cover
Contact Name
Angger Bimantara
Contact Email
anggerbimantara28@gmail.com
Phone
+6285859299642
Journal Mail Official
jurnal@stai-ali.ac.id
Editorial Address
Jl. Sidotopo Kidul 51, Surabaya, Jawa Timur Kode pos 60152
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa
ISSN : 20889593     EISSN : 27743748     DOI : https://doi.org/10.54214/alfawaid
Core Subject : Religion, Education,
Jurnal al-Fawa’id : Jurnal Agama dan Bahasa (P-ISSN: 2088-9593 dan E-ISSN: 2774-3748) adalah jurnal yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Ali bin Abi Thalib Surabaya. Sirkulasi penerbitan jurnal ini adalah 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu di bulan maret dan september. Artikel yang dimuat berupa penelitian-penelitian tentang Agama dan Bahasa. Adapun fokus dan cakupan dari jurnal ini adalah sebagai berikut: Aqidah Agama Islam Fiqih Agama Islam Sejarah Agama Islam Pendidikan Islam Dakwah Islam Pengajaran Bahasa Asing (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris) Sastra Bahasa Asing (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris) Sejarah Pendidikan Bahasa Asing (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris) Strategi Pengajaran Bahasa Asing (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris) Media Pengajaran Bahasa Asing (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris)
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 78 Documents
Taʿlīm al-Naḥw bi Kitāb al-Naḥw al-Wāḍiḥ fī al-Barnāmij al-ʾIḍāfiy li Taʿlīm al-Lughah al-ʿArabiyyah Tābiʿ li ʾIdhāʿah Ṣaut al-ʾĪmān Surabaya Nur Cholis Agus Santoso
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa Vol 9 No 1 (2019): Maret
Publisher : STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.918 KB) | DOI: 10.54214/alfawaid.Vol9.Iss1.35

Abstract

Nahwu merupakan salah satu cabang dari ilmu bahasa Arab, nahwu berfungsi untuk menjaga pembelajar atau penutur bahasa Arab dari kesalahan berbahasa yang biasa disebut dengan laḥn, penyusunan ilmu nahwu sendiri dilatar belakang adanya laḥn yang dilakukan oleh beberapa orang Arab, setelah itu berkembanglah ilmu nahwu baik dari sisi penyusunan buku hingga metode pengajarannya. Di antara buku yang dijadikan pedoman untuk pembelajaran ilmu nahwu di Indonesia adalah buku al-Naḥw al-Wāḍiḥ, buku ini di dalam penyususnannya menggunakan metode istiqrāiyyah dengan memaparkan contoh-contoh yang berkaitan dengan kaidah kemudian ditarik kesimpulan tentang kaidah yang dibahas, penelitian ini akan menerangkan penerapan pembelajaran kitab al-Naḥw al-Wāḍiḥ di Kursus Bahasa Arab Al-Iman cabang Babatan Surabaya data-data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan cara observasi, kemudian dianalisa dengan menggunakan metode reduksi data. Setelah penganalisaan ditemukan bahwa pembelajaran kitab al-Naḥw al-Wāḍiḥ di Kursus Bahasa Arab Al-Iman bertujuan untuk memberikan murid kemampuan membaca kitab Arab tanpa harakat, kemudian ada tiga metode yang digunakan yaitu: Istiqrāiyyah, Taḥlīl al-Jumlah dan metode al-ʾIʿrāb.
Metode Tafsir Prespektif al-Shawkāniy: (Studi Analisis Kitab Tafsir Fatḥ al-Qadīr) Oscar Wardhana Windro Saputro
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa Vol 9 No 1 (2019): Maret
Publisher : STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.571 KB) | DOI: 10.54214/alfawaid.Vol9.Iss1.36

