cover
Contact Name
Dr. Ir., Nurtati Soewarno, M.T
Contact Email
nurtati@itenas.ac.id
Phone
+6222-7272215
Journal Mail Official
terracotta@itenas.ac.id
Editorial Address
Tata Usaha Prodi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Bandung - Itenas Gedung 17 Lantai 1 Jl. P.H.H. Mustofa No 23 Bandung - Jawa Barat 40124
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA
ISSN : -     EISSN : 27164667     DOI : https://doi.org/10.26760/terracotta
Core Subject : Engineering,
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA adalah Jurnal Ilmiah yang berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang-bidang utama : Perancangan Arsitektur (gedung), Stuktur dan Konstruksi, Teknologi Bangunan, Perencanaan Kota dan Asitektur Kota, Perumahan dan Permukiman, serta Teori-Metoda dan Sejarah Arsitektur.
Articles 109 Documents
Pendekatan Ekowisata Pada Akselerasi Penataan Kawasan Oceanarium Di Teluk Moramo Sahmi Nida Robbani; Irma Nurjannah; Siti Belinda Amri
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 2 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i2.6672

Abstract

ABSTRAKWisata laut dengan yang pulau-pulau kecil indah seperti di Kabupaten Konawe Selatan, tepatnya di Teluk Moramo, hingga saat ini masih kurang terekspos. Selain itu objek wisata yang menunjukkan keindahan bawah laut dan biota-biota laut di Sulawesi Tenggara juga masih kurang dikenal. Menanggapi permasalahan tersebut maka penting untuk melakukan perencanaan Kawasan Oceanarium yang sekaligus dapat mengembangkan kawasan pariwisata di Teluk Moramo. Diharapkan kawasan ini akan menjadi objek wisata laut yang dapat menunjukkan potensi yang dimilikinya. Moramo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Konawe Selatan yang terletak di bagian tenggara dari pulau Sulawesi. Letaknya yang tidak langsung berhadapan dengan laut bebas menjadikan teluk ini kaya akan terumbu karang dan menjadi rumah dari ikan-ikan. Kawasan Oceanarium ini akan menjadi salah satu objek wisata dengan tujuan pariwisata, edukasi, maupun penelitian mengenai kekayaan laut yang ada di Sulawesi Tenggara sekaligus menjaga kelestarian alam bawah laut. Selain gedung oceanarium, juga direncanakan museum biota laut dan mini cinema sebagai tambahan objek wisata. Direncanakan pula laboratorium penelitian sebagai tempat meneliti berbagai upaya menjaga kelestarian alam bawah laut dan menjaga kelestarian biota laut untuk dipamerkan. Tema yang diterapkan dalam perancangan ini adalah ekowisata untuk menjaga kondisi asli Teluk Moramo. Sulawesi Tenggara. Kata kunci: ekowisata, oceanarium, pariwisata, Sulawesi Tenggara, Teluk MoramoABSTRACTMarine tourism with beautiful small islands such as in South Konawe Regency, precisely in Moramo Bay, until now is still less exposed. Moreover, tourism objects that show underwater beauty and marine life in Southeast Sulawesi are also less well known. In responding to these problems, it is important to plan the Oceanarium area which can also develop tourist areas in Moramo Bay. It is expected that this area will become a marine tourism object that can show its potential. Moramo is a sub-district in the South Konawe Regency which is located in the southeastern part of the island of Sulawesi. Its location not directly facing the open sea makes this bay rich in coral reefs and a home for fish. The Oceanarium area will become a tourist attraction with the purpose of tourism, education, and research on the marine wealth in Southeast Sulawesi while preserving the underwater world. Besides the oceanarium building, a marine biota museum and mini cinema are also planned as additional tourist attractions. A research laboratory is also planned as a place to research various efforts to preserve the underwater world and marine life to be exhibited. Besides the oceanarium building, there will be a marine biota museum and mini cinema to add tourist attractions, as well as a research laboratory that functions as a place to research various ways to preserve the underwater world in Southeast Sulawesi as well as to maintain the condition of the marine life on display. The theme used in this design object is ecotourism to maintain the original condition of Moramo Bay.Keywords: ecotourism, Moramo Bay, oceanarium, Southeast Sulawesi, tourism
Kenyamanan Pencapaian Pengguna Bangunan Rumah Sakit Multi Massa terhadap Desain Sirkulasi sebagai Penghubung Antarfungsi Bangunan Theresia Pynkyawati; Panji Meilan; Alfonzo Dianro Rafles; Bayu Mirza Dwi Putro
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4017

