cover
Contact Name
Johanes Hasugian
Contact Email
johaneswhasugian@gmail.com
Phone
+6285265222617
Journal Mail Official
johaneswhasugian@gmail.com
Editorial Address
johaneswhasugian@gmail.com
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : 27216020     EISSN : 2721432X     DOI : 10.46305
Core Subject : Religion, Education,
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan agama Kristen, dengan nomor ISSN: 2721-432X (online), ISSN: 2721-6020 (print), yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara, Medan. Focus dan Scope penelitian IMMANUEL adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Praktika Pendidikan Agama Kristen IMMANUEL menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari segala institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review. IMMANUEL terbit dua kali dalam satu tahun, April dan Oktober
Articles 60 Documents
Integritas dalam Peribadatan Menurut Amos 4:4-5 Maria Evvy Yanti
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 1 (2020): APRIL 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i1.8

Abstract

Because of its nature Amos 4:4-5 as a part of 4:1-13 has been interpreted in many ways. Often it is linked to the holy places with sins of people. This kind of interpretation is problematic. First, while emphasizing the essence of worship in Amos 4:4-5, it has different situation. Second, this text contains many ideas, content and compilation. It shows a reading of Amos 4:4-5 in social historical as a setting. It also considers theological consequences of such a reading. The result of this research show the essence of worship in Amos 4:4-5 to develop the people characters and faith to God in developing their meaning life.  AbstrakTeks Amos 4:4-5 sebagai bagian dari Amos 4:1-13 menimbulkan beberapa penafsiran.Dari beberapa penafsiran terdapat kecenderungan untuk mengaitkannya dengan tindakan kejahatandi tempat-tempat ibadah. Penafsiran ini problematis. Pertama, dengan menekankan pada esensiibadah dalam Amos 4:4-5 dalam situasi teks yang berbeda. Kedua, teks-teks ini terdiri dari beberapaide, isi dan penggabungan-penggabungan. Tulisan ini memperlihatkan sebuah pembacaan teks Amos4:4-5 dalam setting sejarah social. Juga mempertimbangkan konsekuensi teologisnya. Hasil daripenelitian menekankan bahwa pemaknaan ibadah merupakan pembentukan karakter dan keimanankepada Allah untuk mengembangkan kehidupan yang bermakna.
Menanamkan Nilai Kesabaran di dalam Keluarga pada Masa Pandemi Covid-19 Ernida Marbun
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.22

Abstract

This article describes strategies to instill the value of patience in families during the Covid-19 Pandemic. This is very necessary because during the Covid-19 pandemic there was a problem of impatience between family members. The strategy of cultivating the value of patience is of course carried out with a Christian religious education approach in the family, meaning that the values of patience are taught by parents to their children. This article describes a problem-solving strategy based on John 15: 1-10, imitating Jesus' teaching to the disciples to be patient with the problems they will face in the future. The goal is that family members during the Covid-19 pandemic will continue to live patiently in Christ. The method used in this research is a qualitative method with a descriptive approach.AbstrakArtikel ini menjelaskan tentang strategi menanamkan nilai kesabaran dalam keluarga di masa pandemi Covid-19.  Hal ini sangat diperlukan karena pada masa pandemi covid-19 ini di dalam keluarga terjadi masalah ketidaksabaran antara anggota keluarga. Strategi penanaman nilai kesabaran tersebut tentunya dilakukan dengan pendekatan pendidikan agama Kristen di dalam keluarga artinya nilai-nilai kesabaran tersebut diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Artikel ini memaparkan strategi pemecahan masalah berdasarkan Yohanes 15:1-10, meneladani pengajaran Yesus kepada murid-murid supaya sabar menghadapi persoalan yang akan mereka hadapi kedepan.  Tujuannya supaya anggota keluarga dalam masa pandemi Covid-19 ini tetap tinggal dengan sabar di dalam Kristus. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan mendeskripsikan hasilnya. 
Dapatkah Perempuan Menjadi Pendeta? Tafsiran terhadap 1 Korintus 14:34-35 dan 1 Timotius 2:9-15 Noel Surbakti; Sary Haloho
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i2.14

