Cermin Dunia Kedokteran
Cermin Dunia Kedokteran (e-ISSN: 2503-2720, p-ISSN: 0125-913X), merupakan jurnal kedokteran dengan akses terbuka dan review sejawat yang menerbitkan artikel penelitian maupun tinjauan pustaka dari bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat baik ilmu dasar, klinis serta epidemiologis yang menyangkut pencegahan, pengobatan maupun rehabilitasi. Jurnal ini ditujukan untuk membantu mewadahi publikasi ilmiah, penyegaran, serta membantu meningkatan dan penyebaran pengetahuan terkait dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat. Terbit setiap bulan sekali dan disertai dengan artikel yang digunakan untuk CME - Continuing Medical Education yang bekerjasama dengan PB IDI (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia)
Articles
30 Documents
Search results for
, issue
"Vol 47, No 11 (2020): Infeksi"
:
30 Documents
clear
Tatalaksana Demam pada Anak
-, Carlson;
Kurnia, Bella
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (321.917 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1200
Demam merupakan sebuah proses alamiah sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen, namun suhu yang terlalu tinggi sering menimbulkan kekhawatiran orangtua. Terdapat berbagai variasi kisaran suhu normal pada anak menurut tempat pengukurannya. Tatalaksana demam yang terutama yaitu antipiretik seperti parasetamol atau ibuprofen. Beberapa studi menemukan bahwa kombinasi antipiretik memberikan efek antipiretik lebih tinggi, namun belum dapat direkomendasikan karena belum ada studi keamanannya. Metode kompres hangat dapat diberikan sebagai terapi tambahan. Penggunaan antipiretik sesuai dosis rekomendasi ditambah kompres hangat sudah terbukti efektif menurunkan demam pada anak terutama di 30 menit pertama.Fever is a natural process as a defense mechanism to pathogen, but high fever can be a problem and worried the parents. Variation of temperature range for children depends on the measurement site. The main treatment of fever in children is the use of antipyretic agent such as paracetamol/acetaminophen or ibuprofen. Some studies showed that combination will give a better and significant results, but still not recommended for daily practice because of lack of safety evidence. Tepid sponging can be given as an adjuvant therapy. Proper doses of antipyretics combined with non-pharmacological therapies like tepid sponging is proven to be effective to reduce fever in children especially the first 30 minutes. Carlson, Bella
Transmisi Vertikal COVID 19 selama Kehamilan
Christyani, Fenyta;
Padang, Astrid Fransisca
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (100.686 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1190
Wabah Coronavirus (COVID-19) yang terjadi sejak Desember 2019 saat ini sudah menjadi pandemi global. Virus ini menimbulkan infeksi saluran pernafasan dari ringan hingga berat. Kondisi ini perlu menjadi perhatian lebih jika terjadi saat kehamilan karena perubahan fisiologi dalam kehamilan memengaruhi perjalanan virus COVID-19. Selain itu risiko transmisi ke janin secara vertikal dan transversal juga perlu diperhatikan karena akan menimbulkan morbiditas seperti persalinan prematur, trombosis, dan pertumbuhan janin terhambat.The Coronavirus infection (COVID-19) outbreak that occurred in December 2019 now become a global pandemic. The virus cause mild to severe respiratory tract infection. Infections during pregnancy may cause physiological changes that affect the course of the COVID-19 virus itself. The risk of vertical and transversal transmission to the fetus also needs to be considered as it may result in several conditions such as preterm labor, thrombosis, and fetal growth restriction.
Keracunan Tanaman Kecubung
Mahendrakrisna, Daniel;
Al Firdausi, Khadijah Nur
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (302.64 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1196
Keracunan tanaman Datura stramonium atau yang dikenal sebagai tanaman kecubung perlu mendapatkan perhatian. Tanaman ini mudah ditemukan; dapat disalahgunakan sebagai zat psikotropika. Gejala klinis kasus ini adalah gejala peningkatan saraf parasimpatis berupa midriasis, kulit kering, takikardia. Tatalaksana keracunan tanaman Kecubung suportif, umumnya akan membaik sendiri; jika berat dapat diberi reversible cholinesterase inhibitor seperti physostigmine.Datura stramonium, known as Kecubung flower in Indonesia, is a plant often used as a medicine; this plant is also often abused as psychotropics. The clinical symptoms in this case are increased parasympathetic activities such as mydriasis, dry skin, and tachycardia. Datura intoxication treatment is supportive. In severe cases, reversible cholinesterase inhibitor such as physostigmine should be used.
