cover
Contact Name
Imam Setyobudi
Contact Email
jurnaletnika.isbibdg@gmail.com
Phone
+6222-7314982
Journal Mail Official
jurnal.budaya.etnika@isbi.ac.id
Editorial Address
Jalan Buah Batu no 212 Bandung.
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Budaya Etnika
ISSN : 2549032X     EISSN : 27981878     DOI : -
Jurnal Budaya Etnika merupakan publikasi hasil karya ilmiah yang berkaitan dengan budaya mencakup cipta, karsa, dan karya manusia. Jurnal Budaya Etnika menaruh perhatian pada artikel-artikel hasil kajian mengenai berbagai kebudayaan etnis yang berhubungan dengan seni, religi dan ritual, mitos, media, dan wacana kritis.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2018): Momen Kreatif, Ekspresi, dan Keberagaman Etnik" : 5 Documents clear
FOLKLOR CANDI CANGKUANG: DESTINASI WISATA BERBASIS BUDAYA, SEJARAH, DAN RELIGI Sri Rustiyanti
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 2 (2018): Momen Kreatif, Ekspresi, dan Keberagaman Etnik
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i2.1154

Abstract

ABSTRACT West Java has a variety of cultural, historical and religious potential that can be developed as the main tourist attraction, especially in Cangkuang Temple, Leles District, Garut Regency. Cangkuang Temple is one form of non-verbal folklore (artifact) inherited from two religions, namely Hinduism and Islam. The relics of Hinduism are the statue of Lord Shiva which is thought to date from the VIII century and the relics of Islam originated in the seventeenth century with the remains of the tomb of the Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. The potential of Cangkuang Temple is quite interesting as one of the non-oil and gas foreign exchange tourism assets that needs to be improved in its management and empowerment. Therefore, the readiness of the Kampung Pulo community in developing tourism based on culture, history and religion still needs to be improved. Unpreparedness can be seen from the form of tourism development in each segment that has not been holistic and has not yet synergized with each other, regardless of the socio-cultural diversity of each, as well as the unclear market segments that will be targeted for development. Thus it is necessary to conduct research that aims to map the zoning of tourism development in accordance with the character of the community in the Garut Regency region. Analysis of the system of tourism-based development of culture, history, and religion that is suitable to be applied in the region also needs to be done in order to create an ideal model in tourism development and management in the Garut Regency region. The expected research results are the creation of an integrated tourism development model based on culture, history, and religion that can be applied in West Java, especially the Cangkuang Temple area. Keywords: Tourism Zoning, Cultural Tourism, Historical Tourism, Religious Tourism, Cangkuang Temple.  ABSTRAK Jawa Barat memiliki beragam potensi budaya, sejarah, dan religi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik utama wisata, khususnya di Candi Cangkuang Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Candi Cangkuang adalah salah satu bentuk folklor bukan lisan (artefak) peninggalan dari dua agama, yaitu Hindu dan Islam. Peninggalan agama Hindu adalah patung Dewa Siwa yang diperkirakan berasal dari abad VIII dan peninggalan agama Islam berasal dari abad XVII dengan adanya peninggalan makam dari Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. Potensi Candi Cangkuang cukup menarik menjadi salah satu asset wisata devisa non migas yang perlu ditingkatkan pengelolaan dan pemberdayaannya. Oleh karena itu, kesiapan masyarakat Kampung Pulo dalam pengembangan wisata berbasis budaya, sejarah, dan religi masih perlu ditingkatkan. Ketidaksiapan dapat terlihat dari bentuk pengembangan pariwisata masing-masing segmen yang belum holistik dan belum sinergi satu sama lain, tanpa memperhatikan keragaman socio-cultural masing-masing, serta adanya ketidakjelasan segmen pasar yang akan dijadikan sasaran pengembangannya. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memetakan zonasi pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter masyarakat wilayah Kabupaten Garut. Analisis sistem pengembangan pariwisata berbasis budaya, sejarah, dan religi yang sesuai diterapkan di kawasan tersebut juga perlu dilakukan agar tercipta model yang ideal dalam pengembangan dan pengelolaan wisata di wilayah Kabupaten Garut. Hasil penelitian yang diharapkan adalah terciptanya sebuah model pengembangan pariwisata yang terpadu berbasis budaya, sejarah, dan religi yang dapat diterapkan di Jawa Barat, khususnya wilayah Candi Cangkuang. Kata Kunci: Zonasi Wisata, Wisata Budaya, Wisata Sejarah, Wisata Religi, Candi Cangkuang.
MITOS DI KAMPUNG PULO DAN CANDI CANGKUANG KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT enoh Enoh
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 2 (2018): Momen Kreatif, Ekspresi, dan Keberagaman Etnik
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i2.1155

