cover
Contact Name
Reni Suryanti
Contact Email
jpppolbangtanbogor@gmail.com
Phone
+628128822179
Journal Mail Official
renisuryanti@pertanian.go.id
Editorial Address
Bogor Agricultural Develpoment Polytechnic Jln. Aria Surialaga No 1, Pasir Kuda Bogor 16119
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penyuluhan Pertanian
ISSN : 19075893     EISSN : 25990403     DOI : https://doi.org/10.51852/jpp.v16i1.460
This journal contains the results of research related to developing issues in the field of agricultural extension based on the needs of the community or farmer groups. published articles include research articles and literature studies.
Articles 213 Documents
PERILAKU KEPEMIMPINAN PENGURUS KELOMPOK TANI DI DESA BOLANG, KECAMATAN MALINGPING, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN dyah gandasari; nazaruddin achdiyat
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 1 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.832 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i1.65

Abstract

ABSTRACT Assessment of farmer group leadership is important due to leadership is one of the important factors in increasing the effectiveness of farmer groups. Leaders play a role in maintaining the order and harmony of a group. So the leadership board study is important to learn. The purpose of this study is to analyze board leadership based on behavior. The study used survey and sample design as a source of information taken as many as 102 respondents of the group members. Data analysis used descriptive statistics and group analysis units. The results of leadership behavior research are as follows: 1) Leader behavior in task oriented is mostly still not enough dominant category among 46-56% for behaviors in explaining what is expected by members, explaining ideas to members, incorporating suggestions generated by groups in the work operations, decide what to do and how to overcome them, provide input for change, follow their own will, ensure the role within the group understood by the members, schedule the work time to be completed, have the desire to make changes, and ask members to follow standard rules and group rules and 2) Leader behavior in relationship oriented is also mostly still in the not enough dominant category among 48-64% for behaviors in encouraging members to carry out procedures, very open and easyly to be met, do small things that make members of group comfortable, make clear attitudes to all of the group members and providing equal recognition. . Keywords: leadership, leaders, behaviors, tasks, relationships ABSTRAK Pengkajian kepemimpinan kelompoktani dianggap penting karena kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan efektivitas kelompoktani. Pemimpin berperan di dalam menjaga keteraturan dan keharmonisan suatu kelompok. Sehingga kajian tentang kepemimpinan pengurus penting untuk diteliti. Tujuan penelitian adalah menganalisis kepemimpinan pengurus ditinjau berdasarkan perilaku. Penelitian menggunakan rancangan survei dan sampel sebagai sumber informasi diambil sebanyak 102 orang. Analisis data menggunakan statistik deskriptif dan unit analisis kelompok. Hasil penelitian perilaku kepemimpinan berorientasi tugas dan hubungan adalah sebagai berikut: 1) Perilaku pengurus sebagai pemimpin pada orientasi tugas sebagian besar masih berada pada kategori cukup dominan antara 46-56% untuk perilaku dalam menjelaskan apa yang diharapkan oleh anggota, menjelaskan ide kepada anggota, memasukkan saran yang dihasilkan oleh kelompok dalam operasi kerja, memutuskan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara menyelesaikannya, memberikan masukan untuk perubahan, mengikuti kemauan sendiri, memastikan peran di dalam kelompok dipahami oleh anggota, menjadwalkan waktu kerja untuk dapat diselesaikan, memiliki keinginan untuk membuat perubahan, mempertahankan kepastian standar kinerja, dan meminta anggota untuk mengikuti aturan standar dan regulasi kelompok dan 2) Perilaku pengurus sebagian besar masih berada pada kategori cukup dominan antara 48-64% untuk perilaku dalam menyemangati anggota dalam melaksanakan prosedur, sangat terbuka dan mudah ditemui, melakukan tindakan kecil untuk membuat nyaman para anggota di dalam kelompok, membuat sikap yang jelas terhadap kelompok dan memperlakukan seluruh anggota kelompok sama. . Kata Kunci: kepemimpinan, pemimpin, perilaku, tugas, hubungan
PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI MELALUI IMPLEMENTASI VALUE CO-CREATION ANTARA PETANI DAN BANDAR PADA RANTAI PASOK SAYURAN DATARAN TINGGI DI JAWA BARAT (Suatu Kasus Di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung) rahmat prasetya
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 1 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.126 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i1.66

