cover
Contact Name
Imam Setyobudi
Contact Email
jurnaletnika.isbibdg@gmail.com
Phone
+6222-7314982
Journal Mail Official
jurnal.budaya.etnika@isbi.ac.id
Editorial Address
Jalan Buah Batu no 212 Bandung.
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Budaya Etnika
ISSN : 2549032X     EISSN : 27981878     DOI : -
Jurnal Budaya Etnika merupakan publikasi hasil karya ilmiah yang berkaitan dengan budaya mencakup cipta, karsa, dan karya manusia. Jurnal Budaya Etnika menaruh perhatian pada artikel-artikel hasil kajian mengenai berbagai kebudayaan etnis yang berhubungan dengan seni, religi dan ritual, mitos, media, dan wacana kritis.
Articles 56 Documents
FENOMENA MALIM DALAM TRADISI SENI KUDA LUMPING Luffita Rizky
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 1 (2018): Kreativitas Tradisi di Era Globalisasi: Transformasi & Peluang
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i1.1153

Abstract

ABSTRACT  Kuda Lumping art performance is seen as a reality of cultural arts that is dense with mystical cultural traditions. The show takes the form of helaran which features Kuda Lumping dance accompanied by tetabuhan music that reinforces the sacred nuances as its trademark. The presence of a Malim in the performance of Kuda Lumping, is seen as a central role that controls the performance of the show. Malim acts as a person who is able to communicate transcendently using his spells. This was an attempt to invite the spirits to enter together with the spirit of the player Kuda Lumping to become possessed (trance).This paper is a form of scientific description of the results of a field study using descriptive analysis methods as one of the characteristics of qualitative research. The approach uses phenomenological studies as an effort to elevate the cultural reality surrounding the tradition of performing Kuda Lumping art. The object studied was taking samples of Malim figures who were considered representative with the depth of their knowledge and experience while becoming Malim Kuda Lumping. Research in the form of a description of this analysis will eventually become a scientific article that can be published in scientific journals.  Keywords: Malim, Kuda Lumping, Kasurupan and Transcendent.  ABSTRAK             Pertunjukan seni Kuda Lumping dipandang sebagai sebuah realitas seni budaya yang kental dengan tradisi budaya mistisnya. Pertunjukannya berbentuk helaran yang menampilkan tarian Kuda Lumping dengan diiringi musik tetabuhan yang mempertegas nuansa sakral sebagai ciri khasnya. Kehadiran seorang Malim dalam pertunjukan Kuda Lumping, dipandang sebagai peran sentral yang mengendalikan jalannya pertunjukan. Malim berperan sebagai sosok yang mampu berkomunuikasi secara transenden dengan menggunakan mantra-mantranya. Hal tersebut sebagai upaya mengundang roh halus untuk masuk menyatu dengan roh si pemain Kuda Lumping hingga menjadi kerasukan (trans).Tulisan ini merupakan bentuk deskripsi ilmiah hasil dari sebuah penelitian lapangan dengan menggunakan metode deksripsi analisis sebagai salah satu ciri bentuk penenlitian kualitatif. Adapun pendekatannya menggunakan studi fenomenologi sebagai sebuah upaya mengangkat realitas budaya yang terdapat di seputar tradisi pertunjukan seni Kuda Lumping. Objek yang dikaji adalah mengambil sampel tokoh Malim yang dianggap representatif dengan kedalaman ilmu dan pengalamannya selama menjadi Malim Kuda Lumping. Penelitian dalam bentuk deskripsi analisis ini, pada akhirnya akan dijadikan artikel ilmiah yang dapat dimuat di jurnal ilmiah.  Kata Kunci: Malim, Kuda Lumping, Kasurupan dan Transenden.
FUNGSI SOSIAL DARI RITUAL MIASIH BUMI NAGARA PADANG BAGI MASYARAKAT KAMPUNG TUTUGAN DESA RAWABOGO KECAMATAN CIWIDEY PROVINSI JAWA BARAT Anggia Yuliana; I. Setyobudi; S. Dwiatmini
Jurnal Budaya Etnika Vol 3, No 1 (2019): Etnografi Ritual Masyarakat Sunda: Fungsi Sosial, Liminalitas, Akulturasi
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v3i1.1124

