cover
Contact Name
Brury Eko Saputra
Contact Email
brury@sttaletheia.ac.id
Phone
+62341-426617
Journal Mail Official
brury@sttaletheia.ac.id
Editorial Address
Jl. Argopuro No.28-34, Lawang, Kec. Lawang, Malang, Jawa Timur 65211
Location
Kab. malang,
Jawa timur
INDONESIA
Sola Gratia: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika
ISSN : 27232786     EISSN : 27232794     DOI : https://doi.org/10.47596/sg.v1i2
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi di bidang Teologi Biblika dan Praktika. Focus dan Scope penelitian SOLA GRATIA adalah: 1. Teologi Biblikal 2. Teologi Pastoral 3. Teologi Kontemporer
Articles 129 Documents
DARE TO BE THE BEST SERVANT SEBUAH REFLEKSI SURAT ROMA 12:1 AGUNG GUNAWAN
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 1, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v1i2.8

Abstract

Melayani Allah merupakan tugas dan panggilan bagi setiap orang percaya. Melayani Allah merupakan respon syukur atas kemurahan Allah yang telah dinyatakan dalam diri Yesus Kristus yang lahir, mati dan bangkit bagi orang pecaya. Kemurahan Allah di dalam Yesus Kristus membawa keselamatan dan pengharapan yang kekal bagi setiap orang yang percaya. Kemurahan Allah adalah Injil yang adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan bagi manusia yang berdosa. Manusia yang berdosa dilepaskan dari belenggu dan hukuman dosa oleh Injil kekuatan Allah di dalam Yesus Kristus. Setiap orang yang telah menikmati dan merasakan kemurahan Allah harus mempersembahkan dirinya untuk melayani Allah.   Melayani Allah adalah tugas yang mulia bagi setiap orang percaya. Oleh sebab itu melayani Allah tidak bisa dilakukan dengan sembarangan dan asal-asalan. Melayani Allah harus berkenan kepada Allah. Melayani Allah harus yang terbaik. Pelayan Allah yang terbaik harus melayani Allah dengan penuh totalitas, vitalitadan integritas. Dengan memiliki unsur-unsur diatas, maka pelayanan seseorang akan diberkati Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang. Ketika seseorang melayani Allah tanpa memiliki unsur-unsur diatas, maka pelayanannya akan hampa dan tidak memiliki kuasa.  Dengan demikian pelayanannya tidak berkenan kepada Allah dan bukan merupakan ibadah yang sejati kepada Allah.    Kata Kunci: Injil kekuatan Allah, pelayan Allah yang terbaik, totalitas, vitalitas, integritas.    
HOSPITALITAS : SUATU KEBAJIKAN YANG TERLUPAKAN DI TENGAH MARAKNYA AKSI HOSTILITAS ATAS NAMA AGAMA MARIANI FEBRIANA
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 6, No 1 (2018): MARET 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v6i1.68

Abstract

Abstraksi: Hospitalitas pernah menjadi nilai yang penting dalam kehidupan Kristen. Namun, hospitalitas telah menjadi nilai yang terlupakan dalam dunia masa kini. Padahal, praktek panjang hospitalitas Kristen dalam tradisi Kristen telah membentuk misi gereja. Praktek panjang tersebut telah membuktikan kepada kita betapa pentingnya sikap hospitalitas bagi orang Kristen di tengah pergumulannya untuk hidup Bersama di tengah masyarakat yang plural. Hospitalitas menawarkan jalan masuk baru untuk hidup bersama dalam pergumulan perbedaan etnis, pendidikan dan latarbelakang sosial, agama, isu gender, orientasi politik dan lain sebagainya. Hospitalitas adalah sebuah praktek yang mendesak bagi masyarakat masa kini karena hospitalitas tidak hanya menyediakan kebutuhan bagi yang membutuhkan, tetapi juga menciptakan ruang dan waktu bagi orang lain. Hospitalitas sangat berhubungan dengan hati karena hospitalitas mendorong relasi dari seorang tamu menjadi tuan rumah dan permusuhan menjadi persahabatan.   Oleh karena hospitalitas membuka pintu untuk hidup bersama dalam konteks masyarakat yang telah tercemar oleh kekerasan, kekasaran, kecurigaan terhadap orang lain atas nama perbedaan, maka hospitalitas bukanlah toleransi. Hospitalitas lebih dari sekadar toleransi karena hospitalitas menawarkan ruang untuk melampaui batas perbedaan dan berusaha untuk belajar satu sama lain, serta mengenali otentisitas satu sama lain.Toleransi menyuratkan tindakan yang pasif dan defensif. Toleransi tidak dapat berdiri sendiri untuk membangun sebuah masyarakat yang baik. Masyarat yang baik perlu nilai yang lebih besar karena toleransi adalah syarat minimum untuk mencapai suatu masyarakat yang baik. Hospitalitas adalah nilai kunci tersebut karena menciptakan ruang penerimaan, saling menghormati, dan pengenalan serta perayaan untuk hidup bersama dalam perbedaan. Oleh karena itu, daripada toleransi, hospitalitas adalah nilai yang utama untuk mewujudkan suatu masyarakat yang baik.   Gereja, sebagai penerima hospitalitas Allah, seharusnya berjalan di depan sebagai promotor tentang bagaimana masyarakat dapat hidup bersama. Sebagai tampilan atas karya Allah, Gereja dari dalam dirinya membangun model masyarakat seperti ini, yang tampak pertama-tama dalam ibadah secara komunal maupun pribadi, pelayanan sosial dan usaha keras dalam mewujudkan perdamaian. Dengan cara yang sama, institusi Kristen juga seharusnya bekerja dengan keras ke arah visi ini dengan maksud untuk menunjukkan betapa dalamnya Kerajaan Allah yang penuh damai.  Kata Kunci: Hospitalitas, kerapuhan, tamu, tuan rumah, orang asing, musuh, toleransi, dan perbedaan.
LAJANG DALAM GEREJA DAN PELAYANAN MARIANI FEBRIANA LERE DAWA
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 3, No 1 (2015): MARET 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v3i1.35