Abstract

ABSTRACT Growth of vegetable agribusiness accompanied by an increase in the amount of vegetable consumption makes vegetables as a strategic commodity that has the opportunity to be developed, one of which is the production center in Bandung regency. However, there are still many problems in vegetable supply chain systems such as low and inconsistent product quality, long marketing chains, lack of transparency and inequity in the distribution of risk-profit among supply chain members causing inequality in the supply chain and causing powerlessness of small farmers. To improve the supply chain system of vegetables as well as to increase the empowerment of farmers, intervention through a series of workshops with value co-creation approach in two groups of farmers and vegetable farmers in Kecamatan Ciwidey in 2017 with the aim to access structured markets. This study aims to find out how the implementation of value co-creation between farmers and bandar with reference to the framework ADTR (Access, Dialogue, Transparency and Risk-Benefit) which is a modification of the DART value co-creation framework. The research design is done quantitatively by survey technique. Data analysis method used is descriptive statistical analysis to explain the condition that occurred in the field based on interview result using questionnaire. The result of data analysis shows that the implementation of value co-creation between farmer and bandar has run well and fulfill the rules on the four dimensions of the ADTR framework with the highest value of the implementation of transparency, dialogue, information access and risk-benefit assessment. Keyword : value co-creation, vegetables supply chain, ADTR Framework, farmer, wholesaler ABSTRAK Perkembangan agribisnis sayuran yang disertai dengan peningkatan jumlah konsumsi sayuran menjadikan sayuran sebagai komoditas strategis yang memilki peluang untuk dikembangkan, salah satunya di daerah sentra produksi di Kabupaten Bandung. Namun demikian masih banyak permasalahan dalam sistem rantai pasok sayuran seperti kualitas produk yang rendah dan tidak konsisten, rantai pemasaran yang panjang, kurangnya transparansi serta ketidakadilan pembagian risiko-keuntungan antar pelaku anggota rantai pasok sehingga menyebabkan ketimpangan pada rantai pasok serta menyebabkan ketidakberdayaan petani kecil. Untuk memperbaiki sistem rantai pasok sayuran sekaligus meningkatkan keberdayaan petaninya, dilakukan intervensi melalui serangkaian workshop dengan pendekatan value co-creation pada dua kelompok petani dan bandar sayuran di Kecamatan Ciwidey pada tahun 2017 dengan tujuan untuk mengakses pasar terstruktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi value co-creation antara petani dan bandar dengan mengacu pada framework ADTR (Access, Dialogue. Transparency and Risk-Benefit) yang merupakan modifikasi dari framework DART value co-creation. Desain peneltian dilakukan secara kuantitatif dengan teknik survei. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif untuk menjelaskan kondisi yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner. Hasil analisis data menunjukkan bahwa implementasi value co-creation antara petani dan bandar telah berjalan dengan baik dan memenuhi kaidah pada keempat dimensi framework ADTR dengan urutan nilai tertinggi yaitu implementasi transparansi, dialog, akses informasi dan penilaian risiko-manfaat. Kata kunci : Value co-creation, framework ADTR, rantai pasok sayuran, petani, bandar
PERSPEKTIF GENDER DALAM PARTISIPASI PETANI PADA PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) TANAMAN SAYURAN DI KECAMATAN KERSAMANAH KABUPATEN GARUT PROVINSI JAWA BARAT farida liani; dwiwanti sulistyowati; o'eng awarudin
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 1 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.96 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i1.67