Abstract

ABSTRAK Ritual miasih bumi nagara padang berawal dari ritual hajat bumi yang dilaksanakan di sirah cai berecek, namun saat ini sirah cai berecek sudah tidak berfungsi lagi sebagai mata air. Sesepuh Padepokan Nagara Padang yaitu Abah Undang mengembangkan kembali ritual tersebut dari beberapa ritual sebelumnya, terlebih desa Rawabogo sudah ditetapkan menjadi desa wisata. Maka dari itu apakah ritual miasih bumi nagara padang mempunyai fungsi sosial atau fungsi lain. Penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme Malinowski dan menggunakan metode kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan untuk menentukan keabsahanya peneliti menggunakan triangulasi. Dalam hal ini kajian peneliti tidak menemukan fungsi sosial, namun peneliti menemukan fungsi lain dari ritual miasih bumi nagara padang. Teori yang digunakan tidak relevan, peneliti menemukan bahwa ritual miaisih bumi nagara padang berfungsi bagi pengembangan pariwisata yang berdampak pada masyarakat setempat. Kata kunci: Miasih Bumi Nagara Padang, Sirah Cai Berecek, Fungsi Sosial, Desa Wisata.  ABSTRACT The ritual of Miasih Bumi Nagara Padang starts from the ritual of Hajat Bumi which was carried out in sirah cai berecek, but now sirah cai berecek has no longer functioned as a spring. The Padepokan Nagara Padang’s elder, Abah Undang, rebuilt the ritual from a number of previous ritual, moreover, the Rawabogo village has been designated as a tourist village. So, The ritual of Miasih Bumi Nagara Padang has social functions or other functions. This study uses Malinowski's functionalism theory and qualitative methods. Data collected by observations, interviews, documentation, and to determine the validity of researchers using triangulation. In this case the study of researchers did not find social function, but researcher found other functions of the ritual of Miasih Bumi Nagara Padang. The theory that has been used is irrelevant, researchers found that the Miasih Bumi Nagara Padang ritual serves for the development of tourism which has an impact for the local community. Keywords: Miasih Bumi Nagara Padang, Sirah Cai Berekek, Social Function, Tourism Village.
SENI DIGITAL WISATA TEKNOLOGI AR PASUA PA BERBASIS KEARIFAN LOKAL Sri Rustiyanti; Wanda Listiani; Fani Dila Sari; Ida Bagus Gede Surya Peradantha
Jurnal Budaya Etnika Vol 3, No 2 (2019): Artefak Budaya Arkais dan Kontemporer : dari Ulos Hingga Seni Digital
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v3i2.1123