Abstract

ABSTRAKRumah sakit merupakan sebuah sarana penunjang bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan jasmani ketika dalam kondisi sakit ataupun saat mengalami kecelakaan darurat. Sarana maupun prasarana yang tersedia pada rumah sakit diharapkan dapat memberikan kenyamanan terhadap pasien, maupun staff tenaga medis dan non medis. Sarana sirkulasi menjadi sebuah penghubung kegiatan di dalam sebuah bangunan. Pola sirkulasi yang baik akan mempermudah pengguna bangunan dalam beraktifitas. Desain rancangan Rumah Sakit Dustira menerapkan konsep bangunan dengan tatanan multi massa. Dampak dari konsep ini menyebabkan setiap bangunan pada kawasan memiliki jarak pencapaian yang berbeda. Adapun maksud dari penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kenyamanan pencapaian pada pengguna di kawasan rumah sakit. Metode analisa dilakukan secara kualitatif terhadap kenyamanan sirkulasi yang diuraikan secara deskriptif dan mengacu pada teori kenyamanan pencapaian, zoning pada rumah sakit, dan teori konsep tatanan massa. Hasil analisis menunjukan bahwa kenyamanan pencapaian pada setiap kebutuhan medis cukup nyaman, dengan pola sirkulasi yang teratur dan zoning yang jelas ditambah adanya signage disetiap node dapat membantu pengunjung atau pasien dalam menemukan gedung medis yang dituju.Kata kunci: Rumah Sakit, multi massa, kenyamanan pencapaian, sirkulasi, pengguna bangunnan AbstraCTThe hospital is a supporting facility for the community in meeting physical needs when they are sick or when experiencing an emergency accident. Facilities and infrastructure available at the hospital are expected to provide comfort to patients, as well as medical and non-medical staff. The means of circulation become a hub of activity in a building. A good circulation pattern will facilitate building users in their activities. The design design of the Dustira Hospital applies the concept of building with a multi-mass order. The impact of this concept causes each building in the region to have different achievement distances. The purpose of this study aims to measure the level of comfort of achievement for users in the hospital area. The method of analysis is carried out qualitatively on the convenience of circulation which is described descriptively and refers to the theory of comfort of achievement, zoning in hospitals, and the theory of the concept of mass order. The results of the analysis show that the comfort of achievement in each medical need is quite comfortable, with regular circulation patterns and clear zoning plus the presence of signage in each node can help visitors or patients find the intended medical building.Keywords: Hospital, multi mass, comfort achievement, circulation, building users
Konsep Arsitektur Rekreatif Dalam Perancangan Perpustakaan Di Kota Baru Parahyangan (KBP) Kabupaten Bandung Barat Rifa Faisyah
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i1.3374

