtaining the droplet size distribution at specific heights along the column. This distribution is to be used to develop mass transfer coefficient correlations in the continuous and dispersed phases.Keywords: droplet size distribution, packed column Abstrak Evaluasi unjuk kerja ekstraksi cair-cair dalam kolom isian (packed column) hingga saat ini belum dapat memberikan hasil yang memuaskan karena korelasi-korelasi yang  digunakan  masih  bersifat  empiris serta daerah keberlakuannya sangat terbatas. Salah satu penyebab keterbatasan berlakunya korelasi tersebut ialah penggunaan anggapan bahwa dinamika cairan yang terdispersi dalam bentuk tetesan bersifat konstan (bentuk, ukuran serta jumlahnya), sehingga harga luas perpindahan massa dan harga koefisien perpindahan massa dalam kolom dianggap tetap. Kenyataannya dinamika tetesan dalam kolom tidak konstan akibat adanya tetesan yang bergabung dan pecah dalam jumlah yang  tidak sama. Pada suatu harga diameter tetesan tertentu, ada penambahan jumlah tetesan akibat penggabungan tetesan­ tetesan yang ukurannya lebih kecil serta adanya pengurangan jumlah tetesan akibat pecahnya tetesan menjadi tetesan-tetesan yang lebih kecil. Peristiwa penggabungan dan pemecahan tetesan dapat disebabkan berbagai faktor temasuk adanya isian yang menghalangi gerakan tetesan. Kejadian tersebut akan mempengaruhi laju proses perpindahan massa dari fasa kontinyu ke fasa  terdispersi  atau sebaliknya, karena adanya variasi luas permukaan kontak serta koefisien perpindahan massanya. Pengamatan dinamika tetesan mulai saat pembentukan tetes hingga pergerakannya saat melewati sela-sela isian merupakan faktor penting dalam  membangun model  yang  dapat menggambarkan unjuk kerja kolom isian. Dinamika tetesan tersebut dipengaruhi oleh berbagai variabel operasi dan variabel fisik. Eksperimen dinamika fetes yang dilakukan diarahkan untuk memperoleh distribusi ukuran tetes pada posisi ketinggian tertentu dan distribusi tersebut akan digunakan untuk pengembangan  korelasi koefisien perpindahan massa difasa  dispersi danfasa kontinyu.Kata kunci: distribusi ukuran tetes, kolom isian.
Formulasi sistematika knowledge-based engineering untuk penanganan permasalahan proses Surahmad W Widodo; Yazid Bindar; P Praharso
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 7, No 1 (2008)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2008.7.1.6