Abstract

ABSTRAKIndonesia memiliki beragam potensi alam, seni, budaya, pendidikan, kuliner, sejarah, teknologi, dan religi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik utama wisata. Tulisan ini merupakan hasil penelitian Konsorsium Kemenristekdikti dengan mengangkat seni tradisi dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, ISBI Papua, dan ISBI Aceh. Penelitian ini menerapkan teknologi Augmented Reality (AR) pada kesenian yang ada di Papua, Sunda, dan Aceh (PASUA) sebagai Performent Art (PA), sehingga seni wisata digital ini menjadi sebuah produk karya seni budaya AR Pasua PA, yang secara khusus menggarap perkembangan seni tradisi sebagai kearifan lokaldalam perkembangan seni digital sebagai salah satu bentuk pengemasan seni wisata.Potensi seni digital AR Pasua PA cukup menarik menjadi salah satu asset wisata devisa non migas yang perlu ditingkatkan pengelolaan dan pemberdayaannya. Oleh karena itu, kesiapan pembuatan AR Pasua PA dalam pengembangan wisata seni digital masih perlu ditingkatkan di era industri 4.0 berbasis kearifan lokal. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk memetakan zonasi pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter masyarakat wilayah Timur dari Papua, selanjutnya Tengah dari Sunda, dan Barat dari Aceh, seperti perjalanan matahari dari terbit di Tanah Papua , selanjutnya bersinar di Tanah Parahyangan , dan akhirnya terbenam di Serambi Aceh. Analisis sistem pengembangan pariwisata berbasis seni digital diterapkan di Perguruan Tinggi Seni di Indonesia, sehingga perlu dilakukan tercipta model AR Pasua PA dalam pengembangan dan pengelolaan wisata berbasis teknologi augmented reality. Hasil penelitian yang diharapkan adalah terciptanya sebuah model pengembangan pariwisata seni digital yang terpadu berbasis kearifan lokal, khususnya Papua, Sunda, dan Aceh, yang dapat diterapkan di seluruh PT Seni di Indonesia, khususnya di wilayah ISBI Bandung, ISBI Papua, dan ISBI Aceh.Kata kunci: wisata seni digital, teknologi augmented reality, kearifan lolal.ABSTRACTSIndonesia has a variety of natural, artistic, cultural, educational, culinary, historical, technological and religious potentials that can be developed as the main tourist attraction.This paper is the result of a research by the Consortium of the Ministry of Research, Technology and Higher Education (Kemenristekdikti) by bringing up traditional arts from the Indonesian Cultural Arts Institute (ISBI) Bandung, ISBI Papua, and ISBI Aceh. This study applies Augmented Reality (AR) technology to arts in Papua, Sunda and Aceh (PASUA) as Performance Art (PA), so that this digital tourism art becomes a product of AR Pasua PA cultural art, which specifically works on the development traditional art as local wisdom in the development of digital art as a form of tourist art packaging.The potential of AR Pasua PA digital art is quite interesting being one of the non-oil and gas foreign exchange tourism assets that needs to be improved in its management and empowerment. Therefore, the readiness to make AR Pasua PA in the development of digital art tourism still needs to be improved in the era
FOLKLOR CANDI CANGKUANG: DESTINASI WISATA BERBASIS BUDAYA, SEJARAH, DAN RELIGI Sri Rustiyanti
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 2 (2018): Momen Kreatif, Ekspresi, dan Keberagaman Etnik
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i2.1154

Abstract

ABSTRACT West Java has a variety of cultural, historical and religious potential that can be developed as the main tourist attraction, especially in Cangkuang Temple, Leles District, Garut Regency. Cangkuang Temple is one form of non-verbal folklore (artifact) inherited from two religions, namely Hinduism and Islam. The relics of Hinduism are the statue of Lord Shiva which is thought to date from the VIII century and the relics of Islam originated in the seventeenth century with the remains of the tomb of the Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. The potential of Cangkuang Temple is quite interesting as one of the non-oil and gas foreign exchange tourism assets that needs to be improved in its management and empowerment. Therefore, the readiness of the Kampung Pulo community in developing tourism based on culture, history and religion still needs to be improved. Unpreparedness can be seen from the form of tourism development in each segment that has not been holistic and has not yet synergized with each other, regardless of the socio-cultural diversity of each, as well as the unclear market segments that will be targeted for development. Thus it is necessary to conduct research that aims to map the zoning of tourism development in accordance with the character of the community in the Garut Regency region. Analysis of the system of tourism-based development of culture, history, and religion that is suitable to be applied in the region also needs to be done in order to create an ideal model in tourism development and management in the Garut Regency region. The expected research results are the creation of an integrated tourism development model based on culture, history, and religion that can be applied in West Java, especially the Cangkuang Temple area. Keywords: Tourism Zoning, Cultural Tourism, Historical Tourism, Religious Tourism, Cangkuang Temple.  ABSTRAK Jawa Barat memiliki beragam potensi budaya, sejarah, dan religi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik utama wisata, khususnya di Candi Cangkuang Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Candi Cangkuang adalah salah satu bentuk folklor bukan lisan (artefak) peninggalan dari dua agama, yaitu Hindu dan Islam. Peninggalan agama Hindu adalah patung Dewa Siwa yang diperkirakan berasal dari abad VIII dan peninggalan agama Islam berasal dari abad XVII dengan adanya peninggalan makam dari Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. Potensi Candi Cangkuang cukup menarik menjadi salah satu asset wisata devisa non migas yang perlu ditingkatkan pengelolaan dan pemberdayaannya. Oleh karena itu, kesiapan masyarakat Kampung Pulo dalam pengembangan wisata berbasis budaya, sejarah, dan religi masih perlu ditingkatkan. Ketidaksiapan dapat terlihat dari bentuk pengembangan pariwisata masing-masing segmen yang belum holistik dan belum sinergi satu sama lain, tanpa memperhatikan keragaman socio-cultural masing-masing, serta adanya ketidakjelasan segmen pasar yang akan dijadikan sasaran pengembangannya. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memetakan zonasi pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter masyarakat wilayah Kabupaten Garut. Analisis sistem pengembangan pariwisata berbasis budaya, sejarah, dan religi yang sesuai diterapkan di kawasan tersebut juga perlu dilakukan agar tercipta model yang ideal dalam pengembangan dan pengelolaan wisata di wilayah Kabupaten Garut. Hasil penelitian yang diharapkan adalah terciptanya sebuah model pengembangan pariwisata yang terpadu berbasis budaya, sejarah, dan religi yang dapat diterapkan di Jawa Barat, khususnya wilayah Candi Cangkuang. Kata Kunci: Zonasi Wisata, Wisata Budaya, Wisata Sejarah, Wisata Religi, Candi Cangkuang.
Harapan dan Tantangan Entrepreneur di Kota Palu Sukmawati Saleh; Munir Salham; Nurhayati Mansyur
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 1 (2018): Kreativitas Tradisi di Era Globalisasi: Transformasi & Peluang
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i1.1149