Abstract

ABSTRAK Kota Baru Parahyangan merupakan kota mandiri berwawasan pendidikan. Salah satu sarana dan prasarana yang dapat mendukung kemajuan pendidikan yaitu menyediakan perpustakaan umum untuk masyarakat. Perpustakaan umum di Kota Baru Parahyangan menggunakan tema rekreatif sehingga perpustakaan dapat dijadikan sarana edukasi yang dapat memberikan penyegaran dan penghiburan untukmasyarakat. Penerapan tema rekreatif diterapkan pada bentuk bangunan dan elemen arsitektural. Hasil studi ini diharapkan pembaca dapat memperoleh informasi dan pengetahuan mengenai penerapan tema rekreatif pada perpustakaan umum. Kata Kunci: Fasilitas, infrastruktur, komunitas, perpustakaan umum, rekreatif. ABSTRACT Kota Baru Parahyangan is an independent city with an educational perspective. One of the facilities and infrastructure that can support the progress of education is to provide a public library for the community. The public library in Kota Baru Parahyangan uses a recreational theme so that the library can be used as an educational tool that can provide refreshment and entertainment for the community. The application of recreational themes is applied to the shape of buildings and architectural elements. The results of this study are expected to enable readers to obtain informations and knowledge regarding the application of recreational themes in public libraries. Keywords: Fasilitas, infrastucture, community, public librarary, recreative.
Contemporary Sustainable pada Perancangan Superblok Gedebage Kota Bandung Yuselita Intan Ratnaningrum
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 3 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i3.4101

Abstract

AbstrakKepadatan penduduk yang terus meningkat akibat dari urbanisasi menyebabkan Kota Bandung menjadi kota termacet ke-14 se-Asia. Faktor dari kemacetan tersebut adalah meningkatnya jumlah pengguna kendaraan pribadi yang bertujuan untuk urbanisasi baik untuk tujuan kerja, pendidikan, atau berpindah tempat. Hal tersebut juga mendukung alasan Kota Bandung memiliki penumpukan dan pertumbuhan permukiman horizontal yang timpang dan tidak terencana. Superblok Gedebage merupakan suatu kawasan di konteks urban yang dirancang secara terpadu yang tata gunanya bersifat campuran yang diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan di atas sebagai mana Gedebage direncanakan oleh pemerintah sebagai Kawasan Primer. Tujuan dari perancangan ini adalah untuk memberikan sebuah gagasan mengenai kawasan yang terpadu dan efisien tetapi tetap memberikan ruang, kenyamanan, dan dampak positif bagi pengguna dan lingkungan. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif deskriptif dan studi banding. Analisis kualitatif deskriptif digunakan pada literatur dan kebijakan yang berlaku. Analisis studi banding digunakan untuk membandingkan antara literatur dengan bangunan yang ada, dan membandingkan antara satu bangunan dengan yang lain. Contemporary Sustainable menjadi pilihan pendekatan pada perancangan ini yang diharapkan dapat memberikan rancangan yang sederhana tetapi tetap modern dan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan penggunanya. Penggunaan green wall and roof, rain harvesting, kolam retensi dapat menjadi solusi dari permasalahan lingkungan.Kata kunci: superblok, kontemporer berkelanjutan, efisien, analisis kualitatif deskriptif AbstractThe increasing population density due to urbanization has caused Bandung City to become the 14th most congestive city in Asia. The factor of the traffic jam is the increasing number of private vehicle users aiming at urbanization for work, education, or relocation purposes. It also supports the reason that the city of Bandung has a build-up and uneven horizontal settlement growth. The Gedebage Superblock is an area in an urban context that is designed in an integrated manner with mixed-use that is expected to be the solution of the above permeation as planned by the government as the Primary Area. The purpose of this design is to provide an idea of an integrated and efficient area but still provide space, comfort, and positive impacts for users and the environment. The method used is the descriptive qualitative analysis and case studies. Descriptive qualitative analysis is used in the applicable literature and policy. Case study analysis is used to compare literature with existing buildings and compare one building to another. Contemporary Sustainable is the choice of approach to this design which is expected to provide a simple design but still modern and has a positive impact on the environment and its users. The use of green walls and roofs, rain harvesting, retention ponds can be a solution to the environmental problemsKeywords: superblock, contemporary sustainable, efficient, descriptive qualitative analysis
Desain Ruang Terbuka Publik Ditinjau dari Elemen Pembentuk Fisik Kota Erwin Yuniar Rahadian; Alisha Nuur Salamah; Verina Dyah Kania; Vigia Tri Lestari
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i1.3376