Abstract

Urea plant is a petrochemical plant considered as one of strategic industries in Indonesia. Knowledge is important asset for the company that should be managed well in order to give the optimal profit. Without the adequate knowledge to operate the process plant, the process problems tend to be solved by trial-error effort in the field with unknown result and can cause the losses for the company. With the knowledge-based system, the knowledge can be stored, organized can be accessed again to solve the process problem and minimize the trial-error losses in this thesis knowledge-based system formulation for process problem solving in urea synthesis process unit done by study the heuristic knowledge, study the urea synthesis equilibrium model, study the urea tray reactor with CFD simulation and study of development of process knowledge-based system model. Urea reaction equilibrium model used can explain the impact of temperature, NH3/C02 molar ratio and H2O/C02 molar ratio to the urea conversion. Calculation results of conversion and reactor outlet composition show the agreement with the reactor data. Results of CFD simulation show that the new configuration of reactor tray give the better mixing effect of liquid and gas phase than the conventional tray. Heuristic knowledge based on the experience and the knowledge based on process model become the knowledge base for development of knowledge-based system model for process problem solving.Keywords: knowledge-based, process knowledge, heuristic, simulation, CFD, urea reactor AbstrakPabrik pupuk adalah pabrik petrokimia yang termasuk salah satu industri strategis nasional. Pengetahuan merupakan aset penting bagi perusahaan yang harus dikelola sebaik-baiknya agar memberikan manfaat dan keuntungan yang optimal. Tanpa pengetahuan yang cukup dalam mengoperasikan pabrik, maka masalah proses yang dihadapi cenderung diselesaikan dengan percobaan di lapangan yang hasilnya tidak pasti dan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Dengan sistem berbasis pengetahuan, maka pengetahuan disimpan, terorganisasi dan dapat diakses kembali untuk menyelesaian masalah proses, serta tindakan coba-coba yang menghasi/kan kesalahan dapat diminimalkan. Dalam tesis ini formulasi sistem berbasis pengetahuan untuk penanganan permasalahan proses pada unit reaktor sintesis urea dilakukan dengan melakukan kajian pengetahuan heuristis, kajian model kesetimbangan reaksi sintesis urea, kajian simulasi CFD tray reaktor, serta kajian model pengembangan sistem berbasis pengetahuan proses. Model kesetimbangan yang digunakan dapat menjelaskan pengaruh suhu, rasio NH3/CO2 dan rasio H20/C02 terhadap konversi. Hasil perhitungan untuk konversi dan komposisi keluaran reaktor menunjukkan kesesuaian dengan data rancangan pabrik. Hasil kajian simulasi CFD menunjukkan bahwa dengan konjigurasi tray baru dihasilkan efek pencampuran fasa cair dan gas yang lebih baik daripada dengan tray konvensional. Pengetahuan heuristis dari pengalaman dan pengetahuan berdasarkan model proses menjadi basis pengetahuan yang dikembangkan sebagai model sistem berbasis pengetahuan untuk menyelesaikan masalah proses.Kata Kunci: basis pengetahuan, pengetahuan proses, pengetahuan heuristis, simulasi, CFD, reaktor urea
KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA VOLUMETRIS KESELURUHAN PADA EKSTRAKSI Cu DARI LARUTAN CuSO4.5H2O DENGAN TRIRUTYL PHOSPHATE-KEROSIN DALAM DOUBLE-STAGE MIXER-SETTLER Panut Mulyono
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 7, No 1 (2008)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2008.7.1.4

Abstract

Copper has been extracted by trtbuthyl phosphate-kerosene from a dilute aqueous solution with a double- stage mixer-settler extraction column. The extraction column used in this experiment was made of glass. The mixer diameter was equal to the diameter of settler was 13 cm. Both the mixer and settler heights were 8 cm. Drop coalescer was mounted in the middle of mixer and settler separator. The diameter of drop coalescer was 6 cm with the thickness of 1 cm. The hole diameter of drop coalescer was 1 mm The stirrer used in this experiment was cross flat blade with the diameter and width of the impeller was 6 cm and 8 mm, respectively. The overall volumetric coefficient of mass transfer (Kca) increased by increasing the flowrate of the continuous phase (Lc) at the constants stirring speed (N) and flowrate of the dispersed phase (Ld). The increase of Lc from 4.1634 cm3/second to 17.9436 cm3/second increased the Kca value from 6.6387x10-5/second to 23.1561x10-5/second or 248.8% The value of Kca was also increase by increasing N at the constant values of Lc and Ld Thie increase of N from 3.3333 rps to 8.3333 rps increased the Kca value from 6.0288x10-5/second to 6.6387x10-5/second or 10.1%.Keywords: Mass Transfer Coefficient, Extraction, Copper, Double-Stage Mixer-SettlerAbstrak Penelitian ini mempelajari perpindahan massa antar fasa pada ekstraksi Cu dart larutan CuSO4.5H2O dengan menggunakan pelarut tributyl phosphate dalam kerosin yang dilakukan dalam kolom ekstraksi double-stage mixer-settler yang dtsusun vertikal. Kolom ekstraksi mixer-settler dibuat darti gelas dengan diameter mixer sama dengan diameter sealer, yaitu 13 cm. Tinggi mixer juga sama dengan tinggt settler, yaitu 8 cm. Diameter drop coalescer 8 cm, tebal 1 cm, dan diameter lubangnya 1 mm. Pengaduk yang digunakan berbentuk flat blade dengan diameter 6 cm dan lebar blade 8 mm. Koeftsien perpindahan massa volumetris keseluruhan (Kca) naik dengan naiknya kecepatan alir fasa kontinyu (Lc) pada kecepatan putaran pengaduk (N) dan kecepatan alir fasa dispersi (Ld) tetap. Kenatkan nilai Lc dart 4,1634 cm3/detik menjadi 17,9436 cm3/detik meningkatkan nilai Kca dart 6,6387x10-5/detik menjadi 23,1561x10-5/detik atau 248,8% Kca juga naik dengan naiknya N pada Lc dan Ld yang tetap. Kenaikan nilai N dart 3,3333 rps menjadi 8,3333 rps meningkatkan nilai Kca dart 6,0288x10-5/detik menjadt 6,6387x10-5/detik atau 10,1%.Kata Kunci : Koefesien Perpindahan Massa, Ekstraksi, Tembaga, Double-Stage Mixer-Settler
Pengaruh perbandingan nutrisi terhadap pengolahan minyak secara biologis dengan bakteri mixed-culture Tri Widjaja; Lindu Sunarko
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 7, No 1 (2008)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2008.7.1.7

