cover
Contact Name
Johanes Hasugian
Contact Email
johaneswhasugian@gmail.com
Phone
+6285265222617
Journal Mail Official
johaneswhasugian@gmail.com
Editorial Address
johaneswhasugian@gmail.com
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : 27216020     EISSN : 2721432X     DOI : 10.46305
Core Subject : Religion, Education,
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan agama Kristen, dengan nomor ISSN: 2721-432X (online), ISSN: 2721-6020 (print), yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara, Medan. Focus dan Scope penelitian IMMANUEL adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Praktika Pendidikan Agama Kristen IMMANUEL menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari segala institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review. IMMANUEL terbit dua kali dalam satu tahun, April dan Oktober
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020" : 5 Documents clear
Dapatkah Perempuan Menjadi Pendeta? Tafsiran terhadap 1 Korintus 14:34-35 dan 1 Timotius 2:9-15 Noel Surbakti; Sary Haloho
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i2.14

Abstract

For a long time, the role of women was restricted and even prohibited from being involved in church ministry. Even more specifically, there are still views that prohibit or reject the role of women as pastors in the church. Some have used the text of 1 Corinthians 14:34-35 and 1 Timothy 2:9-15 as a biblical foundation to strengthening this views. However, the I see that these two texts can’t be used as a biblical foundation to prohibiting or rejecting the role of women as pastors in the church. Therefore, I will reinterpret these two texts by paying attention to the context of the text and its literary elements. This is necessary to find the true meaning what Paul told in both of texts. Based on this interpretation, it will found that Paul did not prohibit the involvement of women in church in every place and time. Paul's words in the text were responded to the problems faced by the church in each text and cannot be applied absolutely in every place and time.AbstrakSejak lama peranan perempuan dibatasi bahkan dilarang terlibat dalam pelayanan di gereja. Bahkan lebih spesifik, masih ada pandangan yang melarang atau menolak peranan perempuan sebagai pendeta di gereja. Beberapa orang menggunakan teks 1 Korintus 14:34-35 dan 1 Timotius 2:9-15 sebagai dasar alkitabiah untuk memperkuat pandangan tersebut. Namun penulis melihat bahwa kedua teks tersebut sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai dasar alkitabiah untuk melarang atau menolak peranan perempuan sebagai pendeta di dalam gereja. Oleh karena itu, penulis akan menafsirkan kembali kedua teks tersebut dengan memerhatikan konteks teks dan unsur literernya. Hal ini diperlukan untuk menemukan makna sesungguhnya yang hendak disampaikan Paulus dalam kedua teks tersebut. Berdasarkan tafsiran tersebut ditemukan bahwa Paulus sama sekali tidak melarang keterlibatan perempuan dalam pelayanan di gereja dalam setiap tempat dan waktu. Perkataan Paulus dalam teks tersebut sesungguhnya sedang merespons persoalan jemaat yang dihadapi pada masing-masing teks dan tidak dapat diberlakukan secara mutlak dalam setiap tempat dan waktu.
Penggunaan Media Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Masa Pandemi Covid-19 Hermanto Sihotang
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i2.16