Abstract

ABSTRACT The ministry of agriculture has implemented the Sustainable Food House ares (SFHA) program to increase women’s participation in the agricultural sector. the study aims to analyze the level of farmer participation in the program SFHA gender perspective, analyze the factors that influence farmers participation in the SFHA program gender perspective dan develop strategies to increase farmer participation in the SFHA program. The reseach was conducted from April to June 2018. The reseach population of 150 farm households, spread in 6 groups of women farmers who implement the program SFHA. A sample of 60 farm households selected using a simple ramdom technique. The research variables consisted of the characteristics of farmers, extension activities, role of extension and farmer participation. Data were analyzed with descriptive statistical analysis and inferential statistic that is multiple linear regression, Independent T Test different test and Kendall's W concordance test. The results showed that there was a very real difference between female farmers and male farmers in the SFHA program, the participation of women farmers is higher than that of male farmers. Factors affecting the participation of women farmers and male farmers in the SFHA program are extension activities and extension roles. Strategies that can be done to increase the participation of farmers is to intensify extension activities, adjust the material, methods and media with the situation of farmers and strengthening the role of extension facilitators, communicators and motivators. Keywords: gender, participation, peasant woman,SFHA ABSTRAK Kementerian Pertanian telah melaksanakan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) untuk meningkatkan partisipasi perempuan pada sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat partisipasi petani pada program KRPL perspektif gender, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani pada program KRPL perspektif gender dan menyusun strategi untuk meningkatkan partisipasi petani pada program KRPL. Penelitian dilaksanakan mulai April sampai dengan Juni 2018. Populasi penelitian sebanyak 150 rumah tangga tani, tersebar di enam kelompok wanita tani yang melaksanakan program KRPL. Sampel penelitian sebanyak 60 rumah tangga tani yang dipilih menggunakan teknik acak sederhana. Variabel penelitian terdiri atas karakteristik petani, kegiatan penyuluhan, peran penyuluh dan partisipasi petani. Data dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu regresi linier berganda, uji beda Independent T Test dan uji konkordasi Kendall’s W. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata antara petani perempuan dan petani laki-laki pada program KRPL, partisipasi petani perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan petani laki-laki. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani perempuan dan petani laki-laki pada program KRPL adalah kegiatan penyuluhan dan peran penyuluh. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi petani adalah dengan mengintensifkan kegiatan penyuluhan, menyesuaikan materi, metode dan media dengan keadaan petani serta memperkuat peran penyuluh sebagai fasilitator, komunikator dan motivator. Kata kunci: gender, partisipasi, wanita tani, KRPL
INTRODUKSI INOVASI PEMANFAATAN VIRTUAL REALITY SEBAGAI MEDIA PENYULUHAN PERTANIAN Introduction of Virtual Reality Utilization as a Agricultural Extension Media arif prastiyanto; iwan setiawan; trisna insan noor
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 1 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.145 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i1.68

Abstract

ABSTRACT Having been built for decades, the extension of Indonesian agriculture has actually begun to materialize as a modern form of counseling. This achievement was driven by the birth of Law No. 16 of 2006 on SP3K based on the spirit of decentralization, democracy, and participatory. One of today's emerging technology trends is virtual reality, a technology that allows users to interact with existing environments in a virtual world simulated by a computer, so that it feels inside the environment. The potential application of virtual reality in agriculture is quite large, but so far the utilization of virtual reality in the field of agriculture, especially as a media of agricultural extension has not existed in Indonesia. The purpose of this research is to introduce virtual reality technology through smartphone as an alternative of agricultural extension media to extension workers who are conducting training in BBPP Lembang. The research design used is descriptive quantitative, with experimental technique, using the model of One Group Pretest Posttest Design The analysis results show that most extension counselors have heard, seen and been interested in virtual reality. However, most have never tried and used the virtual reality tool. Information about virtual reality is mostly obtained through internet, social media, and television. According to the instructor's perception, virtual reality is easy to learn, easy to use and useful so that they are interested in teaching others, especially farmers during counseling as teaching aids or media counseling. Keywords: innovation, media, extension, agriculture, virtual reality ABSTRAK Setelah dibangun puluhan tahun, penyuluhan pertanian Indonesia sesungguhnya telah mulai mewujud sebagai bentuk penyuluhan yang modern. Prestasi ini didorong oleh kelahiran UU No 16 tahun 2006 tentang SP3K yang berbasiskan semangat desentralisasi, demokratis, dan partisipatif. Salah satu tren teknologi yang berkembang saat ini adalah virtual reality, sebuah teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada dalam dunia maya yang disimulasikan oleh komputer, sehingga merasa berada di dalam lingkungan tersebut. Potensi penerapan virtual reality bidang pertanian cukup besar, namun sejauh ini pemanfaatan virtual reality di bidang pertanian khususnya sebagai media penyuluhan pertanian belum ada di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengintroduksi teknologi virtual reality melalui smartphone sebagai alternatif media penyuluhan pertanian kepada para penyuluh yang sedang melaksanakan diklat di BBPP Lembang.Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif, dengan teknik eksperimen, menggunakan metode Pre-Experimental Design, dengan model One Group Pretest-Posttest Design. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar penyuluh pernah mendengar, melihat dan tertarik virtual reality. Akan tetapi sebagian besar belum pernah mencoba dan menggunakan alat virtual reality tersebut. Informasi mengenai virtual reality sebagian besar mereka dapatkan melalui internet, media sosial, dan televisi. Menurut persepsi penyuluh, virtual reality mudah dipelajari, mudah digunakan dan bermanfaat sehingga mereka tertarik untuk mengajari orang lain terutama petani pada saat penyuluhan sebagai alat peraga/media penyuluhan. Kata kunci: inovasi, media, penyuluhan, pertanian, virtual reality Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No.1 Mei 2018
ANALISA PENYELENGARAAN DIKLAT PERTANIAN DI BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI Isralasmadi -
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 1 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (843.561 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i1.71