Abstract

For a long time, the role of women was restricted and even prohibited from being involved in church ministry. Even more specifically, there are still views that prohibit or reject the role of women as pastors in the church. Some have used the text of 1 Corinthians 14:34-35 and 1 Timothy 2:9-15 as a biblical foundation to strengthening this views. However, the I see that these two texts can’t be used as a biblical foundation to prohibiting or rejecting the role of women as pastors in the church. Therefore, I will reinterpret these two texts by paying attention to the context of the text and its literary elements. This is necessary to find the true meaning what Paul told in both of texts. Based on this interpretation, it will found that Paul did not prohibit the involvement of women in church in every place and time. Paul's words in the text were responded to the problems faced by the church in each text and cannot be applied absolutely in every place and time.AbstrakSejak lama peranan perempuan dibatasi bahkan dilarang terlibat dalam pelayanan di gereja. Bahkan lebih spesifik, masih ada pandangan yang melarang atau menolak peranan perempuan sebagai pendeta di gereja. Beberapa orang menggunakan teks 1 Korintus 14:34-35 dan 1 Timotius 2:9-15 sebagai dasar alkitabiah untuk memperkuat pandangan tersebut. Namun penulis melihat bahwa kedua teks tersebut sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai dasar alkitabiah untuk melarang atau menolak peranan perempuan sebagai pendeta di dalam gereja. Oleh karena itu, penulis akan menafsirkan kembali kedua teks tersebut dengan memerhatikan konteks teks dan unsur literernya. Hal ini diperlukan untuk menemukan makna sesungguhnya yang hendak disampaikan Paulus dalam kedua teks tersebut. Berdasarkan tafsiran tersebut ditemukan bahwa Paulus sama sekali tidak melarang keterlibatan perempuan dalam pelayanan di gereja dalam setiap tempat dan waktu. Perkataan Paulus dalam teks tersebut sesungguhnya sedang merespons persoalan jemaat yang dihadapi pada masing-masing teks dan tidak dapat diberlakukan secara mutlak dalam setiap tempat dan waktu.
Kajian Biblika, Sistematika dan Misi tentang Pentingnya Doa bagi Gereja Nepho Gerson Laoly
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 1 (2020): APRIL 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i1.7

Abstract

The church is God's representative on this earth. For this reason, an appropriate teaching for the church is needed. Prayer is a church activity that must be done. How prayer can continue in the church. Is prayer a part of church. What is the benefit of prayer. What is the degree of prayer for the Christian life. How God has promised help, then that promise is kept through prayer. Let prayer be an act that will continue in the midst of God's people until the end of time.Abstrak Gereja merupakan wakil Allah di bumi ini. Untuk itu diperlukan suatu pengajaran yang tepat bagi gereja. Doa merupakan suatu aktivitas gereja yang harus dilakukan. Bagaimana doa dapat terus berlanjut dalam gereja. Apakah doa merupakan bagian dari bergereja. Apakah manfaat doa. Bagaimana derajat doa bagi kehidupan Kristen. Bagaimana Allah telah menjanjikan pertolongan, maka janji itu ditepati melalui doa. Biarlah doa menjadi perbuatan yang akan terus berlanjut di tengah-tengah umat Tuhan sampai akhir zaman.
Eksposisi Kata dan Frasa Pelayanan Sosial Politik Nabi Samuel di Masa Pemerintahan Transisi Yonathan Mujianto
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.23

