cover
Contact Name
Harianto GP
Contact Email
hariantogp@sttexcelsius.ac.id
Phone
+6282115511552
Journal Mail Official
hariantogp@sttecelsius.ac.id
Editorial Address
Barata Jaya IV No. 26, 28 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi dan Pendidikan
ISSN : 26848724     EISSN : 26850923     DOI : https://doi.org/10.51730/ed.v4i2
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi, misiologi, dan Pendidikan Agama Kristen dengan nomor ISSN: 2684-8724 (print) dan e-issn: 2685-0923 (online) yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Excelsius dengan lingkup kajian penelitian adalah: Teologi Biblikal (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) Teologi Sistematika dengan pendekatan non-doktrinal Teologi dan Kontekstual Teologi Pastoral dan Etika Pelayanan Gerejawi Teologi dan Etika Kontemporer Misiologi Biblikal dan Praktikal Pendidikan Kristiani dalam Gereja, Keluarga, dan Sekolah Section Policies
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021" : 8 Documents clear
IMPLEMENTASI GAYA KEPEMIMPINAN YESUS SEBAGAI ROLE-MODEL DALAM KEHIDUPAN PEMURIDAN Christopher Alexander; Jonathan Aristo; Bait Adetya Situmorang; Tony Tedjo
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i1.64

Abstract

Kepemimpinan adalah hal yang tidak terelakkan lagi dalam kehidupan ini. Eksistensinya sangat diperlukan bahkan dalam setiap bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pemuridan dalam kehidupan bergereja. Itu sebabnya, gereja perlu membekali para pemurid sebagai orang yang akan memimpin orang lain, agar mereka dapat memuridkan dengan baik, salah satunya dengan bekal aspek kognitif. Pada kesempatan kali ini, penulis mengangkat topik “Implementasi Gaya Kepemimpinan Yesus Sebagai Role-Model Dalam Kehidupan Pemuridan”, untuk mengingatkan gereja masa kini agar gereja dapat melahirkan pemurid-pemurid yang berkualitas sesuai dengan teladan Yesus sebagai role-model bagi gereja.   Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan studi pustaka, di mana penulis mengambil berbagai argumen dari literatur-literatur yang ada. Yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah seorang pemurid haruslah memiliki empat aspek yang berkaca pada apa yang Yesus lakukan semasa pelayanan-Nya di muka bumi ini: (1) Prinsip dasar memuridkan, yaitu berpusatkan pada Kristus, memperkenalkan Allah sebagai Bapa, dan memimpin dengan hati yang berbelas kasih; (2) Tanggung jawab pemurid, yaitu mendelegasikan tugas serta mengevaluasi murid; (3) Bagaimana seorang pemurid harus bersikap, yaitu melayani dengan hati hamba, menjadi teladan dalam segala hal, dan menjadi gembala yang peduli dengan domba-dombanya; dan juga (4) Pola pemuridan, yaitu penerimaan, penemanan dan pengutusan.  Leadership is an inevitable thing in life. Its existence is indispensable even in every area of life, including discipleship in church life. That is why the church needs to equip the disciples as people who will lead others so that they can make good disciples, one of which is with the cognitive aspects. On this occasion, the author raised the topic "Implementation of Jesus’ Leadership Style as a Role-Model in the Life of Discipleship", to remind the church today so that the church can produce qualified disciples according to Jesus' example as role-models for the church. The method used in this research is the library research approach, in which the authors take various arguments from the existing literature. The conclusion in this study is that a disciple must have four aspects that reflect on what Jesus did during His ministry on this earth: (1) The basic principles of discipleship, namely being Christ-centered, introducing God as Father, and leading with compassionate heart; (2) Responsibilities of making disciple, namely delegating tasks and evaluating students; (3) How a disciple must behave, namely serving with a servant's heart, being an example in all things, and being a shepherd who cares for his sheep; and also (4) Discipleship patterns, namely acceptance, companionship, and commissioning.
PERANAN KONSELOR MENGATASI PERSELINGKUHAN DALAM HUBUNGAN PERNIKAHAN KRISTEN Erni Lase
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i1.65