Abstract

Pulau Sumatera BAgian Barat meliputi Provinsi Aceh, SUmatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau dan Jambi merupakan wlayah kerja Balai PElatihan Jambi yang mempunyai tugas pokok melakukan diklat bagi aparatur pertanian. Kondisi sumber daya manusia pelaku pertanian terutama petani saat ini masih rendah tingkat pendidikanya, kurang terampil dan rendahnya aspek kewirausahaan. Penelitian ini untuk mengukur diklat yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan kaidah diklat yang benar dan untuk memastikan penyelenggaraan diklat dapat bermanfaat bagi lingkungan kerja/usaha. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulandata-data sekunder. Jumlah Populasi 614 orang, jumlah sampel 314 orang. Atau menjadi 11 angkatan diklat (per angkatan diklat 31 orang). Dilakukan dengan Stratifed random sampling. Metode yang digunakan adalah metode Kir Patric. Alat analisa menggunakan analisa deskriptif dan uji wilcoxom. Hasil penelitian menunjukan 1) rata-rata kepuasan peserta sebesar 3 (60) terkategori "Cukup", tingkat kepuasan peserta terhadap widyaiswara/fasilitatorsebesar 4,30 (86). 2) terdapat peningkatan pengetahuan peserta setelah mengikuti diklat/ berbeda secara nyata. 3) sikap dan perilaku peserta menunjukan kategori baik, penilaian widyaiswara/fasilitator terhadap peserta diklat mengenai aspek pengetahuan dan keterampilan sebesar 3,69 (973,8%). 4) purnawidya pasca diklat menerapkan materi diklat setelah kembali ke tempat asalnya pada skor 3,03 atau "menerapkan cukup lengkap".
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KELOMPOKTANI DALAM PEMANFAATAN DAN PENGOLAHAN JERAMI PADI MENJADI PUPUK ORGANIK KECAMATAN PADAHERANG, KABUPATEN PANGANDARAN, PROPINSI JAWA BARAT elcy medah
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 1 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.923 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i1.72