Abstract

Allah subḥanah wa taʿalā telah mengabarkan bahwa Al-Qur’an terjaga dari segala kebatilan hingga saat ini dan seterusnya sesuai kehendak Allah, maka senantiasa dibutuhkan bantuan dan arahan dalam memahami Al-Qur’an. Di zaman Nabi ṣallallāh ʿalaih wa sallam beliaulah yang menjelaskan makna-makna Al-Qur’an kepada ummatnya, kemudian dilanjutkan oleh para sahabat raḍiyallāh ʿanhum sehingga orang-orang yang datng kemudian memiliki pemahaman seperti yang diajarkan Nabi ṣallallāh ʿalaih wa sallam. Demikian para ulama’ setalah mereka berpegang teguh dengan tafsir Nabi ṣallallāh ʿalaih wa sallam dan para sahabat beliau raḍiyallāh ʿanhum. Tafsir para ulama’ membantu kita dalam memahami Al-Qur’an agar tidak salah dalam memahami, terlbih lagi di zaman ini yang sudah sangat jauh dari zaman Nabi. Al-Imam Al-Shaukāniyy salah satu ulama’ Islam yang memiliki banyaj tulisan dalam berbagai bidang keilmuan. Diantara  karya beliau yang terkenal adalah kitab Fatḥu al-Qadīr yang mengumpulkan antara al-Riwāyah dan al-Dirārayah dari ilmu tafsir. kitab ini mempergunakan metode Taḥlīliyah   dan berusaha untuk menggabungkan antara dua jenis analisis al-Tafsīr bi al-Riwāyah dan al-Tafsīr bi al-Dirārayah. Analisis al-Tafsīr bi al-Riwāyah menurut al-Imām al-Shawkāny yaitu penafsiran dengan hadīth Nabi atau athar dari para sahabat, tābi’īn dan tābi’ al-tābīʿīn, yang semuanya itu sampai kepada kita dengan periwayatan sanad para perawi. Sedangkan yang dimaksud dengan al-Tafsīr bi al-Dirāyah atau al-tafsīr bi al-Ra’y yaitu penafsiran dengan akal dengan bantuan ilmu bahasa dan cabang-cabangnya seperti ʿilmu naḥwu, ʿilmu bayān, ilmu ma’āny dan yang lainnya, dan bukan dengan akal dan logika semata.
Fikih Pemahaman Tekstual dan Kontekstual Fadlan Fahamsyah
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa Vol 9 No 1 (2019): Maret
Publisher : STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.666 KB) | DOI: 10.54214/alfawaid.Vol9.Iss1.38

Abstract

Umat Islam telah bersepakat bahwa Quran dan Sunnah merupakan sumber hukum Islam yang harus dipegang teguh oleh pemeluknya. Quran sebagai wahyu dari Allah berisi pedoman-pedoman ʾilāhiyyah untuk membimbing umat manusia dalam berinteraksi dengan Tuhannya (Aqidah dan Ibadah), maupun dengan sesama manusia (akhlak dan muamalah) bahkan dalam berinteraksi dengan alam semesta, begitu juga dengan Hadis Nabi yang merupakan dokumentasi hidup Nabi Muhammad ṣallallāhu ʿalayhi wa sallam yang berisi perkataan, perbuatan, keputusan, sifat fisik maupun akhlak yang harus diteladani oleh umat Islam. Hadis datang dengan membawa misi sebagai penguat Quran, penjelas, dan pemerinci bagi hal-hal yang masih bersifat global di Quran. Meskipun Quran dan Sunnah telah disepakati sebagai sumber hukum Islam, akan tetapi masih ada perbedaan di kalangan umat Islam dalam pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan adanya pendekatan yang berbeda dalam menginterpretasikan keduanya. Dalam perkembangan pemahaman keislaman, terutama pada disiplin ilmu Fikih yang sangat luas, kaum muslimin berpolarisasi pada dua kutub besar, yakni tekstual dan kontekstual. Dari dua sudut pandang pemahaman yang berbeda inilah muncul perselisihan pendapat yang sangat tajam antara kaum tekstualis yang berorientasi pada bahasa atau ḥarfiyyah, dengan kaum kontekstualis yang melihat dalil dari segi siyāq (konteks) yaitu dengan melihat sisi sosial, sejarah dan budaya. Makalah ini mencoba untuk menjelaskan dua pemahaman tersebut, yakni pemahaman Fikih tekstual dan kontekstual.
Keimanan Antara Keamanan dan Ancaman (Studi kolerasi dalam Perspektif Al-Qur’ān dan Al-Hadīth): (Studi kolerasi dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadith) Muhammad Chusnul Yakin
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa Vol 9 No 1 (2019): Maret
Publisher : STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.034 KB) | DOI: 10.54214/alfawaid.Vol9.Iss1.39