Abstract

Berbagai macam stereotip dan stigma yang diberikan kepada para lajang dalam kehidupan sehari-sehari. Tidak tertutup kemungkinan penilaian itu juga terjadi di dalam gereja Tuhan. Beranjak dari pemikiran Yesus dan Paulus, maka melajang atau menikah bukanlah suatu persoalan utamanya. Melainkan persoalan penting hari ini adalah apakah  dalam budaya yang berorientasi kepada keluarga hari ini, para lajang mendapatkan penghargaan dan penerimaan yang berimbang dari gereja terhadap diri mereka. Penerimaan berimbang di sini diperhadapkan dengan komparasi cara gereja bersikap terhadap mereka yang sudah menikah dan kepada para lajang di dalam pelayanan dalam suatu kategori tertentu yang menampakkan suatu pembedaan yang signifikan.    Sikap pembedaan ini tidak boleh tumbuh subur dalam gereja, karena Kitab Suci membuka kesempatan bagi kedua itu ada dalam gereja, khususnya dalam melayani Allah. Karena itu, harus ada suatu perubahan paradigma cara berpikir gereja terhadap para lajang untuk menuju kepada suatu komunitas gereja yang transformatif. Perayaan gereja dalam pelayanannya diletakkan kepada identitas mereka dalam Kristus dan bukan karena status melajang atau menikah atau apapun yang gereja hendak  kenakan pada dirinya.   Lajang dalam pelayanan gereja adalah suatu karunia dalam hidup gereja dan karena itu gereja harus mendukung dan mendorong mereka untuk melakukan suatu karya pelayanan yang lebih besar, agar pertumbuhan dari tubuh Kristus mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah.   Kata kunci:  Lajang, Menikah, Pelayanan, Kultur Masyarakat, Sikap Gereja.
REFORMASI DAN PENDIDIKAN KRISTEN : MENELUSURI WARISAN REFORMASI DALAM PENDIDIKAN KRISTEN ALFIUS ARENG MUTAK
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 5, No 2 (2017): SEPTEMBER 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v5i2.59

Abstract

Abstraksi: Tujuan utama dari tulisan ini ialah untuk melihat relasi antara peringatan 500 tahun reformasi dengan pendidikan Kristen. Reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther dengan menempelkan sembilan puluh lima dalil di pintu gereja di kota Wittenberg, Jerman sebagai protesnya terhadap teologi dan pengajaran gereja pada 31 Oktober 1715 telah memberikan dampak yang sangat besar dalam pendidikan Kristen.  Dampak-dampak itu dapat dilihat dari banyak kontribusi yang diberikan oleh gerakan reformasi bagi dunia pendidikan di seluruh dunia. Hal itu dapat dilihat dari munculnya tokoh-tokoh penting yang berjuang bagi pendidikan baik di Eropa, Amerika, dan Indonesia. Kenyataan ini tentu tidak mengherankan karena sejak semula perjuangan yang dilakukan oleh Martin Luther dan kawan-kawan adalah berjuang selain bagi iman dan teologi, ia juga berjuang dalam bidang pendidikan. Hal yang sama dilakukan oleh John Calvin yang dibuktikan dengan didirikannya Jenewa Academy sebagai tempat belajar.  Bukan hanya itu, beberapa pakar pendidikan seperti Yohanes Amos Comenius, Johann H. Pestalozzi, dan Robert Raikes telah memberikan kontribusi yang besar bagi pendidikan di Eropa. Hal yang sama juga terjadi di Amerika tiga tokoh gereja Reformed seperti Louis Berkhof, Cornelius Van Till, dan Nicholas P. Wolterstorff. Karena gereja-gereja garis utama di Indonesia berasal dari Calvinis, maka tidak bisa ditampik bahwa gerakan reformasi telah memberikan kontribusi yang besar bagi pendidikan Kristen di Indonesia.  Kata-kata Kunci: Pendidikan Kristen, Reformasi, Calvinisme
PIETAS DAN CARITAS : PELAYANAN DIAKONIA SEBAGAI SUATU IMPLEMENTASI KEPEDULIAN SOSIAL GEREJA UNTUK MENOLONG MERETAS ANGKA KEMISKINAN DI INDONESIA MARIANI FEBRIANA
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 2, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v2i2.26