Pendekatan Terapi Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
Dewi, Ni Luh Putu Rustiari
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (133.239 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1201
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) juga dikenal sebagai hyperandrogenic anovulation (HA), merupakan kelainan sistem endokrin yang menyebabkan gangguan kesuburan wanita usia reproduktif. PCOS melibatkan ketidakseimbangan kadar luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH), resistensi insulin, dan kelainan metabolisme. Clomiphene citrate masih menjadi pilihan terapi utama untuk menstimulasi ovulasi pada kasus PCOS. Metformin juga menurunkan kadar androgen yang dapat meningkatkan terjadinya ovulasi spontan. Terapi lini kedua adalah gonadotropin dan bedah laparoskopi ovarium.Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS), also referred to as hyperandrogenic anovulation (HA), is an endocrine system disorders that affect women in their reproductive age. PCOS typically involves hormonal imbalances between luteinizing hormone (LH) and follicle-stimulating hormone (FSH), insulin resistance, and metabolic abnormalities. Clomiphene citrate (CC) is considered the first line treatment for ovulation induction in women with Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Metformin also decreases androgens in both lean and obese women, leading to increased rates of spontaneous ovulation. Second choice is gonadotropin and ovarianlaparoscopy.Â
Kejang Demam sebagai Faktor Predisposisi Epilepsi pada Anak
Hasibuan, Dede Khairina;
Dimyati, Yazid
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (152.671 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1191
Kejang demam adalah bangkitan kejang pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (di atas 38°C dengan metode pengukuran suhu apapun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial. Faktor-faktor risiko kejang demam berkembang menjadi epilepsi adalah kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama, kejang demam kompleks (KDK), riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung, dan kejang demam sederhana (KDS) berulang 4 episode atau lebih dalam satu tahun. Kombinasi faktor risiko tersebut akan lebih meningkatkan risiko epilepsi. Pemberian obat rumatan kejang demam belum terbukti dapat mencegah epilepsi di kemudian hari.Febrile seizure is a seizure episode in children aged 6 months to 5 years preceded with an increase in body temperature (above 38° C with any measurement method) not caused by intracranial process. Risk factors to epilepsy are neurological or developmental abnormalities before the first febrile seizure, complex febrile seizures, history of epilepsy in parents or siblings, and simple febrile seizures 4 episodes or more in one year. Combination of these risk factors will increase the likelihood of epilepsy. Febrile seizure prophylaxis medication has not been proven to prevent epilepsy.
Uremic Frost - Kelainan Kulit pada Gagal Ginjal Kronis
-, Nathasia;
Wijayadi, Linda Julianti
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (335.935 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1197
Uremic frost merupakan kelainan kulit yang jarang, karena ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik yang belum menjalani hemodialisis. Kelainan ini ditandai dengan lapisan putih kekuningan akibat kristal urea yang mengendap di permukaan kulit. Seorang wanita 44 tahun datang dengan keluhan utama kulit kering, bersisik, dan gatal seluruh tubuh sejak 1 bulan. Pasien baru didiagnosis gagal ginjal kronis. Pada pemeriksaan dermatologi didapatkan makula hiperpigmentasi, berbatas tegas, multipel, ukuran lentikular-plakat dan krusta putih kekuningan. Tatalaksana dermatologi uremic frost adalah dengan pelembap dan antihistamin oral, pengobatan lebih lanjut untuk penyakit ginjal penyakit ginjal yang mendasari.Uremic frost is a rare skin disorder, found in chronic kidney failure patients who have not undergone hemodialysis. This disorder is characterized by yellowish white layer on the skin surface due to urea crystals. A 44-year-old female patient presented with dry, scaly, and itchy skin on the whole body in the last 1 month. The patient has just been diagnosed with chronic kidney failure. Dermatological examination revealed hyperpigmented macules, well-defined, multiple, lenticular-placard size and also a yellowish-white crust. Management in dermatology is with moisturizers and oral antihistamines, further treatment should be given to underlying kidney disease.