Abstract

ABSTRACT Agriculture land degradation caused by continuous cultivation, excessive use of chemical fertilizers, land erosion, and unpropper irrigation management, and solution is to utilize the organic fertilizers.. This study aims to analyze the farmers group performance who use organic fertilizer and without use organic fertilizer. The study was conducted on 4 farmers group, 2farmer groups use organic fertilizer and 2other did not use organic fertilizer . The results showed that the implementation of organic fertilizer use in Padaherang District, Pangandaran Regency, was quite successful, because of the attitude of the farmers agree to the use of organic fertilizer and support with sufficient level of knowledge and skills. Based on Anova test (comparison between groups), there are significant differences in knowledge, attitude and skills of farmers on 1) fertilizer type, 2) fertilizer dosage, 3) fertilization time and 4) fertilizing method. Based on T test on performance comparison between farmer group using organic fertilizer and without using organic fertilizer, resulted;: 1) fertilizer type that is not significantly different, 2) not significant on fertilizer dose, 3) Knowledge in fertilization time is significantly different, 4) attitude and skill in fertilization time that is not significantly different, 5) knowledge and skill of fertilization utiliation that is not significantly different, and 6) attitude of fertilization application is significant different. Keywords: Successfullness, Farmer’s groups, Organic Fertilizer ABSTRAK Degradasi kualitas lahan pertanian disebabkan oleh penanaman yang terus-menerus, penggunaan pupuk kimia berlebihan, erosi lahan, dan irigasi yang tidak teratur, salah satu solusinya adalah dengan peningkatan penggunaan pupuk organik. Studi ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja kelompoktani yang menggunakan pupuk organik dan yang tidak menggunakan pupuk organik. Studi dilaksanakan terhadap 4 kelompoktani diantaranya 2 kelompok yang menggunakan pupuk organik dan 2 kelompok tidak menggunakan pupuk organik. Hasilnya menunjukkan bahwa pelaksanaan penggunaan pupuk organik di Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran cukup berhasil, karena sikap petani setuju terhadap penggunaan pupuk organik dan mendukung dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Dari uji anova perbandingan antar kelompok, maka terdapat perbedaan nyata dalam pengatahuan, sikap dan keterampilan petani terhadap 1) jenis pupuk, 2) dosis pupuk, 3) waktu pemupukan dan 4) cara melakukan pemupukan. Dari Uji T, perbandingan kinerja antara kelompoktani yang menggunakan pupuk organik dan tidak menggunakan pupuk organik; 1) jenis pupuk yang tidak berbeda nyata, 2) dosis pupuk yang berbeda nyata, 3) Pengetahuan dalam waktu pemupukan yang berbeda nyata, 4) sikap dan keterampilan dalam waktu pemupukan yang tidak berbeda nyata, 5) pengetahuan dan keterampilan cara melakukan pemupukan yang tidak berbeda nyata, 6) sikap cara melakukan pemupukan yang berbeda nyata. Kata Kunci : Keberhasilan, Kelompoktani, Pupuk Organik
PERSEPSI PETANI TERHADAP DIKLAT TEKNIS AGRIBISNIS PADI DI KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN Achdiyat -
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 1 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.443 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i1.73