Abstract

ABSTRAK Ruang terbuka publik pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari masyarakatnya. Ruang terbuka Publik juga merupakan salah satu identitas citra kota atau kawasan dan indikator kualitas hidup kawasan perkotaan. Mengingat pentingnya peranan keberadaan ruang terbuka publik di dalam suatu kawasan perkotaan, maka sebuah ruang terbuka publik harus memiliki perencanaan dan perancangan sesuai dengan kelengkapan elemen pembentuk fisik kota. Kelengkapan elemen pembentuk kota tersebut juga terkait dengan desain arsitektural agar berfungsi sebagaimana mestinya ruang terbuka publik. Salah satu ruang terbuka publik di Bandung yaitu Alun-alun Cicendo Bandung yang didesain secara arsitektural dan menjadi icon kawasan Cicendo, berfungsi sebagai wadah untuk menampung aktivitas sosial masyarakat di kawasan Cicendo. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakretistik ruang terbuka publik berdasarkan elemen-elemen pembentuk fisik kota yang berada di kawasan Alun-alun Cicendo Bandung dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil pembahasan dapat menggambarkan bahwa kawasan Alun alun Cicendo Bandung memenuhi elemen-elemen pembentuk fisik kota dengan desain yang baik. Kata kunci : Ruang Tebuka Publik, Alun-alun, Elemen Pembentuk Fisik Kota. ABSTRACT Open Space basically is a space that can accommodate people’s activity. Open space is one of the city image and a city life quality indicator. The existence of open space in a city has an important role in an urban area so a public space needs proper planning and design with completeness an image of the city elements. The completeness image of the city elements is related to an architectural design so the public space can operate properly. Alun alun Cicendo is one of open space in Bandung that designed architecturally and become an icon of Cicendo, functions as a place to accommodate a social activity. This research aims to review the characteristics of a public space based on the image of the city elements around Alun alun Cicendo Bandung with the descriptive qualitative method. The result can describe that Alun alun Cicendo Bandung complies image of the city elements with a good design. Keywords: Open Space, Square, Image of the City Elements
Analisa Penerapan Arsitektur Bioklimatik Pada Klub Bunga Butik Resort Di Batu-Malang Wahyu Prayuga; Adibah Nurul Yunisya
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 2 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i2.6525