Abstract

The physical crude oil waste treatment still leaves dissolved organic.  The process must be continued by biological waste treatment.   The oil waste treatment was investigated by biological process: batch and continuous. It used mixed bacterial culture that was isolated from biological crude oil waste preparation. The influence of composition nutrient C:N:P was research using nutrient composition  100:10:1, 100:5:1  and  100:1:1  for batch and continuous experiment. Batch experiment is using initial COD concentration inlet (864, 691, 410 and 225 ppm), bacterial concentration (10%, 20% and 30% as b/v) beside nutrient composition influences. Continuous experiment is using influent flow rate 36 l h-1, influent COD contents 300 mg l-1, dissolved oxygen in aeration tank condition is maintained 2 mg l-1. Suspended solid (SS) concentration is maintained 1000 mg l-1 and sludge age 15 days. The batch research showed that maximum decreasing of COD was happened in initial COD 691 ppm, microbial concentration 10% (b/v) or 0,05 gr/500 ml solution with nutrient composition 100:10:1 elimination ability 83,8% and decreasing maximum oil contents 81,8%. The microbial identification result are obtained that main microorganism are Pseudomonas, Micrococcus and Vibrio. The continuous research obtained that maximum elimination COD values  70% at composition nutrient  100: 10:1. Keywords: mixed-culture bacterial, aeration tank AbstrakPengolahan secara fisik limbah minyak mentah masih menyisakan organik terlarut. Untuk itu perlu dilanjutkan dengan pengolahan limbah secara biologis. Penelitian pengolahan limbah minyak telah dilakukan secara biologis baik dengan batch maupun kontinyu. Digunakan bakteri kultur campuran yang telah diisolasi dari berbagai tempat pengolahan limbah biologis minyak mentah. Pengaruh nutrisi C:N:P telah dilakukan variasi dengan perbandingan 100:10:1, 100:5:1 dan 100:1:1 baik untuk percobaan batch maupun kontinyu. Percobaan secara batch dilakukan dengan variabel adalah konsentrasi COD awal yang masuk (864, 691, 410 dan 225 ppm), konsentrasi bakteri (10%, 20% dan 30% sebagai b/v) disamping pengaruh perbandingan nutrisi. Sedangkan percobaan secara kontinyu dilakukan menggunakan laju alir influent 36 l h-1, kandungan COD influent 300 mg l-1 , kondisi tangki aerasi kondisi oksigen terlarut dijaga minimum 2 mg l-1, konsentrasi padatan  tersuspensi (SS) dipertahankan 1000 mg l-1 dan umur lumpur 15 hari. Hasil penelitian batch menunjukkan bahwa pada COD awal 69I ppm, konsentrasi mikroba 10% (b/v) atau 0,05 gr/500 ml larutan dengan nutrisi 100:10:1 terjadi penurunan COD tertinggi dengan kemampuan penyisihan sebesar 83,8% serta mampu  menurunkan kandungan minyak tertinggi sebesar 81,8%. Hasil identifikasi bakteri didapatkan mikroba yang berperan adalah Pseudomonas, Micrococcus dan Vibrio. Sedangkan untuk percobaan kontinyu diperoleh hasil bahwa penyisihan COD tertinggi dihasilkan pada perbandingan nutrisi C:N:P = 100:10:1 sebesar 70%. Kata Kunci: bakteri kultur campuran; tangki aerasi
Effects of cell concentration and coal pretreatment on desulfurization of cigalugur subbituminous coal using thiobacillus ferrooxidans Dwiwahju Sasongko; A Ali Sjamsuriputra; Metta A Taufik; Alexis Airin
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 7, No 1 (2008)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2008.7.1.2