Peran Ultrasonografi Toraks pada Kasus Kegawatdaruratan Paru
Purnomo, Wahyu Agung
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1077.126 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1202
Dahulu USG terbatas hanya untuk mengevaluasi masa atau efusi pleura. Namun dalam perkembangannya USG toraks ternyata mampu mendiagnosis pneumonia, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) atau asma eksaserbasi ; juga edema paru, tromboemboli paru, pneumotoraks, serta efusi pleura maupun empyema. Beberapa protokol dikembangkan untuk membantu mempermudah diagnosis kasus kegawat daruratan kardiorespirasi Tinjauan pustaka ini membahas peran ultrasonografi toraks pada kasus kegawat darutan paru agar dapat digunakan sebagai referensi di instalasi rawat darurat.Previously, ultrasound use was limited to evaluate mass or pleural effusion. But in its development thoracic ultrasound was able to diagnose pneumonia, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) or exacerbation asthma, pulmonary edema, pulmonary thromboembolism, pneumothorax, as well as pleural effusion and empyema. Several protocols were developed to help simplify the diagnosis of emergency cases of cardiorespiratory emergencies. This literature review will discuss the role of thoracic ultrasonography in cases of pulmonary emergency to be used in emergency settings.
Gambaran Klinis dan Patologi Melanoma Maligna Kutaneus
Chandra, Rudi
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (397.797 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1193
Melanoma maligna (MM) merupakan keganasan sel-sel melanosit terutama di kulit. Paling sering didiagnosis pada pada wanita < 40 tahun, dan pada pria > 40 tahun. Predileksi MM tersering pada kulit punggung (pria) dan pada ekstremitas bawah (wanita). Secara klinis dan patologis, melanoma maligna diklasifikasikan sebagai superï¬cial spreading melanoma, nodular melanoma, lentigo maligna melanoma, acral lentiginous melanoma, dan varian lain yang jarang.Malignant melanoma (MM) is melanocyte cells malignancy located mainly in the skin; most often diagnosed in women <40 years, and in men >40 years. MM predilection is in the back (men) and in lower extremities (women). Clinically and pathologically, malignant melanoma is classified as superficial spreading melanoma, nodular melanoma, malignant lentigo melanoma, acral lentiginous melanoma, and other rare variants.
Manajemen Laktasi di Masa Pandemi COVID-19
Felicia, Fabiola Vania
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (102.492 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1198
Pandemi infeksi severe acute respiratory syndrome-coronavirus-2 (SARS-CoV-2) sudah terbukti dapat menyerang seluruh kelompok masyarakat termasuk ibu hamil dan neonatus. Angka kejadian anak di bawah usia 10 tahun <1% kasus. Neonatus dengan coronavirus disease 2019 (COVID-19) kebanyakan asimtomatik atau klinis ringan. Hingga saat ini, risiko transmisi infeksi SARS-CoV-2 melalui air susu ibu (ASI) masih belum jelas dan belum dapat disingkirkan. Hal ini menyebabkan munculnya keraguan terhadap praktik pemberian ASI. WHO merekomendasikan ibu suspek atau terkonfirmasi COVID-19 untuk tetap menyusui. Manfaat ASI dibandingkan dengan potensi risiko infeksi COVID-19 pada neonatus perlu diketahui, sehingga dapat mendukung berlangsungnya praktik menyusui di masa pandemi ini.Severe acute respiratory syndrome-coronavirus-2 (SARS-CoV-2) infection pandemic has affected all populations including pregnant women and neonates. Clinical features of neonates with coronavirus disease (COVID-19) are generally mild or asymptomatic. Cases of COVID-19 in children younger than 10 years old were <1 %. To date, the possibility of COVID-19 virus transmission from mothers to their newborns through breastmilk still cannot be ruled out. WHO recommends every mother with confirmed or suspected SARS-CoV-2 infection should be supported to continue or initiate breastfeeding. Mothers should know the advantages of breastfeeding compared to potential risks of COVID-19 transmission, so that continuation of breastfeeding practice could be maintained during pandemic.
Terapi Sifilis Terkini
Rinandari, Ummi;
Ellista Sari, Endra Yustin
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 11 (2020): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (594.951 KB)
|
DOI: 10.55175/cdk.v47i11.1188
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Penularan sifilis biasanya melalui kontak seksual dengan pasangan terinfeksi, kontak langsung dengan lesi terinfeksi, transfusi, dan jarum suntik. Sifilis dapat disembuhkan pada tahap awal infeksi, tetapi apabila tidak mendapat pengobatan adekuat dapat menjadi infeksi sistemik dan berlanjut ke fase laten. Pengobatan sifilis yang efisien sangat penting untuk mengontrol sifilis secara efektif.Syphilis is a sexually transmitted disease caused by a bacterial infection, Treponema pallidum. Transmission of syphilis is usually through sexual contact with an infected partner, direct contact with infected lesions, transfusions, and injection needles. Syphilis can be cured in the early stages of infection, but if it is not given adequate treatment it can become a systemic infection and progress to the latent phase. Efficient syphilis treatment is essential to control syphilis effectively.