Abstract

The phrase that "Samuel ruled as judge over the Israelites all his life" indicates that the spiritual and governmental responsibilities did not cease until he died. The atmosphere of socio-political service is described even more strikingly and impressively when the monarchy reigned under the reign of the first king in Israel under the reign of King Saul. Socio-political service does not stop even though he is no longer the leader of the Israeli people, namely as a judge, but he still interacts with socio-political issues in addition to the spiritual and social problems of his nation. This fact of Samuel's ministry shows the need for a realistic understanding in today's society that the leadership of God's people in this matter can also be the leadership of God's church so as not to refuse at all or be hesitant to take part in ministry in socio-political life. In this paper the author only examines the exposition of words and phrases, namely trying to understand the knowledge or understanding of the biblical texts which are clearly closely related to the socio-political ministry of the Prophet Samuel so that this knowledge can be appropriated so that God's people can apply them in socio-political life. present time. The research method used in this paper is descriptive method. The use of this descriptive method is used to get a clear picture of the exposition texts, whether they are phrases / phrases or words that intersect with the experience and ministry of the prophet Samuel in the socio-political field during the transition period from the rule of judges to the monarchy of Israel. The themes of the descriptive study and discussion are formed from the exposition of the phrases and words in the socio-political field of the ministry and experience of the prophet Samuel.AbstrakFrasa bahwa “Samuel memerintah sebagai hakim atas orang Israel seumur hidupnya” mengindikasikan bahwa tanggungjawab spiritualitas dan pemerintahan tidak terhenti sampai dia meninggal. Suasana pelayanan sosial-politik justru terdeskripsikan dengan lebih mencolok dan mengesankan ketika pemerintahan monarkhi di bawah pemerintahan raja pertama di Israel di bawah pemerintahan raja Saul. Pelayanan sosial-politik tidak berhenti meskipun bukan lagi menjadi pemimpin umat Israel, yaitu sebagai hakim tetapi dia tetap berinteraksi dengan masalah-masalah sosial-politik di samping masalah spiritual dan sosial bangsanya. Fakta pelayanan Samuel ini menunjukkan perlunya pemahaman secara realistis dalam kehidupan bermasyarakat pada masa kini bahwa pimpinan umat Tuhan dalam hal ini bisa juga pimpinan gereja Tuhan agar tidak menolak sama sekali atau gamang untuk mengambil bagian pelayanan dalam kehidupan sosial-politik. Dalam tulisan ini penulis hanya mengkaji secara eksposisi atas kata dan frasa yaitu berusaha memahami pengetahuan atau pemahaman dari teks-teks Alkitab yang jelas erat berkaitan dengan pelayanan sosial-politik Nabi Samuel agar kemudian pengetahuan tersebut dapat diapropriasikan agar dapat diaplikasikan umat Tuhan dalam kehidupan sosial-politik masa kini. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif.  Penggunaan metode deskriptif ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas atas teks-teks eksposisi baik itu frasa/ungkapan atau kata yang bersinggungan dengan pengalaman dan pelayanan nabi Samuel dalam bidang sosial-politik di masa-masa transisi dari pemerintahan para hakim menjadi pemerintahan monarkhi Israel.  Tema-tema kajian dan pembahasan yang deskriptif tersebut terbentuk dari eksposisi atas frasa dan kata bidang sosial-politik dari pelayanan dan pengalaman nabi Samuel.
Penggunaan Media Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Masa Pandemi Covid-19 Hermanto Sihotang
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i2.16

Abstract

Christian religious education has a strategic role in the inheritance of the values of Christian life and faith as taught by the Bible, the Word of God, which can take place in families, churches and schools. The complaint that is often heard from the school and teachers is the lack of interest in learning PAK by students, which can be caused by traditional learning strategies such as the use of one-way and monotonous lecture methods. In order to overcome this the teacher must implement a variety of learning strategies, including those that allow the use of information technology media in it. In addition, the covid-19 phenomenon is a new challenge, especially in the world of education - learning that cannot be done face-to-face. Therefore, teachers as educators in schools must optimize their insights and skills in information technology to be able to answer the challenges in question. Parents who are responsible for their children's education should create a good climate at home and facilitate children's learning facilities. Children as students are obliged to optimize gadgets as a source of learning, and develop skills in the field of information technology (computers, internet) as a means of learning during the Covid-19 pandemic. In this paper, descriptive qualitative methods or library research are used to obtain and analyze data regarding the use of information technology in the learning process of Christian religious education during the pandemic. The findings obtained are that the use of information technology in Christian religious education has basically become a demand for Christian religious education teachers, especially in the era of disruption. During the Covid-19 pandemic, these demands were far different, and made Christian religious education teachers even more motivated and inevitably had to adjust to online learning, master and apply this educational technology so that in the end it resulted in learning Christian religious education in schoolsAbstrakPendidikan agama Kristen memiliki peran yang strategis dalam pewarisan nilai-nilai hidup dan iman kristiani sebagaimana yang diajarkan Alkitab, Firman Allah, yang dapat berlangsung di keluarga, gereja dan sekolah. Keluhan yang sering terdengar dari pihak sekolah dan guru adalah kurangnya minat belajar PAK oleh peserta didik, yang hal ini bisa disebabkan oleh karena strategi pembelajaran yang tradisional seperti penggunaan metode ceramah yang bersifat satu arah dan monoton. Maka untuk mengatasi hal tersebut guru harus menerapkan strategi pembelajaran yang variatif termasuk yang memungkinkan penggunaan media teknologi informasi di dalamnya. Disamping itu, fenomena covid-19 menjadi tantangan baru, khususnya dalam dunia pendidikan - pembelajaran yang tidak bisa dilakukan dengan tatap muka. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik di sekolah harus mengoptimalkan wawasan dan keterampilannya dalam hal teknologi informasi untuk dapat menjawab tantangan yang dimaksud. Orangtua sebagai penanggungjawab pendidikan anaknya hendaknya menciptakan iklim yang baik di rumah dan memfasilitasi sarana belajar anak. Anak sebagai peserta didik berkewajiban mengoptimalkan gadget sebagai sumber belajar, dan pengembangan keterampilan di bidang teknologi informasi (komputer, internet) sebagai sarana belajar pada masa pandemi covid-19. Dalam tulisan ini digunakan metode kualitatif deskriptif atau studi pustaka (library research) untuk memperoleh dan menganalisis data berkenaan dengan penggunaan teknologi informasi dalam proses pembelajaran pendidikan agama Kristen di masa pandemi. Hasil temuan yang diperoleh adalah bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam pendidikan agama Kristen pada dasarnya sudah menjadi tuntutan bagi guru-guru pendidikan agama Kristen, khususnya di era disrupsi. Di masa pandemi covid-19 tuntutan tersebut jauh berbeda, dan membuat guru-guru pendidikan agama Kristen semakin terpacu dan mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan pembelajaran daring, menguasai dan menerapkan teknologi pendidikan tersebut sehingga pada akhirnya memberhasilkan belajar pendidikan agama Kristen di sekolah.
Iman Orang Percaya dalam Menghadapi Tantangan dan Pergumulan Hidup Yanti Imariani Gea
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 1 (2020): APRIL 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i1.4

