cover
Contact Name
Muhammad Aditya Pratama
Contact Email
adityapratama@ikj.ac.id
Phone
+6285693972062
Journal Mail Official
imaji@ikj.ac.id
Editorial Address
Jalan Sekolah Seni No.1 (Raden Saleh, Kompleks Taman Ismail Marzuki Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Jakarta, Central Jakarta City, Jakarta 10330
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal IMAJI
ISSN : 19073097     EISSN : 27756033     DOI : https://doi.org/10.52290/JI
Core Subject : Humanities, Art,
Journal IMAJI accommodates a collection of various topics of film / audio-visual studies that contain ideas, research, as well as critical, fresh, and innovative views on the phenomenal development of cinema in particular and audio-visual in general. This journal aims to provide research contributions to film and audio-visual media which are expected to encourage the development of film, including photography, television and new media in Indonesia, so that they are superior and competitive at the national level and in the international world.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 14 No. 1 (2023): Antara Struktur dan Bahasa Visual" : 6 Documents clear
Rekreasi Ketakutan, Sebuah Kajian Menonton Film Horor di Masa Pasca Pandemi Tri Widyastuti Setyaningsih
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 14 No. 1 (2023): Antara Struktur dan Bahasa Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v14i1.100

Abstract

Tujuan utama dari film horror adalah untuk menakut-nakuti dan mengejutkan penonton dengan menggunakan berbagai motif audio visual dan perangkat teknis lainnya. Film horror sering menjadi film yang laris, bahkan meraup box office. Ketika Indonesia dilanda pandemi Covid-19, sebuah kondisi yang menakutkan, film horror tetap menjadi tontonan yang digemari. Mengapa orang menonton film bergenre horror pada masa pascapandemi dan apa efek yang dihasilkan setelah menontonnya, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang menarik untuk dibahas. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, artikel ini menggunakan konsep industri budaya, dengan logika industrialisasi dan komersialisasi budaya. Penonton diposisikan sebagai konsumen industri budaya yang melakukan komodifikasi dan repetisi dalam produksi. Penelitian menunjukkan bahwa menonton film horror menjadi semacam rekreasi ketakutan, sebagai pengalaman emosional untuk memperoleh kesenangan dari keterlibatan main-main dengan situasi yang menimbulkan rasa takut. Menonton film horror adalah sebuah perayaan, sebuah ritus rekreasi ketakutan di dunia industri budaya, termasuk di masa pascapandemi.
Kajian Struktur Visual Pada Pasca Produksi Film Eksperimental “Sweet Rahwana” Hery Sasongko
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 14 No. 1 (2023): Antara Struktur dan Bahasa Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v14i1.101

Abstract

Tulisan ini memiliki tujuan untuk mengetahui struktur visual dari penyeleksian jukstaposisi shot dan editing. Film eksperimental Sweet Ravana (2017) adalah karya film yang mencerminkan prilaku alamiah manusia lewat pendekatan boneka. Cerminan ini bisa diwujudkan dalam karakter boneka bernama Rahwana, dimana Rahwana merupakan figur jahat dan selalu haus akan kekuasaan. Dalam film terdapat beragam pesan yang coba dikemukakan oleh pencipta. Pesan tersebut tak hanya disalurkan lewat aspek naratif namun juga aspek sinematik. Film eksperimental Sweet Ravana (2017) ini pesan disampaikan lewat atraksi shot. Dua shot yang tidak berhubungan disatukan untuk menciptakan makna yang baru. Rangkaian komposisi shot di dalam film menjadi suatu struktur visual yang khas. Sintagmatik dan paradigmatik menjadi teori yang dipakai dalam menjelaskan struktur visual yang hadir di dalam film ini.
Pergelaran Film Setan Jawa Representasi Film Yang Menggunakan Kearifan Lokal Sebagai Strategi Menuju Film Beridentitas Nusantara Hari Suryanto
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 14 No. 1 (2023): Antara Struktur dan Bahasa Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v14i1.102

Abstract

Tulisan ini berusaha menjelaskan mengenai hubungan antara film dan kebudayaan lokal dalam merangkai karakteristik nasionalitasnya. Ruang waktu kejadian abad 20 ditandai dengan lahirnya era industri 1.0 yang membuat kekayaan tanah Jawa ini menjadi ekploitasi para pemilik modal besar dan bangsawan. Dampak dari hal tersebut membuat masyarakat menempuh jalan mistik dalam melakukan perlawanan terhadap kondisi sosial, salah satu dari cara mistik itu adalah Pesugihan Kandang Bubrah. Pergelaran Film Setan Jawa (2017) hadir memberikan menjadi sebuah representasi Film yang menggunakan kearifan lokal sebagai cara bertutur dalam narasinya. Secara sinematik pergelaran film ini mengadaptasi bentuk pergelaran wayang kulit. Pergelaran Film Setan Jawa (2017) merupakan strategi soft diplomacy yang dilakukan Garin Nugroho melalui gagasan kreatif memadukan film dan ansambel (ensemble) gamelan. Pergelaran Film Setan Jawa (2017) sebuah gerakan menuju film berkarakter Nusantara.
Diorama dan Estetika Tableau: Analisis Mise-en-scene Film Pion (2021) Ezra Tampubolon; Hibatullah Billy
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 14 No. 1 (2023): Antara Struktur dan Bahasa Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v14i1.103