Abstract

Keamanan adalah anugrah terbesar dari Allah kepada makhluk, karena hal itu merupakan sumber keseimbangan stabilitas, keamanan dan ketenteraman, bahkan merupakan salah satu tuntutan dasar yang tidak asing bagi seluruh tingkat individu, keluarga, regional dan internasional. Itulah sebabnya tidak ada negara di seluruh dunia yang tidak lepas dari pusat studi keamanan. bahkan, penelitian tentang keamanan di akhirat, sehingga terwujud keamanan dan stabilitas bagi pemiliknya diakhirat. Keamanan bukanlah kata, melainkan tujuan mulia yang hanya bisa dicapai dengan keikhlasan Iman, dan itu adalah prinsip utama dari iman. Tidak ada keamanan dan keselamatan kecuali dengan keimanan. Karena Iman adalah keyakinan dilubuk hati, dan diungkapkan dengan lisan, kemudian amal dengan anggota badan, maka makna inilah yang membuahkan keamanan dan kedamaian bagi pemiliknya, karena ucapan dan tindakannya mengungkapkan keikhlasan hati, sehingga tidak ada tipu muslihat atau kemunafikan. Akan tapi takut akan Allah dan siksa-Nya. Ketika keamanan memiliki hubungan dengan iman, upaya yang dilakukan untuk menggoyahkan pondasinya Sangat kuat hingga menggetarkan sistem keamanan dan menerabas batasan-batasanya, kemudian tersebarnya fitnah yang menguasai manusia kemudian mengatakan bahwa iman adalah sumber kekacauan dan yang berpegang teguh dengannya adalah orang-orang rusak, sehingga tidak ada kejahatan yang terjadi kecuali  sedikit sekali bahwa adalah kejahatan orang-orang beriman maka bergoncanglah keseimbangan hidup sehingga kemulian menjadi dimiliki orang yang tak memiliki iman. dan artikel ini ditulis untuk mengomentari dan mengubah apa yang dikatakan tentang iman, dan telah terbukti bahwa iman adalah akar keamanan dan keamanan.
Pendalilan ʿAbd al-ʿAzīz al-Kinaniy di Kitab al-Ḥaydah dalam Menetapkan Akidah al-Qurʾān Kalām Allah Mubarak Bamualim
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa Vol 9 No 1 (2019): Maret
Publisher : STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.595 KB) | DOI: 10.54214/alfawaid.Vol9.Iss1.41

Abstract

Sebaik-baik zaman adalah tiga generasi pertama: zaman kenabian, zaman sahabat dan zaman tabi’in, pada zaman ini belum terjadi perbedaan pendapat di dalam masalah pokok akidah. Pada zaman Nabi dan dua khalīfah al rāshidīn belum muncul kelompok-kelompok menyimpang. Di akhir kekuasaan Uthmān muncul kelompok khawārij, kemudian pada zaman Ali muncul kelompok Rafīḍah dan seterusnya muncullah kelompok-kelompok yang lainnya seperti Qadariyyah, Jabariyyah, Muʿtazilah dan Jahmiyyah. Kelompok-kelompok tersebut mencetuskan akidah-akidah baru yang belum pernah dinukilkan dari Nabi dan para sahabat beliau, diantara akidah baru yang berkembang dan dimunculkan Jahmiyyah adalah akidah al-Qurʾān adalah makhluk. Akidah ini menjadi akidah negara pada masa dinasti Abbāsiyyah, tercatat dalam sejarah tiga khalīfah Abbāsiyyah yang memaksakan akidah ini untuk dianut oleh umat Islam saat itu, mereka adalah: al-Maʾmūn, al-Muʿtaṣim, dan al-Wāthiq. Meskipun demikian terdapat ulama yang menentang akidah tersebut diantaranya adalah ʿAbd al-ʿAzīz Kināniy, pertentangannya terhadap akidah al-Qurʾān makhluk tergambar jelas dalam buku beliau al-Ḥaydah. Pada penelitian ini penulis mencoba untuk mengeksploitasi tentang dalil-dalil yang digunakan oleh ʿAbd al-ʿAzīz Kināniy di dalam menetapkan akidah al-Qurʾān kalām Allah. Setelah menganalisa kitab tersebut penulis mendapati bahwa ʿAbd al-ʿAzīz Kināniy di dalam menetapkan akidah al-Qurʾān kalām Allah berdalil dengan tiga pendalilan, yang pertama adalah al-Qurʾān, yang kedua adalah logika dan yang ketiga adalah analogi.
Nilai Pendidikan Islam Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihi al-salām Dalam al-Qur’an: (Kisah Penyembelihan Putra Ibrahim ‘alaihi al-salām, Ismail ‘alaihi al-salām) Maryono Maryono
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa Vol 9 No 1 (2019): Maret
Publisher : STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.417 KB) | DOI: 10.54214/alfawaid.Vol9.Iss1.43