Abstract

Faith is an attitude of heart and obedience that is full of confidence in God's Word in any situation and condition. This paper focuses on the faith of believers when facing life's challenges and struggles, both internal and external. And how they face calmly, relying on God so that in the end he will rise from the challenges and struggles and will experience victory with God. Therefore, if every believer has true faith, the believer will live and live his days without fear, worry, anxiety, in facing various challenges and struggles in life. This paper is described based on the facts that exist and use the Bible and other literature relating to the problem as a source of writing.Abstrak Iman adalah sikap hati dan ketaatan yang penuh keyakinan kepada Firman Allah dalam situasi dan kondisi apapun. Tulisan ini fokus kepada iman orang percaya saat menghadapi tantangan dan pergumulan hidup, baik bersifat internal maupun bersifat eksternal. Dan bagaimana mereka menghadapi dengan tenang, mengandalkan Tuhan sehingga pada akhirnya akan bangkit dari tantangan dan pergumulan tersebut dan akan mengalami kemenangan bersama Tuhan. Oleh karena itu, apabila setiap orang percaya memiliki iman yang sungguh sungguh, maka orang percaya akan hidup dan menjalani hari-hari dengan tidak takut, kuatir, cemas, dalam menghadapi berbagai tantangan dan pergumulan hidup. Tulisan ini diuraikan berdasarkan kenyataan yang ada dan menggunakan Alkitab serta literatur lain yang berkaitan dengan permasalahan sebagai sumber penulisan.
Kontribusi Teologi Kepemilikan dan Fungsi Kekayaan Menurut Lukas bagi Upaya Pengentasan Kemiskinan di Indonesia Vasika Hananti
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.25

Abstract

The problem of poverty in Indonesia is still unresolved to date. Related to the problem of poverty, ideas emerge in an effort to alleviate poverty that focuses on empowerment, entrepreneurship and deacons. These three ideas of thought can lead to dangers, including: empowerment and entrepreneurship can trigger the spirit of capitalism which can lead to greed and high egocentrism. Whereas deacons can make people keep silent without the effort to move out of poverty. So that the three concepts of poverty alleviation do not fall into this danger, it is necessary to provide a basis for thinking about the theology of ownership and the function of wealth. One of the books that could provide a prospect for rationale is the book of Luke. The book of Luke leaves ample room for discussion of the theology of property and function of wealth. In this paper, the author uses a qualitative approach with a descriptive analysis method. The result of this research is that the book of Luke contributes thoughts about the theology of ownership and the function of wealth. His contribution is that in Luke's writings there is a systemic pattern that was born from the theology of property and function of wealth. This systemic pattern can contribute to the idea that the church can create a poverty alleviation system that not only works on an individualistic level, but also has a communal dimension that involves poor and rich people in order to create a community without social disparities.AbstrakPersoalan kemiskinan di Indonesia masih belum terselesaikan hingga saat ini. Terkait masalah kemiskinan ini muncul gagasan pemikiran dalam upaya mengentaskan kemiskinan yang berfokus pada pemberdayaan, kewirausahaan dan diakonia. Ketiga gagasan pemikiran ini dapat mengarah pada bahaya, diantaranya: pemberdayaan dan kewirausahaan dapat memicu semangat kapitalisme yang dapat menimbulkan keserakahan dan egosentrisme yang tinggi. Sedangkan diakonia dapat membuat orang untuk berdiam diri tanpa daya upaya untuk beranjak dari kemiskinannya. Agar ketiga konsep pengentasan kemiskinan itu tidak jatuh pada bahaya tersebut, maka perlu memberikan landasan pemikiran tentang teologi kepemilikan dan fungsi kekayaan. Salah satu kitab yang dapat memberikan prospek landasan pemikiran adalah kitab Lukas. Kitab Lukas memberi ruang yang besar untuk membicarakan tentang teologi kepemilikan dan fungsi kekayaan. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian ini adalah kitab Lukas memberikan kontribusi pemikiran tentang teologi kepemilikan dan fungsi kekayaan. Kontribusinya adalah dalam tulisan Lukas terdapat adanya suatu pola sistemik yang dilahirkan dari teologi kepemilikan dan fungsi kekayaan. Pola yang sistemik tersebut dapat menyumbangkan pemikiran agar gereja dapat membuat suatu sistem pengentasan kemiskinan yang tidak hanya bekerja pada aras individualistik, melainkan juga memiliki dimensi komunal yang melibatkan orang-orang miskin dan kaya untuk dapat menciptakan komunitas yang tanpa kesenjangan sosial. 
Desain Bahan Pembinaan Suami-Istri Kristen untuk Ketahanan Keluarga Warga Gereja Herdiana Sihombing; Elisamark Sitopu; Herowati Sitorus; Roy Charly HP Sipahutar; Bintahan M. Harianja
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i2.17