Abstract

Dalam artikel ini ditulis berdasarkan kejadian yang umum terjadi dalam kehidupan berumah tangga masa kini. Konselor salah satu orang yang mempunyai keahlian dalam menyelesaikan suatu permasalahan baik itu masalah pribadi, keluarga dan bahkan masalah sosial sekalipun. Seorang konselor harus memperhatikan keadaan atau perasaan kliennya dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada calon pasangan yang hendak berumah tangga untuk lebih mengenal sesama pasangannya dan juga melatih kejujuran dalam kehidupan pasangan. Banyaknya hal yang terjadi dalam sebuah pernikahan yang akhirnya harus berujung yang tidak baik, menarik perhatian penulis untuk mengasah kemampuan dalam menjadi seorang konselor dalam kehidupan Kristen. Peran seorang konselor adalah harus mampu menerima keadaan kliennya tanpa memandang status: kaya atau miskin. Peran seorang konselor adalah harus mampu menerima keadaan kliennya tanpa memandang status: kaya atau miskin, selain itu peranan konselor juga harus mampu memiliki pengaruh yang cukup dalam mengajarkan pasangan yang hendak menikah, supaya tidak ada permasalahan yang mengakibatkan perpisahan. Peran konselor juga harus mampu memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan atau harapan seorang klein dimasa yang akan datang. In this article, it is written based on events that are common in today's married life. The counselor is a person who has expertise in solving a problem, be it personal, family and even social problems. A counselor must pay attention to the situation or feelings of his client with the aim of providing education to prospective partners who want to get married to get to know each other better and also train honesty in the partner's life. The number of things that happen in a marriage that ultimately has a bad end, has attracted the attention of the author to hone his skills in becoming a counselor in the Christian life. The role of a counselor is to be able to accept the client's situation regardless of status: rich or poor. The role of a counselor is to be able to accept the condition of his client regardless of status: rich or poor, besides that the role of the counselor must also be able to have sufficient influence in teaching couples who are about to get married, so that there are no problems that lead to separation. The role of the counselor must also be able to pay attention to what the needs or expectations of a clerk in the future are.
GURU SEBAGAI INOVATOR DALAM PENANAMAN NILAI MORAL SISWA BERDASARKAN PANDANGAN KRISTIANI DI ERA DIGITAL Nova Anggreani Ndraha; Wiyun Philipus Tangkin
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i1.67

Abstract

merosotnya nilai moral siswa adalah dampak dari perkembangan teknologi yang tidak disikapi dengan benar sehingga marak terjadi kasus kejahatan pada siswa. Di era digital guru memiliki peranan sebagai inovator untuk mengarahkan siswa terhadap nilai-nilai yang benar, tetapi kenyataannya banyak guru yang tidak menjalankan peranannya. Hasil pemetaan kompetensi guru dalam TIK menyatakan bahwa guru tidak memiliki inisiatif untuk mempelajari perkembangan teknologi. Tujuan dari tulisan ini adalah menguraikan peranan guru sebagai inovator dalam penanaman nilai moral siswa berdasarkan pandangan Kristiani di era digital. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif kualitatif. Guru Kristen sebagai inovator harus mengalami lahir baru sebelum menanamkan nilai-nilai bermakna kepada siswa. Melalui lahir baru, pemikiran lama guru yang berdosa diperbaharui menjadi pemikiran menyukai kebenaran Allah. Guru Kristen memandang siswanya sebagai image of God, yaitu ciptaan yang berharga. Peranan guru sebagai inovator adalah pengantara yang menyampaikan nilai-nilai Kristiani kepada siswa di era digital. Pada akhirnya, guru sebagai inovator berperan membawa pembaharuan, inovasi, dan penyesuaian dengan perkembangan TIK dalam proses pembelajaran berdasarkan nilai-nilai Kristiani. Oleh sebab itu, guru Kristen perlu mengenali karakteristik siswa di era digital dengan cara berinteraksi dan membuat catatan mengenai sikap yang diekspresikan oleh siswa.
PENGINJILAN TERHADAP MASYARAKAT PLURAL BERDASARKAN SURAT EFESUS Erna Ngala; Veydy Yanto Mangantibe
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i1.58