Abstract

ABSTRACT Large Agricultural Training Hall (BBPP) Agribusiness technical training was organized the valley of rice, corn and soybeans for farmers, in May of the year 2015 in Malingping BP3K and Wanasalam, Lebak Regency of Banten Province in unison with the mentoring Pajale phase I student high school agricultural extension of the Bogor regency of Lebak. Purnawidya 59 people, of that number there are only two the rest of the women as much as 57 people are male, 74,14% adults (34-52 years) 55,93% education, graduated JUNIOR HIGH SCHOOL – SMA, 54.,% family dependents 2-3 persons, 59,32% of the old farming 8-12 years, 89.,83% have land category 0,13 ha, 8-9,47% and revenue was less than 30 million/year. Perception towards the main eye exercises are: 1) the system of Business Sustainability (81,36%), 2) Analysis of farming 76,27%), 3) marketing results (74,58%), and 4) work culture (74,58%), all of which fall into the category of medium, that purnawidya feel the benefits from the four the material that can be applied in the activities of usahataninya. The perception of eye exercises against the institution, namely: 1) harvest and Post-harvest rice (84.75%), 2) technology of rice cultivation (83.05%), 3) problem solving techniques (81,36%), 4) philosophy of PTT (76,27%), 5) tools and agricultural machinery (74,58), 6) Mitigation of climate (69,96%), enter in the category of being, that purnawidya feel the benefits of the next four such material referable farmers in usahataninya activities. The independent variable is the value of Chi-square (2) = 40.55 Ho is rejected, there is a significant relationship or influence/keeratan between the main eye exercises and eye exercises support. Purnawidya feel any improvement: knowledge, skills, and attitudes in the field of cultivation/farming (particularly of rice) in the category of being. Keywords: perception, technical training, purnawidya ABSTRAK Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menyelenggarakan Diklat Teknis Agribisnis Padi, Jagung dan Kedelai bagi Petani, pada bulan Mei tahun 2015 di BP3K Malingping dan Wanasalam, Kabupaten Lebak Provinsi Banten berbarengan dengan pendampingan Pajale tahap I mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor di Kabupaten Lebak. Purnawidya 59 orang, dari jumlah tersebut hanya dua orang wanita selebihnya sebanyak 57 orang adalah pria, 74,14% dewasa (34-52 tahun), 55,93% berpendidikan tamat SMP-SMA, 54,24% memiliki tanggungan keluarga 2-3 orang, 59,32% lama berusahatani 8-12 tahun, 89,83% memiliki lahan kategori 0,1-3 ha, dan berpenghasilan 89,47% kurang dari 30 juta rupiah/tahun. Persepsi terhadap mata latihan utama yaitu: 1) Sistem Usaha Agribisnis (81,36%), 2) Analisa Usahatani 76,27%), 3) Pemasaran Hasil (74,58%), dan 4) Budaya Kerja (74,58%), semuanya masuk dalam kategori sedang, bahwa Purnawidya merasakan manfaat dari keempat materi tersebut yang selanjutnya dapat diterapkan dalam kegiatan usahataninya. Persepsi terhadap mata latihan penunjang yaitu: 1) Panen dan Pasca Panen Padi (84,75%), 2) Teknologi Budidaya Padi (83,05%), 3) Teknik Pemecahan Masalah (81,36%), 4) Filosofi PTT (76,27%), 5) Alat dan Mesin Pertanian (74,58%), 6) Mitigasi Iklim (69,96%), masuk dalam kategori sedang, bahwa Purnawidya merasakan manfaat dari keempat materi tersebut yang selanjutnya dapat dijadikan acuan petani dalam kegiatan usahataninya. Peubah independen nilai Chi-square (2) = 40,55 Ho ditolak, berarti adanya kecenderungan yang nyata atau hubungan/pengaruh/keeratan antara mata latihan utama dan mata latihan penunjang. Purnawidya merasakan adanya peningkatan: pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam bidang budidaya/usahatani (khususnya padi) dalam kategori sedang. Kata kunci: persepsi, diklat teknis, purnawidya
PERSEPSI PETANI PADI SAWAH PADA CARA TANAM JAJAR LEGOWO DI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT Abdul Rojak -; Achdiyat - -; Soesilo Wibowo -
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 2 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.243 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i2.115

Abstract

ABSTRACTThe method of cultivating rice as one of the breakthroughs in increasing the productivity of paddy rice is the legowo row planting method. Sindangwangi Subdistrict, Majalengka District, most of the rice fields in one year farmers can do three times planting, this is because the water source is still stable. Jajar Legowo has been known by members of farmer groups and actively participates in activities. Based on the Agricultural Extension Program and the Annual Extension Work Plan for Sindangwangi District in 2018, the level of application of the legowo planting method has only reached 21% (118 of 559 people). This is inseparable from farmers' perceptions of the technology of planting jajar legowo included in the category of good enough (score 54.74). Respondents were 32 people aged 34 - 54 years and 14 people aged over 55 years, for elementary school education 36 people, junior high school 12 people, and SLA 2 people, while the duration of the study was 72% (36 people) over 10 years. Land area between 0.13 - 1 Ha is owned by 39 people, the level of knowledge of farmers is 27.82 (medium category) in the legowo row planting method. Factors that have a relationship with farmers' perception are the land area correlation coefficient 0.314 * and the level of knowledge of farmers correlation coefficient 0.870 **, indicating a strong and very strong level of relationship. ABSTRAKCara budidaya padi sebagai salah satu terobosan dalam peningkatan produktivitas padi sawah adalah cara tanam jajar legowo. Petani di Kecamatan Sindangwangi di Kabupaten Majalengka sebagian besar lahan sawahnya dalam satu tahun dapat melakukan tiga kali tanam, hal ini karena sumber air masih stabil. Tanam jajar legowo telah dikenal oleh anggota kelompoktani dan aktif mengikuti kegiatan. Berdasarkan Programa Penyuluhan Pertanian dan Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Kecamatan Sindangwangi Tahun 2018, tingkat penerapan cara tanam jajar legowo baru mencapai 21% (Sampel petani 118 dari 559 orang). Hal ini tidak terlepas dari persepsi petani terhadap teknologi cara tanam jajar legowo termasuk dalam kategori cukup baik (skor 54,74). Responden sebanyak 32 orang berumur 34 – 54 tahun dan 14 orang berumur di atas 55 tahun, untuk pendidikan tamat SD 36 orang, SLTP 12 orang, dan SLA 2 orang, sedangkan lama berusahatani sebanyak 72% (36 orang) di atas 10 tahun. Luas lahan antara 0,13 – 1 Ha dimiliki oleh 39 orang, tingkat pengetahuan petani skor 27,82 (kategori sedang) dalam cara tanam jajar legowo. Faktor – faktor yang memiliki hubungan dengan persepsi petani adalah luas lahan koefisien korelasi 0,314* dan tingkat pengetahuan petani koefisien korelasi 0,870**, menunjukkan tingkat hubungan yang kuat dan sangat kuat.
MOTIVASI PETANI KENTANG DALAM PENGGUNAAN BENIH BERSERTIFIKAT DI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT Desi Apriyani -; Achdiyat - -; Soesilo Wibowo -
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 2 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (774.002 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i2.116