Abstract

ABSTRACT This paper begins with the phenomenon of the development of Young Entrepreneurs in the City of Palu which continues to develop both in terms of the number and type of business involved. The development of technology, easily accessible information flows and adequate infrastructure are supporting factors for the growth of the creative economy which is fronted by Entrepreneurs, espe-cially in Palu City. In the midst of the development of the creative economy, the hopes of young En-trepreneurs are tucked into building and advancing their efforts and challenges. Especially now that more and more competition and technology has become increasingly sophisticated, therefore as an Entrepreneur, it is required to try to create and innovate and also to be creative in doing everything so that our business continues to run smoothly as expected and desired. Keywords: Expectations, Challenges, Entrepreneurs and Young Entrepreneurs  ABSTRAK Tulisan ini bermula dengan fenomena berkembangnya Entrepreneur Muda di Kota Palu yang terus mengalami perkembangan baik dari segi jumlah maupun jenis bisnis yang digeluti. Perkem-bangan teknologi, arus infomasi yang mudah diakses serta infrastruktur yang memadai merupakan faktor penunjang tumbuhnya ekonomi kreatif yang digawangi oleh para Entrepreneur khususnya di Kota Palu. Di tengah perkembangan ekonomi kreatif, terselip harapan para Entrepreneur muda da-lam membangun dan memajukan usaha mereka serta tantangan. Apalagi sekarang ini makin banyaknya persaingan dan teknologi sudah semakin canggih, maka dari itu sebagai wirausaha dituntut harus berusaha menciptakan dan berinovasi dan juga harus kreatif dalam melakukan segala hal agar usaha kita tetap berjalan lancar sesuai yang diharapkan dan diinginkan. Kata Kunci: Harapan, Tantangan, Entrepreneur dan Entrepreneur Muda
AKULTURASI DAN PERUBAHAN BUDAYA RITUAL MISALIN DI CIMARAGAS, CIAMIS Sarah N Fadhilla; Nia D Mayakania; Dede Suryamah
Jurnal Budaya Etnika Vol 3, No 1 (2019): Etnografi Ritual Masyarakat Sunda: Fungsi Sosial, Liminalitas, Akulturasi
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v3i1.1128