Abstract

ABSTRAKPerancangan sebuah bangunan sebaiknya mempertimbangkan keselarasan dengan lingkungan dan iklim     di sekitarnya. Penerapan konsep ini dapat tercermin dalam rancangan bangunan yang menunujukan lokasi keberadaan bangunan tersebut. Dewasa ini kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan dapat menjadi sebuah konsep yang menarik, seperti Bioklimatik yang menjadi sebuah topik yang banyak digunakan. Kajian ini akan membahas bagaimana konsep arsitektur bioklimatik diterapkan pada rancangan Klub Bunga Butik Resort di Batu-Malang. Batu adalah sebuah kota kecil tidak jauh dari Malang-Jawa Timur  yang beriklim sejuk. Penelitian menggunakan metoda kualitatif dengan menganalisis objek secara langsung. Selain itu dilakukan pula wawancara dengan pihak pengelola resort serta didukung dengan dokumen-dokumen penunjang dari pihak pengelola. Langkah pertama dari penelitian ini adalah melakukan Studi literatur dengan mempelajari teori-teori terkait Bioklimatik. Selain itu dipelajari pula penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan konsep perancangan serupa untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai konsep Bioklimatik. Hasil penelitian diterapkan dalam rancangan Klub Bunga Butik Resort berupa pengaturan orientasi massa bangunan, bentuk atap, disain sun shading, penempatan ventilasi dan bukaan dan penggunaan material bangunan. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa konsep arsitektur bioklimatik merupakan sebuah konsep yang cocok diterapkan di kota Batu yang memiliki iklim tropis dengan mengutamakan kenyamanan penggunakan dan menyatukan bangunan dengan iklim dan lingukungan.Kata kunci: Bioklimatik konsep, Iklim dan Lingkungan, Perancangan Resort ABSTRACTThe design of a building should consider harmony with the environment and the surrounding climate. The application of the concept can be reflected in the design of the building which indicates its location. Nowadays people's concern for environmental conditions can become an interesting concept, such as Bioclimatics which is a widely used topic. This study will discuss how the concept of bioclimatic architecture is applied to the design of the Club Bunga Boutique Resort in Batu-Malang. Batu is a small town not far from Malang-East Java Province which has a cool climate. The research uses qualitative methods by analyzing the object directly. In addition, interviews with the resort manager were also conducted and supported by supporting documents from the manager. The first step of this research is to conduct a literature study by studying related theories of Bioclimatic. Apart from that, previous studies related to similar design concepts were also studied to get a clear picture of the Bioclimatic concept. The results of the study were applied in the design of the Club Bunga Butik Resort in the form of setting the orientation of the building mass, the shape of the roof, the sun shading design, and the placement of ventilation, openings, and the use of building materials. Therefore, it can be said that the concept of bioclimatic architecture is a concept that is suitable to be applied in the city of Batu which has a tropical climate by prioritizing user comfort and uniting buildings with climate and environment.Keywords: Bioclimatic concept, Climate and Environment, Resort Design
Penerapan Metoda Adaptive Reuse pada Alih Fungsi Bangunan Gudang Pabrik Badjoe Menjadi Kafetaria Widya Primatiana Susanto; Raima Dien Medina; Adanthi Maudy Adwitya P
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4019