Abstract

This article discusses evangelism to plural societies based on the epistle of ephesians. Evangelism is god’s program, design and work that bring for himself, people to fellowship, worship / praise and serve him in wholeness and harmony. Evangelism is established by god from eternity, because all things are designed by god from eternity in his omniscience and power in evangelism (eph. 1: 4-14). God wants his people to have fellowship with him, become his worshipers and serve him, the true god. The challenge in evangelism is that every religion is different, all religions have objects that are worshiped, therefore it will not be possible to be completely equated between one religion and another. Plural society equates christian faith with other beliefs by looking for loopholes to align christianity with other religions. The duty of the believer is to preach the gospel so that unbelievers hear and believe in the lord jesus and are saved, not compromising the gospel or juxtaposing christian faith with other beliefs. Keywords: Evangelism; Plural Society; Ephesians Letter  AbstrakArtikel ini membahasa mengenai penginjilan terhadap masyarakat plural berdasarkan surat Efesus. Penginjilan merupakan program, rancangan dan karya Allah yang membawa bagi diriNya sendiri suatu umat untuk bersekutu, menyembah/memuji dan melayani Dia dalam keutuhan dan keserasian. Penginjilan ditetapkan Allah sejak kekekalan, sebab segala sesuatu dirancang Allah dari kekal dalam kemahatahuanNya dan kuasaNya didalam penginjilan (Ef.  1:4-14). Allah menghendaki agar umatNya bersekutu dengan Dia, menjadi penyembahNya dan melayani Dia, Allah yang benar. Tantangan dalam penginjilan adalah setiap agama berbeda, semua agama memiliki objek yang disembah, oleh sebab itu tidak akan mungkin dapat disamakan secara keseluruhannya antara agama satu dengan yang lain. Masyarakat plural, menyamakan iman Kristen dengan kepercayaan lain dengan mencari celah untuk dapat menjajarkan kekristenan dengan keagamaan lain. Tugas dari orang percaya ialah memberitakan Injil agar orang-orang yang belum percaya mendengar dan menjadi percaya kepada Tuhan Yesus serta diselamatkan, bukan mengkompromikan Injil atau menjajarkan iman Kristen dengan kepercayaan lain. Kata Kunci: Penginjilan; Masyarakat Plural; Surat Efesus
KONSELING ANAK BERDASARKAN MATIUS 18: 10 DAN RELEVANSINYA UNTUK MENINGKATKAN SPIRITUAL ANAK SEKOLAH MINGGU Yuhana Yunus
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i1.68

Abstract

One of the church's tasks is the maintenance of the congregation, among others through counseling ministry, however, the counseling referred to here is not only carried out for adults but also for children or Sunday school children who are the forerunners or the next generation of the church. That means the church, servants of God, elders, councils, teachers and parents should be involved in this ministry. Counseling is a reciprocal relationship between two individuals, namely the counselor and the counselee (the person being served/guided) who need understanding to overcome the problems faced by the client. The research method that the author uses is a descriptive writing method with a literature review approach and field data collection through interviews. Conclusion: child counseling based on Matthew 18:10 and its relevance to spiritually Sunday school children improvement are priorities, that children are precious in the eyes of God because they should not be despised, humiliated or even neglected, second, angels care about children, third, children's guidance that centered to the father.salah satu tugas gereja ialah pemeliharaan terhadap jemaat antara lain melalui pelayanan konseling, namun demikian konseling yang dimaksudkan disini bukan hanya dilakukan terhadap orang dewasa tetapi juga terhadap anak atau anak Sekolah Minggu yang merupakan cikal bakal atau generasi penerus dari gereja tersebut. Itu berarti gereja, hamba Tuhan, penatua, majelis, guru maupun orang tua hendaknya terlibat dalam pelayanan ini. Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu konselor dan konsele (orang yang dilayani/dibimbing) yang membutuhkan pengertian untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh klien. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penulisan deskriptif pendekatan kajian literatur dan pengumpulan data lapangan melalui wawancara. Kesimpulan: konseling anak berdasarkan Matius 18:10 dan relevansinya untuk meningkatkan spiritual anak sekolah minggu adalah: pertama, bahwa anak berharga di mata Tuhan karena itu tidak boleh direndahkan, dihina bahkan diabaikan, kedua, malaikat-malaikat memperdulikan Anak-anak, ketiga, bimbingan Anak berpusat kepada Bapa.
STRATEGI PELAYANAN GEMBALA SIDANG DALAM PEMBINAAN WARGA GEREJA BAGI KEDEWASAAN ROHANI JEMAAT Hisikia gulo
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i1.60

