cover
Contact Name
Martina Novalina
Contact Email
martina@sttekumene.ac.id
Phone
+6221-45863915
Journal Mail Official
martina@sttekumene.ac.id
Editorial Address
Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta. Mal Artha Gading Lantai 3 Jl. Artha Gading Selatan No. 1, Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240. Tlp. (021) 45863915, 45863968, 45863925
Location
Kota adm. jakarta utara,
Dki jakarta
INDONESIA
Vox Dei : Jurnal Teologi dan Pastoral
ISSN : 26570777     EISSN : 27232751     DOI : https://doi.org/10.46408
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral is a place for publication of research results in the realm of Christian and Pastoral theology, as well as issues related to the available scope. Has the ISSN number: 2657-0777 (print), 2723-2751 (online) published periodically twice a year (June and December) by Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta. Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral research focus and scope are: Biblical Theology Practical Theology Systematic Theology Contemporary Theology Pastoral Christian Religious Education Christian Leadership and Church Management Study of Religions Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral receives articles from lecturers and practitioners of theology who are experts in their fields, from all existing theological institutions, both from within and outside the country. Articles that meet the requirements will be assessed for eligibility by reviewers who are experts in their fields through a double-blind review process.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022" : 10 Documents clear
Iman Rahab: Sebuah Refleksi Teologis Terhadap Iman Kaum Marginal Andri Arbet Laik; Grant Nixon
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v3i1.50

Abstract

Kaum marginal adalah mereka yang tersisihkan dalam kehidupan masyarakat oleh karena status sosial mereka yang rendah, dan dianggap sebagai sampah masyarakat. Kaum marginal terpinggirkan dalam segala bidang, termasuk dalam bidang keagamaan yang berhubungan dengan iman. Berdasarkan penelitian, kaum marginal cenderung mendapatkan stigma negatif karena latar belakang dan status sosial, bahkan dalam hal iman, masyarakat cenderung memiliki stigma negatif terhadap kaum ini, karena kaum marginal dianggap memiliki kualitas iman yang rendah dan cenderung tidak percaya kepada Tuhan. Hal ini menyebabkan tumbuhnya sikap fatalistik, rasa malu, dan rasa terasingkan, sehingga hal ini membuat hati mereka cenderung ragu akan kebijaksanaan dan kasih Allah. Oleh karenanya kajian terhadap tokoh Rahab dalam narasi Yosua 2:1-24 untuk membahas secara khusus mengenai iman seorang marginal dalam masyarakat zaman Kanaan kuno, yang lewat perbuatannya ia membuktikan imannya yang sejati kepada Allah. Studi tentang iman tokoh Rahab ini merupakan refleksi teologis terhadap iman kaum marginal di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penafsiran eksposisi terhadap narasi, berdasarkan prinsip hermeneutik. Hasil penelitian ini adalah kualitas iman atau iman yang sejati dari seorang tidak bisa diukur berdasarkan status sosialnya, karena iman yang sejati lahir dari hati yang takut akan Tuhan, yang tercermin dalam perbuatan.
Upaya-Upaya Supervisi Dalam Memonitoring Kinerja Guru Pendidikan Agama Kristen Di Sekolah Wadison Petrus; Talizaro Tafonao; Agiana Her Visnhu Ditakristi
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v3i1.107

Abstract

The purpose of writing this article is to see the effectiveness of supervision in monitoring the performance of Christian Religious Education teachers in schools. The basic problem in this paper is that researchers still find some Christian Religious Education teachers who have not carried out their duties optimally based on the applicable rules. Based on the subject matter, the task of supervision seeks to carry out its functions as described in this article. The research method used in this study is a qualitative research method. The results obtained in this paper show that by observing, directing, coaching and checking administration, it has a very positive impact on the performance of teachers in schools and is more organized in carrying out their duties and carrying out their responsibilities in accordance with the main tasks they carry out. Thus, it seems that there are no teachers who are neglected and who neglect each of their duties.
Peran Gembala Sebagai Upaya Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembinaan Spiritualitas Remaja Pemuda Mikha Agus Widiyanto; Rina Christin; James Franclin
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v3i1.126

Abstract

Adolescent and youth as the next generation have important roles for the church. Their enthusiasm and creativity are very needed in participating for the church ministry and development. Adolescent and youth spirituality building through worship is being very fundamental so that they may involve in developing the church. Nevertheless, it cannot be dennied that adolescent and youth assume that activities outside the church is more interesting than worship, coachings through the worship is considered not suitable so that impact to their spiritual life. This study aimed to know pastor’s role as an effort of Christian Education to the adolescent and youth spirituality enhancement. This research was using survey method with causal on the analysis. The result showed that pastor has a significant role in Christian Education to the adolescent and youth spiritual improvement. Coaching conducted by the pastor through Christian Education teaching in worship or fellowship as well as joint activities will impact on adolescent and youth spiritual improvement to be more growing in Christ.
Responsif Gereja Terhadap Pernikahan Beda Keyakinan Jabes Pasaribu; Yunardi Kristian Zega; Desetina Harefa
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v3i1.129