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari penerapan metoda adaptive reuse pada sebuah bangunan ex gudang pabrik baju yang sudah tidak digunakan lagi. Maraknya bisnis factory outlet dan strategisnya lokasi memberi ide kepada pemilik pabrik untuk tidak menghancurkan gudang tersebut tetapi merubahnya menjadi sebuah bangunan komersil dengan fungsi kafetaria.  Ide ini sejalan dengan isu sustainable yang menerapkan konsep 3R yaitu reduce,reuse dan recycle yang pada bangunan dikenal sebagai adaptive reuse. Dengan mempelajari sejarah bangunan dan melakukan observasi ke objek maka diperoleh gambaran penerapan konsep adaptive reuse. Alih fungsi mendorong terjadinya perubahan, terutama pada ruang dalam sebagai bentuk adaptasi terhadap fungsi baru. Bagaimana potensi yang dimiliki bangunan, seperti tinggi plafond, lebar dan luas bangunan, perletakan jendela dan lubang angin dapat dipertahankan dan dioptimalkan untuk fungsi baru. Sedangkan perubahan pada facade bangunan dimaksudkan untuk memperindah tampilan sehingga bangunan terlihat indah dan dapat menarik banyak pengunjung. Metoda adaptive reuse cocok dengan issue sustainable sehingga bangunan lebih baik dialih fungsikan daripada dihancurkan. Untuk menunjang issue sustainable diperlukan campur tangan pemerintah dalam mengatur pembangunan sehingga ratio area terbangun dan tidak terbangun di kota Bandung dapat seimbang.Kata kunci: adaptive reuse, transformasi, sustainable building. ABSTRACTThis research is intended to study the application of the adaptive reuse method on an unused clothing warehouse building. The emerging of the outlet factory business and the strategic location of the building give the factory owner ideas not to knock down the warehouse but instead change it into a commercial building function as a cafeteria. This idea is in line with the sustainable issue which apply the 3R concept: Reduce, Reuse, and Recycle or known as an adaptive reuse. By studying the building history and observing the object, an image of the adaptive reuse concept application could be gained. The function shift pushes to changes, especially in the inner room as an adaptation to the new function. How this building potential such as the ceiling high, wide and spacious, window and opening placement could be maintained and optimized to a new function. Whilst the building facade alteration is intended to beautify performance so the building looks picturesque and could attract many visitors. The adaptive reuse method is suitable for the sustainable issue so it is better to switch the function rather than to devastate it. To support the sustainable issue the intervention by the government is needed to organize the development so the ratio between the built and non built area in Bandung city could be balanced.Keywords: adaptive reuse, transformation, sustainable building.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari penerapan metoda adaptive reuse pada sebuah bangunan ex gudang pabrik baju yang sudah tidak digunakan lagi. Maraknya bisnis factory outlet dan strategisnya lokasi memberi ide kepada pemilik pabrik untuk tidak menghancurkan gudang tersebut tetapi merubahnya menjadi sebuah bangunan komersil dengan fungsi kafetaria. Ide ini sejalan dengan isu sustainable yang menerapkan konsep 3R yaitu reduce,reuse dan recycle yang pada bangunan dikenal sebagai adaptive reuse. Dengan mempelajari sejarah bangunan dan melakukan observasi ke objek maka diperoleh gambaran penerapan konsep adaptive reuse. Alih fungsi mendorong terjadinya perubahan, terutama pada ruang dalam sebagai bentuk adaptasi terhadap fungsi baru. Bagaimana potensi yang dimiliki bangunan, seperti tinggi plafond, lebar dan luas bangunan, perletakan jendela dan lubang angin dapat dipertahankan dan dioptimalkan untuk fungsi baru. Sedangkan perubahan pada facade bangunan dimaksudkan untuk memperindah tampilan sehingga bangunan terlihat indah dan dapat menarik banyak pengunjung. Metoda adaptive reuse cocok dengan issue sustainable sehingga bangunan lebih baik dialih fungsikan daripada dihancurkan. Untuk menunjang issue sustainable diperlukan campur tangan pemerintah dalam mengatur pembangunan sehingga ratio area terbangun dan tidak terbangun di kota Bandung dapat seimbang.Kata kunci: adaptive reuse, transformasi, sustainable building.ABSTRACTThis research is intended to study the application of the adaptive reuse method on an unused clothing warehouse building. The emerging of the outlet factory business and the strategic location of the building give the factory owner ideas not to knock down the warehouse but instead change it into a commercial building function as a cafetaria. This idea is in line with the sustaineable issue which apply the 3R consept: Reduse, Reuse and Recycle or known as adaptive reuse. By studying the building history and observing the object, an image of the adaptive reuse consept application could be gained. The function shift pushes to changes, especialy on the inner room as an adaptation to the new function. How this building potential such as the ceiling high, wide and spacious, window and opening placement could be maintained and optimized to a new function. Whilst the building facade alteration is intendet to beautify performance so the building looks picturesque and could attract many visitors. Adaptive reuse method is suitable with the sustainable issue so its better to swich the function rather then to devaste it. To support the sustainable issue the intervention by the government is needed to organize the development so the ratio between the built and non built area in Bancung city could be balanced.Keywords: adaptive reuse, transformation, sustainable building.
Penggunaan Prinsip Fengsui dalam Penentukan Ruang Ibadah Pada Wihara Pemancar Keselamatan Kota Cirebon Tecky Hendrarto; Ramadhan Rachmatuloh; Mochamad Ridwan Arif Arif; Tazkiya Savarani; Marzuq Fakhri Abdul Aziz
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i1.3358