Abstract

ABSTRACTPotato production and business needs strong support from the aspect of supplying certified seeds of various superior varieties. At present the seed producers have not been able to meet the demand and the price of seeds is relatively expensive, potato farmers tend to use the seeds of their crops which have disadvantages: small tubers, easily contracting the disease, experiencing a period of dormancy causing a decrease in production. The low use of certified seeds is due to: limited business capital, difficulty obtaining certified seeds, because of the lack of information received by farmers, and farmers do not understand the benefits of certified seeds, because of the low mastery of technology. In the Argapura District Program the use of new certified seeds was 43.12 Ha, the remaining 54.88 Ha had not applied certified seeds. The level of motivation of farmers in the use of certified potato seeds as a whole is in the medium category, because it has a mean value of 2.8. The relationship between knowledge and farmers' motivation in using certified seeds is 0.621 ** indicating a strong level of relationship. Factors driving the use of certified seeds include seed candidates, uniform growth and increased production. Inhibiting factors include the behavior of farmers who often mix pure seeds with local seeds in the cultivation system. The intrinsic factor is dominant compared to extrinsic factors. This means that motivation in the use of certified seeds is predominantly influenced by the farmer himself who wishes to get good and pure seeds so that it has an impact on increased production. ABSTRAKUsaha dan produksi kentang yang tinggi memerlukan dukungan yang kuat dari aspek penyediaan benih bersertifikat. Saat ini produsen benih belum dapat memenuhi permintaan dan harga benih masih relatif mahal. Petani kentang cenderung menggunakan benih dari hasil panennya yang memiliki kelemahan: umbi kecil, mudah tertular penyakit, mengalami masa dormansi sehingga menyebabkan penurunan produksi. Rendahnya penggunaan benih bersertifikat disebabkan: keterbatasan modal usaha, sulit memperoleh benih bersertifikat, karena minimnya informasi yang diterima oleh petani, dan petani tidak mengerti akan manfaat benih bersertifikat, karena rendahnya penguasaan teknologi. Dalam Programa Kecamatan Argapura penggunaan benih unggul bersertifikat baru 43,12 Ha, sisanya 54,88 Ha belum menerapkan benih bersertifikat. Tingkat motivasi petani dalam penggunaan benih kentang bersertifikat secara keseluruhan katagori sedang, karena memiliki nilai rerata 2,8. Hubungan antara pengetahuan dengan motivasi petani dalam penggunaan benih bersertifikat yaitu 0,621** menunjukkan tingkat hubungan yang kuat. Faktor pendorong penggunaan benih bersertifikat meliputi calon benih, pertumbuhan seragam dan produksi meningkat. Faktor penghambat meliputi perilaku petani yang sering mencampurkan benih murni dengan benih lokal pada sistem budidaya. Faktor intrinsik dominan dibandingkan dengan faktor ekstrinsik. Hal ini berarti motivasi dalam penggunaan benih bersertifikat dominan dipengaruhi oleh perilaku petani itu sendiri yang berkeinginan untuk mendapatkan benih yang baik dan murni sehingga berdampak pada produksi yang meningkat.
FUNGSI KELOMPOKTANI PADA IMPLEMENTASI JAJAR LEGOWO PADI SAWAH (Oryza Sativa L. ) DI KECAMATAN LELES KABUPATEN GARUT Rio Antariksa Sandes; Dedy Kusnadi -; Moh Nasir Nane
Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 13 No 2 (2018)
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (793.908 KB) | DOI: 10.51852/jpp.v13i2.117