Abstract

Pernikahan merupakan suatu tradisi Alkitabiah yang tidak putus hingga masa sekarang. Akan tetapi, ada hal yang cukup kontras dalam sebuah pernikahan secara umum, yakni tentang pernikahan beda keyakinan. Pernikahan semacam ini sudah dilakukan sejak dari masa lalu sampai sekarang. Hal tersebut, jika dilakukan oleh orang Kristen akan berdampak negatif bagi iman, gaya hidup, dan spiritualitasnya. Oleh sebab itu, penulis hendak ingin menganalisis bagaimana seharusnya cara gereja dalam menyikapi hal tersebut. Metode yang digunakan penulis, yakni metode studi pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah pernikahan Kristen merupakan pernikahan yang dipersatukan oleh Allah dengan dasar kasih di mana mereka yang dipersatukan (suami-isteri) hidup untuk menjalankan visi dan misi Allah yaitu dengan menghadirkan kerajaan Allah di bumi. Oleh sebab itu, gereja perlu memandang pernikahan beda keyakinan adalah sesuatu hal yang tidak Alkitabiah dan tidak sesuai dengan identitas kekristenan. Jadi, gereja perlu mengambil tindakan yang tepat, yakni: Pertama, melaksanakan pendidikan agama Kristen (PAK) kepada muda-mudi tentang bagaimana memilih pasangan hidup sebelum membentuk bahtera rumah tangga. Kedua, menanamkan kepada jemaat bagaimana menegakkan kerajaan Allah di bumi lewat pernikahan. Ketiga, memastikan bahwa setiap jemaatnya sudah memiliki hidup lahir baru.
Spiritualitas Pengampunan Berdasarkan Analisis Teologis Kisah Para Rasul 15:35-41 Alvary Exan Rerung
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v3i1.130

Abstract

Sebagai komunitas orang percaya, Gereja tidak bisa terlepas dari yang namanya perselisihan. Perbedaan latar belakang, ekonomi, pendidikan setiap anggota jemaat yang akan terus menjadi pemantik terjadinya perselisihan dalam Gereja. Melihat realitas tersebut, penulis dalam tulisan ini hendak memberikan implikasi terciptanya spiritualitas pengampunan sebagai dasar rekonsiliasi dalam Gereja. Implikasi tersebut ditarik dari kisah perselisihan antara Paulus dan Barnabas. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini yaitu kualitatif dan studi pustaka. Tujuan dari penelitian ini untuk menunjukkan nilai spiritualitas pengampunan dalam kisah perselisihan antara Paulus dan Barnabas, yang bisa dijadikan dasar rekonsliasi dalam Gereja. Hasil penelitian yang didapat bahwa spiritualitas pengampunan menjadikan warga jemaat tahu akan keterbatasan manusia sebagai makhluk yang terbatas, mudah goyah akan godaan untuk melakukan kesalahan. Tetapi, dengan spiritualitas pengampunan, akan ada kesadaran bagi mereka yang melakukan kesalahan untuk melakukan intropeksi diri dan tidak melanjutkan perselisihan.
Menilik Hak Pekerja Di Masa Pandemi: Analisis Naratif Ulangan 24:14-15 Joses Worthy de Poere
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v3i1.132

Abstract

Data shows the huge impact of the pandemic on workers globally, including in Indonesia. Workers’ rights have directly become an issue along with companies and entrepreneurs who continue to suffer losses. A church that has a social responsibility should pay more attention to this. However, in reality, this is an issue that is rarely discussed. The social assistance provided to the community is mostly limited to ceremonial purposes in celebrating certain ecclesiastical celebrations. Moreover, the church rarely voices the rights of the economically oppressed people firmly. Therefore, this paper intends to contribute to theological thinking and advocacy for the issue of workers' rights during the pandemic. This theological thinking is built on the narrative analysis of Deuteronomy 24:14-15. This analysis is expected to be useful to remind us that concerns regarding workers' rights have existed since ancient times. Therefore, this analysis aims to provide an overview and an invitation to all parties, especially the church, to pay attention to this issue. In the end, the reflections of this paper will provide advocacy related to workers' rights during the pandemic that can be developed by readers. I hope that concerns regarding workers' rights during the pandemic can grow and become daily spirituality.
Membangun Toleransi Dalam Masyarakat Multiagama Dan Multikultural Di Indonesia Dari Perspektif Lukas 10:25-37 Jacob Songgono
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In order to properly carry out the commands and teachings of the Lord Jesus, believers need to understand how to implement them. The article is intended to shed light on their implementation, as stated in the parable of the Good Samaritan in Luke 10:25-37. A narrative approach was used to explore the relevance of the text to the existing context, and then followed by a theological reflection based on the context of Indonesia’s diversity. The reflection on the benevolent attitudes and actions of the Samaritan was disclosed, namely tolerance, compassion and generosity in helping others without discerning religions or cultures. Theological study of the parable was expected to make believers model the Samaritan’s actions assisting neighbors in need. This practice may minimize intolerance occurring in multi-religious and multicultural societies in Indonesia. At the same time, it serves as the implementation of God’s commands, and an embodiment of believers as witnesses and light for Indonesia.
Pembebasan Rahel: Pembacaan Ulang Narasi Kejadian 29:31-30:24 Menurut Perspektif Hermeneutik Feminis Angelina Christabella Widjaja
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v3i1.135