Abstract

ABSTRACT The Pulo’s village, is a custom’s village, place at Leles district, Garut regent’s, as a culture pledge tourism destination, have many uniqueness and special mythology, must obedient by his resident also by visitors. Is custom’s village can for a culture lab who appreciated his local genius value used for large society?Using short survey and limited supervision, and interview, got the result, truly the result was writed by researcher and surveyer before. Difference with visite the student and lecturer of ISBI Bandung, in mereover action basicly on the culture theories about custom village and his mythology.The result is Pulo’s village as a custom village, have some tradisional and mythology melted with paith as muslims, so that became syncretism between tradisional dan religi. Among bumpy mythologies is don’t visit wednesday; don’t have an affair with in pledge location; costum house don’t more six houses and one mosque; don’t take care of big animals four’s leg; don’t play on the goong. Beside invention about mithology, we are also see many people pray in front of the holy grave Lord Arief Muhammad who faithed full of mercy and holiness, of course all desire on the heart will be accepted. The collision on mithology will bring disaster, according to the testimony became real, among other things, tornados, suddenly rain and lightning, etc. Thing that can so as right or just right, like that according to Mr. Zaki Munawar as an officer in charge culture pledge at Pulo’s village. Keywords: Cangkuang, Myth, Sincretic.  ABSTRAK Kampung Pulo adalah kampung adat, berlokasi di kecamatan Leles, kabupaten Garut adalah destinasi wisata cagar budaya yang memiliki keunikan dan mitos tersendiri, yang harus ditaati oleh penduduk setempat juga harus diikuti oleh para pengunjung. Apakah kampung adat dapat dijadikan lab budaya yang dapat diapresiasi nilai-nilai kearifan lokalnya sehingga dapat dihayati dan dimanfaatkan untuk masyarakat yang lebih luas? Melalui survey singkat dan pengamatan terbatas, serta wawancara, maka diperoleh hasil, yang sesungguhnya hasil ini sudah banyak ditulis oleh para peneliti dan pengamat terdahulu. Perbedaan dengan kunjungan mahasiswa dan dosen antropologi budaya ISBI Bandung terletak pada tindakan kajian lebih lanjut berdasar teori-teori budaya tentang kampung adat dan mitologinya.Hasilnya adalah Kampung Pulo sebagai kampung Adat memiliki beberapa tradisi dan mitos yang larut dengan kepercayaan sekarang sebagai pemeluk agama Islam, sehingga terjadi semacam sinkretik antara tradisi dan agama. Di antara mitos yang menonjol antara lain: jangan berkunjung pada hari rabu; jangan berpacaran di lokasi cagar, rumah adat tidak boleh lebih dari enam rumah dan satu mesjid, jangan memelihara hewan besar berkaki empat, jangan menabuh goong. Di samping temuan tentang mitos, tersaksikan pula banyak pengunjung berdoa di depan makam Embah Dalem Arief Muhammad yang diyakini penuh barokah dan karomah, niscaya segala keinginan yang diangankan bakal terkabul.Pelanggaran terhadap mitos bisa membawa bencana, yang konon sudah terbukti antara lain, ada angin ribut, tiba-tiba hujan-petir, tiba-tiba putus cinta, dan sebagainya. Hal itu bisa jadi ‘kebetulan’ atau bisa jadi ‘betulan’ demikian menurut Zaki Munawar petugas di cagar budaya Kampung Pulo. Kata Kunci: Cangkuang, Mitos, Sinkretis
EKSISTENSI SENI PATUNG ARBY SAMAH DARI REALIS KE ABSTRAK Harissman Harissman; Elvis Elvis; Nia Daniati; Yoan Fahira
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 2 (2018): Momen Kreatif, Ekspresi, dan Keberagaman Etnik
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i2.1156

