cover
Contact Name
Muhammad Aditya Pratama
Contact Email
adityapratama@ikj.ac.id
Phone
+6285693972062
Journal Mail Official
imaji@ikj.ac.id
Editorial Address
Jalan Sekolah Seni No.1 (Raden Saleh, Kompleks Taman Ismail Marzuki Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Jakarta, Central Jakarta City, Jakarta 10330
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal IMAJI
ISSN : 19073097     EISSN : 27756033     DOI : https://doi.org/10.52290/JI
Core Subject : Humanities, Art,
Journal IMAJI accommodates a collection of various topics of film / audio-visual studies that contain ideas, research, as well as critical, fresh, and innovative views on the phenomenal development of cinema in particular and audio-visual in general. This journal aims to provide research contributions to film and audio-visual media which are expected to encourage the development of film, including photography, television and new media in Indonesia, so that they are superior and competitive at the national level and in the international world.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 12 No. 2 (2021): Panorama Mengamplifikasi Gagasan melalui Media Audio-Visual" : 7 Documents clear
Konsekuensi Representasi Propaganda Budaya dan Ideologi Dalam Film Maman Wijaya
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 2 (2021): Panorama Mengamplifikasi Gagasan melalui Media Audio-Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i2.47

Abstract

Merepresentasikan propaganda budaya dan ideologi memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekedar merepresentasikan pesan informatif. Artikel ini bertujuan untuk menelaah konsekuensi apa saja bila propaganda budaya dan ideologi direpresentasikan di dalam film. Pembahasannya bersifat kualitatif menggunakan data dari beberapa artikel film ditambah pengalaman penulis dalam berinteraksi dengan para pembuat film serta pengalaman menonton film bersama masyarakat. Kajiannya lebih dititikberatkan pada perspektif penonton awam yang tidak mengetahui teori Semiotika sebagaimana penonton pada umumnya. Hasilnya disimpulkan ada lima konsekuensi, yaitu: (1) munculnya persepsi penonton yang berbeda dari yang diharapkan; (2) munculnya perbedaan perilaku penonton akibat dari perbedaan interpretasi terhadap representasi yang diterimanya; (3) Ketiga, dampak dari sifat komunikasi, yaitu pesan yang direpresentasikan dalam film bersifat irreversible; (4) munculnya anggapan bahwa dalam proses pembuatan film ada problem etika; dan (5) kesan totalitas isi film menjadi kabur akibat pesan ganda yang direpresentasikan.
Setelah Kesunyian 50 tahun Disuarakan lewat Buku dan Film Dokumenter Maria Hartiningsih
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 2 (2021): Panorama Mengamplifikasi Gagasan melalui Media Audio-Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i2.48

Abstract

Tak banyak orang membaca berita mengenai kepulangan Jan Ruff-O’Herne pada pagi tanggal 19 Agustus 2019 di rumahnya, di Adelaide, Australia, dikelilingi oleh anak, cucu dan cucu buyutnya. Usianya 96 tahun. Jan Ruff-O’Herne meninggalkan jejak perjuangan selama lebih lima dekade untuk berkampanye melawan pemerkosaan dalam perang dan menghabiskan sisa hidupnya untuk merebut kembali martabatnya. Dia adalah perempuan Eropa pertama yang berani bersaksi di depan publik secara terbuka. Dia merobek kebisuan sejarah hitam yang ditolak untuk waktu yang sangat lama oleh pihak yang melakukannya. Untuk itu, dia menerima berbagai penghargaan, di antaranya dari  Pemerintah Australia, Pemerintah Belanda, dan Vatikan. O’Herne adalah salah satu dari sedikit perempuan Eropa di wilayah pendudukan Jepang selama Perang Dunia II yang dipaksa menjadi budak seks. Sebagian besar berasal dari Asia, yakni Korea (terbesar), Indonesia, Filipina, China dan Taiwan. Dia menjadi satu-satunya survivor yang berjuang untuk menolak penggunaan istilah “comfort women”. Comfort mengandung arti sesuatu yang lembut aman dan ramah. “Kami ini korban perkosaan dan serangan seksual dalam masa perang oleh tentara Kerajaan Jepang”. O’Herne menuntut permintaan maaf Pemerintah Jepang secara pribadi dan berada dalam barisan survivor yang menolak kompensasi berupa uang dari Asian Women Fund. Dia juga menekankan bagaimana perkosaan menjadi alat untuk menundukkan dalam perang sehingga harus dilihat sebagai kejahatan kriminal perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dan yang menarik lainnya adalah testimoni atas Jan Ruff-O’Herne ini juga dibentuk menjadi sebuah film dokumenter yang diproduksi di Australia dengan sutradara Ned Lander, berjudul 50 Years of Silence (1994).  
Color in the World of Visuals Dedih Nur Fajar Paksi
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 2 (2021): Panorama Mengamplifikasi Gagasan melalui Media Audio-Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i2.49