Abstract

Christian religious education has a strategic role in the inheritance of the values of Christian life and faith as taught by the Bible, the Word of God, which can take place in families, churches and schools. The complaint that is often heard from the school and teachers is the lack of interest in learning PAK by students, which can be caused by traditional learning strategies such as the use of one-way and monotonous lecture methods. In order to overcome this the teacher must implement a variety of learning strategies, including those that allow the use of information technology media in it. In addition, the covid-19 phenomenon is a new challenge, especially in the world of education - learning that cannot be done face-to-face. Therefore, teachers as educators in schools must optimize their insights and skills in information technology to be able to answer the challenges in question. Parents who are responsible for their children's education should create a good climate at home and facilitate children's learning facilities. Children as students are obliged to optimize gadgets as a source of learning, and develop skills in the field of information technology (computers, internet) as a means of learning during the Covid-19 pandemic. In this paper, descriptive qualitative methods or library research are used to obtain and analyze data regarding the use of information technology in the learning process of Christian religious education during the pandemic. The findings obtained are that the use of information technology in Christian religious education has basically become a demand for Christian religious education teachers, especially in the era of disruption. During the Covid-19 pandemic, these demands were far different, and made Christian religious education teachers even more motivated and inevitably had to adjust to online learning, master and apply this educational technology so that in the end it resulted in learning Christian religious education in schoolsAbstrakPendidikan agama Kristen memiliki peran yang strategis dalam pewarisan nilai-nilai hidup dan iman kristiani sebagaimana yang diajarkan Alkitab, Firman Allah, yang dapat berlangsung di keluarga, gereja dan sekolah. Keluhan yang sering terdengar dari pihak sekolah dan guru adalah kurangnya minat belajar PAK oleh peserta didik, yang hal ini bisa disebabkan oleh karena strategi pembelajaran yang tradisional seperti penggunaan metode ceramah yang bersifat satu arah dan monoton. Maka untuk mengatasi hal tersebut guru harus menerapkan strategi pembelajaran yang variatif termasuk yang memungkinkan penggunaan media teknologi informasi di dalamnya. Disamping itu, fenomena covid-19 menjadi tantangan baru, khususnya dalam dunia pendidikan - pembelajaran yang tidak bisa dilakukan dengan tatap muka. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik di sekolah harus mengoptimalkan wawasan dan keterampilannya dalam hal teknologi informasi untuk dapat menjawab tantangan yang dimaksud. Orangtua sebagai penanggungjawab pendidikan anaknya hendaknya menciptakan iklim yang baik di rumah dan memfasilitasi sarana belajar anak. Anak sebagai peserta didik berkewajiban mengoptimalkan gadget sebagai sumber belajar, dan pengembangan keterampilan di bidang teknologi informasi (komputer, internet) sebagai sarana belajar pada masa pandemi covid-19. Dalam tulisan ini digunakan metode kualitatif deskriptif atau studi pustaka (library research) untuk memperoleh dan menganalisis data berkenaan dengan penggunaan teknologi informasi dalam proses pembelajaran pendidikan agama Kristen di masa pandemi. Hasil temuan yang diperoleh adalah bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam pendidikan agama Kristen pada dasarnya sudah menjadi tuntutan bagi guru-guru pendidikan agama Kristen, khususnya di era disrupsi. Di masa pandemi covid-19 tuntutan tersebut jauh berbeda, dan membuat guru-guru pendidikan agama Kristen semakin terpacu dan mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan pembelajaran daring, menguasai dan menerapkan teknologi pendidikan tersebut sehingga pada akhirnya memberhasilkan belajar pendidikan agama Kristen di sekolah.
Desain Bahan Pembinaan Suami-Istri Kristen untuk Ketahanan Keluarga Warga Gereja Herdiana Sihombing; Elisamark Sitopu; Herowati Sitorus; Roy Charly HP Sipahutar; Bintahan M. Harianja
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i2.17

Abstract

The high divorce rate in Indonesia, including among Christian families, has in recent years been a struggle together. Divorce itself is the mouth of a variety of pressures faced by Christian families that are not properly resolved. Not a few Christian families have a vulnerable resilience due to their inability to manage conflicts that occur. On the other hand, the Church must recognize that it has an ethical and theological responsibility to maintain the resilience of the family members of its congregation. However, the fact is that most churches do not have a programmed mission to nurture husband and wife members of their congregations in order to maintain family resilience. In fact, many churches do not have documented teaching material for cultivating Christian families. This article is a summary of development research that seeks to create a design for Christian husband and wife formation materials that can later be used by church leaders for the survival of the family of church members. The research method used is Research and Development (R D), which is used to produce certain products, and test their effectiveness. In this research, the design of Christian husband and wife guidance materials for the family resilience of church members is produced.AbstrakTingginya angka perceraian di Indonesia, tidak terkecuali di kalangan keluarga Kristen, dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi pergumulan bersama. Perceraian sendiri merupakan muara dari beragam tekanan yang dihadapi oleh keluarga Kristen yang tidak terselesaikan dengan baik. Tidak sedikit keluarga Kristen yang memiliki ketahanan yang rentan akibat ketidakmampuan dalam mengelola konflik yang terjadi. Di lain pihak, Gereja harus menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab etis dan teologis untuk menjaga ketahanan keluarga anggota jemaatnya. Tetapi faktanya sebagian besar gereja tidak memiliki misi yang terprogram untuk membina suami-istri warga jemaatnya demi menjaga ketahanan keluarga. Bahkan banyak gereja tidak memiliki bahan pengajaran yang terdokumentasi untuk membina keluarga Kristen. Artikel ini merupakan rangkuman dari penelitian pengembangan yang berupaya menciptakan suatu desain bahan pembinaan suami-istri Kristen yang nantinya dapat dipakai oleh pimpinan-pimpinan gereja untuk ketahanan keluarga warga gereja. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R D), yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifanya. Pada penelitian ini dihasilkan desain bahan pembinaan suami-istri Kristen untuk ketahanan keluarga warga gereja.
Peran Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga di Era Digital terhadap Pembentukan Spiritualitas dan Moralitas Anak Fredik Melkias Boiliu; Meyva Polii
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i2.18