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini tentang akulturasi dan perubahan kebudayaan ritual misalin di Cimaragas, Ciamis. Informasi bersumber pada sejumlah informan seperti juru kunci, panitia pelaksana, budayawan Ciamis, sejarawan Ciamis dan masyarakat. Indikator menunjukkan akulturasi dan perubahan budaya akibat percampuran beberapa unsur kebudayaan. Pertanyaan penelitian pada budaya apa saja yang berakulturasi dan apa saja bentuk perubahan budaya dalam ritual misalin. Beberapa teori yang dirujuk di antaranya teori akulturasi dan perubahan kebudayaan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Adapun pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, studi lapangan dan wawancara terstruktur. Proses analisa data dilakukan melalui reduksi data dan konklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritual misalin merupakan ritual bernuansa Islam yang tanpa disadari di dalamnya terdapat berbagai pengaruh unsur kebudayaan di luar Islam. Pengaruh-pengaruh tersebut kemudian berakulturasi sehingga membentuk satu kesatuan yang nyaris tidak dapat dipisahkan dalam ritual misalin. Selain itu, dalam ritual ini perubahan budaya terjadi pada beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut kemudian membentuk proses ritual misalin yang terlihat di masa kini. Adanya upaya pemerintah dalam melegalkan kegiatan secara administratif dan pembinaan kebijakan dan pendanaan serta dukungan dari masyarakat merupakan faktor pendorong yang berperan penting dalam pelestarian Misalin. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar tetap mendukung dan menjaga Ritual Misalin sebagai salah satu aset budaya yang dibanggakan secara kontinyu dan berkesinambungan. Kata Kunci: Ritual Misalin, Akulturasi, Perubahan Budaya.  ABSTRACTS This research is about the acculturation and cultural changes of misalin rituals in Cimaragas, Ciamis. The information was sourced from a number of informants such as caretakers, executive committees, Ciamis cultural experts, Ciamis historians and the society of Ciamis. The indicator shows that the acculturation and cultural changes due to mixing of several cultural elements. Questions of research on what cultures acculturate and what forms of cultural change in misalin rituals. Several theories are referred to the theory of evolution and cultural changes. The method that been used is descriptive qualitative method. Collecting data were done through literature studies, field studies and structured interviews. The data analysis process were done through data reduction and conclusions. The results showed that the misalin rituals is an Islamic nuance ritual without being realized that there are various influences of cultural elements outside of Islam. These influences were acculturating to form a unity that can hardly be separated in misalin rituals. In addition, in this ritual cultural changes occur in several aspects. The government efforts to legalize administrative activities and foster policy and funding as well as community support were the driving factors that play an important role in the preservation of Misalin. Based on the results of the study, it is suggested that it continues to support and maintain the Misalin Ritual as one of the cultural assets to be proud of continuously in the future. Keywords: Misalin Ritual, Acculturation, The Change Of Culture
MITOS DI KAMPUNG PULO DAN CANDI CANGKUANG KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT enoh Enoh
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 2 (2018): Momen Kreatif, Ekspresi, dan Keberagaman Etnik
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i2.1155