Abstract

The use of coal is forecast to increase substantially to generate energy through combustion. Coal contains chemical substances that might pollute environment if it is not properly burnt, such as sulfur and nitrogen. Sulfur removal can be carried out by chemical, physical, or biological methods. Removal of sulfur from coal by microbial action has many advantages over physical and chemical desulfurization methods, namely (i) low capital and operating cost, (ii) low energy requirements, and (iii) removal of finely dispersed sulfur. This paper reports an experimental study investigating the effects of microbial cell concentration and pretreatment of coal on sulfur removal from Indonesian subbituminous coal using Thiobacillus ferrooxidans. The experiments were conducted under conditions that promote performance of the microorganism, i.e. temperature of 28°C and pH of 2.5. The procedure includes blending coal with Thiobacillus ferrooxidans in a laboratory scale reactor. Coal particles were sampled periodically during bio desulfurization. Its sulfur content was then measured according to ASTM D2492-90 (for pyretic sulfur) and ASTM D4239-94 (for total sulfur). Experimental findings show that sterilized coals give higher sulfur removal (49.8% for pyretic sulfur and 39.5% for total sulfur) than those non-sterilized (30.2% for pyretic sulfur and 34% for total sulfur). Furthermore, observed cell concentration and percentage of sulfur removal (for pyretic and total sulfur) decrease with initial microbial cell concentration. Keywords: coal, biodesulfurization, Thiobacillus ferrooxidans AbstrakPenggunaan batubara diramalkan akan meningkat secara pesat untuk membangkitkan energi melalui pembakaran. Batubara mengandung senyawa-senyawa yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dibakar secara tuntas, seperti sulfur dan nitrogen. Penghilangan sulfur dapat dilaksanakan secara kimiawi, fisik, maupun biologik. Penghilangan sulfur dari batubara melalui proses mikrobial menunjukkan banyak kelebihan dibandingkan dengan metode-metode desulfurisasi fisik dan kimiawi, yakni (i) biaya modal dan operasi yang rendah, (ii) kebutuhan energi yang rendah, dan (iii) kemampuan penghilangan sulfur yang terdispersi secara halus. Tulisan ini membahas kajian eksperimental mengenai pengaruh konsentrasi sel mikroba dan perlakuan awal batubara terhadap penghilangan sulfur dari batubara sub-bituminus Indonesia, oleh bakteri Thiobacillus ferooxidans. Percobaan dilaksanakan dalam kondisi yang mendorong kinerja bakteri, yakni temperatur sebesar 28°C dan pH sebesar 2,5. Prosedur percobaan mencakup pencampuran batubara dengan Thiobacillus ferooxidans dalam reaktor berskala laboratorium. Partikel batubara dicuplik secara berkala selama proses biodesulfurisasi. Kandungan sulfurnya kemudian diukur dengan metode ASTM D2492-90 (untuk sulfur pirit) dan ASTM D4239-94 (untuk sulfur total). Hasil percobaan menunjukkan bahwa batubara yang disterilisasi memberikan penurunan kadar sulfur terbesar (49,8% untuk sulfur pirit dan 39,5% untuk sulfur total) daripada batubara yang  tidak disterilisasi  (30,2%  untuk  sulfur pirit  dan  34% untuk sulfur  total).  Selain itu, konsentrasi sel dan persentase penghilangan sulfur (untuk sulfur pirit dan total) berkurang dengan konsentrasi sel mikroba awal.Kata kunci: batubara, biodesulfurization, Thiobacillus ferrooxidans

Page 1 of 1 | Total Record : 7