Abstract

ABSTRACT The study was intended to comprehend the tendency of Arby Samah sculpture artwork from a realist to an abstract form, and to discuss the existence of Arby Samah in sculpture artwork until he decided to settle in his hometown of West Sumatra. This study uses qualitative methods namely observation, interviews and documents. the theory used refers to the opinions of Kartodirdjo, Becker, and Zolberg.Arby Samah continued his education at ASRI Yogyakarta in 1953 majoring in sculpture. In 1957 Arby Samah made a sculpture called abstract sculpture, the form of abstract at that time had not yet appeared so Arby Samah was known as a pioneer of abstract sculpture in Indonesia. After graduating from college Arby decided to work as an employee at the Yogyakarta army museum, and worked as a civil servant in Jakarta and returned to West Sumatra's hometown working at the Ministry of Education and Culture. During his time as a civil servant his career as a sculptor began to disappear so Arby Samah in the eyes of his friends was considered lost in the development of sculpture in Indonesia. Keywords: Arby Samah, Experiment, Career, Sculpture.  ABSTRAK Penelitian dimaksudkan untuk memahami kecenderungan Arby Samah berkarya patung dari bentuk realis ke abstrak, serta  membahas eksistensi Arby Samah berkarya patung sampai memutuskan menetap di kampung halamannya Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara dan dokumen. teori yang digunakan merujuk kepada pendapat Kartodirdjo, Becker, dan Zolberg.Arby Samah melanjutkan pendidikannya ke ASRI Yogyakarta tahun 1953 mengambil minat seni patung. Pada tahun 1957 Arby Samah membuat bentuk patung yang dinamakan patung abstrak, bentuk abstrak waktu itu belum muncul sehingga Arby Samah dikenal sebagai pelopor patung abstrak di Indonesia. Setelah metamatkan kuliah Arby memutuskan bekerja pegawai di museum angkatan darat Yogyakarta, dan bekerja sebagai PNS P&K Jakarta dan kembali ke kampung halaman Sumatera Barat bekerja di DEPDIKBUD. Selama menjadi pegawai negeri karirnya sebagai pematung mulai hilang sehingga Arby Samah di mata teman-temannya dianggap hilang dalam perkembangan seni patung di Indonesia. Kata Kunci: Arby Samah, Eksperimen, Karir, Seni Patung
MENYOAL TENTANG DAYA EKSPRESI GARAP PERTUNJUKAN SEORANG DALANG DALAM UPAYA MEMBANGUN KOMUNIKASI ESTETIK PADA PERTUNJUKAN WAYANG GOLEK Cahya Cahya
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 2 (2018): Momen Kreatif, Ekspresi, dan Keberagaman Etnik
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i2.1157