Abstract

ABSTRAK Proses peribadahan di wihara memiliki tata cara serta alur ibadah dalam berdoa. Urutan tata cara ibadah mempengaruhi posisi ruang ibadah di dalam wihara. Letak dan urutan para Dewa yang harus disembah oleh jemaah secara berurutan didasarkan dari kedudukan para Dewa. Letak ruang ibadah akan berpengaruh terhadap alur ibadah jemaah. Selain memperhatikan hierarki dan posisi dewa di ruang ibadah, orientasi wihara pun harus sesuai dengan fengsui agar menghadirkan energi postif yang dipercaya dapat mengundang nasib baik. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan fengsui pada hierarki ruang ibadah wihara. Lingkup studi pada kajian ini penggunaan fengsui pada penempatan Dewa pada ruangan dan pada penempatan ruang di wihara beserta orientasinya. Metode analisis yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, fengsui mempengaruhi penentuan hierarki ruang tata letak, dan orientasi Wihara Pemancar Keselamatan, contohnya dewa yang memiliki hierarki tertinggi berada di tengah dan terdalam ruangan, diikuti pada dewa yang letaknya di bagian kiri kemudian kanan, karena bagian kiri lebih utama daripada kanan. Kemudian, semakin jauh ruangan dari gerbang depan, maka semakin tinggi pula tingkat kesakralan ruangan tersebut. Letak Wihara Pemancar Keselamatan menghadap ke sumber air, yaitu sungai dan berada di posisi tusuk sate yang berfungsi untuk menyerap energi buruk agar energi tersebut tidak membawa nasib buruk kepada masyarakat di sekitar. Kata Kunci: Wihara, Hierarki Ruang Ibadah, Orientasi
Perencanaan Kampung Bahari Sebagai Upaya Keberlanjutan, Perkampungan Nelayan Tambak Lorok, Semarang Juarni Anita
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 3 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i3.4102

Abstract

AbstrakPerkampungan nelayan Tambak Lorok di Semarang Utara merupakan kawasan rawan banjir karena kondisi permukaan tanah mengalami penurunan setiap tahun. Penduduk pun terus bertambah menyebabkan perkampungan semakin padat dan menjadi kumuh. Masyarakat melakukan penyesuaian rumah untuk menghindari banjir menyebabkan bentuk dan tinggi rumah beraneka ragam. Pada tahun 2015, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan program Penataan Kawasan Permukiman Nelayan dan Tepi Air di Tambak Lorok. Pemerintah Kota Semarang pun memasukkan Tambak Lorok dalam program Kampung Bahari untuk pembangunan keberlanjutan dan pengentasan kekumuhan dan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembangunan keberlanjutan di kawasan pesisir dengan konsep Kampung Bahari di Tambak Lorok. Hal ini penting karena perkampungan ini bisa menjadi model percontohan di kawasan pesisir lain yang rawan banjir. Metoda penelitian bersifat kualitatif dan deskriptif dengan sumber data primer melalui survey dan data sekunder melalui berbagai studi pustaka. Hasil penelitian memberikan deskripsi tentang konsepsi Kampung Bahari, yaitu perkampungan  nelayan yang terintegrasi dengan pusat ekonomi dan perdagangan, industri perikanan, serta pusat wisata bahari. Keberlanjutannya harus didukung oleh infrastruktur seperti tanggul laut, kemudahan akses jalan, tersedianya air bersih, kelancaran drainase, pengelolaan  limbah dan sampah, tersedianya ruang terbuka hijau untuk keasrian kawasan pesisir. Pengelolaan perkampungan harus melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat.Kata kunci: kampung bahari, keberlanjutan, perkampungan nelayan, Tambak Lorok AbstractTambak Lorok fishing village in North Semarang is a flood-prone area because the soil surface conditions have decreased every year. The population continued to grow, causing the village to become denser and slum. The communities adjusted their houses to avoid flooding causing the various shapes and heights of houses. In 2015, the Ministry of Public Works and Public Housing implemented a program of Fishermen Residential Area Arrangement and Waterfronts in Tambak Lorok. The Semarang City Government has included Tambak Lorok in the Kampung Bahari program for sustainable development and alleviating slums and poverty. This study aims to describe the sustainable development of coastal area with the concept of Kampung Bahari in Tambak Lorok. This is important because this village can be a pilot model in other coastal areas that are prone to flooding. The research method was qualitative and descriptive with primary data sources through surveys and secondary data through various literature studies. The results of the study provided a description of the conception of Kampung Bahari, a fishing village integrated with the center of economy and trade, the fishing industry, and the center of marine tourism. Its sustainability must be supported by infrastructure such as sea dikes, easy access to roads, availability of clean water, smooth drainage, waste and trash management, availability of green open spaces for the beauty of coastal areas. Village management must involve the central government, local government, and local communities. Keywords: maritime village, sustainability, fishing village, Tambak Lorok
Kualitas Akustik pada Auditorium dengan Konsep Arsitektur Biomimikri Contoh Kasus: Teater IMAX Keong Emas Nur Laela Latifah
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 3 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i3.6848