Abstract

Pembinaan warga gereja merupakan tanggung jawab penuh gembala sidang sebagai pemimpin rohani bagi jemaat Tuhan. Tugas dan tanggung jawab dalam rangka menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19-20). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman para gembala sidang dalam menjalankan tugas penggembalaannya sebagai pembimbing bagi kedewasaan rohani jemaat sehingga warga jemaat semakin segambar dan serupa Yesus Kristus. Metode penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gembala sidang dan warga gereja berjalan bersamaan atau sinergi dalam membimbing, mengarahkan, menuntun dan merawat dalam konteks bertumbuh bersama-sama di dalam Yesus Kristus dengan penuh kerendahan hati dari seorang pemimpin rohani, atau karakter penggembalaan seperti yang Yesus berikan teladan sejati.
DAMPAK PENGGUNAAN GADGET TERHADAP PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK REMAJA MASA KINI Belinda Mau; Jenny Gabriela
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i1.70

Abstract

Penggunaan gadget selalu berdampak pada perkembangan tinggkah laku anak, karena gagjed memiliki berbagai fitur dan aplikasi yang menarik, bervariasi, dan feksibel sehingga dapat menambah daya Tarik bagi setiap orang, khususnya dikalangan anak-anak sekarang ini gadjed dapat memberikan dampak negatif bagi perkembangan tingkah laku anak. Perkembangan tingkah laku anak berupaya pada psikologi dimana akibat bermain gadgej anak menjadi mudah marah, suka membangkang, malas belajar, dan bisa menirukan tingkah laku didalam gegjed. Anak-anak kini telah menjadi konsumen aktif dimana banyak produk-produk elktronik dan Gadget yang menjadikan anak-anak sebagai pasar mereka. “ Apalagi jaman sekarang anak-anak, orang tua pun ada yang sangat menyukai gadget sampai disebut gadget freak.Gadget diharapkan memberikan manfaat bagi para penggunanya, dimana para penggunanya harus mampu mengoperasikan gadget dengan baik, mengetahui fungsi gadget, dan mengetahui manfaat dari aplikasi gadget.The use of gadgets always has an impact on the development of children's behavior, because gagjed has various interesting, varied, and flexible features and applications so that it can add attractiveness to everyone, especially among children, nowadays gadjed can have a negative impact on the development of children's behavior The development of children's behavior seeks to psychology where due to playing Gadgej children become irritable, disobedient, lazy to learn, and can mimic behavior in gegjed. Children have now become active consumers where many electronic products and gadgets make children their market. "Moreover, not children, parents are also very helpful gadgets to the point of being called gadget freak Gadget. It is hoped that it will provide benefits for its users, where users must be able to operate gadgets properly, see gadget functions, and see the benefits of gadget applications.
SINERGI ANTARA KELUARGA, SEKOLAH, DAN GEREJA MENJADIKAN RUMAH TANGGA SEBAGAI PUSAT PAK ANAK DI MASA PANDEMI COVID-19 Thomson Siallagan
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i1.62

Abstract

Abstract:The rapid spread of the Covid-19 pandemic has caused disruption to the Indonesian education sector where around 45 million students are unable to continue their learning activities at school. Changes in education patterns during the pandemic are very large and have important implications for education policy and implementation. During the pandemic, the house became a center for children's learning activities, including Christian religious education. The problem-solving in this article is carried out through library research by discussing several major parts, namely the importance of schools, churches, and families in synergy; the biblical basis of the family as the center of Christian religious education; the challenge of making the family the center of Christian religious education, strategies to develop synergies between schools, churches, and families to make the household the center of Christian religious education for children.Abstrak:Penyebaran pandemi Covid-19 yang cepat telah menyebabkan gangguan pada sektor pendidikan Indonesia di mana sekitar 45 juta siswa tidak dapat melanjutkan kegiatan belajar mereka di sekolah, Perubahan pola pendidikan di masa pandemi sangat besar dan memiliki implikasi penting bagi kebijakan dan pelaksanaan pendidikan. Di masa pandemi, rumah menjadi pusat kegiatan belajar anak, termasuk pendidikan agama Kristen. Pemecahan masalah pada artikel ini dilakukan melalui library research dengan membahas beberapa beberapa bagian besar yaitu pentingnya sekolah, gereja, dan keluarga bersinergi; dasar biblika keluarga sebagai pusat pendidikan agama kristen; tantangan menjadikan keluarga sebagai pusat pendidikan agama kristen, strategi mengembangkan sinergi antara sekolah, gereja dan keluarga menjadikan rumah tangga sebagai pusat pendidikan agama kristen untuk anak

Page 1 of 1 | Total Record : 8