Abstract

Al-Qur’an as a source of Islamic education, among its contents is about the stories of the Prophets in which implied the values of Islamic education which is very important and beneficial to the world of education. Among the stories of the prophets, is the story of the journey of the Prophet Ibraham ‘alaihis Salam, which is full of wisdom. His figure as a Prophet, the father of the prophets, the apostle Ulul Azmi, Khalilullah, is able to make him an example or figure of a good educator. The purpose of this research is to find out the values of Islamic education in the story of Prophet Ibrahim ‘alaihis Salam, especially in the story of the slaughtering order of his son, the prophet Ismail 'alaihis Salam. Which with these orders became the Shari'a of Sacrifice for the people of the Prophet Muhammad ṣallallāh ʿalaih wasallam. The research method used is qualitative non-interactive because the source of the data is in the form of documents, not direct data from people in their natural environment. The analysis of the data used is Content analysis, namely research that is in-depth discussion of the contents of a written information. Allah has explained the story of the slaughter of the son of the Prophet Ibrahim 'alaihis Salam, the prophet Ismail 'alaihis Salam in the Qur'an as-Shaffat verses 99-111. The values of Islamic education contained in this story are: Uluhiyah values which include aqidah values and worship values. The value of aqidah is reflected in the belief in Allah, namely the obedience of the Prophet Ibrahim and Ismail and in carrying out God's commands to slaughter his son Ismail. The value of worship is manifested in the implementation of qurban worship. The meaning implied in the implementation of Sacrifice worship is very much, including; (1) the realization of gratitude for the gift and favor of Allah, (2) Fostering a spirit of self-sacrifice, (3). Qurban teaches us to be generous, not greedy, greedy and greedy, (4) symbolically qurban educates us to kill animalistic qualities, (5) according to the meaning of harfiyah, qurban means close, meaning an effort to draw closer to God. The Insaniyah values are identified with the moral values of which are: honesty, tabligh, compassion, exemplary.
Salafi dan Sikapnya Terhadap Penguasa Ainul Haris
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa Vol 9 No 1 (2019): Maret
Publisher : STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.951 KB) | DOI: 10.54214/alfawaid.Vol9.Iss1.44

Abstract

Saat ini, gerakan salafi menjadi sorotan. Hal itu tidak lepas dari berbagai peristiwa pengeboman yang oleh sebagian pengamat disinyalir dilakukan oleh kelompok salafi. Terakhir dan mudah-mudahan ini benarbenar menjadi peristiwa pengeboman terakhir di Indonesia- masyarakat Indonesia dan dunia dikagetkan oleh pengeboman hotel JW. Marriot dan Ritz Carlton di Jakarta pada hari Jum'at, 17 Juli 2009. Salah seorang mantan anggota DPR, yang juga mantan intelejen, Soeripto dalam suatu wawancara di MetroTV selepas peristiwa pengeboman hotel JW. Marriot dan Ritz Carlton mengatakan, pemerintah perlu mewaspadai kelompok salafi. Meski tidak secara langsung, Soeripto memang sedang mengarahkan opini bahwa orang-orang salafi patut dicurigai sebagai pelaku pengeboman tersebut. Salafi sendiri sebagai sebuah gerakan dan atau manhaj (cara memahami agama) tidaklah tunggal. Secara umum, salafi di Indonesian ada dua "madzhab". Yang pertama adalah salafi jihadi yang fokus kegiatannya pada aksi jihad demikian mereka menamakan- yang dalam implementasinya disinyalir banyak melakukan kegiatan terorisme dan pengeboman. Yang kedua adalah salafi arus utama yang menentang konsep jihad menurut salafi jihadi. "Madzhab" salafi arus utama lebih menfokuskan pada bidang pendidikan dan dakwah yang damai serta menghindari hingar-bingar politik.
Ahammiyah Tarbiyyah al-Aṭfāl fī Naẓar al-Islām Mubarak Bamualim
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa Vol 8 No 2 (2018): September
Publisher : STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.744 KB) | DOI: 10.54214/alfawaid.Vol8.Iss2.47