Abstract

Meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia hari ini menjadi suatu tamparan keras bukan hanya bagi pemerintah, melainkan juga bagi gereja. Meskipun harus diakui bahwa penyebab dari kemiskinan ini disebabkan dari beberapa faktor dan diantaranya adalah faktor alam, namun tidak bisa tidak ada hal-hal yang justru disebabkan oleh faktor manusia. Usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk meretas persoalan ini, namun betapapun usaha besar yang sudah dilakukan oleh pemerintah, namun tetap tidak bisa tidak  tanggung jawab semua unsur komponen bangsa untuk bekerjasama dengan pemerintah tidak bisa dilepaskan dalam mengatasi persoalan ini dan justru diantara komponen bangsa itu adalah orang percaya.   Komitmen orang percaya untuk melibatkan diri dalam usaha membangun kemanusiaan sebenarnya bukanlah suatu usaha yang baru. Dalam perjalanan Sejarah, Gereja sudah membutkikan dengan setia untuk mengkomitkan dirinya kepada tugas panggilan ini. Teologi gereja yang bertitik tolak dari Kitab Suci sudah memberikan arahan kepada gereja, bagaimana seharusnya gereja menyatakan kehadirannya dalam kehidupan. Pietas dan caritas merupakan jantung penting dalam mewujudkan kehadiran dan peran aksi gereja dalam kehidupan. Pietas dan caritas bukanlah suatu slogan kosong dalam hidup gereja, namun disitulah gereja membuktikan kepada dunia tentang kehadiran dan panggilan dirinya.   Pietas dan caritas adalah suatu kenyataan hidup beribadah yang dibawa dalam realita sosial. Ibadah orang percaya kepada  Allah nyata dalam tindakan konkretnya kepada sesama. Tindakan konkret ini bukan hanya sekedar pelayanan kasih yang ekslusif dalam jemaat, melainkan suatu pelayanan gereja yang inkslusif yang diwujudkan dalam tindakan-tindakan keadilan, khususnya menolong orang miskin yang ada disekitarnya. Tindakan pelayanan keadilan itu dapat berupa tindakan preventif, kuratif, reformatif ataupun transformatif. Pelayanan ini adalah panggilan Allah kepada gereja untuk membangun perdamaian dan persaudaraan dengan sesama manusia, mewujudkan keadilan sosial dan perwujudan Kerajaan Allah, serta suatu upaya membangun kemanusiaan dan kesejahteraan bagi semua.  Kata Kunci: Pietas, caritas, diakonia, leitourgia, keadilan, kuratif, preventif, transformatif, panggilan Allah, persaudaraan sejati dan kesejahteraan bagi sesama
PENDAMPINGAN PASTORAL BAGI ORANG-ORANG SULIT DALAM GEREJA Agung Gunawan
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v1i2.131

Abstract

Abstrak:Keberadaan orang-orang sulit dalam gereja sangat mengganggu kehidupan bergereja khususnya bagi para gembala-gembala jemaat. Banyak gembala-gembala jemaat gereja mengalami kesulitan dalam menghadapi orang-orang yang sulit yang ada disekitar pelayanan mereka. Akibatnya banyak gembala jemaat yang mengalami frustrasi karena tidak tahu bagaimana menghadapi orang-orang seperti itu. Pribadi-pribadi yang sulit dalam gereja membutuhkan pelayanan pendampingan pastoral yang tepat guna agar mereka dapat diubah dari pribadi-pribadi yang sulit menjadi pribadi-pribadi yang mendukung pelayanan gembala jemaat. Ada prinsip-prinsip penting yang perlu dimengerti, dipahami dan dapat digunakan oleh para gembala dalam melakukan pelayanan pendampingan pastoral bagi orang-orangyang sulit dalam gereja. Prinsip-prinsip pelayanan pendampingan pastoral sangat relevan dan efektif untuk menolong orang-orang yang sulit agar mengalami pemulihan sehingga mereka tidak lagi menjadi pribadi-pribadi yang sulit dalam gereja.
MEMBERIKAN YANG TERRBAIK BAGI TUHAN (MATIUS 6:9-13) KORNELIUS ARDIANTO SETIAWAN
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 1, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v1i2.13