Abstract

Kehidupan sehari-hari menghadirkan sebuah pandangan sebagai pembelajaran dari apa yang dialami dan dilihat. Apa yang dilihat belum tentu juga dapat dikenali dengan baik, dan kemudian diperhatikan sebagai satu pemikiran. Warna merupakan bagian kehidupan manusia sejak lahir, mata merupakan bagian pertama yang mampu melihat dan memproses bentuk pengirim sinyal getaran yang kemudian membuat kita dapat mengenali nama warna sampai psikologi warna sebagai pemakna dari warna itu sendiri. Seni yang berkaitan dengan rupa warna seperti seni rupa, fotografi dan film tidak akan lepas dari bagaimana warna dapat diterjemahkan ke dalam ruang ekspresi. Proses sistem rekam dari akumulasi memori visual menjadi penentu pengalaman visual berkembang dan memiliki makna tersirat.  
Antara Rusia dan Indonesia: Petualangan film dan budaya dari Awal Uzhara Gilang Bayu Santoso
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 2 (2021): Panorama Mengamplifikasi Gagasan melalui Media Audio-Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i2.50

Abstract

Para penikmat sinema di Indonesia tentu tidak asing dengan nama-nama seperti Sjumandjaja, Sukarno M. Noor, Bing Slamet dan banyak lagi lainnya. Mereka adalah nama-nama besar yang pernah menghiasi dunia film Indonesia dan berjaya dimasa nya, bahkan hingga saat ini nama dan karyanya masih sering kita perbincangkan. Tetapi, jika kita mau sedikit menilik kembali sejarah secara mendetail, kita semua telah luput pada satu nama yaitu Awal Uzhara, nama yang seharusnya dapat diperhitungkan di jagat sinema Indonesia jika saja nasib buruk terkait peristiwa G30S tidak menimpanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang Awal Uzhara dan proses pengkaryaan Awal Uzhara sebagai seorang sutradara, aktor maupun pelaku seni. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif, dan pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik observasi, wawancara dan dokumentasi.  
Hiburan film yang mengeksploitasi kesedihan sebagai sarana eskapisme dalam realita kehidupan manusia Suryana Paramita
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 2 (2021): Panorama Mengamplifikasi Gagasan melalui Media Audio-Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i2.51

Abstract

Hubungan manusia dan hiburan selalu melibatkan banyak aspek. Dalam hal ini, karya seni menjadi salah satu elemen yang mampu memberi kesenangan pada manusia dan sekaligus menjadi wadah pelarian emosi. Sebuah penelitian menawarkan pandangan bahwa melalui musik, manusia larut dalam kesedihan yang sengaja mereka cari untuk membahagiakan. Begitu pula dengan karya film, lewat aspek kognitif dan dan psikososial, menawarkan melodrama yang pada akhirnya memberikan motivasi bagi emosi penontonnya, dan mekanisme kognitif yang memungkinkan untuk menikmati pengalaman emosi negatif dalam konteks estetika penceritaan dalam film.
The Lady dan Wajah Politik Negara Myanmar Nia Sari
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 2 (2021): Panorama Mengamplifikasi Gagasan melalui Media Audio-Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v12i2.52

Abstract

Melalui film, framing akan suatu peristiwa, tokoh, sejarah, maupun masa depan dapat diciptakan. The Lady adalah salah satu film yang mempertontonkan framing positif akan seorang tokoh tanpa cacat dan kultus walaupun pada kenyataannya tidak seperti itu. Aung San Suu Kyi adalah tokoh nyata yang difilmkan dalam film The Lady dengan menceritakan dirinya yang pro demokrasi dan anti kekerasan. Jurnal ini menggunakan teori konstruktivisme untuk menganalisa framing yang ada dalam suatu film dapat berpengaruh sangat kuat dan liar terhadap penikmat film tersebut (baca: The Lady).
Wawancara: Joko Anwar Jurnal IMAJI
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 12 No. 2 (2021): Panorama Mengamplifikasi Gagasan melalui Media Audio-Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam rubrik Jurnal IMAJI terbaru kali ini kami menghadirkan wawancara secara mendalam dengan Joko Anwar, mengulik pengalaman masa kecilnya serta menelisik lebih jauh terhadap proses melahirkan sebuah film yang dihasilkan oleh beliau. Nama Joko Anwar tentunya sudah dikenal luas oleh publik sebagai salah satu seorang sutradara ternama di Indonesia. Film-film yang pernah disutradarai beliau diantaranya adalah Janji Joni (2005), Modus Anomali (2012), Pintu Terlarang (2009), dan Perempuan Tanah Jahanam (2019). Mari kita simak!

Page 1 of 1 | Total Record : 7