Abstract

Diskriminasi terhadap perempuan infertil masih banyak terjadi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pemahaman patriarkis yang memandang melahirkan anak sebagai kodrat seorang perempuan. Sayangnya, gereja kurang memerhatikan penderitaan mereka yang selama ini terbungkam. Artikel ini hendak merefleksikan fenomena ini dengan kisah Rahel dalam Kejadian 29:31-30:24 untuk menemukan pemikiran teologis yang membela para perempuan infertil yang didiskriminasi. Penulis menawarkan pembacaan ulang teks tersebut dengan analisis naratif dan perspektif feminis melalui studi literatur terkait budaya yang berlaku pada zaman itu. Berdasarkan analisis penulis, Rahel mewakili para perempuan masa kini yang tidak memiliki kuasa untuk menentukan nasibnya dan harus menderita dalam diam. Selain itu, persaingan antara Rahel dan Lea pun menggambarkan konflik antar perempuan yang terjadi pada zaman ini. Kejadian 29:31-30:24 mengingatkan orang-orang Kristen akan adanya perempuan-perempuan yang didiskriminasi karena infertilitasnya, tetapi dibungkam oleh masyarakat dan budaya. Padahal, semua perempuan berharga terlepas dari kemampuan reproduksinya sehingga semua sikap represif terhadap pilihan atau keberadaan yang tidak sesuai dengan norma patriarki tak boleh diabaikan. Oleh sebab itu, teks ini berfungsi sebagai refleksi teologis yang mengajak orang-orang Kristen dan gereja untuk mengadvokasi para perempuan infertil yang selama ini tertindas.
Nilai Hospitalitas Dalam Budaya Raputallang: Upaya Gereja Mencegah Kasus Bunuh Diri Ayu Purnama Sari; Kristiani Ela
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v3i1.139

Abstract

Masyarakat Toraja dikenal sebagai masyarakat yang kaya akan kebudayaan dan tingkat toleransi yang tinggi, baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan sosialnya. Namun, fakta yang ditemui ada begitu banyak kasus yang menarik perhatian yaitu kasus bunuh diri yang beberapa waktu yang lalu sangat marak terjadi di daerah Toraja. Salah satu penyebab terjadinya bunuh diri adalah karena tidak adanya perhatian dari orang disekitar individu tersebut dalam menghadapi persoalan kehidupannya, dalam hal ini tidak adanya nilai hospitalitas yang diterapkan dalam menjalin hubungan sosial. Kurangnya cinta kasih yang terjalin dalam sebuah hubungan dapat mengakibatkan seseorang memilih tindakan bunuh diri sebagai jalan untuk terlepas dari persoalan tersebut. Salah satu budaya atau filosofi yang masih dipegang oleh masyarakat Toraja sampai saat ini adalah raputallang. Di dalam raputallang terdapat nilai-nilai hospitalitas Kristen yang dapat dijadikan sebagai pedoman masyarakat Toraja secara khusus Gereja dalam membangun hubungan dengan sesamanya. Karena itu penulis ingin menjelaskan nilai-nilai hospitalitas Kristen yang terdapat dalam raputallang sebagai dasar bagi Gereja dalam mencegah kasus bunuh diri. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan metode studi pustaka serta model sintesis dari Stephen B. Bevans. Hasilnya, nilai kepedulian dalam budaya raputallang seyogyanya mampu mencegah seseorang melakukan bunuh diri.
Kesatuan Perikoretik Pada Frasa Ut Omnes Unum Sint Harls Evan R. Siahaan; Vera Herawati Siahaan; Vitaurus Hendra
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral  Vol. 3 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v3i1.136

Abstract

Kesatuan gereja telah menjadi proyek ekumenis Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia dengan produk Dokumen Keesaan Gereja. Narasi kesatuan tidak hanya sebatas pergumulan PGI, karena kegerakan ekumenis ini memotivasi banyak kelompok gereja terbentuk, berakar pada doa, yang sekaligus harapan Yesus, melalui narasi Yohanes 17:21 pada frasa Ut Omnes Unum Sint. Tesis dalam penelitian ini adalah, narasi Yohanes 17:21 mengadopsi sebuah konsep kesatuan perikoretik, sehingga frasa ut omnes unum sint harus dimaknai dalam bingkai relasi perikoresis trinitaris. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa kesatuan yang dinarasikan dalam frasa tersebut merupakan kesatuan yang bersifat perikoretik. Dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan interpretatif, frasa ut omnes unum sint juga berimplikasi pada narasi kesetaraan, selain diskursus kesatuan gereja. Kesimpulannya, narasi kesatuan gereja dalam frasa ut omnes unum sint haruslah berproyeksi juga pada semangat kesetaraan.

Page 1 of 1 | Total Record : 10