Abstract

ABSTRACT The Pulo’s village, is a custom’s village, place at Leles district, Garut regent’s, as a culture pledge tourism destination, have many uniqueness and special mythology, must obedient by his resident also by visitors. Is custom’s village can for a culture lab who appreciated his local genius value used for large society?Using short survey and limited supervision, and interview, got the result, truly the result was writed by researcher and surveyer before. Difference with visite the student and lecturer of ISBI Bandung, in mereover action basicly on the culture theories about custom village and his mythology.The result is Pulo’s village as a custom village, have some tradisional and mythology melted with paith as muslims, so that became syncretism between tradisional dan religi. Among bumpy mythologies is don’t visit wednesday; don’t have an affair with in pledge location; costum house don’t more six houses and one mosque; don’t take care of big animals four’s leg; don’t play on the goong. Beside invention about mithology, we are also see many people pray in front of the holy grave Lord Arief Muhammad who faithed full of mercy and holiness, of course all desire on the heart will be accepted. The collision on mithology will bring disaster, according to the testimony became real, among other things, tornados, suddenly rain and lightning, etc. Thing that can so as right or just right, like that according to Mr. Zaki Munawar as an officer in charge culture pledge at Pulo’s village. Keywords: Cangkuang, Myth, Sincretic.  ABSTRAK Kampung Pulo adalah kampung adat, berlokasi di kecamatan Leles, kabupaten Garut adalah destinasi wisata cagar budaya yang memiliki keunikan dan mitos tersendiri, yang harus ditaati oleh penduduk setempat juga harus diikuti oleh para pengunjung. Apakah kampung adat dapat dijadikan lab budaya yang dapat diapresiasi nilai-nilai kearifan lokalnya sehingga dapat dihayati dan dimanfaatkan untuk masyarakat yang lebih luas? Melalui survey singkat dan pengamatan terbatas, serta wawancara, maka diperoleh hasil, yang sesungguhnya hasil ini sudah banyak ditulis oleh para peneliti dan pengamat terdahulu. Perbedaan dengan kunjungan mahasiswa dan dosen antropologi budaya ISBI Bandung terletak pada tindakan kajian lebih lanjut berdasar teori-teori budaya tentang kampung adat dan mitologinya.Hasilnya adalah Kampung Pulo sebagai kampung Adat memiliki beberapa tradisi dan mitos yang larut dengan kepercayaan sekarang sebagai pemeluk agama Islam, sehingga terjadi semacam sinkretik antara tradisi dan agama. Di antara mitos yang menonjol antara lain: jangan berkunjung pada hari rabu; jangan berpacaran di lokasi cagar, rumah adat tidak boleh lebih dari enam rumah dan satu mesjid, jangan memelihara hewan besar berkaki empat, jangan menabuh goong. Di samping temuan tentang mitos, tersaksikan pula banyak pengunjung berdoa di depan makam Embah Dalem Arief Muhammad yang diyakini penuh barokah dan karomah, niscaya segala keinginan yang diangankan bakal terkabul.Pelanggaran terhadap mitos bisa membawa bencana, yang konon sudah terbukti antara lain, ada angin ribut, tiba-tiba hujan-petir, tiba-tiba putus cinta, dan sebagainya. Hal itu bisa jadi ‘kebetulan’ atau bisa jadi ‘betulan’ demikian menurut Zaki Munawar petugas di cagar budaya Kampung Pulo. Kata Kunci: Cangkuang, Mitos, Sinkretis
STRUKTUR DAN FUNGSI PEMBERIAN ULOS PADA PERNIKAHAN ETNIK BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG Johannes Budiman; Sri Rustiyanti; Djuniwati Djuniwati
Jurnal Budaya Etnika Vol 3, No 2 (2019): Artefak Budaya Arkais dan Kontemporer : dari Ulos Hingga Seni Digital
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v3i2.1119

Abstract

ABSTRAKUpacara pernikahan etnik Batak Toba, merupakan kegiatan upacara adat yang menjalani prosesi sangat panjang. Upacara ini, dilakukan oleh masyarakat etnik Batak Toba baik yang menetap di provinsi Sumatera Utara maupun yang sudah tidak menetap di wilayah tersebut. Salah satu kota tujuan perantauan yang masih menggelar upacara pernikahan Etnik Batak Toba, yaitu Kota Bandung. Masyarakat Entik Batak Toba yang bermukim di Kota Bandung selalu menerapkan adat istiadatnya dalam kelangsungan hidupnya. Dalam pernikahan tersebut, terdapat adanya peranan ulos sebagai suatu simbol yang penuh akan makna. Pemberian ulos sangatlah penting dan merupakan suatu keharusan, ulos tersebut tidak sembarang orang yang memberikannya, melainkan sesuai dengan hubungan kekerabatan dari kedua mempelai dan pihak keluarga mempelai.Tulisan ini, merupakan deskripsi analisis dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun teori yang digunakan, yaitu strukturalisme fungsionalisme Radcliffe Brown. Penelitian ini, bertujuan untuk menggali stuktur sosial yang ada pada pemberian ulos dan fungsi pemberian ulos pada pernikahan masyarakat etnik Batak Toba di Kota Bandung.Kata kunci: Ulos, Pemberian Ulos, Struktur, dan FungsiABSTRACTBatak Toba’s Wedding Ceremony, is a long processed custom ceremony. This is done by the people of Toba either lived in North Sumatera or anywhere else outside. One of the province abroad that still uses this tradition is in Bandung. The people of Batak Toba which stayed in Bandung always apply this tradition in their daily life activities. On the wedding, there are ulos that used as one of the meaningful symbol towards the ceremony. The present of ulos are very crucial and it has to be done by either one with relation to the bride or groom’s family.This research, is an analysis research towards the material by using qualitative method. As for the theory, the writer uses Radcliffe Brown functional structuralism theory. This research is done to get a knowledge about the social structure found in the presenting the ulos and the function of ulos in the Batak Toba Ethnics wedding ceremony in Bandung.Keywords: Ulos, Presenting of Ulos, Structure and function
KESENIAN TERBANG GEDE DALAM TRADISI NGARAK PANJANG MULUD DI MASYARAKAT BANTEN Faisal Nugraha
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 1 (2018): Kreativitas Tradisi di Era Globalisasi: Transformasi & Peluang
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i1.1150