Abstract

ABSTRACT             This paper discusses the question of the aesthetic realm in the art of puppetry, all of which can be found in the role and position of a dalang with the process and the stages of his work. This paper is also part of the dissertation which became new findings in the study of aesthetics of Sundanese puppetry. Therefore in his dalm contains explanations about the aesthetic trinkets that are present in the form of expression work on a puppeteer. The method uses a multi-disciplinary aesthetic phenomenology as an attempt to enrich the description, analyzing how to conclude the end result of the study. One of the approaches used as a scalpel is, photographing the aesthetic phenomenon related to the realm of art communication within the scope of the Sunda puppet show. Keywords: Expression Work, Aesthetic Communication, Concept “Nyari”.  ABSTRAK Tulisan ini membahas persoalan ranah estetika dalam seni pedalangan yang kesemuanya dapat dijumpai pada peran dan kedudukan seorang dalang dengan proses dann tahapan berkaryanya. Tulisan ini pun merupakan bagain dari disertasi yang menjadi temuan baru dalam telaah estetika pedalangan Sunda. Oleh karena itu di dalmnya memuat penjelasan tentang pernak-pernik estetika yang tersajikan dalam bentuk ekspresi garap pertunjukan seorang dalang. Metode pendekatanya menggunakan studi fenomenologi estetik yang bersifat multidisiplin sebagai upaya memperkaya pendeskripsian, penganalisisan hinga menyimpulkan hasil akhir penelitian. Salah satu pendekatan yang dijadikan pisau bedahnya adalah, memotret fenomena estetik yang berkaitan dengan ranah komunikasi seni dalam ruang lingkup pertunjukan wayang golek Sunda. Kata Kunci: Ekspresi Garap, Komunikasi Estetik, Konsep “Nyari”
EKSISTENSI ALAM MINANG DALAM LUKISAN SENIMAN SUMATERA BARAT Erizal Erizal; Ibrahim Ibrahim; Satriyadi Satriyadi; Khairun Nisa
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 2 (2018): Momen Kreatif, Ekspresi, dan Keberagaman Etnik
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i2.1158

Abstract

ABSTRACT This study aims to record painting artists in West Sumatra who have worked with the Minangkabau concept. The method used refers to qualitative research methodology, namely observation, interviews and literature. Then for the research report, the collected data is presented based on citation data such as words / sentences and data in the form of interview scripts, field notes, photos, videos, personal documents or other official documents. The theory used refers to the opini of Kartodirjo, Becker, and Dwi Marianto.The presence of painting artists who raised the theme of Minangkabau nature such as: Kamal Guci, Afianto Arifin, Evalyna Dianita, Idran Wakidi, Yazid. Painting artists who work with this Minangkabau concept still exist to maintain their style of work, and not a few of art appreciators like or collect the work of the artist. It can be concluded that the presence of artists like this is very helpful in preserving the art of painting in West Sumatra which has been pioneered long time ago by painters like Wakidi and M.Syafei. Keywords: Minangkabau, Concept, Painting, West Sumatra.  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mendata seniman lukis di Sumatera Barat yang eksis berkarya dengan konsep Minangkabau. Metode yang dipakai merujuk pada metodologi penelitian kualitatif, yaitu pengamatan, wawancara dan kepustakaan. Kemudian untuk laporan penelitian, data-data yang terhimpun disajikan berdasarkan kutipan data baik berupa kata/kalimat maupun data berupa naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi ataupun dokumen resmi lainnya. Teori yang digunakan merujuk kepada pendapat Kartodirjo, Becker, dan Dwi Marianto.Kehadiran seniman lukis yang mengangkat tema alam Minangkabau seperti: Kamal Guci, Afianto Arifin, Evalyna Dianita, Idran Wakidi, Yazid. Seniman lukis yang berkarya dengan konsep Minangkabau ini masih eksis mempertahankan corak karya mereka, dan tidak sedikit para penikmat seni menyukai atau mengoleksi karya seniman tersebut. Dapat disimpulkan bahwa kehadiran seniman seperti ini sangat membantu dalam dalam pelestarian seni lukis di Sumatera Barat yang sudah dirintis jauh hari oleh pelukis Wakidi dan M.Syafei. Kata Kunci: Minangkabau, Konsep, Seni Lukis, Sumatera Barat.

Page 1 of 1 | Total Record : 5