Abstract

AbstrakMelalui penerapan konsep arsitektur biomimikri, gubahan massa bangunan dan ruang di dalam ruang auditorium dapat berbentuk dinamis sehingga dapat mempengaruhi perolehan kualitas akustik termasuk visualnya. Teater IMAX Keong Emas yang berlokasi di kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta adalah auditorium pemutaran film edukasi berteknologi IMAX yang menerapkan konsep arsitektur biomimikri dengan meniru hewan keong sawah. Dengan keunikannya maka bangunan teater ini perlu untuk dianalisis bagaimana keberhasilan desain terkait fungsinya sebagai ruang bagi audiens untuk mendengar dan menonton pertunjukan. Analisis penelitian dilakukan baik secara kuantitatif dan kualitatif berdasarkan data primer dari lapangan yang telah diolah, mencakup foto lapangan, hasil pengukuran lapangan, dan hasil wawancara internal dengan pihak manajemen Teater IMAX Keong Emas. Variabel penelitian mencakup konsep bentuk serta dimensi dan proporsi bangunan; bentuk serta dimensi dan proporsi ruang teater; pengaturan kursi, sudut pandang, dan kemiringan lantai audiens; desain plafon; juga material akustik interior. Tujuan penelitian adalah diperolehnya pemahaman bagaimana kualitas akustik juga kualitas visual dari auditorium pada bangunan dengan konsep arsitektur biomimikri. Berdasarkan analisis diperoleh nilai kebaruan di antaranya bahwa arsitektur biomimikri dapat diterapkan pada bangunan auditorium, serta plafon tidak harus berfungsi sebagai reflector pada auditorium bila telah menerapkan sistem tata suara yang sangat baik.Kata kunci: Auditorium, Biomimikri, Kualitas Akustik, Sudut Pandang AbstraCTThrough the application of the biomimicry architectural concept, the composition of the building mass and space in the auditorium can be dynamically shaped so that it can affect the acquisition of acoustic quality, including visuals. The Keong Emas IMAX Theater, located in the Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tourist area, Jakarta, is an auditorium for the screening of eduactional films with IMAX technology that applies the biomimicry architectural concept by imitating rice snail. With its uniqueness, this theater building needs to be analyzed how the success of the design is related to its function as a space for the audience to hear and watch performances. Research analysis was carried out both quantitatively and qualitatively based on primary data from the field that had been processed, including field photos, results of field measurements, and results of internal interviews with the management of the Keong Emas IMAX Theater. The research variables include the concept of shape as well as the dimensions and proportions of the building; the shape as well as dimensions and proportions of the theater space; seat layout, viewing angles, and audience floor slope; ceiling design; also interior acoustic materials. The purpose of this research is to gain an understanding of the acoustic quality as well as the visual quality of the auditorium in a building with the biomimicry architectural concept. Based on the analysis obtained novelty values including that biomimicry architecture can be applied to the auditorium building, and the ceiling does not have to function as a reflector in an auditorium if it has implemented a very good sound system.Keywords: Acoustic Quality, Auditorium, Biomimicry Viewing Angles

Page 8 of 11 | Total Record : 109