Abstract

ABSTRACT The routine for the people of Banten, especially the Serang region, in commemoration of the birth of Prophet Muhammad S.A.W, was held in the tradition of “panjang mulud” or “ngeropok”. This tradition grew and developed in the community both in the villages, in umahan and in large events carried out by the local government. Panjang mulud with egg ornaments and other ornamentations at the front store of each house before being taken and paraded by the local community, it is said that according to the Serang community when participating in carrying out the Panjang Mulud tradition will get blessings. This activity is not solely for certain pleasures, but this activity is a form of gratitude to the Prophet as Muslims by giving alms. Keywords: Banten community routine in commemoration of the birth of the Prophet Muhammad SAW.  ABSTRAK Rutinitas bagi masyarakat Banten khususnya wilayah Serang, dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W, di selenggarakan tradisi panjang mulud atau “ngeropok“. Tradisi ini tumbuh dan berkembang di masyarakat baik di kampung-kampung, di umahan maupun event besar yang di laksanakan pemerintah setempat. Panjang mulud dengan hiasan telur dan ornamentasi lainnya di simpan depan rumah masing-masing sebelum di ambil dan diarak oleh masyarakat setempat, konon menurut masyarakat Serang apabila ikut serta dalam melaksanakan tradisi panjang mulud akan mendapat keberkahan. Kegiatan ini bukan semata-mata untuk kesenangan tertentu saja, akan tetapi kegiatan ini merupakan suatu bentuk rasa syukur kepada Nabi sebagai umat muslim dengan cara bersedekah. Kata Kunci: Rutinitas masyarakat Banten dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
AKULTURASI BUDAYA PADA PERTUNJUKAN KESENIAN KOROMONG Linda Yuliani; Neneng Yanti Khozanatu Lahpan; Yuyun Yuningsih
Jurnal Budaya Etnika Vol 3, No 1 (2019): Etnografi Ritual Masyarakat Sunda: Fungsi Sosial, Liminalitas, Akulturasi
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v3i1.1127

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini berfokus pada kesenian Koromong dalam perubahan-perubahan yang disebabkan oleh adanya akulturasi budaya antara kepercayaan lokal dengan agama Islam sehingga dapat berdampingan. Akibat adanya akulturasi membuat beberapa aspek mengalami pembauran kedua unsur tersebut serta munculkan struktur baru dalam pertunjukan kesenian Koromong. Pandangan mengenai pemaknaan memberikan dua sudut yang berbeda sesuai dengan kepercayaan nya masing-masing. Penulisan ini hasil penelitian yang di deskripsikan dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik lapangan yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan mendokumentasikan. Landasan teori dalam penelitian menggunakan teori akulturasi budaya dimana hasil dari penelitian lapangan dapat dipecahkan melalui teori ini. Kata Kunci: Akulturasi, Kesenian, Koromong, Kepercayaan dan Islam.  ABSTRACT This research study focuses on the art of Koromong in the changes that caused by the cultural acculturation between local beliefs and Islamic teachings in order to make them live coexisted. As a result of the acculturation, several aspects have experienced mixing of these two elements and have emerged into a new form which could be deflected in Koromong art peerformances. The meaning of this art performance could be seen in two different angles according to their respective beliefs.This study is the result of research that described by using qualitative methods. Field techniques are carried out through observation, interviews, and documenting. The theoretical foundation of research uses cultural acculturation theory where the results of field research can be solved through this theory. Keywords: Acculturation, Art, Koromong, Trust and Islam.