Abstract

This article discusses the role of Christian religious education in families in the digital era to improve children's spirituality and morality. The digital era is an era where everything is instantaneous and fast. In this era, all human activities are carried out online, be it work activities, education and also worship. These online activities have both positive and negative impacts. By using a descriptive-analytical method,in this paper the author discusses the negative impact of online activities on children's spirituality and morality. Spirituas and morality are the main and foremost things for children's lives or things that are very basic for children. Therefore, parents have a very important role in the family to shape the spiritual and moral of the child because good or bad spiritual and moral children depend on the role of parents in the family. In the family, parents must play their role as the first and foremost role in improving children's spirituality and morality through the role of parents as teachers, educators, mentoring, motivators, and role models.AbstrakArtikel ini membahas tentang bagaimana peran pendidikan agama Kristen dalam keluarga di era digital untuk meningkatkan spiritualitas dan moralitas anak. Era digital merupakan era di mana semua serba instan dan serba cepat. Pada era ini, semua aktifitas manusia dilakukan secara online baik itu aktivitas pekerjaan, pendidikan dan juga beribadah. Aktivitas yang dilakukan secara online ini memiliki dampak yang positif dan negatif. Dengan menggunakan metode deskriptif-analitis, dalam tulisan ini penulis membahas dampak negatif dari kegiatan secara online terhadap spiritualitas dan moralitas anak. Spiritualitas dan moral merupakan hal yang utama dan terutama bagi kehidupan anak atau hal yang sangat mendasar bagi anak. Oleh sebab itu, orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga untuk membentuk spiritual dan moral anak karena baik atau buruknya spiritual dan moral anak tergantung pada peran orangtua dalam keluarga. Dalam keluarga orangtua harus memainkan peranannya sebagai yang pertama dan utama dalam meningkatkan spiritualitas dan moralitas anak melalui peran orangtua sebagai guru, pendidik, mentoring, motivator, role model.
Melampaui Eksegesis dan Eisegesis: Tinjauan Kritis terhadap Hermeneutika Teologi Pembebasan Agus Kriswanto
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i2.10

Abstract

Liberation Theology as a movement and theological method has a unique hermeneutical approach. The way they study the Bible begins with studying their real life situations, then they identify the answers the Bible gives to their real problems. Interpreting the Bible starting from the context by some scholar was considered as an act of eisegesis, and not exegesis. Thus, this paper aims to review the hermeneutical approach used by Liberation Theology movement. This research is a qualitative research using descriptive-analytical method. Liberation Theology's hermeneutical approach is clearly outlined. Furthermore, the analysis of this approach is carried out by tracing its philosophical basis. In this way, one can judge the hermeneutics of Liberation Theology fairly and proportionally. The view being argued in this paper is that criticism of the hermeneutical approach of Liberation Theology is not properly positioned in the contradiction between exegesis and eisegesis, but it needs to be understood as beyond the contradiction. Although this approach starts its hermeneutic circle from context to text, that does not mean it cannot be justified. Pre-understanding before reading the text is raised clearly so that it can be spoken about with the intention of the text being read. It is in the process of dialoguing the context with the biblical text that the "meaning" is formed. The relationship between text and context is not understood as a linear one-way movement, but as an interconnected circle.AbstrakTeologi Pembebasan sebagai sebuah gerakan dan metode berteologi memiliki pendekatan hermeneutik yang unik. Cara mereka mempelajari Alkitab dimulai dengan mempelajari situasi nyata kehidupan mereka, lalu dengan itu, mereka mengidentifikasi jawaban-jawaban yang diberikan oleh Alkitab atas persoalan nyata mereka tersebut. Memaknai teks berangkat dari konteks oleh sebagian orang dianggap sebagai tindakan eisegesis, dan bukan eksegesis. Karena itu, tulisan ini bertujuan untuk meninjau pendekatan hermeneutik yang digunakan oleh gerakan Teologi Pembebasan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode  deskriptif-analitis. Deskripsi garis besar pendekatan hermeneutik Teologi Pembebasan diuraikan secara jelas. Selanjutnya, analisis terhadap pendekatan tersebut dilakukan dengan cara merunut dasar filosofisnya. Dengan cara demikian, seseorang dapat menilai hermeneutika Teologi Pembebasan secara adil dan proporsional. Pandangan yang diajukan dalam tulisan ini adalah bahwa kritik terhadap pendekatan hermeneutika Teologi Pembebasan tidak tepat jika diposisikan dalam pertentangan antara eksegesis dan eisegesis, melainkan perlu dipahami sebagai yang melampaui pertentangan tersebut. Meskipun pendekatan ini memulai lingkaran hermeneutiknya dari konteks ke teks, bukan berarti tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pra-paham sebelum membaca teks diangkat dengan terang untuk dapat dipercakapkan dengan intensi teks yang dibaca. Dalam proses mendialogkan konteks dengan teks Alkitab tersebutlah “makna” dibentuk. Hubungan antara teks dan konteks tidak dipahami sebagai gerakan satu arah yang linear, melainkan sebagai lingkaran yang saling terhubung.

Page 1 of 1 | Total Record : 5