Abstract

Artikel ini melihat dua teladan Matius di dalam memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Dua teladan itu dilihat melalui mengkaji jati diri Matius dan panggilan yang ia terima dari Yesus. Teladan pertama adalah Matius memberikan yang terbaik melalui kemampuan yang ia miliki. Teladan kedua adalah ia juga memberikan yang terbaik melalui ucapan syukur atas anugerah Allah di dalam hidupnya dan melalui membagikan kasih Yesus kepada banyak orang.  Kata kunci: Matius, teladan, panggilan, kemampuan
PANGGILAN MISI MARK ANDREW SIMON
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 2, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v2i1.83

Abstract

Menjadi seorang misionaris atau terlibat pelayanan misi tidak hanya bagi orang-orang atau kelompok tertentu yang merasa terpanggil secara khusus. Melalui survei pandangan Alkitab tentang panggilan pelayanan lintas budaya yang mencakupi Yunus, Petrus, Paulus dan Amanat Agung, dapat disimpulkan bahwa Allah memanggil semua orang percaya untuk terlibat dalam tujuan utama-Nya, yaitu keselamatan orang dari setiap suku, bangsa, kaum dan bahasa. Beberapa alasan yang sering muncul untuk menghindari pelayanan misi akan dianalisa secara kritis. Lalu, cara dan motivasi orang Kristen masa kini merasa terpanggil untuk melakukan pelayanan misi diuraikan, serta langkah-langkah praktis yang cocok bagi gereja dan individu agar mereka dapat meningkatkan keterlibatannya dalam pelayanan misi.  Kata kunci:  panggilan, misi, lintas-budaya, pekabaran injil, amanat agung, Paulus, lembaga misi
KEBUNTUAN RELASI ATAU LEGITIMASI KEKERASAN: JARINGAN INTERAKSI ANTARA PERILAKU KORUP AKHAN DAN POTENSI CORPORATE SIN DALAM YOSUA 7 Gumulya Djuharto
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 1, No 1 (2020): SOLA GRATIA
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v1i1.100

Abstract

The presence of elements of violence and vengeance in Joshua 7 has always intrigued scholars. This study first presents a brief survey of Joshua 7 based on the interpretations of scholars in making the text understandable, reliable and therefore applicable to the current contexts. After that, I propose the relation impasses as the key to understand the text that displayed the web interaction between the corrupt attitude of one person (i.e. Achan) and the potential of the corporate sin (i.e. Israel’s community). The analysis of the participant-reference shifts in Joshua 7 proved that potency.  And because of that serious threat, the coming judgment was an inevitable outcome to Achan and his family. Kehadiran elemen kekerasan dan pembalasan dendam dalam Yosua 7 selalu menarik perhatian para ahli. Pertama-tama, studi ini akan menampilkan survei singkat tentang Yosua 7 berdasarkan penafsiran-penafsiran para ahli untuk membuat teks ini dapat dimengerti dan dipercaya sehingga dapat diaplikasikan dalam konteks sekarang. Setelah itu, penulis mengusulkan kebuntuan relasi sebagai kunci untuk memahami teks yang menampilkan jaringan interaksi antara sikap korup seseorang (yaitu Akhan) dan potensi terjadinya dosa komunitas (yaitu komunitas Israel). Analisa perubahan-perubahan partisipan dan referensi di Yosua 7 membuktikan potensi dosa corporate sin tersebut. Oleh karena ancaman yang serius itu, penghakiman yang terjadi adalah akibat yang tidak dapat terelakkan lagi bagi Akhan dan keluarganya.
RESENSI BUKU : THE CHARISMATIC THEOLOGY OF ST. LUKE : TRAJECTORIES FROM THE OLD TESTAMENT TO LUKE-ACTS STEFANUS KRISTIANTO
SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol 4, No 1 (2016): MARET 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47596/solagratia.v4i1.50

Abstract

Gerakan Pentakosta merupakan sebuah gerakan yang, menurut konsensus para ahli sejarah gereja, lahir pada tahun 1901. Ini berarti gerakan ini kini baru berusia sekitar 105 tahun; sebuah usia yang relatif muda bila dibandingkan dengan saudara-saudara tua mereka (Katolik, Lutheran, Refomed, Mennonite, dan Wesleyan). Meski demikian, gerakan ini, dan juga turunannya yaitu gerakan Karismatik, telah memberikan dampak yang sensasional bagi kekristenan hari ini. Kedua gerakan ini telah menjadi salah satu daya tarik utama kekristenan di kala banyak orang mulai jemu dengan kelesuan dan kekakuan gereja-gereja arus utama.

Page 5 of 13 | Total Record : 129