Abstract

The high divorce rate in Indonesia, including among Christian families, has in recent years been a struggle together. Divorce itself is the mouth of a variety of pressures faced by Christian families that are not properly resolved. Not a few Christian families have a vulnerable resilience due to their inability to manage conflicts that occur. On the other hand, the Church must recognize that it has an ethical and theological responsibility to maintain the resilience of the family members of its congregation. However, the fact is that most churches do not have a programmed mission to nurture husband and wife members of their congregations in order to maintain family resilience. In fact, many churches do not have documented teaching material for cultivating Christian families. This article is a summary of development research that seeks to create a design for Christian husband and wife formation materials that can later be used by church leaders for the survival of the family of church members. The research method used is Research and Development (R D), which is used to produce certain products, and test their effectiveness. In this research, the design of Christian husband and wife guidance materials for the family resilience of church members is produced.AbstrakTingginya angka perceraian di Indonesia, tidak terkecuali di kalangan keluarga Kristen, dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi pergumulan bersama. Perceraian sendiri merupakan muara dari beragam tekanan yang dihadapi oleh keluarga Kristen yang tidak terselesaikan dengan baik. Tidak sedikit keluarga Kristen yang memiliki ketahanan yang rentan akibat ketidakmampuan dalam mengelola konflik yang terjadi. Di lain pihak, Gereja harus menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab etis dan teologis untuk menjaga ketahanan keluarga anggota jemaatnya. Tetapi faktanya sebagian besar gereja tidak memiliki misi yang terprogram untuk membina suami-istri warga jemaatnya demi menjaga ketahanan keluarga. Bahkan banyak gereja tidak memiliki bahan pengajaran yang terdokumentasi untuk membina keluarga Kristen. Artikel ini merupakan rangkuman dari penelitian pengembangan yang berupaya menciptakan suatu desain bahan pembinaan suami-istri Kristen yang nantinya dapat dipakai oleh pimpinan-pimpinan gereja untuk ketahanan keluarga warga gereja. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R D), yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifanya. Pada penelitian ini dihasilkan desain bahan pembinaan suami-istri Kristen untuk ketahanan keluarga warga gereja.
Pengembangan Watak Kristen melalui Pengampunan Jundo Parasian Siregar
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 1 (2020): APRIL 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v1i1.5

Abstract

The character of forgiveness is the struggle of the lives of believers who must always be present in every believer's life. Forgiveness is the essence of the faithful, where forgiveness shows that Christians have truly felt and are grateful for the forgiveness given by God. True forgiveness changes the lives of believers and impacts themselves and others. This paper describes forgiveness as a basis or reference for believers in the development of life character.AbstrakKarakter pengampunan merupakan pergumulan hidup orang beriman yang senantiasa harus ada dalam setiap kehidupan orang percaya. Mengampuni adalah hakikat orang beriman, dimana pengampunan menunjukkan bahwa orang Kristen sudah benar-benar merasakan dan mensyukuri pengampunan yang diberikan oleh Allah. Pengampunan yang sejati mengubahkan kehidupan orang percaya dan memberi dampak bagi diri sendiri dan orang lain. Tulisan ini menguraikan pengampunan sebagai dasar atau acuan orang percaya dalam pengembangan watak atau karakter hidup.