Abstract

Pendidikan anak bukan hanya kewajiban orang tua, namun pendidikan anak memiliki makna yang lebih dari itu, pendidikan adalah investasi jangka panjang orang tua, kemerosotan akhlak pada saat ini disebabkan pola pendidikan yang salah, tidak kontinyu dan terlambat. Islam men gajarkan bahwa pendidikan anak dimulai saat sebelum pernikahan dan setelah pernikahan, pendidikan anak yang dilakukan sebelum pernika han berupa pemilihan pasangan yang baik berdasarkan kriteria yang di perintahkan Nabi. Adapun pendidikan anak yang dilakukan setelah anak itu lahir berupa memberikan tas}fiyyah (pembersihan) dari hal-hal yang buruk, baik dari sisi aqidah seperti syirik, maupun dari sisi akh lak buruk seperti sombong dan lain sebagainya. Disamping mensucikan jiwa anak islam juga memerintahkan untuk mentarbiyah anak seperti, mengajari sholat, takut atau murroqobatullah, kesemua bentuk pendi dikan ini telah dijelaskan Nabi dalam banyak hadis beliau, begitu juga Allah telah menerangkannya di dalam al Qur’an termasuk di dalam surat Lukman.
Al-Ḍowābiṭ al-Taʿlīmiyyah fī Takwīn Najāḥ Muʿallim Muhammad Chusnul Yakin
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa Vol 8 No 2 (2018): September
Publisher : STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.304 KB) | DOI: 10.54214/alfawaid.Vol8.Iss2.48

Abstract

Pendidikan di dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Pendidikan adalah proses perbaikan yang terwariskan dari para Nabi dan Rasul ‘Alaihim al-Salām dalam menyampaikan pesan Ilahi, sehingga setiap pelaku pendidikan memiliki kedudukan mulia sebagaimana kemuliaan para Nabi dan Rasul. Mereka bak mentari yang menyinari, sehingga siapa yang mengambil ilmunya maka selamat dan siapa yang meninggalkannya maka dia celaka. Kebutuhan kepada sang pendidik yang mumpuni teramat besar terutama di saat kejahilan dan fitnah mulai merebak dan merusak. Kerusakan itu terlihat dari jauhnya masyarakat dari tuntunan dan ilmu yang seharusnya tergambar dalam ucapan dan pola tingkah laku mereka. Di sisi lain keberadaan sang pendidik sendiri yang telah berubah dari sosok yang mendidik menjadi sosok yang dikeramatkan, sikap berlebih-lebihan dalam menyanjung sang pendidik atau tokoh yang dianggap berilmu telah mengesampingkan fungsi ilmu itu sendiri dan lebih kepada pengkultusan yang diharapkan keberkahan, sehingga munculnya sikap berlebihan tersebut menjadi fitnah tersendiri yang tidak hanya menimpa masyarakat akan tetapi terlebih kepada sang pendidik yang telah terabaikan oleh keuntungan materi dari situasi fitnah ini. Karena itu kebutuhan kepada sang Pendidik yang Rabbani menjadi sebuah kebutuhan pokok yang sangat besar dalam menyelamatkan masyarakat dari fitnah kejahilan dan pengkultusan.
Makānah al-Lughah al-ʿArabiyyah wa Dawrunā fī al-Ḥifāẓ ʿalayhā Ainul Haris
Jurnal Al-Fawa'id : Jurnal Agama dan Bahasa Vol 8 No 2 (2018): September
Publisher : STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (543.718 KB) | DOI: 10.54214/alfawaid.Vol8.Iss2.49

Abstract

Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling mulia, karena bahasa Arab adalah bahasa Agama Islam. Setiap harinya, umat Islam membutuhkan atau menggunakan bahasa ini, mereka membaca al-Qur'an yang berbahasa Arab, sholat mereka berbahasa Arab, dzikir dan lain-lain. Di samping sebagai bahasa ibadah, bahasa Arab juga merupakan bahasa ilmu-ilmu Islam, baik fiqh, ḥadīth, dan yang lain sebagainya. Oleh sebab itu, para ulama mensyaratkan bagi seorang mujtahid untuk memahami dan menguasai bahasa Arab dan keilmuannya. Dalam perkembangannya, bahasa Arab mendapatkan tantangan dari pihak- pihak yang berusaha untuk menjauhkan bahasa Arab dari kehidupan kaum muslimin, maka pada makalah ini penulis akan menjelaskan tentang kedudukan bahasa Arab dan peran yang dapat dilakukan oleh kaum muslimin di dalam menjaga bahasa Arab.