Abstract

Tulisan ini bermaksud untuk memperlihatkan temuan-temuan kritis terhadap penggayaan mise-en-scene dari karya yang dibuat oleh penulis yakni film Pion (2021). Penulis mencoba memakai desain artistik di luar konvensi umum film seperti model miniatur, atau objek sebagai tokoh yang menggantikan manusia sebagai model alternatif. Karena hal itu, tulisan ini akan mengarah kepada unit-unit bawahan mise-en-scene seperti setting, costume/make-up, staging: action and performance dan lighting. Lewat metode kualitatif, teori-teori yang dipakai adalah konsep mise-en-scene milik Bordwell, konsep diorama, dan hierarki komponen visual milik Arnheim. Akhirnya tulisan ini diharapkan menjadi bagian dari katalog estetis-praktis bagi pembuat film serta akademisi film.
Analisis Adegan Apple Strudel Film Inglourious Basterds Berdasarkan Semiotika Christian Metz Diva Eureka
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 14 No. 1 (2023): Antara Struktur dan Bahasa Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v14i1.106

Abstract

Adegan Apple Strudel dalam film Inglourious Basterds (2009) menggambarkan interaksi antara Kolonel Landa sebagai petinggi Nazi dengan Shosanna, gadis Yahudi yang menyamar sebagai orang Prancis bernama Emmanuele Mimieux. Adegan ini mampu menciptakan ketegangan kepada penonton karena shot-shot yang ada dalam adegan memiliki relasi sintagmatik dan paradigmatik dengan adegan sebelum dan setelahnya. Susu, Apple Strudel, krim, rokok dalam adegan Apple Strudel mampu membangun ketegangan karena unsur-unsur ini sudah dan akan muncul dalam film. Begitu pula dengan shot yang menggambarkan adegan Kolonel Landa mencium tangan Shosanna dan menancapkan puntung rokok di krim Apple Strudel serta saat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada Shosanna, memiliki hubungan sintagmatik yang memberikan makna kepada penonton bahwa Kolonel Landa mencurigai dan berusaha membuka identitas asli Shosanna. Dalam teori yang disampaikan oleh Christian Metz mengenai bahasa film, shot dalam bahasa film tidak dimaknai secara denotatif melainkan memiliki makna konotatif. Shot tidak dianalogikan seperti kata, tetapi shot dianalogikan seperti kalimat yang memberikan sebuah makna. Shot-shot yang ada di dalam adegan Apple Strudel tidak hanya bermakna seperti yang terlihat saja, tetapi memiliki makna konotatif baik secara paradigmatik maupun sintagmatik. Apple Strudel memiliki makna penting ketika dihidangkan oleh Kolonel Landa sebagai petinggi Nazi kepada tokoh Shosanna sebagai orang Yahudi yang menyamar sebagai orang Prancis.
Warna Pada Film Untuk Anak Autis: Studi Kasus Pada Film “Coco” (2017) dan “Frozen” (2013) Satyani Adiwibowo
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 14 No. 1 (2023): Antara Struktur dan Bahasa Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52290/i.v14i1.107

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nuansa warna film mana yang nyaman ditonton oleh anak-anak dengan spektrum autisme. Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan mengambil data dari palet warna film Coco (2017) dan Frozen (2013), serta membandingkan data warna autism-friendly dari penelitian lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Frozen mengandung warna-warna dengan nuansa dingin cenderung kelabu yang cocok untuk anak-anak dengan spektrum autisme. Warna-warna tersebut antara lain hijau, biru, dan ungu dengan tingkat saturasi yang rendah dan memiliki kandungan nilai warna tone (abu-abu). Hal ini diduga karena warna-warna tersebut dapat memberikan rasa tenang dan nyaman bagi anak-anak dengan spektrum autisme. Penemuan ini memberikan implikasi penting bagi para pembuat film, khususnya untuk memperhatikan penggunaan warna dalam film yang ditujukan untuk penonton dengan spektrum autisme. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan informasi yang berguna bagi orang tua dan pengasuh anak-anak dengan spektrum autisme dalam memilih film yang cocok untuk ditonton oleh anak-anak mereka.

Page 1 of 1 | Total Record : 6