Abstract

ABSTRACTPurpose of research farmer group functions towards implementation pair of rows rice that describe farmer group functions, analyze factors that affect farmer group functions, and mind of outgrow problem priority on pair of rows application.Final assignment did from April to June 2018. Populations is 120 farmers as holders and tenants. Sampling use quota sampling with a quota of 40 farmers. Descriptive analysis used normal distribution. Statistical analysis used is multiple regression analysis, and Kendall’s W.Farmer group functions within medium category (mean analyzys 67,00). It’s lame, farmer group isn’t capable to devise learn necessity independently. Function as a unit production the farmer group hasn’t able to arrange a group plan definitive. Farmer group hasn’t judgment about group activity, and hasn’t able to access collaboration with input providers and capital institutions. Factors that affect farmer group functions is education affect on learning class and means of collaboration. Land area affect on learning class and unit production with negative values. Long grouping has a negative effect on learning class and unit production, and means production affect learning class in farmer groups. Pair of rows implementation affected (41,6%) by farmer group functions. Problem priority about technique of tile and distance pair of rows. Recommendation for farmers, agent of change, and others proponent must knowing and make farmer group as agriculture institutions as though formulate on needs farmer. ABSTRAKTujuan dari pengkajian fungsi kelompoktani pada implementasi jajar legowo padi sawah yaitu mendeskripsikan fungsi kelompoktani, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kelompoktani dan merumuskan strategi mengatasi prioritas masalah dalam penerapan jajar legowo.Penugasan Akhir (PA) dilaksanakan April 2018 sampai dengan Juni 2018. Populasi berjumlah 120 orang petani pemilik dan penggarap. Metode penarikan sampel dengan cara quota sampling dengan jumlah kuota 40 orang petani. Teknik analisis deskriptif dalam kajian ini menggunakan distribusi normal. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan Mean Rank Kendall W dengan aplikasi SPSS.Fungsi kelompoktani masih dalam kategori sedang (mean analisis 67,00). Kelemahannya kelompoktani belum mampu merencanakan kebutuhan belajar secara mandiri. Dalam fungsinya sebagai unit produksi kelompoktani belum mampu sepenuhnya menyusun RDK/RDKK. Kelompoktani tidak melakukan evaluasi terhadap kegiatan, serta belum mampu mengakses kerjasama dengan penyedia saprodi serta lembaga permodalan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fungsi kelompoktani di antaranya pendidikan berpengaruh terhadap kelas belajar dan wahana kerjasama, luas lahan mempengaruhi kelas belajar dan unit produksi dengan nilai negatif, lama berkelompoktani berpengaruh negatif terhadap kelas belajar dan unit produksi dan sarana produksi mempengaruhi kelas belajar dalam kelompoktani. Implementasi jajar legowo dipengaruhi oleh fungsi kelompoktani. Pengaruh fungsi kelompoktani sebesar 41,6% terhadap implementasi jajar legowo. Masalah prioritas peringkat 1 sampai 4 (Mean Rank Kendall’W) terdiri atas dua indikator yaitu mengenai teknik ubinan dan jarak tanam jajar legowo. Saran yang direkomendasikan yaitu semua pihak baik itu petani, penyuluh serta pihak terkait lainnya harus memahami dan menjadikan kelompoktani sebagai kelembagaan pertanian yang telah dirancang sesuai dengan kebutuhan petani.

Page 1 of 22 | Total Record : 213